Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166832 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Harahap, Lita Dwi Suryani
"Background: Iron deficiency anemia IDA is commonly found and is associated with worse functional capacity in heart failure HF . Ferrous Sulfate FS tablets are cheap and widely available in Indonesia, but there has not been much research conducted to prove its efficacy in improving iron stores and functional capacity in HF patients with IDA.
Aim: To determine the efficacy of FS tablets in improving iron stores and functional capacity in HF patients with IDA.
Methods: We conducted a randomized double blind controlled trial RCT enrolling 54 HF patients LVEF 50 with IDA Ferritin 100 ng mL or 100 300 ng mL with Tsat 20 at outpatient clinic of National Cardiovascular Center Harapan Kita from January to July 2016. Patients were randomized 1 1 to received FS or placebo for 90 days, we then evaluated the change in 6MWT distance as primary end point and changes on NT proBNP and post 6MWT serum lactate levels as secondary end points.
Results: 41 patients had completed the study Treated Group,n 22 Control Group,n 19. We found not only improvement on Tsat 14,13 9,66 p 0,000, ferritin 114,42 20,52 ng mL p 0,000 and Hb 1,085 0,365 gr dL p 0,005 levels, but also significant improvement in 6MWT distance in treated group 46,23 35,93 meter from baseline p 0,000. As for the secondary end points, there were reductions on NT ProBNP 2236,00 492,00 16476,00 vs. 1439,50 29,00 5027,00 pg mL p 0,011 and serum lactate 1,30 0,70 3,60 to 1,20 0,50 2,30 mmol L p 0,3 levels compared to baseline.
Conclusion: Oral administration of FS for 90 days not only improves iron stores but also functional capacity in HF patients with IDA, without significant reductions on NT ProBNP and post 6MWT serum lactate levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Nathania
"[Pemanfaatan radikal sulfat pada proses oksidasi lanjut belum banyak digunakan untukk mendegradasi limbah cair. Pada penelitian ini, akan dilakukan degradasi limbah amonia sintetik dengan proses oksidasi lanjut memanfaatkan radikal sulfat. Radikal sulfat ini disinyalir dapat mendegradasi amonia lebih efisien dibandingkan radikal hidroksil karena bekerja dengan 3 prinsip kerja yakni transfer elektron, pemutusan ikatan rangkap C, dan abstraksi hydrogen. Radikal sulfat didapatkan dari ion persulfat hasil ionisasi K2S2O8 kemudian radikal sulfat diaktifkan dengan menggunakan panas dari heater dengan memvariasikan suhu sebesar 27oC, 50oC dan 70oC. Limbah amonia sintetik dibuat dengan memvariasikan konsentrasi awal amonia sebesar 10 mg/L, 25 mg/L, dan 50 mg/L dan tingkat keasaman (pH) juga divariasikan pada pH 4,7,dan 10 untuk merepresentasikan keadaan asam, netral dan basa limbah amonia sintetik untuk melihat apakah amonia dapat terdegradasi lebih baik dalam bentuk ion atau radikal. Kadar amonia akhir setelah proses oksidasi diukur dengan menggunakan amoniameter dengan prinsip colorimetri. Didapatkan hasil degradasi amonia yang paling baik adalah 22,7% dengan kondisi optimum suhu 50oC, pH 10, dan konsentrasi awal amonia sebesar 10 mg/L., Degradation Technologies using Advanced Oxidation Process with sulfate radical has not been widely developed yet. This research will bring this technology to degrade sintetic amonia waste. Sulfate Radical may reduce ammonia more efficiently than hidroxyl radical mainly with 3 pathways, there are electron transfer, cut of unsaturated bond, and hydrogen abstraction. Sulfate Radical can be got from persulfate ion from Pottasium Persulfate that ionized and activated to be sulfate radical by heat from heater. Temperature of activation becomes one of the research variabel in 27oC, 50oC and 70oC. Initial sintetic ammonia waste is varied from 10 mg/L, 25 mg/L, and 50 mg/L. Acidity is also varied in 4, 7, and 10 that present acid, neutral, and base condition to see whether the amonia will be well degraded as ionic or molecule. The end concentration of ammonia is measured with martini ammoniameter. The best result for this research is 22,7% of ammonia removal in 50oC, pH 10, and the first ammonia concentration of 10 mg/L.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisah
