Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139904 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pettisa Rustadi
"Tugas karya akhir ini akan membahas mengenai fenomena Korean Wave dalam tiga paradigma besar ilmu Hubungan Internasional. Pembahasan tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana fenomena tersebut layak dijadikan kajian ilmiah dengan menggunakan konsep soft power, globalisasi serta identitas sebagai perwakilan dari paradigma yang ada. Hasil yang didapat memperlihatkan bahwa Korean Wave atau yang juga dikenal sebagai Hallyu sebagai instrumen diplomasi memberikan dampak yang beragam terhadap negara asalnya yaitu Korea Selatan. Efek tersebut dapat bersifat positif seperti pada pencitraan negara serta peningkatan ekonomi atau bahkan negatif dengan lahirnya gerakan anti Korean Wave. Di lain pihak fenomena ini juga mampu mengkonstruksi identitas baru sebagai seorang penggemar atau yang biasa disebut dengan fans.

This final assignment will discuss about the phenomenon of Korean Wave from three major paradigms in International Relations. The aim of the discussion is to give an idea of how the phenomenon worth to be studied using the concept of soft power, globalization and identity as a representative of the three paradigms. The result showed that the Korean Wave or Hallyu as diplomatic instrumen of South Korea gave diverse impact to the country. These effects could be positive like nation branding and economic improvement or negative like the birth of Anti-Korean Wave. On the other hand, the phenomenon was also capable of constructing a new identity as a fan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diky Avianto
"Tugas Karya Akhir ini membahas fenomena MERCOSUR sebagai institusi perdagangan regional di Amerika Selatan yang dilihat dari tiga paradigma utama dalam Ilmu Hubungan Internasional. Analisis MERCOSUR dalam tulisan ini didasarkan pada asumsi-asumsi dasar dari paradigma realisme, liberalisme, dan konstruktivisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan cara pandang ketiga paradigma terhadap fenomena MERCOSUR.
Temuan dari penelitian ini menunjukan paradigma realisme tidak bisa menganalisis MERCOSUR dari asumsi-asumsi dasarnya. Sementara itu, paradigma liberalisme mampu menjelaskan fenomena MERCOSUR melalui asumsi-asumsi dasarnya sebagai wadah kerjasama. Temuan dari paradigma konstruktivisme menunjukkan bahwa fenomena MERCOSUR juga mampu dianalisis melalui asumsi-asumsi dasarnya sebagai suatu konstruksi sosial. Kesimpulan penelitian ini menujukkan bahwa terdapat perbedaan cara pandang dari masing-masing paradigma dalam memandang fenomena MERCOSUR.

This final paper examines MERCOSUR as regional trade institution in South America analized by three main paradigms in International Relations. The analysis of MERCOSUR in this paper is based on basic assumptions from realism, liberalism, and constructivism. The research aims to see the differenceS of point of views among those paradigms toward MERCOSUR.
The result shows that realism cannot analyze MERCOSUR through its assumptions. Meanwhile, liberalism is able to analyze MERCOSUR through its assumptions as form of cooperation. Constructivism is also able to analyze MERCOSUR through its assumptions as social construction. The research concludes that there is sharp difference of point of views from each paradigm in examining MERCOSUR.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aswin Syarief P
"ABSTRAK
Tugas karya akhir ini membahas hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan Indonesia pada tahun 2008 ? 2012. Hubungan bilateral kedua negara ini akan dilihat melalui tiga paradigma besar dalam Ilmu Hubungan Internasional, yaitu Realisme, Liberalisme, dan Konstruktivisme. Pembahasan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai pembentukan hubungan antara Amerika Serikat dan Indonesia yang menjadi lebih erat dan terbentuknya Comprehensive Partnership pada tahun 2010. Dinamika hubungan ini akan dijelaskan melalui teori Balance of Interest pada paradigma Realisme, teori Democratic Peace pada paradigma Liberalisme, dan teori ?Identitas, Kekuatan, dan Pembentukan Persepsi Ancaman? pada paradigma Konstruktivisme. Hasil yang didapatkan adalah, hubungan kedua negara yang lebih erat pada periode 2008 ? 2012 terbentuk karena kesamaan ideologi yang dimiliki sehingga mengarah kepada kerja sama, dan kerja sama ini terjadi atas dasar peluang yang lebih baik bagi masing-masing negara untuk mencapai kepentingannya.

