Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 228762 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Njaju Jenny Malik
Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1992
499.222 NJA f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Njaju Jenny Malik
"Sejak beberapa tahun yang lalu studi sistematik tentang hubungan antara bentuk bahasa dan makna sosial telah berkembang dengan pesat (Ervin Tripp, 1969: 10). Di sini terlihat bahwa bahasa bukan hanya memiliki aspek-aspek linguistik saja tetapi juga memiliki aspek-aspek sosial. Jadi pemakaian bahasa selain tergantung pada strukturnya, juga tergantung pada faktor-faktor sosial.
Kesadaran tentang hubungan yang erat antara bahasa dan masyarakat menjadi lebih nyata pada pertengahan abad ini. Para ahli bahasa mulai sadar bahwa pengkajian bahasa tanpa mengaitkannya dengan masyarakat akan mengenyampingkan beberapa aspek penting dan menarik, dan mungkin menyempitkan pandangan terhadap disiplin bahasa itu sendiri. Satu aspek yang mulai disadari adalah hakekat bahwa bahasa adalah suatu gejala yang senantiasa berubah, dan jika diteliti sebagian dari puncak perubahan itu timbal dari masyarakat yang menuturkannya. Sesuatu bahasa itu bukanlah suatu cara pertuturan yang digunakan oleh semua orang bagi semua situasi dalam bentuk yang sama, sebaliknya bahasa itu berbeda-beda tergantung terhadap siapa ia digunakan, oleh siapa, di mana, dan juga mengenai apa.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa untuk dapat berhubungan dengan manusia lain maka manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa baik lisan maupun isyarat (melalui gerak-gerik tangan, kaki, dan seluruh badan) tak mungkin sesuatu yang terkandung di dalam pikiran dapat dinyatakan. Adapun yang dimaksud dengan alat perhubungan di sini meliputi aspek yang lebih luas. Di dalam konteks warga masyarakat fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk menjamin dan mengekalkan hubungan diantara warga dalam masyarakat tersebut.
Selain itu juga bahasa mempunyai fungsi utama dan fungsi khusus. Fungsi utama dari bahasa adalah fungsi komunikasi, di mana fungsi ini memungkinkan para anggota masyarakat bahasa saling mengerti sesamanya. Sedangkan fungsi khusus bahasa adalah fungsi estetis.Oleh karena itu dalam masyarakat pemakai bahasa ada komunitas manusia yang menganggap diri mereka menggunakan bahasa yang sama (language community). Dengan demikian di dalam suatu masyarakat yang majemuk dihasilkan variasi-variasi bahasa yang digunakan oleh masyarakat itu sendiri. Oleh karena bermacam-macam sebab, dapat terjadi pertemuan antara dua masyarakat yang masing-masing menggunakan bahasa yang berlain-lainan. Akibatnya penutur kedua bahasa itu dapat belajar unsur-unsur dari bahasa yang lain yang belum dikenal sebelumnya. Kemampuan mengerti sampai dapat menggunakan secara aktif bahasa yang lain itu melahirkan keadaan yang disebut sebagai kedwibahasaan.
Dalam masyarakat Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa dengan sendirinya terdapat pula bermacam-nacam bahasa, yang digunakan untuk berkomunikasi antar anggota masyarakat yang sama penggunaan bahasanya. Dengan kekayaan bahasa daerah yang beratus-ratus jumlahnya di samping bahasa nasional, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat gandabahasa yang semakin sarat dengan beban permasalahan bahasa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Njaju Jenny Malik
Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1992
499.2 NJA f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Satyawati
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas penggunaan bahasa Jawa Tegal oleh orang Tegal yang tinggal di Jakarta dan Depok. Data penelitian didapatkan melalui penyebaran kuesioner. Terdapat 44 responden yang masuk dalam kriteria penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang Tegal tetap menggunakan bahasa Jawa Tegal walaupun telah tinggal di Jakarta dan Depok. Secara keseluruhan, para responden menggunakan bahasa Jawa Tegal saat berbicara dengan keluarga dan teman yang berasal dari Tegal. Namun, saat membicarakan topik resmi, responden lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Begitu pula saat berada di luar rumah, responden lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Ketika berkomunikasi di media sosial, responden cenderung menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa campuran. Hasil lainnya adalah responden pria lebih sering menggunakan bahasa Jawa Tegal daripada responden wanita.

ABSTRAK
This thesis deals with the use of Tegal Javanese language by Tegal people who live in Jakarta and Depok. The data of this research are obtained through questionnaires. There are 44 respondents who meet the criteria in this research. The result of this research shows that the majority of the respondents still use Tegal Javanese. Overall, they use BJT when talking to family and friends who come from Tegal. However, when talking about the official topics, respondents were are likely to use BI. Similarly when outside the home, respondents are more likely to use bahasa Indonesia. When communicating in social media, the respondents tend to use bahasa Indonesia and bahasa campuran. In addition, male respondents use Tegal Javanese more than female respondents. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Priamsari
1999
S11689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S11709
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudaryanto
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994
499.222 SUD p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987
499.222 FAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Daliman Edi Subroto
"This thesis tries to describe the transposition from adjectives to verbs and vice versa in standard Javanese.