"Kelompok sebaya wanita usia subur (WUS) yang ada dan berkembang di masyarakat sudah banyak terbentuk salah satunya adalah kelompok sebaya dalam wadah PKK RT. Salah satu permasalahan yang terjadi pada kelompok WUS adalah anemia gizi besi (AGB). Kelompok sebaya PKK RT diharapkan dapat membantu WUS dalam melakukan pencegahan AGB. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh edukasi kelompok sebaya terhadap perubahan perilaku dalam pencegahan AGB, jenis penelitian eksperimen semu, desain non-equivalent pretest-postest with control group, dengan intervensi edukasi kelompok sebaya PKK RT. Proses penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2008 di Kota Semarang dengan metode multistage random sampling, jumlah sampel 110 (55 responden kelompok perlakuan, dan 55 responden kelompok kontrol). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur WUS 35.5 tahun dengan pendidikan WUS terbesar SMA. Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pengetahuan (p<0.05). Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan dan sikap (p<0.05).
Ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) rata-rata nilai pengetahuan, sikap, ketrampilan antara sebelum dan setelah pada kedua kelompok, namun masih lebih tinggi pada kelompok perlakuan yang mendapat intervensi edukasi kelompok sebaya. Ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) rata-rata nilai pengetahuan, sikap, ketrampilan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Intervensi edukasi kelompok sebaya mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dapat dilihat dari nilai p<0.05, berarti bahwa pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tidak dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan tetapi dipengaruhi oleh intervensi edukasi kelompok sebaya. Berdasar hasil tersebut perlu optimalisasi kelompok sebaya wanita yang sudah ada di masyarakat, mengintegrasikan upaya promotif dan preventif AGB kedalam programnya.

There are many existing and developing fertile age women (FAW) peer groups in community, one of them is peer group in PKK RT. Since ferrous deficiency anemia (FDA) was frequently suffered by FAW, peer group of PKK RT was expected to facilitate FAW in preventing FDA. The purpose of this study was to examine the effect of peer group’s education on behavior change in preventing FDA. A quasi-experimental design using non-equivalent pretest-posttest with control group was employed in this study and the intervention was education for PKK RT peer group. Data collection was conducted from March to June 2008 by multistage random sampling at Semarang. Samples were 110 FAW comprised of 55 FAW in intervention group and 55 FAW in control group. Mean of age was 35.5 years old and majority of educational background was high school (51.8%).
The result showed that age significantly related to knowledge (p<0.05). Mean of knowledge, attitude and skill exhibited significant differences between intervention and control group (p<0.05). Intervention of education in peer group significantly affected knowledge, attitude and skill (p<0.05) which were not interfered by age and educational background. It is recommended that existing peer groups of FAW in community need to be optimized and health promotion and prevention efforts should be integrated in the programs of the FAW peer group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Putri
"ABSTRACT
