Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100655 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edwina Kusumandari
"Perempuan telah lama berjuang untuk dapat memiliki hak yang setara dengan laki-laki. Hal tersebut merupakan proses yang terus berkembang sehingga isu perempuan menjadi salah satu fenomena sosial. Permasalahan tersebut terekam dalam berbagai media, salah satunya film. Film Potiche yang bergenre drama komedi, bercerita tentang bagaimana perempuan pada masa itu bergelut keluar dari dominasi laki-laki. Perempuan di film ini direpresentasikan sebagai sosok yang terbelenggu dalam berbagai situasi yang berhubungan dengan laki-laki. Artikel ini berupaya untuk mengetahui bagaimana representasi perlawanan perempuan terhadap ideologi patriarki ditampilkan dalam film.

Women have long struggled to be able to have equal rights with men. This is a continuous process to women's issues into one social phenomenon. This issue were captured in medias, one of them is movie. Potiche is a comedy drama, tells the story of how women at that time struggling out of male domination. Women in this film are represented as being shackled in a variety of situations associated with men. This article seeks to determine how the representation of women’s resistance against patriarchal ideology is shown in the movie.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Juliaristi Putri
"ABSTRAK
BUNGA JULIARISTI PUTRI. Unsur Feminisme dalam Potiche Karya Fran ois Ozone. Di bawah bimbingan Suma Riella Rusdiarti . Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tokoh feminis yang terdapat dalam film Potiche, karya Fran ois Ozone.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Teori-teori yang digunakan untuk menunjang pendekatan ini adalah pendekatan sintagmatik dan paradigmatik serta didukung oleh teori feminisme dari Beauvoir dan teori mengenai sinematografi dari Boggs.Analisis sintagmatik yang terdiri atas dua bagian, yaitu pengaluran dan alur cerita, menunjukkan bahwa unsur feminisme terlihat dari tindakan-tindakan tokoh Suzanne.Analisis paradigmatik yang terdiri atas analisis tokoh, hubungan tokoh utama dengan tokoh-tokoh lainnya, dan analisis latar yang terdiri atas dua bagian, yaitu latar ruang dan latar waktu, menunjukkan bahwa unsur feminisme terlihat dalam tindakan-tindakan para tokoh, khususnya tokoh Suzanne.Sebagai kesimpulan, seluruh aspek yang dibahas dalam skripsi ini menunjukkan adanya unsur feminisme dalam film Potiche, karya Fran ois Ozone.BUNGA JULIARISTI PUTRI. Unsur Feminisme dalam Potiche Karya Fran ois Ozone. Di bawah bimbingan Suma Riella Rusdiarti . Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tokoh feminis yang terdapat dalam film Potiche, karya Fran ois Ozone.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Teori-teori yang digunakan untuk menunjang pendekatan ini adalah pendekatan sintagmatik dan paradigmatik serta didukung oleh teori feminisme dari Beauvoir dan teori mengenai sinematografi dari Boggs.Analisis sintagmatik yang terdiri atas dua bagian, yaitu pengaluran dan alur cerita, menunjukkan bahwa unsur feminisme terlihat dari tindakan-tindakan tokoh Suzanne.Analisis paradigmatik yang terdiri atas analisis tokoh, hubungan tokoh utama dengan tokoh-tokoh lainnya, dan analisis latar yang terdiri atas dua bagian, yaitu latar ruang dan latar waktu, menunjukkan bahwa unsur feminisme terlihat dalam tindakan-tindakan para tokoh, khususnya tokoh Suzanne.Sebagai kesimpulan, seluruh aspek yang dibahas dalam skripsi ini menunjukkan adanya unsur feminisme dalam film Potiche, karya Fran ois Ozone.

