Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80510 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Meliana
"Notaris merupakan pejabat umum yang mempunyai kewenangan untuk membuat akta otentik. Namun dalam prakteknya terdapat akta notaris khususnya akta pengakuan hutang yang mempunyai kekuatan eksekutorial tidak dapat dieksekusi di Pengadilan Negeri karena mengandung cacat yuridis, yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimanakah keabsahan suatu akta notaris (akta pengakuan hutang) yang memuat dua perbuatan hukum dalam satu akta serta bagaimanakah tanggung jawab notaris sebagai pejabat pembuat akta terhadap akta yang mengandung cacat hukum. Suatu akta pengakuan hutang yang memuat dua perbuatan hukum yaitu pengakuan hutang dan kuasa untuk menjual mengandung cacat yuridis sehingga kehilangan kekuatan eksekutorialnya (pelunasan hutang dapat dilakukan melalui gugatan biasa) dan notaris mempunyai tanggung jawab moral terhadap aktanya juga dapat dituntut untuk memberi ganti rugi jika merugikan pihak lain.
Metode penelitian adalah yuridis normatif dengan jenis data sekunder terdiri atas bahan hukum primer yaitu peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder yaitu buku dan makalah yang berkaitan dengan masalah notaris, alat pengumpulan data dengan studi kepustakaan serta metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif sehingga menghasilkan data yang bersifat evaluatif-analitis.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan adalah akta pengakuan hutang merupakan akta notariil yang murni berdiri sendiri dan tidak dapat disertai atau ditambah dengan persyaratanpersyaratan lain terlebih lagi yang berbentuk perjanjian dan pemberian kuasa tersebut batal demi hukum karena bertentangan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1982 Tentang Larangan Penggunaan Kuasa Mutlak Sebagai Pemindahan Hak Atas Tanah serta notaris mempunyai tanggung jawab moral dan dapat dituntut untuk memberi ganti rugi jika merugikan pihak lain. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya keseragaman pendapat mengenai bentuk dari akta pengakuan hutang antara notaris dan hakirn pengadilan sehingga tidak ada lagi akta pengakuan hutang yang tidak dapat dieksekusi karena mengandung cacat yuridis juga notaris harus cermat dan hati-hati dalam membuat suatu akta supaya tidak kehilangan sifat otentiknya dan merugikan pihak lain."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Ayu Wardani
"ABSTRAK
Notaris berwenang untuk membuat akta otentik apabila dikehendaki atau diminta
oleh pihak yang berkepentingan. Akta yang dibuat oleh Notaris mencakup
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan. Pembuatan akta perjanjian kredit yang terindikasi dokumen palsu
dan bersifat perjanjian pura-pura menggunakan kausa yang tidak halal atau
bertentangan dengan undang-undang, maka akta itu tidak memiliki kekuatan
hukum serta mengakibatkan akta tersebut tidak sah dan batal demi hukum.
Majelis pengawas notaris memberikan sanksi terkait dengan pelanggaran tugas
dan wewenang notaris dan prilakunya, berupa teguran lisan, teguran tertulis,
pemberhentian sementara 3-6 bulan dan pemberhentian secara tidak hormat. Jenis
penelitian dalam tesis ini adalah yuridis normatif yang termasuk tipe penelitian
eksplanatoris. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Alat pengumpulan datanya yaitu melalui studi kepustakaan dan
wawancara sedangkan hasil penelitiannya akan dianalisa secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Akta yang
dibuat dengan dokumen palsu yang bersifat pura-pura batal demi hukum dan
Notaris yang membantu perbuatan melanggar hukum akan diberikan sanksi sesuai
dengan undang-undang yang berlaku.

ABSTRACT
Notary authorizes to establish an authentic deed which required or requested by
the concerned parties. The Deed that has been established by notary contains of all
actions, agreements, and determination required by the laws and regulations
and/or by the concerned parties. The establishment of the deed of loan agreement
that indicated as a false document and an artificial agreement by using the illegal
reason or contradict with the law has no legal force and also effect the deed as
invalid and void by law. Assembly supervisor of notary entitle to impose
sanctions for noncompliance with the duty, authority and behavior of notaries,
such as verbal warning, written warning, suspension of 3-6 months and a
dishonorable dismissal. The type of research on this thesis is a normative study
that includes the type of explanatory. Data that used of this research is primary
data and secondary data. Literature study and interviews has been used for
collecting the data, while the research results will be analyzed qualitatively.
