Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163374 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardinal
"Dalam Peraturan Presiden nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004?2009 yang memuat 10 program, yang diamanatkan kepada Departemen Kesehatan salah satunya adalah program lingkungan sehat yang dalam pelaksanaannya telah disusun Rencana strategis Departemen Kesehatan tahun 2005?2009 termasuk indikatornya (Depkes RI, 2007). Salah satu kegiatan Program lingkungan sehat adalah penyediaan air bersih dan sanitasi dasar. Program penyehatan air bersih dilaksanakan untuk pemenuhan akses masyarakat terhadap air bersih, tidak hanya untuk pemenuhan segi jumlah/debit, namun kualitas/mutu air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat juga harus menjadi prioritas. Untuk itu diperlukan kerja keras dari pemegang program penyehatan air, khususnya sanitarian puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan progran tersebut di tingkat puskesmas.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Mei 2007 di Kabupaten Solok. Tujuan dari penelitian ini adalah didapatkannya gambaran kinerja petugas Sanitasi Puskesmas dan faktor-faktor yang berperan pada kinerja petugas sanitasi puskesmas dalam pelaksanaan program penyehatan air di Kabupaten Solok Tahun 2007. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam, Diskusi Kelompok Terarah dan observasi, dengan informan Sanitarian puskesmas dilanjutkan triangulasi sumber dengan Kepala Puskesmas dan Kepala Bidang PL & PKM Dinas Kesehatan Kabupaten Solok.
Rendahnya kinerja sanitarian puskesmas dalam pelaksanaan program penyehatan air bersih dilihat dari Cakupan IS rendah, Penyuluhan Kurang, Pembinaan Pokmair Kurang, Pengawasan air Kurang , Sistem informasi program tidak jalan. Faktor yang berperan dalam kinerja sanitarian tersebut adalah; kemampuan dan keterampilan sanitarian yang kurang terasah, supervisi baik dari Kabupaten maupun Kapala Puskesmas kurang; pelatihan sanitarian frekwensi yang kurang serta tidak sesuai kebutuhan, motivasi sanitarian yang rendah, imbalan dan dana operasional kurang, adanya beban kerja tambahan, sarana dan prasarana tidak memadai, kurang prioritas program oleh Kepala Puskesmas, akses sebagian wilayah kerja yang tidak lancar terutama untuk kecamatan terisolir, serta kebijakan Dinas Kesehatan terutama kebijakan anggaran yang belum memprioritaskan anggaran program kesehatan lingkungan atau program air bersih.
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah agar kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Solok pada program penyehatan air pelaksanaanya diintegrasikan dengan kegiatan puskesmas luar gedung dengan didukung tersedianya sarana dan prasarana, alokasi dana opersional sesuai dengan kebutuhan; Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan; Pelaksanaan supervisi yang berkesinambungan, Pelatihan sanitarian sesuai dengan kebutuhan kerja di lapangan, pembuatan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program sesuai kebutuhan sanitarian, pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan, pengadaan sarana dan prasaran sanitarian, merancang program pemberian reward bagi sanitarian teladan.

President Regulation No 7 in 2005 concerning National Development Planning at Middle Period (RPJMN) of 2004-2009 which conclude 10 programs that are instructed to Health Department. One of them is health environment program which its accomplishment arranged a strategic planning of Health Department at period of 2005- 2009 including its indicator (Health Department of Indonesian Republic, 2007). One of health environment program activity is preparing hygienic water and basic sanitation. Healthy program of hygienic water is accomplished to fulfill public access to hygienic water, not only a quantity supplied, but quality of hygienic water which is consumed by public must become a priority. Therefore, it needs a hard work from water healthy program holder, especially for sanitation officer at primary health care as leader of this program accomplishment at primary health care level.
This study was conducted from March until May 2007 at district of Solok. This study aim is to get describing of sanitation officer performance at primary health care and the factors which related to sanitation officer performance at primary health care on accomplishment of water healthy program at district of Solok in 2007. This study used a qualitative method by in depth interview, directed group discussion and observation, informant is sanitation officer at primary health care, and then source triangulation with a leader of primary health care and leader of PL and PKM of Health Service Department at district of Solok.