ABSTRACT
This final assignment discusses about U.S. and Indonesia bilateral relations in year 2008 ? 2012. Bilateral relations between the two countries would be examined from three major paradigms in International Relations, which are Realism, Liberalism, and Constructivism. This discussion is intended to explain the closer-tied relationship between the U.S. and Indonesia in the particular period, and led to the creation of Comprehensive Partnership back in the year 2010. The relationship will be examined with the Balance of Interest theory in Realism, Democratic Peace theory in Liberalism, and ?Identity, Power, and Threat Perception? in Constructivism. The discussion concludes that the closer relationship of the two countries is shaped because of the similarity in ideology that leads to cooperation, while at the same time the cooperation is done to maximizing the opportunity and the potential from each other for the sake of pursuing national interests."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Putri Pratama
"Tugas karya akhir ini bertujuan untuk menganalisis kawasan Asia Tengah, dilihat dari perspektif Realisme, Liberalisme dan Konstruktivisme, melalui teori Regional Security Complex oleh Barry Buzan dan Ole Waever. Teori ini hendak menunjukkan keamanan regional berdasarkan interdependensi antar unit dalam kawasan dilihat dari struktur power dan proses sekuritisasi di dalamnya, demikian pola hubungan keamanan dalam kawasan Asia Tengah berusaha dijelaskan dengan elemen-elemen dari ketiga paradigma yang terdapat dalam teori tersebut.
Hasil analisis tulisan ini menunjukkan bahwa Asia Tengah dipandang sebagai bentuk insecurity interdependence by external forces dari perspektif Realis, security interdependence by interest dari perspektif Liberalis dan securitization interdependence by understanding of threat/security dari perspektif Konstruktivis. Kompleks keamanan Asia Tengah termasuk dalam tipe kompleks keamanan Great Power, terlihat dari peran besar kekuatan-kekuatan eksternal terutama Rusia dan Cina dalam kawasan tersebut; baik dalam pembentukan pola pertemanan dengan kerjasama, pola permusuhan dengan persaingan dan ketakutan, juga proses sekuritisasi isu separatisme, ekstremisme dan terorisme sebagai ancaman terhadap keamanan regional.

This final project aims to analyze the Central Asian region viewed from the perspectives of Realism, Liberalism and Constructivism, through Barry Buzan and Ole Waever's Regional Security Complex theory. As the theory implies the content of regional security by the interdependence between units within the region by power structure and securitization processes, the three paradigms emphasized on different elements in the theory to explain the pattern of security relations in Central Asia.
The result of the analysis shows that Central Asia is viewed as a form of insecurity interdependence by external forces from the Realist perspective, security interdependence by interest from the Liberalist perspective and securitization interdependence by understanding of threat/security from the Constructivist perspective. The Central Asian security complex is categorized as a Great Power Security Complex, seen from the major roles of external powers in the region, especially Russia and China, be it in shaping patterns of amity by cooperation, enmity by rivalry and fear, also in process of securitization of separatism, extremism and terrorism as threats to regional security.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Triponda Glory
"Pada tahun 1991 pemerintah India mencanangkan look east policy sebagai arahan kebijakan yang bertujuan untuk mengintensifkan kembali hubungannya dengan ASEAN yang sempat renggang pada masa Perang Dingin. Look east policy ditujukan tidak hanya untuk kepentingan ekspansi ekonomi melainkan juga untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan politik-keamanan India di tengah perubahaan lingkungan global dan kawasan.
Tugas Karya Akhir ini bertujuan untuk memahami pengaruh look east policy terhadap hubungan India dan ASEAN dengan mengeksplorasi aspek ontologis, epistemologis da aksiologis dari tiga paradigma utama dalam Hubungan internasional yaitu, realisme, liberalisme, dan konstruktivisme. Pengaruh look east policy akan dianalisis menggunakan teori dari masing-masing paradigma tersebut, yaitu teori balance of power, liberalisme institusional, dan konstuktivisme ideasional.
Tugas Karya Akhir ini menyimpulkan bahwa, LEP merupakan instrumen untuk memperbesar power serta bagian dari politik balancing (realisme), sebagai instrumen intensifikasi kerjasama (liberalisme) dan sebagai instrumen ideasional untuk mengkonstruksi hubungan sosial antara India dan ASEAN (konstruktivisme). Bila dilihat dari tujuannya, LEP digunakan untuk meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi dan aliansi politik-keamanan antara India dan ASEAN untuk mengimbangi perluasan pengaruh Cina (realisme), untuk menciptakan institusionalisasi hubungan India-ASEAN demi memberikan keuntungan bagi kedua pihak (liberalisme) dan untuk mengembalikan kedekatan India-Cina melalui interaksi sosial. Tujuan-tujuan tersebut dicapai melalui aliansi di bidang ekonomi dan politikkeamanan serta pembentukan struktur sosial dalam kerangka hubungan India-ASEAN.

