Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164068 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Th. Ratih Sawitridjati
2007
T38300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryati
"Kegiatan bermain dengan teman sebaya pada anak prasekolah merupakan suatu hal yang alamiah bagi setiap anak. Mereka mulai memperluas pergaulannya dan terlibat dengan kegiatan bermain. Hal ini perlu mendapat dukungan dari orang tua untuk memfasilitasi perkembangan anak terutama perkembangan interpersonal dan kemampuan sosialnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi orang tua terhadap pentingnya kegiatan bermain dengan teman sebaya pada anak prasekolah. Penelitian ini dilakukan di Rw. 05 kelurahan Rawasari pada tanggal 22-30 November 2001.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif sederhana dengan responden sebanyak 30 orang. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan rumus tendensi sentral, distribusi frekuensi, dan standar deviasi. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa rata-rata orang tua di Rw. 05 kelurahan Rawasari mempunyai persepsi yang positif terhadap kegiatan bermain dengan teman sebaya pada anak prasekolah. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5010
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Lita Widhiyanti
"Anak pada masa usia sekolah (6-12 tahun) mulai mengembangkan hubungan dengan teman sebayanya. Teman sebaya membantu anak untuk mengembangkan citra diri dan harga diri anak melalui modeling, reinforcement, dan perbandingan sosial. Oleh karena teman sebaya sangat berperan dalam perkembangan sosial anak usia sekolah, maka orangtua, guru, dan sistem pendukung anak lainnya perlu mengetahui apakah teman sebaya mempengaruhi harga diri anak, sehingga optimalisasi perkembangan sosial dan konsep diri anak dapat tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara teman sebaya dan harga diri pada anak usia sekolah.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif korelasi. Populasi yang digunakan adalah siswa/i kelas IV dan V SDN 05 Pondok Cina Depok dan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling dan acak sederhana, dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner atas persetujuan responden. Data tersebut diuji dengan menggunakan uji chi square pada α = 0,05 dan didapatkan p value 0,000 (p value < α), yang artinya ada hubungan yang signifikan antam teman sebaya dan harga diri pada anak usia sekolah. Mayoritas anak yang hubungan dengan teman sebayanya baik, memiliki harga diri yang tinggi (85.7%) dan mayoritas anak yang hubungan teman sebayanya buruk, memiliki harga diri yang rendah (65,4%)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5663
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
A. Saifah
"Anak usia sekolah adalah kelompok yang berisiko terhadap masalah gizi. Salah satu penyebab masalah gizi adalah faktor perilaku. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan peran keluarga, guru, teman sebaya, dan media massa dengan perilaku gizi anak usia sekolah. Desain yang digunakan adalah deskriptif korelasional pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan cluster proportional 174 anak usia sekolah kelas 4,5, dan 6. Hasil menunjukkan ada hubungan bermakna peran keluarga dan media massa dengan perilaku gizi anak usia sekolah (p<0,05), tidak ada hubungan bermakna peran guru dan teman sebaya dengan perilaku gizi anak usia sekolah (ρ>0,05), media massa merupakan faktor dominan. Rekomendasi penelitian adalah integrasi pendidikan gizi dengan kurikulum, pelatihan guru UKS, peningkatan promosi kesehatan, asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah, penelitian selanjutnya tentang faktor predisposisi dan pemungkin perilaku gizi.