Pursuant to the research result, therefore can be concluded that the deed that has
been established using a false documents and for simulation is void by law and
notary who assist an unlawful action shall be granted sanctions in accordance with
applicable laws."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T41822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Aryati
"Notaris sebagai seorang pejabat umum yang diangkat oleh Negara dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang Notaris haruslah berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang ada, Peraturan Jabatan Notaris serta Kode Etik Notaris. Adanya gugatan yang diajukan kepada Notaris dalam hal terjadinya perbuatan melanggar hukum yang berakibat kehilangan keotentisitasan atas akta tersebut dan dinyatakan batal demi hukum mengakibatkan kerugian terhadap para pihak yang meminta dibuatkan aktanya oleh Notaris yang bersangkutan. Atas kerugian tersebut para pihak dapat menuntut ganti rugi berdasarkan ketentuan dalam pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata,dimana Notaris wajib memberikan ganti rugi berupa denda, bunga, serta biaya.Tetapi ada kalanya karena keadaan yang berada diluar kuasanya (overmacht), akta yang seharusnya disimpannya secara baik menjadi hilang ataupun rusak. Terhadap kejadian yang berada diluar kuasanya tersebut Notaris dapat melakukan pembelaan diri berdasarkan overmacht tersebut.Dalam pembuatan tesis ini penulis menggunakan metode penelitian empiris serta metode penelitian normatif, yaitu berupa penelitian kepustakaan dan melakukan riset dan wawancara.
Berdasarkan kasus-kasus gugatan yang ada ternyata banyak terdapat pembatalan akta yang dibuat oleh Notaris berdasarkan perbuatan melanggar hukum dan dinyatakan menjadi batal demi hukum akibat kelalaiannya tersebut. Untuk menghindari adanya tuntutan dari pihak lain, seorang Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya haruslah memiliki sikap profesionalisme yang baik serta ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup dibidang kenotariatan dan pengalaman."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002
T37795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sally Rosalina
"Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keabsahan secara formalitas akta notaris tentang akta pengakuan hutang yang di dalamnya terdapat dua perbuatan hukum, yaitu pengakuan hutang dan kuasa untuk menjual. Notaris merupakan pejabat umum yang mempunyai kewenangan untuk membuat akta otentik. Namun dalam prakteknya terdapat akta notaris khususnya akta pengakuan hutang yang mempunyai kekuatan eksekutorial tidak dapat dieksekusi di Pengadilan Negeri karena mengandung cacat yuridis, yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimanakah keabsahan suatu akta pengakuan hutang yang dibuat notaris yang memuat dua perbuatan hukum sekaligus dalam satu akta, serta bagaimanakah tanggung jawab notaris sebagai pejabat pembuat akta terhadap akta yang mengandung cacat hukum. Suatu akta pengakuan hutang yang memuat dua perbuatan hukum yaitu pengakuan hutang dan kuasa untuk menjual mengandung cacat yuridis sehingga kehilangan kekuatan eksekutorialnya. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan jenis data yang terdiri atas bahan hukum primer, sekunder dan tersier, metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif sehingga menghasilkan data yang bersifat deskriptif analitis. Berdasarkan penelitian tersebut dapat tampak akta pengakuan hutang merupakan akta notariil yang murni berdiri sendiri dan tidak dapat disertai atau ditambah dengan persyaratan-persyaratan lain terlebih lagi yang berbentuk perjanjian dan pemberian kuasa tersebut batal demi hukum karena bertentangan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1982 tentang Larangan Penggunaan Kuasa Mutlak sebagai Pemindahan Hak Atas Tanah, serta notaris mempunyai tanggung jawab moral dan dapat dituntut untuk memberi ganti rugi jika merugikan pihak lain.