Satu upaya untuk mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi yang dinilai efektif dalam segi biaya adalah melalui fortifikasi zat besi ke dalam makanan. Namun, fortifikasi zat besi secara langsung dapat menurunkan kualitas organoleptis makanan serta mengurangi efektivitas, stabilitas, dan bioavailabilitas zat besi hasil fortifikasi. Kendala ini dapat diatasi dengan teknologi enkapsulasi zat besi menggunakan bahan penyalut. Kitosan sebagai polisakarida yang biodegradable dan biocompatible bisa digunakan sebagai bahan penyalut untuk mengenkapsulasi besi dengan menambahkan tripolyphosphate TPP sebagai crosslinking agent. Tujuan dari studi ini adalah untuk menformulasikan sistem pelepasan terkendali mikropartikel besi II glukonat tersalut kitosan menggunakan metode spray drying serta mengevaluasi pengaruh konsentrasi TPP terhadap karakteristik fisikokimia mikropartikel serta profil rilis in vitro mikropartikel. Pembentukan mikropartikel menggunakan metode spray drying menghasilkan partikel sferis yang halus dengan ukuran rata-rata 2,4 m-5,6 m. Peningkatan konsentrasi TPP yang ditambahkan ke larutan menghasilkan ukuran partikel yang semakin besar. Adanya TPP mempengaruhi kapasitas loading besi, efisiensi enkapsulasi, ukuran mikropartikel, serta morfologi partikel. Efisiensi enkapsulasi mikropartikel menggunakan spray drying mencapai nilai maksimum pada konsentrasi TPP 2. Namun, yield mikropartikel maksimum terjadi pada variasi konsentrasi TPP 1 . Uji rilis mikropartikel kitosan dilakukan pada synthetic gastric fluids SGF selama 3 jam dan 4 jam pada synthetic intestine fluids SIF. Profil pelepasan besi dari mikropartikel dengan berbagai konsentrasi TPP mengindikasikan burst release profile. Peningkatan jumlah TPP pada larutan terbukti memperlambat proses rilis besi. Pada variasi TPP 3 besi yang rilis pada jam pertama sebesar 50 dan 60 pada jam ke-7 sementara pada mikropartikel yang tidak ditambahkan TPP banyaknya besi yang rilis mencapai 80 pada jam pertama dan 100 pada jam ke-7. Hasil ini menunjukkan bahwa karakteristik mikropartikel dan profil rilis besi dipengaruhi oleh interaksi kitosan dengan TPP sebagai crosslinking agent. Keberadaan TPP merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam preparasi sistem pelepasan terkendali mikropartikel besi tersalut kitosan dengan metode spray drying.

ABSTRACT
One of the cost effective approaches to reduce the prevalence of iron deficiency anaemia is by developing iron fortified food. However, adding iron directly into food will not only affect the organoleptic quality of the food, but will also reduce the effectiveness, stability and bioavailability of the iron added. Chitosan as linear polysaccharide, that are biodegradable and biocompatible, can be used as a protective wall material to encapsulate iron by adding tripolyphosphate TPP as crosslinking agent. The aims of this study were to formulate an extended release system of chitosan microparticles loaded with iron gluconate using spray drying method, and to evaluate the physicochemical characteristics of microparticle and release of iron in simulated gastrointestinal fluids. Formation of microparticle using spray drying method resulted in a smooth spherical particles with average size of 2.4 m 5.6 m. Increase amount of TPP added into the mixture solution formed larger size of particles. The presence of TPP affected the iron loading capacity, iron entrapment efficiency, particle size and particle morphology. The encapsulation efficiency showed maximum at addition of TPP 2 using spray drying method. However the yield of microparticle formed showed maximum when the concentration of TPP is 1. The release test of iron from the chitosan microparticles was conducted in synthetic gastric fluids SGF in 3 hours and 4 hours in synthetic intestine fluids SIF, simultaneously. The release of iron from microparticles with various amount of TPP added indicated a burst release profile. Increasing amount of TPP in the solution reduce the release in the first 1 2 hours, as well as at the end of 7 hours period of release. Using TPP 3 the release in one hour reached 50 and about 60 in 7 hours. Comparing to chitosan solution without TPP, the release in one hour reached 80 and in 7 hours it was 100 release. The results indicated that the characteristics of microparticles and release profile of iron were influenced by the interaction of chitosan and TPP as cross linking agent. The presence of TPP is thus an important factor to be addressed when preparing iron loaded chitosan microparticles with extended release characteristics via spray drying method."
