Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208897 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heni Rahaniah
"ABSTRAK
Pada awalnya wax hanya menjadi bahan baku pembuatan lilin dan tidak
bisa diemulsikan, seiring dengan perkembangan teknologi dan sumber daya
manusia yang terampil, sekarang penggunaan wax kian luas dan semakin
dibutuhkan dalam dunia industri seperti tekstil, kertas, kayu, kosmetik, farmasi,
cat, keramik, otomotif dan lain-lain. Produksi scale wax dalam negeri cukup
besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Pembuatan emulsi scale wax dilakukan dengan menggunakan emulsifier
nonionik yaitu ethoxylated alcohol. Analisis yang dilakukan meliputi uji
kestabilan, densitas, aplikasi pada kertas dan daya serap air pada kertas hasil uji kertas. Memvariasikan kadar wax terhadap jumlah total berat (wax + emulsifier +
air) 20%, 24%, 28%, 32%, sedangkan kadar emulsifier 25% dari berat wax.
Uji densitas dilakukan dengan menimbang 25 ml emulsi wax lalu
dikonversikan sesuai dengan rumus yang sudah ditetapkan. Kestabilan emulsi
diuji dengan melarutkan emulsi wax dalam larutan pH 4, pH 7 dan PH 9 dengan
pengamatan secara visual. Uji aplikasi pada kertas menggunakan kertas buram
yang belum mengandung wax. Uji daya tahan kertas terhadap air dilakukan
dengan menempelkan kertas hasil uji aplikasi diatas cawan porselen yang berisi
air seperempatnya lalu dibalik selama ± 30 detik."
2006
TA1519
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Purnama
"Emuisi wax semakin dibutuhkan dalam industri seperti industri tekstii,
kertas, kayu dan lain - lain. Produksi slack wax dalam negeri cukup besar,
namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Tujuan penelitian ini adalah membuat emuisi wax dari slack wax, uji
kestabilan serta aplikasinya dalam industri tekstii, kertas dan kayu. Emuisi
wax dibuat dengan menggunakan slack wax SPG (Spindle 01') dan LMO
(Light Machine Oil). Emulsifier yang digunakan adalah emulsifier kationik
(Inter 95) dan emulsifier non-ionik (Sinopol T-4). Uji kestabilan dilakukan
secara makroskopik dan mikroskopik dengan memvariasikan kadar emulsifier
5 sampai 25% terhadap wax, pH 4, 7, dan 9, serta perbandingan volume fasa
30% dan 50%. Selanjutnya emuisi yang stabil secara mikroskopik ditentukan viskositas, kadar padatan, ukuran partikel, dan kerapatannya. Data yang
diperoleh dibandingkan terhadap parameter standar emuisi wax yang
dibutuhkan oieh industri. Emuisi wax yang memenuhi parameter dilakukan uji
aplikasi kuat tarik benang untuk industri tekstil, uji kandungan wax dan daya
serap air untuk industri kertas, serta uji daya rekat iem untuk industri kayu.
Dari hasil percobaan diperoleh emuisi wax M/A yang stabil pada pH
<9, emuisi wax kationik lebih stabil dibandingkan emuisi wax non-ionik,
dengan kadar emulsifier di atas 2,727% dan perbandingan fasa 30%. Di
antara emuisi wax yang stabil tersebut, yang memenuhi kriteria industri tekstil
ada 11, industri kertas ada 11 dan industri kayu ada 3. Emuisi wax yang
memenuhi standar kuat tarik benang ada 7, standar daya serap kertas ada
11, dan daya rekat Iem kayu ada 3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Muttaqin
"Pencemaran udara oleh debu akibat aktivitas pertambangan sangat membahayakan bagi kesehatan dan berpotensi menyebabkan beberapa penyakit. Selain itu, debu juga mengurangi daya pandang mata sehingga membahayakan keselamatan pekerja. Dust suppressant adalah material yang digunakan untuk menekan pembentukan debu. Material konvensional yang paling umum digunakan di area pertambangan di Indonesia adalah air karena murah, melimpah, dan aman bagi lingkungan, tetapi tidak tahan lama karena mudah berevaporasi sehingga lebih boros dari segi biaya dan tenaga kerja.
Pada penelitian ini, dua zat aktif utama yaitu polimer emulsi sebagai binding agent dan surfaktan sebagai wetting agent digunakan pada formulasi material dust suppressant. Dust suppressant yang baik memiliki sifat tahan lama sehingga mengurangi konsumsi air, daya membasahi yang baik, tidak korosif, dan tahan terhadap erosi. Beberapa uji aplikasi baik di laboratorium maupun di lapangan dilakukan untuk mengetahui kinerja dust suppressant. Dari uji aplikasi di lapangan, material dust suppressant dengan polimer VA mampu mempertahankan kadar kelembaban tanah 300% lebih tinggi daripada air dan penurunan konsentrasi emisi debu dari 60 sampai 80% daripada air.