School-age children are the group at risk for nutritional problems. One cause nutritional problems are behavioral factors. This study aims to determine the relationship of families, teachers, peers, and mass media in nutrition behavior of school-age children. The design used was a descriptive correlation approach cross sectional. Proportional cluster sampling with 174 school age children grade 4,5,dan 6. The results showed no significant relationships family roles and the mass media with nutritional behavior of school-age children (p <0.05), there was no significant relationship roles of teachers and peers with nutritional behavior of school-age children (ρ> 0.05), the mass media is dominant factor. Recommended research is the integration of nutrition education with curriculum, teacher training school health, increased health promotion, family nursing care with school-age children, further research on predisposing and enabling factors of nutrition behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mayke Sugianto Tedjasaputra
"Bahasa memegang peranan penting dalam proses perkembangan seorang anak, fungsi mendasar dari bahasa adalah untuk berkomunikasi dan merupakan "alat" interaksi sosial timbal balik. Selain itu, bahasa membantu anak mengarahkan pikiran, menajamkan ingatan, melakukan kategorisasi, mempelajari hal-hal baru sehingga kemampuan berpikir anak akan meningkat. Pada usia 18 bulan terjadi lonjakan bahasa, ditandai dengan kesenangan anak untuk memberi nama pada objek atau peristiwa yang dijumpainya. Lingkungan mempunyai peranan dalam perolehan bahasa, dan usia menjelang 2 tahun merupakan masa yang tepat untuk berlangsungnya pembelajaran bahasa. Bila pembelajaran bahasa tidak dimulai sejak dini, akan berdampak negatif terhadap perkembangan anak di kemudian hari, antara lain terhambatnya komunikasi dengan sesama manusia, terhambatnya proses belajar dan berpikir.
Semantik atau makna kata serta kalimat, merupakan salah satu komponen bahasa yang sangat panting untuk diteliti, sebab semua aspek bahasa sangat bergantung pada semantik. Walaupun anak mampu berbicara tetapi tidak memahami makna kata atau kalimatnya, akan berdampak pada terhambatnya komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Di sisi lain, bermain simbolik atau kemampuan merepresentasikan pengalaman actual maupun khayalan melalui penggunaan beberapa objek, gerakan, atau bahasa; menjadi prasyarat untuk dikuasainya kemampuan linguistik tertentu. Ada hubungan yang berrnakna antara tingkatan bermain simbolik dengan perkembangan semantis anak. Bentuk interaksi ibu-anak jugs mempengaruhi kegiatan bermain pada anak, termasuk bermain simbolik.
Penelitian mengenai perolehan bahasa telah banyak dilakukan di negara Barat, dengan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu. Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai perolehan bahasa pada anak-anak di Indonesia yang berusia di bawah tiga tahun masih langka. Perbedaan budaya akan mempengaruhi perolehan bahasa pada anak, setiap bahasa memiliki kekhususan dalam sistim bahasa yang berlaku dan kesediaan serta cara ibu mengajak anak berkomunikasi berperan terhadap perolehan bahasa.
Adanya perbedaan bahasa serta budaya tersebut, menimbulkan keinginan pada penulis untuk meneliti perkembangan semantis dan tingkatan bermain simbolik atas dasar budaya dan Bahasa Indonesia. Selain itu akan diteliti bentuk interaksi ibu dan jenis bermain pada anak yang terjadi saat mereka bermain bersama.
Tingkatan bermain simbolik dan jenis bermain anak akan didata melalui kegiatan bermain ibu-anak dengan menggunakan The Symbolic Play Test yang telah dimodifikasi oleh penulis. Pada kesempatan ini sekaligus didata kosa kata anak dan bentuk interaksi yang dilakukan ibu. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari lima anak yang berusia 18, 20 dan 22 bulan, dan setiap subjek didampingi oleh ibunya masing masing. Metode untuk mengumpulkan data dilakukan melalui observasi, dilengkapi dengan wawancara terhadap ibu atau orang lain yang terlibat dalam pengasuhan anak.
Mengingat subjek yang terbatas, hasil penelitian ini tidak dapat berlaku umum, namun dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa perkembangan semantis berhubungan dengan tingkatan bermain simbolik. Bentuk interaksi ibu yang paling utama adalah mengarahkan perhatian anak dengan memberikan instruksi atau mengajukan pertanyaan, dan kegiatan bermain yang paling sering terjadi adalah bermain eksploratif.