Low performance of sanitation officer at primary health care on accomplishment healthy program of hygienic water if it was seen from low IS coverage, less counseling, less training of Pokmair, less monitoring of water, information system program is not functioned. The factors which are important on sanitation officer performance such as : less ability and skill of sanitation officer, less supervision of district and primary health care leader, less training frequency of sanitation officer and the need is not available, low motivation of sanitation officer, less reward and operational fund, many extra jobs, facility and basic facility are not adequate, less program priority by leader of primary health care, work area access is not good especially for isolated district, and Health Service Department policy especially for budget policy which does not prioritized budget of development health program or hygienic water program.
It was suggested to Health Service Department policy at district of Solok on water healthy program in order its accomplishment is integrated with primary health care activity out of building by supporting of available facility and basic facility, operational fund allocation is available with the need, health information system development, accomplishment of continuity supervision, sanitation officer training is available with job need at work area, making of accomplishment guide and program technique guide are available with sanitation officer need, training to improve ability and skill, levying facility and basic facility of sanitation officer, arranging reward program for expert sanitation officer.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T41301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. A. Hamdah Rosjidah Aini
"Diare adalah salah satu penyakit yang dapat disebarkan melalui air (water borne diseases). Di Indonesia diare masih menduduki peringkat atas diatara sepuluh penyakit terbanyak dan penyebab kematian nomor dua, terutama pada bayi. Di Sumatera Selatan, angka kesakitan diare adalah 22,97 per 1.000 penduduk. Angka tersebut tinggi bila dibandingkan dengan angka Nasional 20,68 per 1.000 penduduk. Dan tujuh Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan, angka kesakitan diare tertinggi adalah di Kota Palembang (35 per 1.000 penduduk). Di Kota Palembang, masyarakat yang menggunakan air bersih persentasenya rendah (77,5 %). Persentase air bersih memenuhi syarat kualitas bakteriologi juga rendah (60 %).
Rendahnya cakupan air bersih dan rendahnya persentase air bersih memenuhi syarat kualitas bakteriologi tidak terlepas dari kinerja sanitarian Puskesmas dalam pelaksanaan program pengawasan kualitas air bersih, Evaluasi kinerja sanitarian dalam pengawasan kualitas air bersih belum pemah dilakukan. Peraturan Daerah yang mengatur tentang pengawasan kualitas air bersih pun belum ada. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum adanya gambaran kinerja sanitarian dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air bersih di Puskesmas Kota Palembang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja sanitarian Puskesmas dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air bersih di Kota Palembang. Populasi penelitian adalah sanitarian Puskesmas di Kota Palembang, sedangkan sampel penelitian adalah total populasi berjumlah 35 sanitarian. Janis penelitian adalah survei dengan rancangan penelitian cross sectional. Analisa data yang dipakai adalah analisa univariat (menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran persen) dan analisa bivariat (menggunakan uji chi square, dengan nilai alpha 5 %ICI 95 %).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanitarian Puskesmas di Kota Palembang yang berkinerja buruk 71,4 % dan yang berkinerja baik 28,6 %. Yang berkinerja lebih buruk adalah sanitarian laki-laki (OR : 2,8), sanitarian yang berumur < 39 tahun (DR : 2,1), sanitarian dengan lama bertugas < 9 tahun (OR : 2,6), sanitarian yang memiliki pengetahuan kurang (4,3), sanitarian yang tidak pernah pelatihan (OR : 2,1), sanitarian yang tidak punya buku pedoman kerja (OR : 2,5), sanitarian yang tidak memiliki transportasi ke lapangan (OR : 2,6), sanitarian yang tidak punya peralatan (DR : 3,1), sanitarian yang tidak menerima insentif (OR : 2,2) dan sanitarian yang tidak mendapat dukungan teman (OR : 2,9).
Saran bagi Dinas Kesehatan Kota adalah membuat Peraturan Daerah tentang pengawasan kualitas air bersih, meningkatkan perhatian, bimbingan dan petunjuk bagi sanitarian Puskesmas dalam meningkatkan kinerja sanitarian. Bagi pimpinan Puskesmas adalah membuat pembagian tugas yang jelas, meningkatkan dukungan bagi sanitarian, meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan tugas sanitarian dilapangan. Bagi sanitarian Puskesmas, supaya mengikuti pertemuan bulanan sanitarian dan bersama Ketua BAKLI serta pimpinan Puskesmas mendiskusikan serta mencari pemecahan permasalahan kinerja sanitarian di Puskesmas Kota Palembang, dan membuat contoh penyaringan air sederhana dari bahan yang murah dan mudah didapat, sehingga dapat dicontoh masyarakat. Perlu penelitian lain adalah mencari variable-variabel lain yang tidak diteliti oleh penulis dan melaksanakan penelitian dengan memakai pendekatan gabungan, kuantitatif dan kualitatif, supaya dapat menggali permasalahan dengan lebih dalam.