ABSTRACT
BUNGA JULIARISTI PUTRI. Feminism element in Potiche Fran ois Ozone work. Under the guidance of Suma Riella Rusdiarti . Faculty of Humanity, Universitas Indonesia, 2016. The purpose of this study was to describe feminists contained in the film Potiche, Fran ois Ozone works. The approach used in this study is the structural approach. The theories used to support this approach is the syntagmatic and paradigmatic approach and supported by theory and feminism theories of Beauvoir and cinematography theories from Boggs. Syntagmatic analysis which consists of two parts, named plot and storyline, suggesting that elements of feminism seen from the actions of Suzanne figures. The paradigmatic analysis consists of the analysis of the figures, the main character relationships with other characters, and background analysis which consists of two parts, named the foreground and background space of time, indicates that the element of feminism seen in the actions of the characters, especially Suzanne figures. In conclusion, all aspects are discussed in this thesis indicative of feminism in the film Potiche, Fran ois Ozone works."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Kuncoro Romadhon
"ABSTRAK
Penelitian ini menelusuri bagaimana mitos-mitos tentang perempuan
dalam masyarakat patriarkal direproduksi dan disosialisasikan melalui media film,
yang pada akhirnya dapat berpotensi menghasilkan kekerasan simbolik terhadap
perempuan dalam konteks perkawinan poligami. Sebagai sebuah kritik sosial
dalam kerangka paradigma kritis, penelitian ini juga menyoroti praktik poligami
yang dilakukan oleh Soekarno dengan berpihak pada perempuan sebagai korban.
Analisis semiotika Roland Barthes yang digunakan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa pesan dalam teks film Soekarno: Indonesia Merdeka
memiliki hubungan intertekstual dengan mitos yang terkandung dalam teks
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang disahkan pada
era Pemerintahan Orde Baru. Mitos fertilitas perempuan dan mitos ibuisme yang
terkandung dalam kedua teks tersebut, menyebabkan perempuan mengalami
obyektifikasi sekaligus domestifikasi. Dengan memadukan konsep mitos Roland
Barthes, kekerasan simbolik Pierre Bourdieu, dan symbolic annihilation dari
Gerbner dan Tuchman, penelitian ini menunjukkan bahwa film Soekarno:
Indonesia Merdeka dapat menggiring opini penonton dalam hal poligami dengan
cara memperhalus penokohan karakter laki-laki dan sebaliknya menampilkan
karakter perempuan dalam citra negatif mengikuti penggambaran arus utama

ABSTRACT
This study explores how myths about women in a patriarchal society
reproduced and disseminated through the medium of film, which in turn can
potentially generate symbolic violence against women in the context of
polygamous marriages. As a social criticism within the framework of a critical
paradigm, this study also highlights the practice of polygamy by Soekarno and in
favor of women as victims. Roland Barthes semiotic analysis used in this study
indicates that the message in the text of the film Soekarno: Indonesia Merdeka has
intertextual connection with the myth contained in the text of Act No. 1 of 1974
on Marriage passed in the era of the New Order Government. By combining the
concept of myth by Roland Barthes, symbolic violence by Pierre Bourdieu, and
symbolic annihilation by Gerbner and Tuchman, this study shows that film
Soekarno: Indonesia Merdeka can lead the audience?s opinions in terms of
polygamy by its way of refining characterizations of male characters and
otherwise displaying female character in negative image following the mainstream
depictions"
2016
T45699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Zahra Amalina
"Patriarki diyakini sebagai penyebab munculnya ketidaksetaraan dan diskriminasi gender. Permasalahan tersebut
mengakibatkan pergerakan perlawanan yang identik dengan gerakan feminis. Representasi perlawanan terhadap
patriarki juga dapat dilihat dalam produk budaya populer, seperti drama televisi. Dua drama televisi menjadi tempat untuk mengangkat isu perlawanan terhadap patriarki. Dua drama Korea yang mengangkat isu ini adalah Love to Hate You dan Doctor Cha. Kedua drama tersebut menghadirkan tokoh perempuan yang berbeda dengan stereotip perempuan di Korea Selatan, tokoh tersebut adalah Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk terhadap patriarki dalam kehidupan mereka. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif sebagai metode penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk dilakukan melalui tindakan, perkataan, dan pemilihan kata atau kalimat. Perlawanan Yeo Mi-ran disebabkan oleh praktik patriarki yang diterapkan oleh ayahnya. Yeo Mi-ran berusaha melawan ketidakadilan yang diterimanya sebagai seorang anak perempuan. Di sisi lain, perlawanan Cha Jeong-suk adalah sebuah keputusan untuk melepaskan diri dari peran gender tradisional seorang ibu.

