Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109436 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Herlina Limyati
"ABSTRAK
Salah satu gangguan klinis yang dapat terjadi pada masa perkembangan adalah Attention-Deficit Hyperactmty Disorder (ADHD). Terdapat lebih dari separuh populasi anak dengan ADHD yang mengalami kesulitan dalam hubungan interpersonalnya dengan anak lain, orang tua, dan guru. Perilaku anak-anak tersebut menimbulkan respons negatif dari lingkungan teman sebayanya yang mengakibatkan munculnya tingkat penolakan yang tinggi terhadap mereka. Mereka dianggap mengganggu, sebagai penyebab keributan, sulit menyesuaikan diri, dan mudah
tersinggung. Hal itu dikaitkan dengan karakteristik perilaku mereka yang bersifat
inatentif, hiperaktif, dan impulsif.
Intervensi dini terhadap anak yang menunjukkan simtom ADHD penting untuk dilakukan guna mengurangi kemungkinan munculnya perilaku agresif, oposisional, dan perilaku hiperaktif-impulsif di tahapan usia selanjutnya. Intervensi tersebut diharapkan dapat membantu mengembangkan interaksi yang positif antara orang tua dengan anak serta meningkatkan fungsi adaptasi anak di lingkungan keluarga dan sekolah. Pelatihan keterampilan sosial merupakan salah satu penanganan yang dapat membantu anak dengan ADHD dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas rancangan program pelatihan keterampilan sosial, dalam ha! ini dipilih keterampilan mengikuti instruksi (following
histruction) sebagai sasaran perilaku. Keterampilan mengikuti instruksi ini dipilih
karena merupakan keterampilan yang mendasar untuk dikuasai oleh anak agar dapat
terlibat aktif dalam kegiatan sehari-hari serta merupakan prasyarat untuk menguasai
keterampilan yang lebih kompleks.
Berdasarkan analisis, rancangan program pelatihan ini perlu memusatkan perhatian pada satu aspek perilaku yang lebih spesifik. Selain itu, generalisasi penguasaan keterampilan yang dilatihkan memerlukan waktu yang lebih lama dan perlu dilakukan secara bertahap pada setting yang berbeda-beda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana K Rachmah
"ABSTRAK
Attention Deficit Hyperactive Disorder merupakan gangguan perilaku yang memiliki karakteristik utama, yaitu tidak dapat memusatkan perhatian (inatensi), impuslifitas, dan hiperaktivitas; yang menetap selama enam bulan dan timbul sebelum usia 7 tahun (Silver, 1992). Penanganan terhadap AD/HD merupakan penanganan yang bersifat multimodal treatment. Beberapa penanganan yang lazim diberikan adalah intervensi psikologis seperti terapi modifikasi perilaku, terapi sensori integrasi; intervensi medis berupa obat-obatan stimulan, maupun pembekalan ketrampilan pada orangtua.
Mengingat pentingnya peranan orangtua dalam mengoptimalkan penanganan pada anak AD/HD, maka penulis mencoba menyusun modul pelatihan pengasuhan efektif bagi orangtua dengan anak AD/HD. Pelatihan ini disusun berdasarkan penelitian yang dibuat oleh Barkley (dalam Schaefer & Briesmeister, 1989) dan Wiranata (2005) mengenai pengasuhan efektif bagi anak AD/HD.
Pelatihan ini melibatkan 2 pasang orangtua dari anak yang telah didiagnosa AD/HD dan telah menjalani sejumlah penanganan seperti modifikasi perilaku. Pelatihan dilakukan selama 2 hari, dengan 9 sesi. Alur pelatihan disusun berdasarkan 2 teknik yang akan diajarkan pada peserta, yaitu membangun hubungan positif dengan anak (terdiri dari Mendengar Aktif, Pesan Diri, dan No Loose Strategy) dan teknik modifikasi perilaku (Penguatan, Home token, dan Time Out).