Diarrhea is one of disease, which can propagate through water (water borne diseases)_ In Indonesia diarrhea still sit on the top of 10 most disease and number 2 death cause, especially to baby. In South Sumatra, diarrhea rate is 22,97 per 1000 resident. From seven regencies/towns in South Sumatra, diarrhea rate is very high in Palembang City (35 per 1000 resident). In Palembang City, resident who use clean water have a low rate (77,5%). Clean water percentage fulfill the bacteriology quality condition is low too (60%).
The low clean water coverage and clean water percentage fulfill the bacteriology quality condition is still related with Puskesmas sanitarian performance in clean water quality observation program execution. Sanitarian performance evaluation in clean water quality observation is never been done. Area Regulation that arrange about clean water quality observation is not yet there. The problem in this research is no view from sanitarian performance of clean water quality observation in Palembang City Puskesmas.
Research target is to know Puskesmas sanitarian performance of clean water quality observation in Palembang City. Research population is puskesmas sanitarian in Palembang City, while research sample is total population in amount of 35 sanitarians. Research type is survey with cross sectional research device. Data analysis used is univariate analysis (using frequent distribution with percent size) and bivariate analysis (using chi square test, with alpha assess 5%/CI 95%).
Research result show that Puskesmas sanitarian in Palembang City which has bad performance is 71,4% and good performance is 28,6%. The worse performance men sanitarians (OR : 2,8), sanitarian age < 39 years (OR : 2,1), sanitarians with work age < 9 years (OR : 2,6), sanitarians with less knowledge (4,3), sanitarians who never get training (OR : 2,1), sanitarians with no work guidance book (OR : 2,5), sanitarians with no transportation to work place(OR : 2,6)_ Sanitarians with no tools (OR : 3,1), sanitarians who not except incentive (OR : 2,2), and sanitarians who not getting support from friends (OR : 2,9).
Suggestion for City Health District is making Area Regulation about clean water quality observation, improving attention, counseling and guide for Puskesmas sanitarians in improving sanitarians performance. For Puskesmas Leader is making clear work division, improving support for sanitarians, improving pass by coordination program, and pass by sector in sanitarian duty execution on field. For Puskesmas sanitarian, to follow monthly sanitarian and with HAKLI Chief and Puskesmas leader discussing and searching resolve sanitarian performance problem in Palembang City Puskesmas, and making example of simple water distillation from cheap substance and easy to get, so can be followed by public. The need of other research is looking for other variables which not checked by writer and executing observation by using merger approach, quantitative, and qualitative, so that can dig the problem deeply.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gisely Vionalita
"Provinsi Sumatera Barat masih memiliki banyak masyarakat hampir miskin yang belum memiliki jaminan kesehatan. Untuk mengatasi masalah itu, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat mengupayakan suatu program inovasi, yang mengkombinasikan Sistem Jaminan Kesehatan Daerah dan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga. Untuk mendukung pelaksanaan Program tersebut ditetapkan Peraturan Gubernur No. 40 dan No. 41 tahun 2007, serta dialokasikannya dana untuk bantuan subsidi premi sebesar Rp 9.041.520.000,- oleh Pemerintah Provinsi. Namun, pada kenyataannya dari dana yang telah dialokasikan tersebut hanya sebesar Rp 3.772.560.000,- yang direalisasikan atau sebesar 41,72%. Rendahnya tingkat realisasi dana tersebut akan mempengaruhi pencapai tujuan program. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai analisis manajemen pelaksanaan Program Jamkesda di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2007.