Patriarchy is believed to be the cause of gender inequality and discrimination. The emerging problems resulted in the emergence of a resistance movement that is identical to the feminist movement. Representations of patriarchal resistance can also be seen in popular culture, such as television dramas. Two television dramas are a place to raise the issue of resistance toward patriarchy. Two Korean dramas that raises this issue are Love to Hate You and Doctor Cha. These two dramas present female character who are different from the stereotypes of women in South Korea, the characters are Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk. This research aims to find out determine Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's forms of resistance toward patriarchy in their lives. This research uses descriptive qualitative as the research methods. The results showed that Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's resistance was carried out through actions, word, and selection of words or sentences. Yeo Mi-ran's resistance was caused by patriarchal practices applied by her father. Yeo Mi-ran tried to fight the injustice she received as a daughter. On the other hand, Cha Jeong-suk's resistance is a decision to break away from the traditional gender role of a mother."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Inda Rizkiyah
"Film sebagai salah satu produk budaya berfungsi tidak hanya sebagai sebuah hiburan tetapi juga cerminan permasalahan yang terjadi dalam suatu lingkungan sosial. Fenomena mengenai isu perempuan kerap kali muncul dan dapat kita lihat melalui sebuah film. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana posisi perempuan digambarkan dalam film La Princesse de Montpensier karya Bertand Tavernier. Melalui film ini, dengan menggunakan latar ruang dan waktu Prancis abad ke-16, perempuan direpresentasikan sebagai sosok yang masih terbelenggu dalam berbagai situasi. Walau tidak lagi menjadi sosok yang pasif sepenuhnya, diskriminasi terhadap perempuan tampak jelas ditampilkan.

Film as one of the cultural products serve not only as an entertainment but also a reflection of the problems that occur in social environment. Phenomenon on woman issues often arise and can be seen through a film. This study aims to uncover how the position of woman portrayed in the film La Princesse de Montpensier by Bertand Tavernier. Through this film, sets in 16th century in France, women are portrayed as someone who is shackled in a variety of situations. Although no longer being entirely passive figure, discrimination over women clearly shown."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ukhti Qurrata Aini Al Humaira
"Penelitian ini bermula karena adanya permasalahan kesetaraan perempuan di Kaukasus Utara. Kaukasus Utara merupakan salah satu dari distrik federal yang ada di Rusia. Masyarakat Kaukasus Utara menerapkan hukum berdasarkan tradisi, adat, dan interpretasi agama yang patriarkis. Akibatnya, perempuan yang tinggal di daerah rural di Rusia seperti di Kaukasus Utara rentan mengalami kekerasan berbasis gender. Film Разжимая Кулаки/Razzhimaya Kulaki (Unclenching the Fists) tahun 2021 karya Kira Kovalenko mengangkat masalah yang dihadapi perempuan di Kaukasus Utara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana film Razzhimaya Kulaki merepresentasikan tradisi patriarki yang terjadi pada masyarakat Kaukasus Utara. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis film ini adalah penelitian kualitatif Creswell dan mise-en-scène pada sinematografi. Film ini berhasil menunjukkan tradisi patriarki di Kaukasus Utara terutama pada lingkungan domestik yang mengakibatkan adanya ketidaksetaraan gender yang merugikan perempuan.