Saran yang diajukan bagi penelitian yang sama di masa mendatang, adalah memperbesar cakupan usia subjek dan mendata kosa kata anak dalam kehidupan sehari-hari. Untuk hal yang ke dua, perlu disusun alat inventori bahasa anak usia Batita yang nantinya dapat digunakan secara luas dan menjadi bahan untuk membuat norma perkembangan bahasa anak usia Batita di Indonesia. Melakukan penelitian longitudinal mengenai manfaat bermain simbolik dengan pemahaman bacaan pada anak, menjelang masuk Sekolah Dasar. Membuat rancangan program pelatihan bagi para ibu (orang tua) atau pemerhati anak mengenai cara berinteraksi yang benar untuk merangsang perkembangan bahasa dan bermain pada anak."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T18522
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gamajanti Zulkarnaen
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Hapsari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Yogi Triana
"ABSTRAK
Kualitas hidup dari Anak Berkebutuhan Khusus ABK dipengaruhi oleh kemampuannya dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, khususnya dengan teman sebayanya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pengalaman teman sebaya berinteraksi dengan ABK yang menjalani pendidikan di sekolah inklusi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif fenomenologi melalui teknik wawancara mendalam secara semi terstruktur terhadap delapan partisipan yang berusia 10-13 tahun dari sekolah inklusi di kota Depok. Penelitian ini mengidentifikasi enam tema, yaitu dia berbeda, kekesalan terhadap ABK, misalnya aku jadi mereka, seru main sama dia, perlakuan guru pada ABK, dan ragam respon orangtua ABK. Kekesalan dan perasaan empati terhadap ABK menjadi pengalaman yang dominan dirasakan teman sebaya saat berinteraksi dengan ABK tergantung dari sikap dan perilaku yang ditunjukkan ABK. Selanjutnya, diharapkan adanya peran kolaboratif semua pihak, baik perawat maupun warga sekolah untuk menunjang keberlanjutan interaksi yang positif antar ABK dengan teman sebaya. Kata kunci: Anak berkebutuhan khusus, berinteraksi, sekolah inklusi, teman sebaya.

ABSTRACT
The quality of life of the Children with Special Needs CWSN is influenced by his ability to socialize, especially with their peers. The purpose of this study is to obtain an overview of peer experiences interacting with the CWSN in inclusive schools. This research used qualitative descriptive phenomenology method through semi structured in depth interview technique for eight participants age 10 13 years old from inclusive school. The results identified six themes including he she is different, resentment to the CWSN, if I were them, excited to play with him, teacher treatment to CWSN, and various responses of CWSN parents. Feeling of annoyance and empathy towards to the CWSN becomes the most experience felt by peers when interacting with the CWSN depending on their attitudes and behaviors. Furthermore, the collaborative role of all parties is needed, both nurse and school residents to support the sustainability of positive interactions between the CWSN with peers. Keywords Children with special needs, inclusive school, interaction, peers"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seto Mulyadi
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rangsangan pengembangan kreativitas kepada anak-anak usia prasekolah (46 tahun) yang mengikuti kegiatan di beberapa Taman Kanak-kanak di Jakarta.
Menyadari akan anti penting kreativitas bagi upaya pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, khususnya melalui perangsangan sejak usia dini pada anak-anak usia prasekolah, maka peneliti mencoba untuk menyusun suatu paket pelatihan pengembangan kreativitas bagi anak usia prasekolah.
Paket ini terdiri dari dua macam, pertama adalah paket pelatihan pengembangan kreativitas untuk anak; dan kedua adalah Paket pelatihan cara pengembangan kreativitas anak bagi ibu, agar dapat mengupayakan pengembangan kreativitas anaknya di rumah melalui kegiatan bermain.
Dalam pelaksanaannya, kelompok penelitian dibagi empat kelompok yaitu: (1) Kelompok anak memperoleh pelatihan dan ibu juga memperoleh pelatihan (AP-IP), (2) Kelompok anak memperoleh pelatihan tetapi ibu tidak memperoleh pelatihan (AP-ITP), (3) Kelompok anak tidak memperoleh pelatihan tetapi ibu memperoleh pelatihan (ATP-IP), (4) Kelompok anak tidak memperoleh pelatihan dan ibu juga tidak memperoleh pelatihan (ATP-ITP).