Kerangka konsep penelitian menggunakan pendekatan sistem (input-proses-output), yakni sumber daya sebagai input, fungsi manajemen sebagai proses dan tingkat pencapaian sasaran sebagai output. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan sumber data terdiri dari data primer (wawancara mendalam terhadap informan) dan data sekunder (telaah dokumen). Informan pada penelitian ini adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan Kepala Seksi JPKM Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dan tujuan Program Jamkesda telah diketahui oleh informan, namun penetapan Pergub dinilai terlambat. Sebagian besar dana berasal dari APBD yang menunjukkan kemandirian pendanaan dari Pemerintah Provinsi. Tenaga pelaksana Seksi JPKM masih terbatas dan belum ada prosedur dalam pembagian dan perizinan petugas dan sarana untuk melaksanakan program belum mencukupi. Pada proses didapatkan bahwa perencanaan didominasi oleh bottom-up planning berdasarkan usulan Kepala Seksi hal ini akan meningkatkan kinerja anggota, pengorganisasian pada pelaksanaan program masih tidak sesuai karena keterbatasan petugas. Penggerakkan program dilihat dari motivasi dan kepemimpinan masih kurang mendukung untuk meningkatkan kinerja dan pengawasan yang belum memiliki ketegasan yang jelas dalam pelaksanaannya. Pada output didapatkan bahwa tingkat pencapaian sasaran Program Jamkesda yang dilihat dari realisasi dana subsidi bantuan premi masih belum tercapai.
Oleh karena itu peneliti menyarankan beberapa upaya untuk meningkatkan output dilihat dari segi input dan proses, yakni menyempurnakan sistem dalam penetapan Peraturan Gubernur dan pencairan dana, membuat prosedur dalam pembagian tenaga pelaksana, penyediaan sarana untuk melaksanakan program, pemberian motivasi dan kepemimpinan yang mampu meningkatkan kinerja tenaga pelaksana serta ketagasan prosedur dalam pengawasan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Muhammad Arifin
"Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya performance (prestasi kerja) tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program immunisasi tingkat puskesmas di Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat. Adanya gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan performance (prestasi kerja) tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program immunisasi di tingkat puskesmas merupakan tujuan umum dari penelitian ini, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan motivasi, kemampuan dan persepsi peran dengan prestasi kerja tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program immunisasi di Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan secara cross sectional dan teknik analisis yang dilakukan adalah secara kualitatif dan kuantitatif. Selanjutnya dilakukan dengan analisis persentase dengan uji Chi square, uji Fisher dan uji Goodman - Kruskal. Penelitian dilakukan terhadap 191 orang responden yang merupakan tenaga pelaksana program immunisasi pada 18 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan analisis persentase dan dengan hasil uji Fisher serta uji Goodman-Kruskal menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara motivasi, kemampuan dan persepsi peran dengan prestasi kerja tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program immunisasi di tingkat puskesmas. Dengan analisis persentase dan hasil uji Chi square menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara motivasi responden dengan pendidikan, masa kerja dan latihan immunisasi yang pernah diperoleh responden. Dengan uji chi square tersebut juga menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara kemampuan responden dengan masa kerja dan latihan immunisasi yang pernah diperoleh responden. Begitu juga dengan uji Chi square tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara persepsi peran responden dengan pendidikan dan masa kerja responden.
Hasil penelitian, menunjukkan adanya hubungan antara kemampuan responden dan pendidikan responden dan juga adanya hubungan antara persepsi peran responden dan latihan immunisasi yang pernah diperoleh responden. Peneliti mengemukakan beberapa saran yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel dan daerah penelitian yang lebih luas. Yang perlu diperhatikan adalah melibatkan tenaga non teknis medis yaitu mereka yang mempunyai kategori pendidikan SD, SLTP, SLTA, LCPK, SPPH dan APKTS, dalam pelaksanaan program immunisasi perlu dipertimbangkan mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mereka yang mempunyai kategori pendidikan non teknis medis tersebut adalah lebih rendah daripada tenaga yang mempunyai latar belakang pendidikan teknis medis. Sehingga perlu dipikirkan adanya latihan/on the job training untuk menyelaraskan kemampuan petugas dalam pelaksanaan immunisasi. Latihan/on the job training ini dimaksudkan selain untuk meningkatkan kemampuan juga meningkatkan persepsi peran tenaga puskesmas dalam pelaksanaan program immunisasi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridarson
"Program klinik sanitasi bertujuan untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus dengan sasarannya adalah para pasienlpenderita penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan yang datang berobat ke Puskesmas serta masyarakat umum (klien) yang datang berkonsultasi mengenai masalah kesehatan lingkungan.