This research triggered because there are women equality problems in the North Caucasus. North Caucasus is one of the federal districts in Russia. The laws in the North Caucasus society are based on traditions, customs, and religious interpretations that are patriarchal in nature. Therefore, women living in rural areas in Russia, such as the North Caucasus, are vulnerable to gender-based violence. The Film Разжимая Кулаки/Razzhimaya Kulaki (Unclenching the Fists), released in 2021 from the director Kira Kovalenko, addresses the women’s problems in the North Caucasus. This study aims to discover and explain how the film Razzhimaya Kulaki represents the patriarchal tradition that occurs in North Caucasus society. The research methods used to analyze this film are Creswell's qualitative research and mise-en-scène in cinematography. The film successfully shown that there are patriarchal traditions in the North Caucasus especially within the domestic scope that harms the lives of women living in the North Caucasus."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrana Mutiarahmanika
"Tesis ini membahas tentang representasi kekerasan seksual terhadap anak perempuan dalam film Korea Selatan berjudul Hope, dan berfokus pada dampak dari kekerasan seksual, proses pemulihan korban, dan proses pemidanaan pelaku kekerasan seksual. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis teks semiotika. Penelitian ini menjadi relevan dalam menggali apakah film ini benar-benar menciptakan naratif alternatif yang memperkuat pengalaman perempuan atau hanya mengikuti pola konvensional yang masih terikat oleh male gaze. Selain itu, melihat upaya sinema dalam mengatasi dan merombak norma-norma dominan, penelitian ini dapat memberikan pandangan baru terhadap peran film dalam mengubah perspektif dan memperjuangkan representasi yang lebih inklusif dan adil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi dampak dari terjadinya kekerasan seksual dalam film Hope meliputi cedera fisik, trauma psikologis dan hilangnya rasa percaya diri. Representasidampak pada orang tua korban yaitu menyalahkan diri sendiri atas kejadian yang menimpa anak mereka, dan perasaan sedih yang mendalam. Pada proses pemulihan, representasi yang ditampilkan adalah korban mendapatkan bantuan dari seorang psikolog anak, dan penggunaan tokoh kartun favorit korban sebagai sumber kekuatan dan kenyamanan bagi korban. Representasi proses pemidanaan pelaku yang ditunjukkan meliputi proses identifikasi pelaku, persidangan, dan hasil putusan hukum.

This thesis discusses the representation of sexual violence against girls in a South Korean film titled Hope, and focuses on the impact of sexual violence, the victim's recovery process, and the criminalization process of sexual violence perpetrators. This research is a qualitative study with a semiotic text analysis method. This research becomes relevant in exploring whether this film really creates an alternative narrative that strengthens women's experiences or only follows conventional patterns that are still bound by the male gaze. In addition, seeing cinema's efforts to overcome and overhaul dominant norms, this research can provide new insights into the role of film in changing perspectives and fighting for more inclusive and just representations. The results show that the representation of the impact of sexual violence in Hope includes physical injury, psychological trauma and loss of self-confidence. The representation of the impact on the victim's parents is self-blame for what happened to their child, and feelings of deep sadness. In the recovery process, the representation shown is the victim getting help from a child psychologist, and the use of the victim's favorite cartoon character as a source of strength and comfort for the victim. The representation of the criminalization process of the perpetrator shown includes the process of identifying the perpetrator, the trial, and the results of the legal decision."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelisa Putri Agustina
"Diskriminasi gender yang dialami oleh tokoh perempuan muncul akibat perbedaan bidang sosial ekonomi. Perbedaan status sosial di antara masyarakat yang tergolong kelas atas serta kelas bawah inilah menjadi penyebab utama terjadinya ketidakadilan pada perempuan. Hal tersebut terlihat pada tulisan dalam novel berjudul Jerum karya Oka Rusmini. Kajian  ini ditujukan untuk menjelaskan berbagai bentuk dari diskriminasi pada tokoh perempuan serta berbagai bentuk perlawanan tokoh perempuan dalam novel Jerum karya Oka Rusmini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra karena mengangkat permasalahan kondisi sosial masyarakat. Hasil penelitian memperlihatkan tiga bentuk diskriminasi gender, yaitu subordinasi, stereotip, dan kekerasan. Selain itu, ada juga berbagai perlawanan yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh perempuan akibat budaya patriarki. Bentuk-bentuk perlawanan itu terdiri atas menjadi perempuan mandiri, menjadi perempuan kuat, menjadi perempuan pintar, serta melalui tindakan seksual perempuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan, budaya patriarki secara tidak langsung merugikan pihak perempuan. Atas dasar itulah mereka melakukan perlawanan.