This research aims to determine how the validity of the notarial deed on deed formalities of credit in which there are two legal actions, namely the recognition of debt and the power to sell. Notary is a public official who has the authority to make an authentic deed. However, in practice there are notary deed of acknowledgment of debt in particular has the power executorial can not be executed in the District Court jurisdiction because it contains defects, which are at issue is how the validity of a deed of acknowledgment of debt that made notary deed containing two legal actions at once in a single deed, as well as how is the responsibility of the notary as a public official toward deed containing the legal defect. A deed of acknowledgment of debt which includes two legal actions, namely the recognition of debt and the power to sell the flawed executorial juridical thus losing power. The research method is normative juridical with type of data is consist of primary, secondary and tertiary legal materials, data processing method is done qualitatively so that generating analytical descriptive data. Base on this research, a notarial deed of acknlowledgment of debt is a pure self-supporting and can not be attached or added by other requirements especially in the form of the agreement and the authorization null and void because it is contrary to Domestic Affair Minister’s Instruction No. 14 Year 1982 on Absolute Prohibition of Use of Power As a Transfer of Land’s Right, and the notary have a moral responsibility and be required to provide compensation if harm others.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T35277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fatonie Suryansyah
"[ABSTRAK
Akta jual beli seharusnya merupakan bukti bahwa benar telah dilakukan perbuatan hukum peralihan hak atas tanah untuk selama-lamanya bukan dilakukan dengan pura-pura (schijnhandeling). Pembuktian bahwa hak atas tanah tersebut dialihkan dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Permasalahan dalam tesis ini adalah bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan oleh akta jual beli yang dilakukan dengan pura-pura (schijnhandeling) dalam putusan nomor 51/PDT/2014/PT/PLG. dan bagaimana peran dan tanggung jawab Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan adanya akta jual beli yang dilakukan dengan pura-pura (schijnhandeling). Untuk menjawab permasalahan tersebut dilakukan penelitian hukum dengan pendekatan secara yuridis normatif, mempergunakan data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan, dan hasil penelitian bersifat preskriptif analitis, karena ditujukan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang sifat-sifat hubungan hukum, keadaan atau gejala-gejala tertentu dalam suatu tindakan hukum. Akta jual beli yang dilakukan dengan pura-pura adalah perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, dikarenakan jual beli atas tanah pada dasarnya adalah suatu perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas tanah yang bersangkutan untuk selama-lamanya. Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam hal ini hanya menjamin kebenaran materiil dan kebenaran formil dalam setiap akta peralihan hak atas tanah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara hukum terhadap ketidakjujuran klien dalam memberikan informasi.

ABSTRACT
Deed of Sale and Purchase necessarily be as an evidence that a legal act of land rights transfer has been done for permanently instead of ostensible (schijnhandeling). A verification that land rights has been transfered is evidenced by a deed which is made and before by a Land Deed Officer. Issues in this thesis are how legal consequences that made by an ostensible act (schijnhandeling) in a Deed of Sale and Purchase as in verdict number 51/PDT/2014/PT/PLG and how is the role and responsibility of Land Deed Officer with the presence of ostensible act in a Deed of Sale and Purchase. To answer those issues a normative legal research is conducted. Using secondary data gained from literature studies and a prescriptive analytic research wherefore its intended to provide a comprehensive and accurately data on attributes of legal relation, circumstances or certain symptoms in a legal act. Deed of Sale and Purchase which made with an ostensiblity is contrary to the applicable law and regulation, because a land sale and purchase is a legal act in the form of land rights submission for permanently. The Land Deed Officer regard to this issue is only ensure the material righteousness and formal righteousness in every land rights submission and could not legally accounted for dishonest clients in giving information.
;Deed of Sale and Purchase necessarily be as an evidence that a legal act of land rights transfer has been done for permanently instead of ostensible (schijnhandeling). A verification that land rights has been transfered is evidenced by a deed which is made and before by a Land Deed Officer. Issues in this thesis are how legal consequences that made by an ostensible act (schijnhandeling) in a Deed of Sale and Purchase as in verdict number 51/PDT/2014/PT/PLG and how is the role and responsibility of Land Deed Officer with the presence of ostensible act in a Deed of Sale and Purchase. To answer those issues a normative legal research is conducted. Using secondary data gained from literature studies and a prescriptive analytic research wherefore its intended to provide a comprehensive and accurately data on attributes of legal relation, circumstances or certain symptoms in a legal act. Deed of Sale and Purchase which made with an ostensiblity is contrary to the applicable law and regulation, because a land sale and purchase is a legal act in the form of land rights submission for permanently. The Land Deed Officer regard to this issue is only ensure the material righteousness and formal righteousness in every land rights submission and could not legally accounted for dishonest clients in giving information.