Di Propinsi Sumatera Barat pelaksanaan kegiatan telah dimulai sejak tahun 1997, secara kuantitatif sebanyak 65 Puskesmas telah melaksanakan kegiatan ini, dengan rata-rata jumlah kunjungan pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi di Puskesmas setiap bulan berkisar 20 sampai 25 pasien, sementara klien/masyarakat yang berkunjung khusus untuk berkonsultasi tidak ada sama seka]i. Petugas klinik sanitasi ke lapangan dalam rangka menindak lanjuti kasus, rata-rata baru terlaksana 4 kasus sampai 6 kasus dari 20 kasus per bulannya atau sekitar 20 %, hal ini sangat rendah kalau dibandingkan dengan beberapa daerah lain yang melaksanakan kegiatan ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas dalam pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi pada Puskesmas di Propinsi Sumatera Barat, dengan menggunakan rancangan cross sectional. Sampel yang diambil adalah total populasi, dengan jumlah sampel sebanyak 65 orang petugas klinik sanitasi di Puskesmas. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan instrument berupa kuesioner.
Hasil penelitian temyata kinerja petugas yaitu 55,4 % baik dan 44, 6 % kinerja petugas kurang. Pada tingkat kepercayaan 95 % terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motivasi, sarana, buku pedoman kerja dan supervisi terhadap kinerja petugas klinik sanitasi. Dari hasil analisis multivariat didapat bahwa variabel yang paling berperan dalam menentukan kinerja petugas klinik sanitasi adalah supervisi, buku pedornan dan sarana. Diantara tiga variabel ini yang paling besar pengaruhnya didalam menentukan kinerja adalah supervisi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi, terutama didalam meningkatkan kinerja petugas adalah dengan meningkatkan kegiatan supervisi secara berkesinambungan oleh pimpinan puskesmas terhadap petugas, Dinas kesehatan Kabupaten/Kota ke Puskesmas dan Dinas Kesehatan Propinsi ke Kabupaten/Kota serta menyiapkan sarana penunjang program dengan melakukan perencanaan yang tepat dengan didukung dana dari Pemerintahan Daerah.

Factors Analyze related to Official Clinic Sanitation Performance towards Implementation of Clinic Activities Sanitation in Society Healthy Center Province Of West Sumatra 2003Sanitation Clinic Program purpose to increasing society's healthy standard through preventive and curative attempts that could be done with integrated, directed and continuously with subjects is patient 1 medical patient related to environmental healthy issues who come to Healthy Center and general people (clients) who came to assist about environmental healthy problems.
In province of West Sumatra, its implementation has been started since 1997, quantitatively in 65 Society Healthy Center, average patient's pay a visit referred to clinic sanitation is 20 - 25 patients each month, while general people 1 clients especially who come to assist (consultation) is zero. Clinic sanitation officials sent to field in order to taking measure this case, then average 4 - 6 done of 20 cases each month or about 20%. It is very low rate than other regions where to do these activities.
This research purpose to know drawn of performance and factors related to official performance within implementation of clinic sanitation activities in Healthy Center at province of West Sumatra, used a cross sectional program. Sample whose take is population rate with 65 samples of sanitation clinic officials in Health Center. To collect data by interview with questioners instrument uses.
Research's outcome, obviously a large part is 55.4% of officials performance categorized good, and 44.6% is less. In confident shape 95% there is significance related between motivation variable, facilities, working handbook and supervision towards clinic sanitation official performance. From a multivariate analysis that dominance variable to determine clinic sanitation official performance is supervision, working handbook and facilities. From these variables that had greatest influence to determine the performance is supervision.
Attempts that can do to support the implementation clinic sanitation activities, mainly to increase official performance is by increase supervision activities constantly and continuously by the leaders or head of Health Center, Department of Healthy in district to sub-district, Department of Healthy in Province to its district, also to prepare facilities which support the program with carry as fund from local government.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Yuldasrin
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T41272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aslim Djohar
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini (1) mendiskripsikan saluran pernapasan kentang mulai dari petani produsen ke konsumen. (2) mendiskripsikan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. (3) menganalisis efisiensi pemasaran.
Penelitian ini merupakan studi kasus di Kecamatan Lembah Gunaand Kabupaten Solok Sumatera Barat. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah Multistage Sampling dan Snow Ball Sampling. Sampel keseluruhan berjumlah 53 orang petani kentang 3 orang pedagang pengumpul, 10 orang tengkulak dan 30 orang pedagang pengecer. Data-data yang dapat dianalisis dengan regresi linier berganda dan dibantu dengan analisis diskriptif yang disajikan dalam bentuk tabulasi, analisis integrasi pasar dan elastisitas transmisi harga.