Gender discrimination experienced by female characters arises due to differences in the socio-economic field. The difference in social status between people who belong to the upper class and the lower class is the main cause of injustice to women. This can be seen in the writing in the novel Jerum by Oka Rusmini. This study aims to explain the various forms of discrimination against female characters and the various forms of resistance of female characters in Oka Rusmini's Jerum novel. This study uses a qualitative method with a literary sociology approach because it raises the issue of the social conditions of society. The results of the study show three forms of gender discrimination, namely subordination, stereotypes, and violence. In addition, there are also various resistances shown by female figures due to patriarchal culture. These forms of resistance consist of being an independent woman, being a strong woman, being a smart woman, and through women's sexual acts. Based on the results of this study, it can be concluded that patriarchal culture indirectly harms women. It was on this basis that they fought back."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Amelia
"Kekerasan simbolik terhadap perempuan dapat tercermin, salah satunya, melalui tayangan FTV Suara Hati Istri. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana tayangan FTV Suara Hati Istri (disingkat SHI) menampilkan kekerasan simbolik terhadap perempuan melalui bahasa. Tiga episode FTV SHI, yaitu episode Sakitnya Hatiku Tak Pernah Mendapat Cinta Suami (disingkat SHTMCS), Pernikahan Yang Dipaksa Pasti Akan Penuh Air Mata (disingkat PDPPA), dan Istri Bayaran (disingkat IB) dipilih sebagai sumber data penelitian. Untuk mencapai tujuan penelitian, konsep-konsep dan langkah-langkah dalam pendekatan Analisis Wacana Kritis (AWK) Siegfried Jäger (2009) digunakan sebagai landasan penelitian. Selain itu, peneliti juga menggunakan teori gender dari Oakley (1972), patriarki dari Walby (1990), kelas kata dari Moeliono dkk. (2017), modalitas dari Alwi (1992), dan tindak tutur dari Searle (1969) sebagai landasan acuan analisis. Metode analisis data dalam penelitian ini mengadaptasi langkah-langkah yang digagas Jäger (2009). Untuk menjawab pertanyaan pertama, yaitu bagaimana tayangan FTV Suara Hati Istri merepresentasikan patriarki, peneliti melakukan analisis terhadap konteks diskursif (diskursiver Kontext), analisis struktur (Strukturanalyse), dan analisis terhadap posisi wacana (Diskursposition). Kemudian, untuk menjawab pertanyaan kedua, yaitu bagaimana tayangan FTV Suara Hati Istri mengonstruksi karakter laki-laki dan perempuan, peneliti melakukan analisis rinci (Feinanalyse), yang terdiri atas kerangka kelembagaan (institutioneller Rahmen), permukaan teks (Text-Oberfläche), alat retoris linguistik (sprachlich-rhetorische Miitel), dan pernyataan-pernyataan ideologis (inhaltlich-ideologische Aussagen), dan diakhiri dengan interpretasi. Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa kekerasan simbolik terhadap perempuan dalam tayangan FTV SHI ditampilkan melalui kosakata (verba, nomina, adjektiva, dan adverbia), modalitas, idiom, implikasi, dan tindak tutur. Salah satu contohnya, tindak tutur yang paling banyak muncul dalam percakapan antartokoh, yaitu tindak tutur komisif dan direktif, mengartikan bahwa tokoh laki-laki lebih cenderung memiliki kewenangan pribadi, sebaliknya, tokoh perempuan lebih cenderung menganggap sesuatu sebagai sebuah keharusan baginya sendiri. Kekerasan simbolik tersebut merupakan sarana untuk melanggengkan ideologi patriarki.