;Deed of Sale and Purchase necessarily be as an evidence that a legal act of land rights transfer has been done for permanently instead of ostensible (schijnhandeling). A verification that land rights has been transfered is evidenced by a deed which is made and before by a Land Deed Officer. Issues in this thesis are how legal consequences that made by an ostensible act (schijnhandeling) in a Deed of Sale and Purchase as in verdict number 51/PDT/2014/PT/PLG and how is the role and responsibility of Land Deed Officer with the presence of ostensible act in a Deed of Sale and Purchase. To answer those issues a normative legal research is conducted. Using secondary data gained from literature studies and a prescriptive analytic research wherefore its intended to provide a comprehensive and accurately data on attributes of legal relation, circumstances or certain symptoms in a legal act. Deed of Sale and Purchase which made with an ostensiblity is contrary to the applicable law and regulation, because a land sale and purchase is a legal act in the form of land rights submission for permanently. The Land Deed Officer regard to this issue is only ensure the material righteousness and formal righteousness in every land rights submission and could not legally accounted for dishonest clients in giving information.
, Deed of Sale and Purchase necessarily be as an evidence that a legal act of land rights transfer has been done for permanently instead of ostensible (schijnhandeling). A verification that land rights has been transfered is evidenced by a deed which is made and before by a Land Deed Officer. Issues in this thesis are how legal consequences that made by an ostensible act (schijnhandeling) in a Deed of Sale and Purchase as in verdict number 51/PDT/2014/PT/PLG and how is the role and responsibility of Land Deed Officer with the presence of ostensible act in a Deed of Sale and Purchase. To answer those issues a normative legal research is conducted. Using secondary data gained from literature studies and a prescriptive analytic research wherefore its intended to provide a comprehensive and accurately data on attributes of legal relation, circumstances or certain symptoms in a legal act. Deed of Sale and Purchase which made with an ostensiblity is contrary to the applicable law and regulation, because a land sale and purchase is a legal act in the form of land rights submission for permanently. The Land Deed Officer regard to this issue is only ensure the material righteousness and formal righteousness in every land rights submission and could not legally accounted for dishonest clients in giving information.
]"
2015
T42651
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lika Aulia
Universitas Indonesia, 2009
T27096
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Irawati
"Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang membuat Akta Otentik. Akta notaris adalah akta otentik. Akta otentik dibuat oleh/atau dihadapan Notaris. Akta otentik dibuat menurut bentuk dan tatacara yang ditetapkan Undang Undang Jabatan Notaris. Akta otentik adalah alat bukti yang sempurna. Akta notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan atau batal demi hukum jika melanggar Undang Undang Jabatan Notaris. Notaris dapat dituntut ganti rugi. Notaris menjadi tersangka jika akta yang dibuatnya berindikasi perbuatan pidana. Hubungan hukum notaris dengan para pihak timbul sejak ditanda-tanganinya akta. Hubungan hukum menimbulkan tanggung jawab hukum notaris atas kerugian pihak lain. Hubungan hukum timbul dalam ranah perdata. Hubungan hukum yang memenuhi unsur pidana dipertanggung-jawabkan secara pidana. Pengambilan foto kopi minuta akta harus seizin Majelis Pengawas Daerah. Pengambilan surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol notaris harus seizin Majelis Pengawas Daerah. Pemanggilan notaris harus seizin Majelis Pengawas Daerah. Notaris hadir dalam pemeriksaan pidana sebagai: ahli atau saksi atau tersangka. Pengawasan Notaris dilakukan oleh Menteri. Menteri membentuk Majelis Pengawas Notaris. Notaris diawasi oleh Majelis Pengawas Notaris. Majelis Pengawas Notaris terdiri dari : Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas Wilayah, dan Majelis Pengawas Pusat.