2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Luthfansyah Prabowo
"ABSTRAK
Di Indonesia, Anemia Defisiensi Besi masih merupakan permasalahan umum terutama masyarakat pada kelompok remaja putri, wanita hamil, serta anak-anak dibawah usia 5 tahun. Pemerintah dan Dinas terkait telah berupaya dengan sangat keras melalui program suplementasi dan fortifikasi pangan sehingga berhasil menurunkan prevalensi ADB, namun hasil tersebut masih diatas angka prevalensi 15 yang mengindikasikan bahwa ADB merupakan permasalahan gizi yang umum dan serius di Indonesia Kurniawan dkk., 2006 . Fortifikasi besi secara langsung juga menurunkan kualitas organoleptis dan memperpendek masa simpan dikarenankan sifat besi yang mudah mengalami oksidasi dan reduksi pada kondisi pH tertentu, oksidasi Fe2 menjadi Fe3 . Mendasarkan pada pendekatan permasalah tersebut, maka metode mikroenkapsulasi dipandang sebagai metode atau strategi sangat tepat untuk melindungi besi. Namun sebelum fortifikasi dilakukan, hal pertama yang dilakukan adalah mencari jenis besi yang paling efektif untuk dienkapsulasi menggunakan polimernya. Oleh Karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan pengujian efektifitas control rilis beberapa jenis besi Besi Sulfat, Besi Fumarat, Besi Glukonat menggunakan polimer kitosan. Polimer kitosan digunakan dalam penelitian ini dikarenakan kitosan memiliki sifat seperti tidak beracun, biodegradable, biokompatibel sehingga cocok untuk digunakan dalam pelepasan obat terkendali didalam tubuh. Besi yang digunakan adalah Besi Sulfat, Besi Fumarat, dan Besi Glukonat. Alasan penggunakan jenis besi ini Karena ketiga jenis besi ini merupakan jenis besi yang memiliki bioavabilitas kemampuan tubuh menyerap suatu senyawa yang tinggi dan besi ini merupakan besi food grade yang berarti aman dikonsumsi oleh tubuh. Dari penelitian ini didapatkan jenis besi yang paling baik dienkapsulasi dengan kitosan adalah besi glukonat 1:1.5 dengan nilai EE 80 , oksidasi awal 15.2 , loading capacity 1.4 , dan juga rilis kumulatif mencapai >70 besi glukonat 1:2 dengan nilai EE 82.8 , oksidasi awal 27.1 , loading capacity 2.0 , dan juga rilis kumulatif mencapai >70 Di Indonesia, Anemia Defisiensi Besi masih merupakan permasalahan umum terutama masyarakat pada kelompok remaja putri, wanita hamil, serta anak-anak dibawah usia 5 tahun. Pemerintah dan Dinas terkait telah berupaya dengan sangat keras melalui program suplementasi dan fortifikasi pangan sehingga berhasil menurunkan prevalensi ADB, namun hasil tersebut masih diatas angka prevalensi 15 yang mengindikasikan bahwa ADB merupakan permasalahan gizi yang umum dan serius di Indonesia Kurniawan dkk., 2006 . Fortifikasi besi secara langsung juga menurunkan kualitas organoleptis dan memperpendek masa simpan dikarenankan sifat besi yang mudah mengalami oksidasi dan reduksi pada kondisi pH tertentu, oksidasi Fe2 menjadi Fe3 . Mendasarkan pada pendekatan permasalah tersebut, maka metode mikroenkapsulasi dipandang sebagai metode atau strategi sangat tepat untuk melindungi besi. Namun sebelum fortifikasi dilakukan, hal pertama yang dilakukan adalah mencari jenis besi yang paling efektif untuk dienkapsulasi menggunakan polimernya. Oleh Karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan pengujian efektifitas control rilis beberapa jenis besi Besi Sulfat, Besi Fumarat, Besi Glukonat menggunakan polimer kitosan. Polimer kitosan digunakan dalam penelitian ini dikarenakan kitosan memiliki sifat seperti tidak beracun, biodegradable, biokompatibel sehingga cocok untuk digunakan dalam pelepasan obat terkendali didalam tubuh. Besi yang digunakan adalah Besi Sulfat, Besi Fumarat, dan Besi Glukonat. Alasan penggunakan jenis besi ini Karena ketiga jenis besi ini merupakan jenis besi yang memiliki bioavabilitas kemampuan tubuh menyerap suatu senyawa yang tinggi dan besi ini merupakan besi food grade yang berarti aman dikonsumsi oleh tubuh. Dari penelitian ini didapatkan jenis besi yang paling baik dienkapsulasi dengan kitosan adalah besi glukonat 1:1.5 dengan nilai EE 80 , oksidasi awal 15.2 , loading capacity 1.4 , dan juga rilis kumulatif mencapai >70 besi glukonat 1:2 dengan nilai EE 82.8 , oksidasi awal 27.1 , loading capacity 2.0 , dan juga rilis kumulatif mencapai >70.