In 1991, government of India initiated the so-called look east policy as a policy guidance to intensify its relations with ASEAN. Look east policy aimed not only to expand India's economy but also to pursue its political security interests in a changing landscape of global and regional environment.
As the focus in this paper, Look east policy will be understood by exploring ontological, epistemological and axiological aspects of three main paradigms in International Relations: realism, liberalism and constructivism. Three different theories-balance of power of realism, institutional liberalism and ideational constructivism- would be exploited to understand the impact of Look east policy on the India-ASEAN relations.
This paper concludes that, Look east policy is an instrument to increase power of India and a part of India's balancing policy (realism), as an instrument to intensify cooperation between India and ASEAN (liberalism) and as an ideational instrument to construct social relations between India and ASEAN (constructivism). Axiologically, Look east policy is used to enhance economic cooperation and political security alliance between India and ASEAN (realism), to institutionalize India-ASEAN relations and provide gains for both parties (liberalism) and to bring India closer to ASEAN through social interactions (constructivism). These goals are pursued through economic and political security alliance and also the making of social structure within the framework of India-ASEAN relations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Nandini
"African Union merupakan sebuah institusi regional di kawasan afrika yang lahir dari kesadaran negara-negara Afrika bahwa terdapat kebutuhan akan pengaturan terhadap kawasan tersebut. Termasuk dalam bidang yang ditangani oleh AU adalah bidang keamanan. Eksistensi AU diharapkan menjadi sebuah pengaturan keamanan yg dapat membantu mewujudkan kawasan Afrika yang stabil, aman, dan terbebas dari konflik. Paradigma realisme, liberalisme, dan konstruktivisme memiliki pandangan yang berbeda mengenai bentuk dan sifat sebuah institusi keamanan. Realisme dengan teori collective defense nya memandang sebuah institusi keamanan sebagai sebuah institusi dimana anggotaanggotanya membentuk sebuah aliansi militer yang memiliki tujuan pembentukan yang jelas. Liberalisme dengan teori collective security nya memandang institusi keamanan sebagai sebuah bentukan institusi yang menjaga anggota-anggota nya untuk saling menjaga perilaku dan kebijakan agar tidak saling berbenturan satu dengan lainnya. Sedangkan konstruktivisme dengan teori security community nya memandang institusi keamanan sebagai sebuah bentukan yang mendorong negara negara anggota nya untuk tidak menggunakan tindakan koersif dalam segala kebijakan penanganan konfliknya. Karya tulis ini akan menganalisa sifat bentukan AU sebagai sebuah institusi keamanan regional di kawasan Afrika melalui ketiga teori tersebut.

African Union is a regional institution in Africa born as a form of African country's realization in needs of a better system in the region. Security is one of the issue that became AU's consideration. There is a hope that AU's existance could take a role as a security management in order to create a stable, save, and free-from-conflict Africa. Realism, Liberalism, and Constructivism have a different way to see the formation and characteristic of a security institution. Realism with a collective defense theory believe that security institution is a form of institution where the members are united in a military alliance. Liberalism with collective security theory believe that the main purpose of a security institution is to keep the member's from violating one another. While constructivism with security community theory believe that members of security institution need to build a non-coersive action policy in order to create the real peace in the region. Focus of this thesis is to analyzing characteristic of AU as a regional security institution in Africa using the three theory mentioned above."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Putri Shafira
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengetahuan tentang bagaimana suatu negara menciptakan identitasnya dengan menggunakan “nation branding”. Studi ini berfokus menganalisa bagaimana Korea Selatan menggunakan “Korean Wave”, fenomena budayanya, dan media global, untuk mengubah identitas nasionalnya. Menggunakan teori kultivasi analisis, penelitian dilakukan dengan menggunakan tinjauan literatur pada database jurnal, katalog perpustakaan dan database surat kabar online, dengan mempelajari bagaimana Korea Selatan digambarkan dalam artikel media dan jurnal penelitian. Hasil mengungkapkan bahwa Korea Selatan telah berhasil mengubah identitasnya. Dahulu nya Korea Selatan dikenal karena perang Korea dan krisis keuangan yang parah, namun karena fenomena global telah berdampak pada industri pariwisata, ekonomi dan hiburan, Korea Selatan sekarang telah dikenal akan hiburan dan pariwisatanya.

The study aims to seek knowledge of how a nation creates its identity using the application of nation branding. The study focuses on analysing how South Korea use Korean Wave, its cultural phenomenon, and the global media, to alter its national identity. Using the cultivation analysis theory, the study was carried out using literature reviews on journal databases, library catalogue and online newspaper databases. It examines how South Korea was visualised in media articles and research journals. Results revealed that South Korea has succeeded in changing its identity. In the past, South Korea was known for the Korean War and the severe financial crisis, but because the global phenomenon has had an impact on the tourism, economic and entertainment industries, South Korea is now known for its entertainment and tourism.