Hasil penelitian menunjukkan ada 3 saluran pemasaran yang dominan (I) saluran pendek dari produsen -4 pengecer -4konsumen (21%) saluran menengah dari produsen --4 tengkulak --4 pedagang pengumpul --4 pengecer konsumen (19%) (2) Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang adalah: Pembelian, penjualan, pengangkutan, permodalan. Standarisasi hanya dilakukan oleh tengkulak dan pedagang pengumpul, penyampaian informasi pasar hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul.. Ternyata pemasaran belum efisien, sesuai dengan hasil analisis bahwa :
a. Distribusi margin belum merata antar lembaga pemasaran
b. Koefisien kerelasi integrasi pasar adalah 0,62 yang berarti bahwa keadaan pasar bukan dalam persaingan sempurna, koefisien korelasi < 1 berarti pasar pada persaingan sempurna (Zulkifli.A, 1982 h.169)
c. Koefisien elastisitas transmisi harga sebesar 0,672 ( 1) yang berarti bahwa bentuk pasar tidak bersaing sempurna. Koefisien elastisitas transmisi harga > 1 pasar tidak dalam persaingan sempurna (Zulkiffi A., 1982 h.169)
Berdasarkan hasil analisis perlu adanya penyampaian informasi. pasar yang cepat dan tepat kepada produsen dan konsumen. Perlu juga dipikirkan untuk membangun tempat penyimpanan yang memenuhi standar serta industri pengolahan untuk dapat menampung kelebihan produksi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Gracediani
"Salah satu target indikator kinerja pembangunan kesehatan Propinsi Sumatera Barat tahun 2003 adalah akses ibu hamil ke pelayanan antenatal (cakupan KI) 95%, dan pelayanan kesehatan ibu hamil yang berkualitas (cakupan K4) 85% (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, 2001). Pencapaian Cakupan K4 terendah di Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2003 adalah Kabupaten Solok Data Dinas Kesehatan Kabupaten Solok pada tahun 2003, kunjungan ibu hamil baru (cakupan K I ) 92,4%, sedangkan pencapaian cakupan K4 mencapai 78,9%. Puskesmas Mahan Panjang sebagai salah satu Puskesmas di Kabupaten Solok, cakupan K4 selama tiga tahun tidak pernah mencapai target (2001:73%, 2002:76,2%, 2003:78,5%), Data jumlah kematian ibu Puskesmas Alahan Panjang tiga tahun terakhir memperlihatkan kecenderungan meningkat.
Penelitian dilakukan secara kualitatif bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengelolaan program Kesehatan Ibu di Puskesmas Alahan Panjang Kabupaten Solok. Variabel yang diteliti meliputi 1) variabel input yaitu petugas kesehatan, standar, uraian tugas, rencana kerja, dana dan sarana/prasarana, 2) variabel proses meliputi pemautauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak yang terdiri dari sasaran, target, pertemuan. Pemeriksaan kehamilan meliputi pelayanan antenatal, kunjungan lapangan, konseling. Penyuluhan dan supervisi, 3) variabel output yaitu cakupan K4 pada tahun 2003.
Hasil penelitian di Puskesmas Alahan Panjang diketahui bahwa petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal kurang. Standar yang digunakan adalah standar minimal 5T. Uraian tugas, rencana kerja belum dilaksanakan dengan baik. Dana yang tersedia untuk operasional kegiatan program kesehatan ibu dan anak masih terbatas, peralatan untuk pelayanan antenatal di Polindes masih kurang. Pelaksanaan pendataan sasaran, kunjungan rumah, konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil belum dilakukan oleh bidan dengan baik. Supervisi oleh pimpinan kepada bidan belum optimal.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan program kesehatan ibu dan anak disarankan agar Pimpinan Puskesmas dan seluruh staf mempersiapkan perencanaan, pelaksanaan kegiatan yang terarah, pengawasan berjenjang dan mengevaluasi program Kesehatan lbu dan Anak secara mendalam untuk dapat mencapai Kabupaten Solok Sehat tahun 2010.