Berdasarkan pelatihan yang telah dilaksanakan, evaluasi yang dapat optimal dilakukan adalah evaluasi pemahaman peserta terhadap materi-materi yang disampaikan dalam pelatihan. Terkait materi pelatihan, peserta menunjukkan hasil yang optimal pada materi AD/HD, penyebab, penanganannya, dan dasar pengasuhan efektif anak AD/HD dimana pemahaman peserta terhadap materi-materi tersebut mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan. Pemahaman mengenai membangun hubungan positif juga mengalami peningkatan meskipun untuk aspek no loose strategy tampaknya kurang optimal dipahami olch peserta. Adapun mengenai pemahaman terhadap materi-materi modifikasi perilaku, pemahaman peserta cukup beragam. Ada yang sudah memahami jenis-jenis dari modifikasi perilaku yang diajarkan dalam pelatihan ini, namun ada juga sebagian peserta yang baru memahaminya secara parsial. Pada akhirnya, disimpulkan bahwa materi-materi yang disusun dalam pelatihan ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi materi pelatihan pengasuhan efektif bagi orangtua dengan anak AD/HD mendatang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denita Biyanda Utami
"Latar belakang: Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) adalah gangguan neurobehavioral ditandai dengan gejala kurangnya perhatian, sifat hiperaktif, dan impulsif. GPPH adalah gangguan perilaku yang paling sering didiagnosis pada anak dan apabila tidak teridentifikasi dan ditangani pada anak usia sekolah akan mengakibatkan dampak pada perkembangan sosial dan kognitif. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal GPPH untuk orang tua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH) dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua pada anak-anak usia sekolah di Jakarta.
Metode: Penelitian cross-sectional ini dilaksanakan di beberapa sekolah dasar di Jakarta pada bulan Januari 2012. Data diperoleh menggunakan kuesioner terstruktur yang diberikan kepada orang tua dari siswa SD di Jakarta. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 dan uji statistik dan nilai kemaknaan p<0,05 dari analisis chi-square.
Hasil: Lima puluh koma tiga persen orang tua dengan tingkat pengetahuan mengenai GPPH yang tinggi berasal dari kelompok orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dari hubungan tingkat pengetahuan tentang GPPH dan tingkat pendidikan pada orang tua (p = 0,01). Untuk orang tua yang bekerja, dalam penelitian ini adalah ibu, 31,3% dari seluruh ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi adalah ibu yang tidak bekerja, sementara hanya 14% dari ibu yang bekerja yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara tingkat pengetahuan tentang GPPH dan pekerjaan orang tua (p = 0,005).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai GPPH dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua. Selain itu, sebagian orang tua mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi mengenai GPPH.

Background: Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) is a neurobehavioral disorder characterized by symptoms of inattention, hyperactivity, and impulsivity. ADHD is the most commonly diagnosed behavioural disorder in school-age children and if it remains unidentified and untreated, it will affect the social and cognitive development of the children. Therefore, it is essential to identify the early signs of ADHD for the parents. The aim of this study is to know the relationship between knowledge level of ADHD and education level and employment status of the parents in school-age children in Jakarta.
Method: This cross-sectional study was conducted in several elementary schools in Jakarta in January 2012. The data was collected through structured questionnaires given to parents of elementary school students in Jakarta. The data analysis was done by using SPSS 17 and analytical study with significancy value of p <0.05 in chi- square method.
Results: The results of this study showed that 50.3% of parents with a high knowledge level comes from the parents with high education level. There are significant differences in the relationship between knowledge level about ADHD and education level of the parents (p = 0.01). For employed parents, in this study were mothers, 31.3% of all mothers who have a high knowledge level is the mother who are unemployed, while only 14% of employed mothers who have high knowledge level. There are significant differences in the relationship between knowledge level about ADHD and employment status of the parents (p = 0.005).
Conclusion: There is a relationship between the knowledge level about ADHD and education level and employment status of the parents. In addition, most of the parents have high knowledge level about ADHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmana Rizki Putranto
"Latar belakang: Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) adalah gangguan neurobehavioral yang gejalanya ditandai oleh sifat hiperaktif, kurangnya perhatian, dan impulsif. GPPH termasuk salah satu gangguan psikiatri yang sering ditemukan pada anak usia sekolah. Gangguan ini dapat mengakibatkan kekurang dalam perkembangan sosial dan kognitif anak apabila tidak terdeteksi dan tidak diobati sedini mungkin. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi orang tua untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda awal GPPH. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui prevalensi GPPH dan hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada anak-anak usia sekolah di Jakarta.
Metode: Penelitian ini merupakan penilitan cross sectional yang dilakukan di tiga sekolah dasar di Jakarta. Data didapat melalui kuesioner Conner’s yang dibagikan kepada orang tua dari siswa SD tersebut. Kuisioner Conner’s adalah salah satu metode deteksi dini untuk anak ADHD. Kemudian data dianalisis menggunakan program SPSS 19 dan metode chi-square dengan nilai kemaknaan p,0,05.