In this case, each of the major word-classes (substantive, verb, adjective) is determined primarily and accordingly to a set of its morphological features which differ in the whole aspects from the others. Except for those features, a set of its syntactical valences are also identified.
Adjectives and verbs in Javanese are two different word-classes. Each of them is a word-class system which covers a set of morphological categories--i.e. a series of words with identical formal features corresponding to identical semantic features--which differ in the whole aspects from each other.
ABSTRACT
The verbal system is divided into two classes (class I and class II). Morphologically, class I is characterized by di-D category (passive) which is in contrast with N-D category (active-transitive), whereas class II isn't, al-though it has N-D category (intransitive). Structurally, there are some important differences between the two classes caused by this principal difference. Each of the classes is also separated into two parts (part A and part B). Morphologically, part B is characterized by two specific categories: maq-D 'to do D suddenly' and patin-D 'plural subject involved to do something varies in rhythm and intensities', and semantically is characterized by "emotive-expressive" or "onomatopoeic" semantic values, whereas part A isn't.
The object being studied in this thesis is the verb-al morphological procedes --whether productive or improductive--which transpose adjectives in monomorphemic category into verbs (or maybe called "deadjectival, verbal categories") and the adjectival morphological procedes which transpose verbs into adjectives (or maybe called "deverbal, adjectival categories")
Based on the data, we know that the great parts' of the monomorphemic adjectives can be transposed into verbs class II A (none into class II B) and only some of them can be transposed into class I A (none into class I B). Most of the transpositional categories in verb II A are productive; their formal forms: N-D-i, N-D-ake; ke-D-an; di-D-i, di-D-ake; ka-D-an, ka-D-ake; -in-D-an, -in-D-ake; taq-D_i, taq-D-ake; taq-D-ane, taq-D-ne; koq-D-i, koq-D-ake; D-ana, D-na; D-i:, D-ke:; D-in-D-an, D-in-D-ake; D-D-an; but there are some other categories which are improductive. On the other hand, all of the transpositional categories in verb I A are improductive.
There are only three procedes of adjectives (-an, ke-en, -em-, -um-) which transpose verbs into adjectives. All of the transpositional categories of adjective are improductive.
In this thesis, we also know that a certain word-class system is not totally transposed into the other."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
D329
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Lityaningrum
"Dalam bahasa Jawa Malang, pemarkah modal kudu dapat mengandung lebih dari satu makna. Kudu dapat digunakan sebagai pemarkah modalitas deontik keharusan ‘harus’ dan pemarkah modal dinamik keinginan ‘ingin’. Gejala ini menarik karena dalam penelitian modalitas bahasa Jawa Paciran dan Semarang yang ditemukan, kudu hanya mengandung makna deontik. Dalam makalah ini, akan dibahas konteks sintaktis dan konteks semantis yang membedakan makna kudu. Data makalah ini berupa kalimat-kalimat yang menggunakan bahasa Jawa Malang dan mengandung kududalam cuitan @pakantono, @DJabrooo, @cak_sugenk, @makmurcafee, dan @nonikmenieszt tahun 2019 hingga Februari 2022. Kalimat-kalimat tersebut selanjutnya dianalisis dengan memeriksa ciri sintaktis dan semantisnya. Dari analisis, jenis kalimat dan jenis agen adalah konteks yang dapat menentukan kudu mengandung makna deontik. Jenis kalimat yang dapat menentukan kudu deontik adalah kalimat deklaratif negatif, interogatif, dan imperatif, sedangkan jenis agen yang dapat menentukan kudu deontik adalah agen insani (pronomina persona kedua, dan ketiga) dan agen noninsai. Terlepas dari konteks kalimat (pragmatik), kudu deontik dapat diprediksi melalui penggabungan dua aspek, yaitu jenis kalimat dan jenis agen.

In Malang Javanese, kudu can contain more than one meaning. Kudu can be used as deontic modality of ‘must’ obligative and dynamic modality of ‘want’ volitive. These phenomena offer fascinating research because kudu only contains a deontic meaning in the previous studies of Paciran and Semarang Javanese. This article discusses the syntactic and the semantic context that distinguishes the meaning of kudu. The data is in the form of sentences that use Malang Javanese and contain kudu. Moreover, the data were taken from Tweets 2019 until February 2022 of @pakantono, @DJabrooo, @cak_sugenk, @makmurcafee, and @nonikmenieszt. The sentences were further analyzed by identifying their syntactic and semantic features. From the analysis, types of sentences and agents are contexts that can determine kudu contains deontic meanings. The types of sentences that can determine deontic kudu are negative declarative, interrogative, and imperative sentences. The types of agents that can determine deontic kudu are human agents (the second and third person pronouns) and non-human agents. Regardless of the context of the sentence (pragmatic), the deontic kudu can be predicted by combining the type of sentences and agents."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>