ABSTRACT
In Indonesia, Iron Deficiency Anemia is still a common problem, especially for people in groups of young women, pregnant women, and children under 5 years of age. The Government and the relevant Dinas have worked very hard through food supplementation and fortification programs that have succeeded in reducing the prevalence of ADB, but the results are still above the prevalence rate of 15 indicating that ADB is a common and serious nutritional problem in Indonesia Kurniawan et al., 2006 . Direct iron fortification also decreases organoleptic qualities and shortens the shelf life due to the oxidation and reduction of pH at certain pH conditions, the oxidation of Fe2 to Fe3 . Based on the approach of the problem, the microencapsulation method is seen as a very appropriate method or strategy to protect iron. But before fortification is done, the first thing to do is to find the most effective type of iron for encapsulation using the polymer. Therefore, in this study will be tested the effectiveness of the release control of several types of iron Iron Sulfate, Iron Fumarate, Iron Gluconate using chitosan polymer. Chitosan polymer used in this research because chitosan has properties such as non toxic, biodegradable, biocompatible so suitable for use in the release of controlled drugs in the body. The iron used is ferrous sulfate, ferrous fumarate, and ferrous gluconate. The reason for using this type of iron Because these three types of iron is a type of iron that has a high bioavailability body ability to absorb a compound and iron is a food grade iron which means safe to eat by the body. From this research, the best iron species encapsulated with chitosan are 1 1.5 iron gluconate with EE 80 , initial oxidation 15.2 , loading capacity 1.4 , and also cumulative release reaches 70 and iron gluconate 1 2 with EE value of 82.8 , initial oxidation of 27.1 , loading capacity 2.0 , and also cumulative release reaching 70.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdian Yudha Ranadya
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi karakteristik pada Thermoluminescence Dosimeter berbahan CaSO4 yang diberikan pendadah fosfor dan berbahan LiF. TLD LiF merupakan dosimeter komersial yang hingga saat ini seringkali digunakan dalam aplikasi klinis seperti radiografi, radioterapi, cath lab, dll. Penggunaan TLD berbahan LiF ini didasarkan karena sifatnya yang mampu menyerap radiasi yang diterima dengan baik karena nilai Atomic Number yang mendekati jaringan manusia. Namun, TLD LiF ini memiliki metode sintesis yang tergolong sulit dan harganya yang cukup mahal, sehingga penelitian ini bertujuan untuk meninjau TLD berbahan lain yakni CaSO4 yang diberi pendadah fosfor untuk melihat sifat dan responnya dalam menyerap radiasi terutama pada energi rendah 50 kVp, 60 kVp, 70 kVp, 80 kVp, 90 kVp dengan mAs yang dijaga konstan sebesar 10 mAs, dan modalitas mamografi 100 mAs, 160 mAs, 200 mAs, dan 250 mAs dengan kVp yang dijaga konstan sebesar 30 kVp. TLD CaSO4:P disintesis menggunakan metode ko-presipitasi kimia dan diuji karakteristiknya menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffraction (XRD), dan Scanning Electron Microscope (SEM). Dari penelitian ini, TLD CaSO4:P memiliki karakteristik yang mirip sebagaimana TLD LiF dalam menyerap radiasi, meskipun sensitivitasnya tidak jauh lebih baik namun TLD CaSO4:P memiliki potensi untuk menjadi alternatif dalam penggunaan TLD kedepannya dikarenakan metode sintesisnya yang tergolong mudah dan biaya pembuatannya yang jauh lebih murah.