The study aims to seek knowledge of how a nation creates its identity using the application of nation branding. The study focuses on analysing how South Korea use Korean Wave, its cultural phenomenon, and the global media, to alter its national identity. Using the cultivation analysis theory, the study was carried out using literature reviews on journal databases, library catalogue and online newspaper databases. It examines how South Korea was visualised in media articles and research journals. Results revealed that South Korea has succeeded in changing its identity. In the past, South Korea was known for the Korean War and the severe financial crisis, but because the global phenomenon has had an impact on the tourism, economic and entertainment industries, South Korea is now known for its entertainment and tourism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
M. Mardani Arrahman
"Collective Security Treaty Organization (CSTO) merupakan sebuah pengaturan keamanan regional di kawasan Asia Tengah. Keberadaan CSTO diharapkan bisa menciptakan stabilitas maupun perdamaian bagi negara-negara anggotanya. Terdapat tiga paradigma utama dalam Ilmu Hubungan Internasional yaitu realisme, liberalisme dan konstruktivisme. Masing-masing paradigma memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu institusi pengaturan keamanan regional. Realisme dengan teori collective defense melihat suatu institusi pengaturan keamanan akan membentuk suatu aliansi militer sebagai bentuk pertahanan diri terhadap ancaman. Liberalisme dengan teori collective security melihat sebuah institusi pengaturan keamanan sebagai institusi yang dapat menjaga negara-negara anggotanya untuk tidak berkonfrontasi antara satu dengan yang lain. Konstruktivisme dengan teori security community memiliki pandangan bahwa suatu institusi pengaturan keamanan bisa membuat negara-negara anggotanya untuk tidak melakukan tindakan koersif dalam penangan konflik maupun reaksi terhadap ancaman. Karya tulis ini akan menganalisa karakteristik CSTO sebagai organisasi keamanan di kawasan Asia Tengah melalui tiga teori tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1970
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hosang, Lesly Gijsbert Christian
"Ilmu hubungan internasional memiliki tiga paradigma utama; realisme, liberalisme, dan kontruktivisme yang khas dalam memandang institusi. Tulisan ini akan melihat dan membandingkan bagaimana ketiga paradigma ini memandang ASEAN Political Security Community 2015. Pada akhirnya, dapat diketahui keunikan dan kelemahan masing-masing paradigma dalam memandang kerjasama keamanan di Asia Tenggara ini. Realisme memandang security dilemma sebagai faktor kunci munculnya kerjasama, sedangkan liberalisme memandang institusionalisme sebagai faktor determinan. Di sisi lain, konstruktivisme menakankan pada identitas kolektif yang terkonstruksi di antara negara-negara anggota APSC 2015.

International relations has three major paradigms: realism, liberalism, and constructivism that has distinct view on institution. This paper will compare how the three paradigms asses the ASEAN Political Security Community 2015. In the end, the uniqueness and weaknesses of each paradigm will be identified. Realism regards security dilemma as a key factor in the emergence of security cooperation, while liberalism sees institutionalism as a determinant factor. On the other hand, constructivism emphasizes on collective identity that is constructed among the member countries of APSC 2015."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jauza Almazhifa Sas Indirana
"Seiring dengan popularitas Korean Wave yang terus tumbuh, kini telah memasuki fase baru yang biasa disebut Hallyu 2.0 atau New Korean Wave yang menandakan penggunaan media sosial sebagai media distribusi utamanya. Makalah ini menunjukkan bagaimana media sosial digunakan untuk meningkatkan soft power Korea Selatan di era New Korean Wave dengan melakukan ringkasan komprehensif dari jurnal akademik dan bukubuku yang berhubungan dengan topik tersebut. Karena popularitasnya yang semakin meningkat, Korean Wave terbukti menjadi sumber daya budaya yang dapat meningkatkan soft power Korea Selatan dan media sosial telah berhasil membantu budaya populer Korea untuk menembus pasar global.
As the popularity of Korean Wave continuously grows, it has now entered a new commonly referred as Hallyu 2.0 or the New Korean Wave denoting the use of social media as its main medium of distribution. This paper shows how social media is being used to enhance South Korean soft power in the era of the New Korean Wave by undertaking a comprehensive summary from academic journals and books correlating with the topic. Due to its intensifying popularity outbreak, Korean Wave is proven to be a cultural resource that can increase South Korea`s soft power and social media have successfully aiding Korean popular culture to penetrate the global market."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>