Hasil: Berdasarkan hasil studi analisis deteksi dini didapatkan 69,6% anak dengan GPPH, dengan prevalensi terbanyak berasal dari SDN Kampung Melayu. Akan tetapi, prevalensi ini tidak terbukti bermakna secara statistik jika dihubungkan dengan tingkat pengetahuan (p = 0,975) dan tingkat pendidikan ayah (p = 0,132) dan ibu (p = 0,372).
Kesimpulan: Dalam penilitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara angka prevalensi GPPH dengan tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan orangtua. Namun, faktor ayah merokok terbukti memiliki asosiasi yang kuat terhadap prevalensi GPPH di Jakarta.

Background: Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) is a neurobehavioral disorder which characterized by hyperactivity, inattention, and impulsivity. ADHD is one of the most frequent psychiatric disorders in school-age children. This condition may affect the social and cognitive developmental in the children if it is remain unidentified and untreated. Thus, it is important for parents to be able to identify the early signs of ADHD in their children. The aim of this study is to know the prevalence of ADHD and the relationship to its contributing factors among school-age children in Jakarta.
Method: The study uses cross sectional design and it was conducted in three elementary schools in Jakarta. The data was obtained through Conner’s Rating Scale which distributed to the parents of the subject children. The Conner’s questionnaire is one of the early screening methods to determine whether the child is having ADHD or not. Then, the data is analyzed with SPSS 19 program and chi-square method with significancy value p<0,05.
Results: Based on the analysis of early detection, it is found that 69,6% of all children have ADHD, with the most prevalent one comes from SDN Kampung Melayu. However, this result is not statistically significant if compared to knowledge level (p = 0,975) or with father’s (p = 0,132) and mother’s (p = 0,372) education level.
Conclusion: There are no significant relationship between the prevalence of ADHD with the knowledge level and the education level of the parents. However, there is a strong association between paternal smoking with the prevalence of ADHD in Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Gemayuni Yusman
"Terdapat berbagai masalah klinis yang dapat terjadi dalam masa perkembangan anak. Masalah-masalah tersebut seharusnya menjadi perhatian karena berbagai konsekuensi yang mungkin terjadi dan dapat berlanjut hingga masa dewasa. Salah sate masalah klinis adalah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), yang merupakan suatu gangguan perkembangan, dalam bentuk gangguan pemusatan perhatian. Gangguan ini memiliki tiga gejala utama, yaitu inattention (kurang mampu memperhatikan), impulsivitas, dan hiperaktivitas (Wenar & Kerig, 2000).
Anak yang didiagnosa ADHD seringkali memiliki gangguan psikiatris lain dan mengalami serangkaian resiko kesehatan, perkembangan, dan sosial. ADHD diklasifkasikan dalam DSM-IV sebagai disruptive behavior disorder' karena adanya kesulitan yang signifikan dalam perilaku sosial dan penyesuaian sosial. Perilaku interpersonal anak ADHD lebih impulsif, mengganggu, berlebihan, tidak teratur, agresif, intens, dan emosional, sehingga mereka mengalami kesulitan dan gangguan dalam alur interaksi sosial biasa yang resiprokal dan kooperatif, yang merupakan bagian yang penting dalam kehidupan sosial anak. Barkley (2004) mengungkapkan bahwa ketika anak ADHD memasuki sekolah dasar, masalah dalam ketiga karakteristik utama berlanjut dan ditambah dengan berbagai kesulitan karena sekarang masalah mungkin terjadi di sekolah dan rumah. PrevaIensi ADHD pada usia sekolah mencapai sekitar 5 % dari anak usia sekolah (Wenar & Kerig, 2000). Masalah sosial pada anak ADHD muncul bukan hanya karena perilaku inattentive, hiperaktif, dan impulsif mereka, namun juga merupakan konsekuensi dari ekspresi emosi, raut muka, nada bicara, dan Bahasa tubuh yang berlebihan, lebih terbatasnya timbal batik dalam interaksi, kurang digunakannya pemyataan sosial yang positif, lebih negatifnya aksi fisik, dan terbatasnya pengetahuan akan keterampilan sosial (Barkley, 2004).