This research aims to evaluate the characteristics of Thermoluminescence Dosimeters (TLD) of CaSO4 with phosphor dopant and LiF. LiF TLD is a commercial dosimeter that is frequently used in clinical applications such as radiography, radiotherapy, cath lab, etc. The use of LiF-based TLD is based on its ability to efficiently absorb and store received radiation due to its Atomic Number value close to human tissue. However, LiF TLD has a relatively difficult synthesis method and is quite expensive. Therefore, this research aims to explore another TLD material, CaSO4 doped with phosphor, to examine its properties and response in absorbing radiation, especially at low energies of 50 kVp, 60 kVp, 70 kVp, 80 kVp, 90 kVp with constant 10 mAs, and mammography modality at 100 mAs, 160 mAs, 200 mAs, and 250 mAs with constant 30 kVp. CaSO4:P TLD were synthesized using a chemical co-precipitation method and their characteristics were tested using X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffraction (XRD), and Scanning Electron Microscope (SEM). From this research, CaSO4:P TLD exhibit similar characteristics to LiF TLD in terms of absorbing radiation. Although their sensitivity is not significantly better, CaSO4:P TLDs have the potential to become an alternative for future TLD applications due to their relatively easy synthesis method and lower production cost."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifah Mefi Balushi
"Skenario produksi minyak yang dilakukan Dewan Energi Nasional pada 2050 menunjukan tren penurunan, terutama dipengaruhi oleh rendahnya kegiatan eksplorasi migas dan tingkat keberhasilan eksplorasi yang dilakukan oleh perusahaan minyak Oleh karena itu, DME dapat digunakan sebagai alternatif sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pada pabrik purifikasi DME, umpan diseparasi menghasilkan DME murni dengan konsentrasi 99%. Untuk menjalankan proses ini dalam keadaan optimal, maka diperlukan pengendali. Penelitian mengenai pengendali pada proses ini sudah pernah dilakukan, namun masih menggunakan model dengan pendekatan FOPDT sehingga orde proses masih tidak sesuai dengan aktualnya. Model Auto-Regressive eXogenous merupakan model yang menggambarkan hubungan antara data masukan dengan data keluaran berdasarkan metode least-square sehingga sederhana dan fleksibel serta estimasinya mendekati dengan nilai sebenarnya. Penggunaan model ARX dapat digunakan secara luas seperti pada penggunaan energi, pabrik kimia, dan kilang minyak sejak tahun 1980-an. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan identifikasi model ARX pada pengendali MMPC serta melakukan verifikasi model dan menganalisis kinerja dari MMPC tersebut. Hasilnya didapatkan model ARX proses dan model ARX gangguan memiliki tingkat ketepatan dengan data sebesar 93-99% dan 70-97% dengan nilai RMSE 39-99% lebih kecil dari model FOPDT. Kinerja dari MMPC dengan parameter pengendalian terbaik yaitu T=5, P=20, dan M=20 menghasilkan peningkatan nilai IAE dan ISE sebesar 18-99.99% pada perubahan set point namun belum optimal dalam mengatasi gangguan pada suhu keluaran pendingin dan suhu kolom dengan nilai IAE dan ISE yang tinggi dan tidak menunjukkan peningkatan.