Air polution by dust, caused by mining activity is very dangerous for healthy and can cause some diseases. Beside that, dust also can reduse visibility so endanger employees safety. Dust suppressant is a material used to push down the formation of dust. The most conventional material for mining industry in Indonesia is water since it?s cheap, overabundance, and safe for environment, but evaporate easily so more wasful in fuel and labor cost.
In this research, there are two active substances, emulsion polymer as binding agent and surfactant as wetting agent, used in dust suppressant formulation. Good dust suppressant is well preserved so it reduces water consumption, good wetting agent, non-corrosive, and non-erosion. Some tests in laboratory and field have been done to measure the performance of dust suppressant. From field application test, dust suppressant with VA polymer can mantain soil humidity 300% greater than water and can reduce dust emision from 60% to 80% than water.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21497
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1998
TA768
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2004
S28456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Evelina Debora
"Anastasi dan Urbina (1997) menyatakan bahwa alat ukur psikologi merupakan pengukuran yang obyektif dan tcrstandarisasi dari suatu sampel perilaku. Alat ukur ini digolongkan menjadi tiga kategori yaitu tes inteligensi yang mengukur tingkat intelektual umum, tes yang mengukur kemampuan khusus (misalnya: tes bakat) dan tes kepribadian (misalnya: tes yang mengukur emosi dan motivasi). Saat ini, begitu banyak alat ukur psikologi yang dikembangkan di dunia, khususnya berkaitan dengan tes kepribadian. Salah satu alat ukur tersebut adalah Depression Anxiety Stress Scale (DASS), yang dikembangkan oleh Lovibond dan Lovibond pada tahun 1995.
Tes DASS ini terdiri dari 42 item yang mengukur general psychological distress seperti depresi, kecemasan dan stress. Tes ini terdiri dari tiga skala yang masing-masing terdiri dari 14 item, yang selanjutnya terbagi menjadi beberapa sub-skala yang terdiri dari 2 sampai 5 item yang diperkirakan mengukur hal yang sama. Jawaban tes DASS ini terdiri dari 4 pilihan yang disusun dalam bentuk skala Likert dan subyek diminta untuk menilai pada tingkat manakah mereka mengalami setiap kondisi yang disebutkan tersebut dalam satu minggu terakhir. Selanjutnya, skor dari setiap sub-skala tersebut dijumlahkan dan dibandingkan dengan norma yang ada untuk mengetahui gambaran mengenai tingkat depresi, kecemasan dan stress individu tersebut.
Sejauh ini, di Australia dan United Kingdom telah dilakukan beberapa penelitian untuk melakukan pengujian validitas dan reliabilitas tes ini. Karena validitas dan reliabilitasnya yang tinggi, baik pada sampel nonklinis maupun sampel klinis, maka saat ini tes DASS sering digunakan baik dalam setting klinis maupun non-klinis dan diadministrasikan baik secara individual maupun kelompok. Selain itu, juga telah disusun norma tes ini berdasarkan penelitian pada 1771 prang dewasa di Australia.
Meski sudah sekitar 11 tahun sejak pertama kali dirampungkan, tes DASS ini belum dapat digunakan di Indonesia karena belum ada norma untuk populasi masyarakat Indonesia. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan adaptasi terhadap tes ini. Dalam pengadaptasian peneliti memilih dua kelompok sampel sebagai subyek penelitian yaitu kelompok sampel Yogyakarta dan Bantu' yang mengalami peristiwa traumatik bencana `gempa bumi' dan kelompok sampel Jakarta dan sekitarnya yang tidak mengalami gempa bumi. Sebelum dilakukan penyusunan norma, tentunya perlu dilakukan uji validitas, reliabilitas dan analisis item terhadap alat ukur ini.
Berdasarkan basil pengujian ref iabilitas dengan menggunakan formula cronbach's alpha ditemukan bahwa tes ini reliabel (a = .9483). Selanjutnya berdasarkan pengujian valid itas dengan menggunakan teknik validitas internal ditemukan 41 item valid dan 1 item tidak valid. Hal ini berarti terdapat 41 item yang mengukur konstruk general psychological distress dan dapat membedakan antara subyek yang memiliki tingkat general psychological distress tinggi dan rendah. Sedangkan norma dibuat berdasarkan T score yang dibagi menjadi lima kategori yaitu Normal. Mild, Moderate, Severe dan Extremely Severe. Selain ditakukan pengkategorian subyek berdasarkan total skor ketiga skala tersebut (general psychological distress), juga dilakukan pengkategorian berdasarkan skor total masingmasing skala (depression, anxiety dan stress). Selanjutnya, untuk melihat profit DASS pada kedua kelompok sampet yang diteliti, dilakukan juga pembandingan terhadap data demogratis subyek yang berupa tempat tinggal, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir dan pekerjaan.