Daftar Pustaka: 64 (1980 - 2004)

Evaluation on Management of Maternal and Child Health Program in Alahan Panjang Public Health Center, Solok District Year 2003One target indicator of health development performance in West Sumatera Province year 2003 was pregnant women access to antenatal care (K 1 coverage) of 95%, and quality maternal health care (K4 coverage) of 85% (West Sumatera Health Office, 2001)_ The lowest K4 coverage in West Sumatera Province in 2003 was in Solok District. Data on Solok Health Office in 2003 showed K1 coverage of 92.4% and K4 coverage of 78.9%. Alahan Panjang Public Health Center (PHC) is one PHC in Solok which never achieved the target for three consecutive years (2001: 73%, 2002: 76.2%, 2003: 78.5%). Data on maternal mortality in Alahan Panjang PHC shows tendency to increase.
This study was conducted qualitatively and aimed to obtain information on the management of maternal health program in Alahan Panjang PHC. Variables under study including 1) input variables consisted of health worker, standard, job description, work plan, funding, and facilities, 2) process variables consisted of local area monitoring for maternal and child health (target, objectives, and routine meeting), pregnancy care (antenatal care/ANC, field visit, and counseling), and extension and supervision, 3) output variables that is K4 coverage in year 2003.
The study results showed that there was insufficient quantity of health worker provided antenatal care. Standard used was minimal standard of 5T. Job description and work plan were not adequately implemented. Available fund for program operational was still limited, and there was a lack of facilities of ANC in Polindes (maternal care unit in village level). Target data collection and updating, home visit, guidance and counseling to pregnant women were not implemented well by midwives. Supervision by higher level officer was suboptimal.
To improve the quality of maternal and child health program, it is recommended to Head of and all staff of PHC to prepare focused planning and implementation, multilevel monitoring, and to evaluate maternal and child health program in-depth as to achieve Healthy Solok District year 2010.
References: 64 (1980-2004)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusril
"Berdasarkan SK Bupati Tanah Datar No. 12/BTD-2004 maka dimulai pelaksanaan Puskesmas Unit Swadana di Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat pada bulan Maret 2004, dimana kebijakan ini memberikan kewenangan dalam mengolah pendapatan fungsional secara mandiri untuk membiayai kegiatan operasional dan pemeliharaan serta upaya peningkatan mutu pelayanannya.
Penelitian bersifat Cross Sectional, unit analisis adalah Puskesmas Unit Swadana di Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat yaitu Puskesmas Lima Kaum I, Sungayang dan Tanjung Emas.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa dengan kebijakan menjadi unit swadana pendapatan Puskesmas Unit Swadana meningkat cukup tinggi dimana Puskesmas Lima Kaum I tertinggi peningkatan pendapatannya dari Puskesmas Tanjung Emas dan Sungayang.
Pendapatan yang diperoleh sudah dapat menutupi seluruh biaya operasional dan pemeliharaan puskesmas dan bahkan berlebih yang berarti ada cadangan dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengernbangkan puskesmas unit swadana lebih baik. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan nilai Cost Recovery didapatkan Puskesmas Lima Kaum I = 126,38 %, Puskesmas Tanjung Emas 122,01 % dan Puskesmas Sungayang 118,56 %. Namun nilai Cost Recovery ini barulah tahap recovery biaya operasional dan pemeliharaan sedangkan kondisi sebenarnya dengan memperhitungĀ¬kan biaya investasi, gaji dan subsidi lainnya belum diketahui. Sistem pembayaran terbesar secara tunai dan askes/gakin, namun masih ditemukan adanya pembayaran gratis terbanyak di Puskesmas Tanjung Emas.
Penerimaan sebelum swadana terbesar berasal dari retribusi karcis namun setelah menjadi unit swadana sudah hampir berimbang antara pendapatan dari karcis dan pelayanan kesehatan lainnya bahkan di Puskesmas Lima Kaum I penghasilan dari karcis lebih kecil dari penghasilan dari tindakan pelayanan kesehatan lainnya.
Utilisasi pengguna jasa dari retribusi di Puskesmas unit Lima Kaum I berasal dari tindakan medik dasar, konsultasi kesehatan, pengujian kesehatan dan i emakaian ambulance, di Puskesmas Sungayang potensinya dari pemeriksaan dokter gigi dan pertolongan persalinan dan di Puskesmas Tanjung Emas dari pemeriksaan dokter spesialis dan tindakan laboratorium.
Upaya penerimaan Puskesmas dari retribusi bayar setelah pembentukan unit swadana di Puskesmas Lima Kaum I sudah baik tetapi di Puskesmas Sungayang dan Tanjung Emas masih belum maksimal, padahal sebelum swadana puskesmas Lima Kaum I masih belum maksimal upaya penerimaannya.