Oil production scenario carried out by the National Energy Council in 2050 shows a decreased trend, mainly influenced by low oil and gas exploration activities and the success rate of exploration activities carried out by oil companies. Therefore, DME can be used as an alternative energy source that is more environmentally friendly and sustainable. In the DME purification plant, the feed was separated to produce pure DME with a concentration of 99%. To run this process in optimal conditions, a controller is needed. Research on controllers in this process has been carried out, but still uses FOPDT model approach so the process order is still not in accordance with the actual order. Auto-Regressive eXogenous model is a model that describes the relationship between input and output data based on least-square method so the estimate close to the actual value. The application of ARX model can be widely used such as in energy uses, chemical plants, and oil refineries since 1980s. Therefore, this study identifies ARX model on the MMPC controller as well as verifying the model and analyzing its performance. The result obtained that the process ARX model and the disturbance ARX model have fit percentage with data reach 93-99% and 70-97% with RMSE value 39-99% smaller than FOPDT model. The performance of MMPC with best control parameters T=5, P=20, and M=20 has improved IAE and ISE value with 18-99.99% when set point changed but still not optimal for controlling disturbance in cooler output temperature and column temperature with a high IAE and ISE value and not showing improvement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Michella Anastacia
"Enzim Cas9 merupakan bagian dari CRISPR-Cas9 yang berperan sebagai endonuklease untuk memotong DNA/RNA pada sekuens yang spesifik. Enzim Cas9 berguna dalam bidang kesehatan, pangan, dan industri. Namun, banyak industri yang beroperasi pada suhu tinggi sehingga enzim Cas9 pada umumnya tidak dapat digunakan dan diperlukan enzim Cas9 yang termostabil. Akan tetapi, belum banyak penelitian mengenai jenis enzim Cas9 termostabil. Oleh sebab itu, mengetahui adanya Cas9 pada isolat lokal Geobacillus kaustophilus TBUI01, dilakukan produksi enzim Cas9 dengan teknik rekombinan pada Escherichia coli BL21. Enzim Cas9 kemudian dipanaskan untuk menghilangkan semua protein mesofilik dari Escherichia coli BL21 pada suhu 50oC, 60oC, dan 70oC. Lalu dipurifikasi dengan teknik presipitasi amonium sulfat dengan variasi fraksinasi 20%, 50%, dan 80%. Sampai saat ini, belum ada penelitian enzim Cas9 tahan panas yang menggunakan presipitasi amonium sulfat sebagai satu-satunya teknik purifikasi. Teknik ini dilakukan karena ekonomis, cepat, dan juga mudah dilakukan. Hasil menunjukkan bahwa suhu pemanasan 60 oC adalah suhu yang optimal untuk mendegradasi protein mesofilik tanpa mendegradasi enzim Cas9. Presipitasi amonium sulfat optimal dilakukan pada fraksinasi 50% karena mampu mempresipitasi enzim Cas9. Akan tetapi, masih ada protein lain yang berhasil dipresipitasi sehingga presipitasi amonium sulfat dapat dijadikan sebagai langkah purifikasi awal untuk mengonsentrasikan protein.

The Cas9 enzyme is part of CRISPR-Cas9 which acts as an endonuclease to cut DNA/RNA in specific sequences. Cas9 is useful in the fields of health, food, and industry. However, many industries operate at high temperatures so that Cas9 enzymes generally cannot be used and a thermostable Cas9 enzyme is needed. Nevertheless, there has not been much research on the type of thermostable Cas9 enzyme. Therefore, knowing the presence of Cas9 in the local isolate Geobacillus kaustophilus TBUI01, Cas9 enzyme production was carried out using recombinant techniques on Escherichia coli BL21. The Cas9 enzyme was then heated to remove all mesophilic protein from Escherichia coli BL21 at 50oC, 60oC and 70oC. Then it was purified by ammonium sulfate precipitation technique with 20%, 50% and 80% saturation. Until now, there has been no research on thermostable Cas9 using ammonium sulfate precipitation as the only purification technique. This technique is done because it is economical, fast, and easy to do. The result showed that a heating temperature of 60oC is the optimal temperature for degrading mesophilic proteins without degrading Cas9 enzymes. Optimal ammonium sulfate precipitation is carried out at 50% fractionation because it can precipitate the Cas9 enzyme. However, there are still other proteins that have been successfully precipitated so that the precipitation of ammonium sulfate can be used as an initial purification step to concentrate protein."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>