Selain kesimpulan dari penelitian ini, di bagian akhir penulisan hasil penelitian ini juga dilakukan diskusi serta dipaparkan beberapa saran yang berkaitan dengan saran pengembangan penelitian dan saran praktis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17892
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bio-deinking as one of the alternatives has many advantages if compared wid conventional deinking method.It might reduce time of pulping,the chemical consumption,the environmental pollution and keep better quality of paper produced...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sarto
"Analisis biaya satuan menjadi penting bagi laboratorium kesehatan dikarenakan adanya peningkatan dorongan dalam pengelolaan anggaran yang tersedia untuk menjadi akuntabel, efisien dan efektif. Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakana untuk menganalisis biaya satuan dan mengembangkan aplikasi perhitungan pemeriksaan laboratorium tahun 2009, metode yang digunakan adalah aclivify based costing dan operasional riset dengan bahasa pemrograman microsof't foxpro. Biaya satuan aktual terbesar adalah bidang imunologi jenis HCV Rp. 163.439,-. dan terkecil adalah bidang kimia kesehatan jenis rasa Rp. 9.591,- Biaya satuan normatif terbesar adaiah jenis air/MPN Rp. 38.348,-. dan terkecil adalah jenis pemeriksaan kesadahan CaCO3 Rp. 8.092,-. Disarankan dilakukan analisis lebih lanjut tentang strategi pengembangan pelayanan dan sistem komputerisasi untuk memproses data guna menghasilkan informasi efektif, ccpat dan akurat.

Unit cost calculation become important for of health laboratory because demand in budget management avaiable in order to be acountable and efisient, cost effective service become general concern in health service. This reserch in done at Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta to analysis unit cost and development unit aplication calculation for laboratory examination in 2009. Metode used in unit cost calculation is activity based coasting for development information tecnology supporting uses reserch opperational metode with microsoft foxpro language programing. The biggest actual unit cost in the field of imunology wich is HCV Rp. 163.439,- the smallest is in the field of health chemesrty wich is taste Rp. 9.591.-. The biggest normative unit cost while the cheapest in the field of imunulogy wich is HCV Rp.38.348,- the smallest is in the field of health chemstry wich is CaCo3 Rp. 8.092,-. lt is recomended that further research be done about strategi of service development and computerization system, to used procces the data to procedure effetive, fast and acurate information."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33233
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Yulianto Rachmawan
"ABSTRAK
Perkembangan pembangunan di Indonesia dalam beberapa dekade ini sangat
pesat, baik di bidang ekonomi, politik, sosial maupun bidang-bidang lainnya. Titik
berat pembangunan Indonesia di bidang ekonomi membuat bidang ini lebih menonjol
kemajuannya dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya. Pesatnya pembangunan di
bidang ekonomi ini salah satunya ditandai dengan meningkatnya pembangunan saranasarana
fisik diantaranya adalah pembangunan gedung-gedung properti dan
pembangunan jaringan-jaringan jalan.
Perkembangan yang pesat di segala bidang apabila tidak dikelola dengan baik
dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan, disebabkan lingkungan
sudah tidak dapat lagi menampung buangan-buangan industri yang dihasilkan oleh
aktifitas manusia.
Kesadaran akan perlunya mengelola lingkungan dengan benar ini menyebabkan
timbulnya berbagai macam teknologi yang berusaha untuk mengurangi kadar
pencemar/polutan yang dikeluarkan oleh aktivitas industri. Hal tersebutlah yang
menyebabkan timbulnya teknologi baru aspal emulsi sebagai altematif bahan
perkerasan jalan menggantikan teknologi perkerasan jalan menggunakan aspal panas
konvensional.
Berbeda dengan aspal panas konvensional yang dalam pengoperas1annya
membutuhkan pembakaran, aspal emulsi yang disebut juga aspal dingin, dalam
pengoperasiannya tidak perlu dilakukan pembakaran, karena produk ini telah
bercampur ( diemulsikan) dengan air, sehingga menyebabkan produk ini menjadi lebih
ramah lingkungan/tidak menimbulkan polusi serta mengurangi resiko kecelakaan akibat
kebakaran.
Selain keunggulan-keunggulan yang berhubungan dengan lingkungan diatas,
aspal emulsi juga mempunyai keunggulan di bidang lainnya terutama dalam hal
kepraktisannya dalam pengoperasian. Kepraktisan ini timbul disebabkan tidak
diperlukannya pembakaran dan aspal emulsi dapat langsung dicampur dengan aggregat
batuan untuk mendapatkan campuran perkerasan jalan yang diinginkan. Kepraktisan
penggunaan dan berkurangnya resiko kerusakan lingkungan ini menyebabkan secara
keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan perkerasan jalan lebih murah
bila menggunakan teknologi aspal emulsi dibandingkan bila menggunakan teknologi
aspal konvensional lainnya.