Notary is Public officials who has a right and authorization to construct an Authentic Act. Notary Act is an Authentic Act. Authentic Act is composed by/or before notary. The Authentic Act is designed in accordance with Notary`s forms and procedure Career of Laws. Authentic Act is merely a perfect testimonial subject. Notary Act has a testimonial power as an illegal act or deny by law if it breach Notary`s Careers of Law. Notary is liable to compensation. Notary shall be a suspect if the Act consist of felony and illegal action. The correlation between notary of law and party emerged since Act is signed initially. Correlation of law results notary law responsibility under other loss party. This correlation of law come up in civic scopes. Act of Minute copy is available is provided by Regional House Supervisor`s authority. The request is proposed by Regional House Supervisor`s authority. Notary Summons shall be issued by Regional House Supervisor`s authorization. Notary monitoring is conducted by minister. The minister is composed a Notary House Supervisor. This Notary is controlled by House of Notary Supervisor which are consist of a House of Regional Supervisor, House of Area Supervisor and House of Central Monitoring. The summons shall follow authorization by House of Regional Supervisor."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27453
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Perpetua Graciana Kanta
"Penelitian ini membahas mengenai mekanisme pembatalan dan tanggung jawab Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) terhadap Akta Jual Beli "pura-pura" (AJB "Pura-Pura"). Dalam Putusan Pengadilan Negeri Nomor 159/Pdt.G/2018/PN. Bpp. AJB "Pura-Pura" dinyatakan batal demi hukum dan PPAT diperintahkan untuk mencoret akta dari buku daftar register akta miliknya. Namun, terdapat putusan lain di mana PPAT tidak diperintahkan untuk mencoret akta yang batal demi hukum dari daftar buku register. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai mekanisme pembatalan akta terhadap akta yang telah dinyatakan batal demi hukum; akibat pembatalan bagi pajak yang telah dibayarkan; serta tanggung jawab PPAT terhadap AJB "Pura-Pura". Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian hukum normatif dengan analisa data dilakukan secara deskriptif analitis. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa mekanisme yang penting dilakukan oleh PPAT adalah membuat laporan kepada Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pajak bahwasannya akta tersebut telah dibatalkan oleh Pengadilan sedangkan mencoret akta dari buku register dilakukan sebagai perintah putusan pengadilan. Akibat bagi pajak yang telah dibayarkan, para pihak dapat meminta restitusi. Kemudian, bagi PPAT yang membuat Akta "Pura-Pura" dapat diberhentikan dengan tidak hormat serta dapat digugat berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Berdasarkan hasil penelitian, Penulis memberikan saran bahwa perlu diatur mekanisme pelaksanaan akta yang telah dinyatakan batal demi hukum guna memenuhi tertib administrasi dalam Peraturan Jabatan PPAT; Pihak yang ingin mengajukan pengembalian pajak harus mempersiapkan bukti pendukung bahwa transaksi pernah terjadi dan kemudian dibatalkan oleh Pengadilan; serta bagi PPAT dilarang membuat AJB "Pura-Pura" dan perbuatan hukum lain yang didasari perjanjian "pura-pura".

This study discusses the cancellation mechanism and the responsibility of Land Deed Official (PPAT) on "Pretended" Sale and Purchase (AJB). In the Decision of The Balikpapan City District Court Decision Number:159/Pdt.G /2018/PN.Bpp. the deed was declared null and void by law and the PPAT was ordered to cross out the AJB from their book list. On the other hand, there was other Court Decision where the PPAT wasn’t ordered to cross out a deed that was null and void by law from their book list. The issues raised in this study are the cancellation mechanism of the deed that has been null and void by law;the tax that has been paid by the parties;and PPAT responsibilities; To answer the problems raised,Writer uses juridical normative method with descriptive data analysis. As a conclusion of the study, the essential thing is for PPAT to file a report to the National Land Agency and the Tax Office while crossing out the deed is just as an instruction of court decision. The tax that has been paid may be refunded. The related PPAT may dishonorably be discharged and sued based on article 1365 of the Civil Code. Therefore, it is also necessary to regulate in PP Number 37/1998 the mechanism for the implementation of the deed which has been declared null and void by law; the party who wants get a tax return must prepare supporting evidence; and PPAT is prohibited from making a "pretended" AJB or any legal action based on "pretended" agreement."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Magdalena Sutisna
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T37514
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>