Sebelum pelatihan dimulai, kepada semua kelompok diberikan prauji Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT) Figural Form A. Kemudian kelompok (1) dan (2) memperoleh pelatihan pengembangan kreativitas anak, sementara kelompok (1) dan (3) ibunya memperoleh paket pelatihan cara pengembangan kreativitas anak. Pada kelompok (2), ibunya tidak memperoleh paket pelatihan, pada kelompok (3) anak tidak memperoleh paket pelatihan dan pada kelompok (4) baik anak maupun ibu tidak memperoleh paket pelatihan. Pada akhir masa pelatihan, seluruh kelompok penelitian memperoleh pascauji TTCT Figural Form-A.
Sampel penelitian ini adalah anak usia 4-6 tahun yang mengikuti kegiatan di beberapa Taman Kanak-kanak di Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga buah hipotesis kerja ternyata ketiga-tiganya dinyatakan diterima. Hipotesis tersebut adalah :
Hipotesis Kerja I :
Peningkatan kreativitas pada anak usia prasekolah yang telah memperoleh pelatihan pengembangan kreativitas secara bermakna Iebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kreativitas anak usia prasekolah yang tidak memperoleh pelatihan pengembangan kreativitas.
Hipotesis Keria II :
Peningkatan kreativitas pada anak usia prasekolah yang ibunya telah memperoleh pelatihan cara pengembangan kreativitas anak secara bermakna Iebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kreativitas anak usia prasekolah yang ibunya tidak memperoleh pelatihan cara pengembangan kreativitas anak.
Hipotesis Kerja III :
Ada interaksi yang bermakna antara pemberian pelatihan pengembangan kreativitas anak dan pemberian pelatihan cara pengembangan kreativitas anak terhadap ibu dalam upaya peningkatan kreativitas anak usia prasekolah.
Secara keseluruhan berdasarkan basil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kreativitas anak usia prasekolah dapat ditingkatkan dengan upaya pengembangan kreativitas melalui kegiatan bermain; apakah dilakukan melalui pendekatan terhadap anak maupun ibu.
Efek pengembangan kreativitas akan menjadi maksimal apabila upaya pengembangan kreativitas pada anak usia prasekolah dilakukan melalui pendekatan terhadap anak dan ibu sekaligus.
Untuk penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang, peneliti menyarankan agar juga dilibatkan anak-anak Taman Kanak-kanak di desa dan di tempat-tempat terpencil, anak-anak usia prasekolah yang tidak sempat mengikuti kegiatan Taman Kanak-kanak, serta melakukan penelitian mengenai potensi ibu dalam upaya pengembangan kreativitas anak di rumah.
Untuk penerapan paket pelatihan pengembangan kreativitas disarankan agar dapat dilaksanakan pada waktu liburan atau sore hari setelah jam sekolah dan dipertimbangkan penyusunan paket pelatihan yang diterapkan dalam waktu yang Iebih singkat namun dengan hasil yang lebih intensif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D220
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Disamping kecanduan narkotika, jenis kecanduan lain yang menurunkan kualits hidup generasi muda indonesia adalah kecanduan video gim dalam jaringan/daring. Pedoman penggolongan dan Diangnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGIII) belum memasukkan kriteria kecanduan video gim daring . Penelitian ini menyelidiki kecanduan gim daring dengan variabel prediktor penerimaan teman sebaya dan variabel mediator kesepian. Analisis jalur dengan Structural Equation Model terhadap data 133 remaja Jakarta yang berusia 12 – 18 tahun menunjukkan bahwa model penelitian yang dihipotesiskan sesuai dengan data empiris (X2 = 1,56: p>0,05; GFI > 0,90). Semakin remaja yang bermain video gim daring mempersepsikan dirinya tidak diterima oleh teman sebayanya, bila diikuti dengan perasaan kesepian, semakin tinggi tingkat kecanduannya terhadap video gim daring."
MIMBAR 28 (1) 2012
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>