Menurut Combs & Slaby (dalam Cartledge & Milburn, 1995), keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dengan cara-cara yang dapat diterima secara sosial dan membawa manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain secara timbal balik. Selain treatment dengan obat-obatan, anak ADHD membutuhkan bantuan khusus untuk mengembangkan tehnik dalam mengelola pola perilaku, termasuk cara berinteraksi dengan orang lain (National Institute of Mental Health, 2000). Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk menyusun suatu program pelatihan keterampilan sosial bagi anak ADHD usia sekolah (6 -- 12 tahun). Pelatihan yang dilakukan merupakan modifikasi dari program pelatihan keterampilan sosial yang dikembangkan oleh Goldstein & Pollock (1988).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial anak usia sekolah yang mengalami ADHD melalui program pelatihan keterampilan sosial. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Pengambilan sampel penelitian akan dilakukan melalui pemeriksaan psikologis. Subyek penelitian adalah 3 anak usia sekolah dengan diagnosis ADHD pada Axis I. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner asesmen keterampilan sosial yang diisi oleh guru dan orangtua sebelum dan sesudah subyek mengikuti pelatihan (pre and post training). Berdasarkan hasil kuesioner sebelum pelaksanaan program pelatihan serta wawancara dengan guru dan orangtua subyek, peneliti menentukan target pelatihan yaitu keterampilan sosial yang dianggap masih kurang atau buruk pada ketiga subyek. Tiga keterampilan sosial yang menjadi target pelatihan adalah Bertanya dengan Baik, Mengikuti PerintahlInstruksi, dan Menyadari Akibat Tindakannya terhadap prang Lain. Peneliti juga menggunakan token reinforcement berupa stiker "senyum" untuk menguatkan keterampilan sosial yang dilatihkan dan agar subyek bersikap kooperatif selama pelatihan. Token yang telah dikumpulkan oleh subyek dapat ditukarkan dengan hadiah pada hari terakhir pelatihan. Selama pelaksanaan pelatihan, peneliti melakukan observasi terhadap perilaku maupun jawaban-jawaban yang diberikan subyek pada tiap pertemuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan sosial yang telah dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan (dengan tiga kali pertemuan inti untuk melatih keterampilan sosial yang menjadi target pelatihan) memperlihatkan terjadinya perkembangan keterampilan sosial pada subyek penelitian. Hasil kuesioner yang diisi 10 hari sesudah pelatihan (post training) menunjukkan bahwa dua subyek mengalami perubahan dalam hal keterampilan sosial sedangkan satu subyek lainnya tidak mengalami perubahan. Penerapan token reinforcement ditemukan cukup berhasil pada dua subyek yang mengalami perubahan namun kurang berhasil pada subyek yang tidak mengalami perubahan.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jacobelli, Frank
"Although attention deficit disorder and attention deficit hyperactivity disorder (ADD/ADHD) affect between 3 to 5 per cent of school-age kids, they remain the most misunderstood problems facing young children today. While medications like Ritalin and Cylert are traditionally prescribed to treat these disorders, they often come with worrying side effects and can cause weight loss, insomnia, and may even slow growth in younger children. Finally, "ADD/ADHD Drug Free" gives frustrated parents a long-awaited natural alternative.The first book to feature activities for children that will help them cope with their disorder by strengthening brain functioning, this life-changing guide shows parents, teachers and counselors how they can improve learning and behavior effectively and without medication. Timely and thoroughly researched, this is the one guide that will help thousands of children become more focused, more attentive, and more successful in school and in life, without jeopardizing their health."
New York: American Management Association, 2008
e20448735
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Marley, Charles
"By utilising various strands of theoretical and empirical material, this book focuses on young people to provide an ethnographic investigation of the nexus of elements that conditioned the possibility for the everyday social practice of ADHD to be in place within an NHS region in Scotland."
Bingley: Emerald Publishing Limited, 2020
e20528088
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Karlinawati
"ABSTRAK
Keluhan orangtua yang memiliki anak dengan Attention Deficit
Disorder adalah kegagalan dalam mencapai tuntutan akademis. Selama ini
treatment yang dilakukan terhadap anak dengan ADD lebih diarahkan
kepada pemberian obat-obatan. Akan tetapi, pemberian obat-obatan yang
terlalu lama akan menimbulkan efek negatip, seperti alergi, iritasi terhadap
matahari, kekakuan otot, goncangan dan gemetar (Wender, 1987).