Keunggulan tersebut diatas ditambah dengan performance perkerasan aspal
emulsi yang tidak kalah dengan teknologi lainnya, serta semakin meningkatnya
penggunaan aspal emulsi di Indonesia menyebabkan adanya peluang untuk membuat
suatu pabrik aspal emulsi di Indonesia. Peluang ini perlu untuk dianalisa, apakah
memang dapat diwujudkan menjadi suatu bisnis yang menguntungkan. Adapun analisa
yang dilakukan adalah analisa mengenai aspek pasar, aspek teknis, aspek keuangan dan
juga analisa lingkungan usaha yang melingkupinya.
Dari analisa-analisa yang dil~ tampaknya pendirian pabrik aspal emulsi
merupakan peluang bisnis yang patut dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Hal ini
dapat dilihat dari berbagai aspek yang ditinjau. Ditinjau dari aspek pasar, terdapat
pertumbuhan kebutuhan yang besar dan cenderung untuk terus tumbuh akibat pesatnya
pembangunan jaringan jalan dan bangunan-bangunan properti di Indonesia selama ini.
Dari aspek teknis, pendirian pabrik yang bersifat mobile ini menguntungkan karena
pabrik dapat dipindahkan dengan mudah ke tempat lain dimana terdapat pasar yang
membutuhkan dalam jumlah yang besar. Ditinjau aspek keuangannya, semua parameter
yang diteliti yaitu NPV, /RR dan Payback Period menunjukkan nilai yang baik. Hal ini
disebabkan harga jual di pasaran untuk produk ini cukup tinggi, sedangkan biaya
pembuatan dengan teknologi produksi yang dipilih cukup murah. Sedangkan apabila
ditinjau dari aspek lingkungan usahanya, tampaknya usaha ini mempunyai lingkungan
dengan tingkat persaingan yang tidak terlalu tinggi dan masih dapat diatasi dengan
menggunakan strategi pemasaran yang tepat.
Dengan dukungan analisa-analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa peluang
mendirikan pabrik aspal emulsi ini merupakan peluang emas yang dapat diwujudkan
dalam suatu tindakan investasi sehingga dapat menjadi suatu bisnis yang
menguntungkan.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnesya Putri Gustianthy
"Surfaktan Alkil Poliglikosida merupakan surfaktan ramah lingkungan yang dapat diproduksi dari bahan baku alkohol lemak dan glukosa dengan bantuan katalis asam p-toluenasulfonat (PTSA). Sifatnya yang nonionik serta tidak terpengaruh terhadap kesadahan dan perubahan pH, menyebabkan surfaktan ini berpotensi untuk dijadikan alternatif surfaktan untuk aplikasi chemical flooding. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh panjang rantai karbon pada alkohol lemak terhadap nilai tegangan antar muka serta kemampuannya untuk mengambil minyak pada saat aplikasi sebagai chemical flooding. Alkohol lemak yang digunakan pada penelitian ini adalah 1-dodekanol dan 1-tetradekanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa APG-C14 memiliki nilai tegangan antar muka yang lebih rendah dibandingkan APG-C12 dikarenakan rantai karbon pada sisi hidrofobik yang lebih panjang. Hal tersebut terlihat dari nilai tegangan antar muka pada konsentrasi surfaktan 3% (b/b) untuk APG-C12 adalah 1,32 x 10-2 dyne/cm, sedangkan APG-C14 adalah 3,72 x 10-4 dyne/cm. Dengan menggunakan metode pengujian tekanan kapiler diketahui nilai minyak yang terambil dari batuan sintetik untuk APG-C12 adalah 10,733% dan APG-C14 adalah 13,797%. Hal ini menunjukkan bahwa APG-C14 memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai chemical flooding.

Alkylpolyglucosides (APG) is an environment-friendly surfactant prepared from fatty alcohol and glucose with p-toluenesulfonic acid catalyst. This nonionic surfactant does not affected on hard water dan pH changes, makes it potentially used as chemical flooding surfactant. This research has been conducted to determine the effect of carbon chain length of fatty alcohol as APGs hydrophobic side towards interfacial tension and its capability as chemical flooding surfactant. 1-dodecanol and 1-tetradecanol were used as fatty alcohol precursor. The result exhibit APG-C14 has lower interfacial tension than APG-C12 as the effect of longer hydrophobic carbon chain. The phenomenon was observed on interfacial tension of 3% (w/w) APG-C12 1,32 x 10-2 dyne/cm compare APG-C14 3,72 x 10-4 dyne/cm. Oil recovery on capillary pressure test was 10,733% for APG-C12 and 13,79% for APG-C14. Thus, the APG-C14 potentially developed for chemical flooding."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52411
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>