Kebijakan tarif hanya bersifat makro, tarif secara mikro belum diperbo!ehklan untuk dilaksanakan oleh Puskesmas. Namun dari pentarifan yang ada sudah cukup mendukung pelaksanaan kebijakan swadana yang dilaksanakan.
Persepsi waktu tunggu yang lama masih ditemukan terbanyak pada unit pendaftaran dan obat. Persepsi terhadap biaya pelayanan kesehatan yang dianggap maha! tidak begitu banyak, persepsi mahal terbanyak ditemukan pada pemeriksaan penunjang di Puskesmas Tanjung Emas.
Persepsi terhadap pelayanan petugas sudah balk namun masih ditemukan adanya persepsi kurang baik pada pelayanan petugas terbanyak dibagian pendaftaran di Puskesmas Lima Kaum dan Sungayang.
Persepsi terhadap sikap petugas cukup baik namun masih ditemukan masih ada persepsi pengguna jasa yang tidak puas terhadap sikap petugas terutama di bagian pendaftaran dan obat di Puskesmas Tanjung Emas dan Sungayang.
Kondisi kebersihan dan kenyamanan puskesmas baik, walaupun masih ditemukan tidak nyaman terhadap toilet yang tersedia.
Sebagai suatu kebijakan, pelaksanaan puskesmas unit swadana membawa banyak manfaat bagi pengguna jasa dimana adanya peningkatan mutu pemeriksaan dan pelayanan kesehatan serta mutu obat. Bagi petugas adanya kemendirian dalam perencanaan keuangan dan kemantapan sumber daya manusia. Dalam pelaksanaannya konsep swadana yang dilaksanakan bukanlah murni swadana melainkan lebih pada upaya pembentukan Puskesmas yang dapat memberikan pelayanan prima kepada pengguna jasanya. Perlu dikembangkan lebih lanjut karena diharapkan dimana yang akan datang puskesmas swadana merupakan prototipe puskesmas ideal yang dapat memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu bagi masyarakat sehingga memiliki dampak positif yang cukup besar, baik bagi puskesmas maupun bagi masyarakat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narila Mutia Nasir
"ABSTRAK
Salah sam usaha untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
melalui pemberian pelayanaa yang bezlcualitas. Pelayanan berkualitas dapat divcmjudkan
dengan adanya tenaga kesehatan yang kompeten, termasuk bidan. '
Penelitian ini dilakukan dengan disain cross sectional dengan pendekatan
kuantatif untuk mengetahui Pengamh Kompetensi terhadap Kinerja Bidan dalarn
Pelayanan Neonatal di Puskesmas Perawatan Kabupatcn Bekasi Tahun 2007. Analisis
data dilakukan secara dcskriptif dan analitik. Populasi penelitian ini adalah bidan di
Puskesmas Perawatan Kabupaten Bekasi yang berjumlah 41 orang. Sampel dalam
penelitian ini sama dengan total populasi
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (61%) bidan tidak kompeten.
Kompetensi merupakan faktor yang bermakna terhadap kinerja bidan dalam pelayanan
neonatal dengan Odd Ratio (OR) 6,75. Faktor umur, pendidikan, lama kezja, pelatihan
asfiksia, dan pclatihan Asuhan Pcrsalinan Nommal (APN) mcnunjukkan hubungan yang
tidak bcrrnaknu.
Kompelensi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kincrja bidan
Puskesmas Perawatan di Kabupaien Bekasi Tahun 2007 berdasarkan uji regrcsi logislik
dcngan OR = 9. Oleh karena im, kompetensi bidan perlu ditingkatkan salah salunya
melalui pelatihan berbasis kompetensi.

ABSTRACT
Descreasing Infant Mortality Rate (IMR) can be done by giving quality sen/ice.
The quality service could be created if he health professionals, including midwife, are
competence.
The design of this research is cross sectional with quantitative approach. And
using descriptive analysis. The Population of this research are 41 midwives in Public
Health Center with Caring in Bekasi District. The sample size is the same as population.
The result indicates more than half of midwives (61%) arc not competence.
Competency is related factor to midwife performance with Odd Ratio (OR) 6,75.
Besides, age, period of work, education, asphyxia training, and normal delivery training
have no relationship with midwife performance.
Competency has effect to midwife performance based on logistic regression with
OR=9. So that, the improvement of midwife?s competency should be done by
competency based training.

"
2007
T34527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>