Anak dengan ADD memiliki masalah dalam memperhatikan
instruksi guru atau arahan orangtua, tetapi mereka dapat memperhatikan
suatu kegiatan yang menyenangkan dalam waktu yang cukup lama. Pada
masa ini, kemajuan teknologi melalui komputer dapat digunakan
manfaatnya untuk alternatif treatment bagi anak dengan ADD. Pope (2000)
mengatakan bahwa anak dengan ADD dapat ditingkatkan atensinya melalui
pelatihan games yang dioperasikan dengan komputer atau suatu alat yang
disebut console, yang pada akhir-akhir ini permainan tersebut sangat
digemari dan sangat menarik perhatian anak.
Dari berbagai teori tentang atensi, attention deficit disorder, dan
Computer games disimpulkan bahwa dapat diajukan suatu hipotesis yaitu
metode play attention jenis Computer games mampu meningkatkan skor tes
Bourdon anak dengan attention deficit disorder dibandingkan dengan skor
tes sebelumnya. Hasil analisa data yang diperoleh menunjukkan bahwa
hipotesa itu dapat diterima atau terbukti.
Penggunaan metode play attention jenis Computer games sebagai
pelatihan untuk meningkatkan atensi diharapkan dapat membantu anak
dengan ADD untuk memperhatikan suatu tugas dalam waktu yang cukup
lama. Computer games merupakan suatu alat permainan dan simulasi di
mana mempunyai daya tarik tersendiri seperti wama, cahaya dan gerak.
Sedangkan menurut Hilgard, Atkinson & Atkinson (1983) pada dasarnya
seorang anak memberi perhatian kepada stimulus yang mempunyai
karakteristik menonjol seperti intensitas (kerasnya suara yang didengar), ukuran (perbedaan ukuran obyek tertentu), kontras (perbedaan bentuk dari
stimulus yang sejenis) dan gerakan (stimulus yang bergerak). Selain itu,
Armstrong (1995) mengatakan anak-anak dengan ADD menginginkan
feedback langsung dan mendapat reinforcement sesegera mungkin.
Fasilitas tersebut disediakan dalam setiap games yang dimainkan melalui
gambar-gambar yang menarik, warna-wama dan animasi. Selain itu juga
menyediakan stimulus visual, auditory, dan tactile (melalui mouse, joystick,
atau keyboard).
Penelitian ini melibatkan siswa-siswa kelas V SD Pantara Kebayoran
Baru. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Alat
yang digunakan : Tes Bourdon, Lembar Evaluasi dan Lembar Data Kontrol.
Pengolahan data menggunakan teknik perbedaan mean gain score dengan
uji signifikansi t tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan skor tes
Bourdon anak penderita ADD dibandingkan dengan tes sebelumnya yang
bermakna. Jadi berarti pelatihan melalui Computer games bermanfaat bagi
peningkatan atensi anak yang mengalami ADD.
Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan
mempertimbangkan beberapa keterbatasan yang terungkap dalam penelitian
ini. Di samping itu hasil penelitian disarankan dapat dimanfaatkan sebagai
suatu masukan bagi para prktisi yang terlibat secara langsung dalam usaha
pencapaian kemampuan akademis anak dengan ADD di Indonesia."
2002
S3157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Azza Maulydia
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan prinsip-prinsip Parent-Child Interaction Therapy PCIT dalam mengatasi perilaku disruptive pada anak usia 7 tahun dengan Attention Deficit/Hyperactivity Disorder ADHD . PCIT digunakan untuk meningkatkan keterampilan orangtua dalam melakukan interaksi positif dengan anak dan keterampilan dalam mendisiplinkan anak. Kedua keterampilan tersebut kemudian akan meningkatkan kualitas pengasuhan orangtua, sehingga perilaku disruptive anak menurun. Perilaku disruptive diukur dengan menggunakan alat ukur Eyberg Child Behavior Inventory ECBI . Keterampilan orangtua diukur menggunakan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System III DPICS-III . Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip PCIT efektif dalam menurunkan perilaku disruptive dari rentang klinis menjadi rentang normal pada anak usia 7 tahun dengan ADHD.

This research was conducted to see the principle implementation of Parent Child Interaction Therapy PCIT effectivity to deal with disruptive behavior in school aged child with Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD . PCIT used to increasing parents skills when interacting positively with their child and skill to dicipline their child. Both of those skills will increasing quality of their parenting, therefore disruptive behavior will reduce. To evaluate the effectiveness of the result, the study measured development of interaction between the mother and child using the Dyadic Parent Child Interaction Coding System III DPICS III and the disruptive behavior intensity using Eyberg Childhood Behavior Inventory ECBI . The result indicate that the principals used in PCIT effective to overcome disruptive behavior on 7 year old with ADHD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>