Symbolic acts of violence against women have become more prevalent in its portrayal especially through the TV Movie Suara Hati Istri. This study aims to reveal how the TV Movie Suara Hati Istri (abbreviated as SHI) displays symbolic violence against women through language. Three episodes of the TV Movie SHI, i.e. Sakitnya Hatiku Tidak Pernah Mendapat Cinta Suami (abbreviated as SHTMCS), Pernikahan yang Dipaksa Pasti akan Penuh Air Mata (abbreviated as PDPPA), and Istri Bayaran (abbreviated as IB) are selected as the sources of research data. To achieve the objectives, the concepts and steps in Siegfried Jäger's (2009) Critical Discourse Analysis (CDA) approach were used as the basis of the research. The researcher also uses various theories, such as gender from Oakley (1972), patriarchy from Walby (1990), word classes from Moeliono et al. (2017), modalities from Alwi (1992), and speech acts from Searle (1969) for the analysis. To answer the question of how the TV Movie SHI represents patriarchy, the researchers conducted an analysis on the discursive context (diskursiver Kontext), structural analysis (Strukturanalyse), and the discourse position (Diskursposition). Then, in answering the second question of how the TV Movie SHI constructs male-female characters, the researcher conducted a detailed analysis (Feinanalyse) on the institutional framework (institutioneller Rahmen), text surface (Text-Oberfläche), rhetorical linguistics tools (sprachlich-rhetorische Mittel), and ideological statements (inhaltlich-ideologische Aussagen), and then the interpretation. From the results, symbolic violence against women in the TV Movie SHI is displayed through vocabularies (verbs, nouns, adjectives, and adverbs), modalities, idioms, implications, and speech acts. For example, the speech acts that mostly appear in the conversations, i.e. commissive and directive, showed that male characters are likely to have personal authority and female characters are likely to perceive something as a necessity. Thus the symbolic violence became a tool to perpetuate patriarchal ideology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geovanni Bertha Rini
"[ABSTRAK
Snow White and the Huntsman merupakan sebuah film Hollywood tahun 2012 yang mendekonstruksi jalan cerita dan penokohan yang terdapat dalam film Snow White karya Brothers Grimm sehingga dianggap sebagai film yang memuat nilai feminis yang kuat. Meskipun begitu, jumlah penelitian yang mengkaji nilai patriakal dan ambivalensi terhadap representasi perempuan dalam film ini masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kontrol konsep Idealized Beauty dalam tokoh utama perempuan, dan bagaimana perempuan direpresentasikan dalam film Snow White and the Huntsman melalui penokohan tokoh utama perempuan. Hasil penelitian membuktikan bahwa Snow White and the Huntsman memiliki ambivalensi. Dalam satu sisi perempuan ditampilkan sebagai seorang pahlawan, namun perempuan juga ditampilkan sebagai men?s stuff yang dikontrol oleh konsep Idealized Beauty pada di sisi yang lain. Penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan untuk memahami ambivalensi nilai-nilai patriakal yang masih berlaku dalam masyarakat sekarang.

ABSTRACT
Snow White and the Huntsman is a 2012 Hollywood film that dramatically deconstructs a classic Grimm?s fairytale story of Snow White both in its plot and character, and is regarded as a film that is made with a conscious feminist agenda. Unfortunately, this film has not been extensively discussed for the ambivalences in women?s representation that perpetuate the long-held patriarchal beliefs of women. This is what this study attempts to accomplish through a critical and textual analysis of Snow White and Huntsman. It explores, in particular, how women are controlled by men?s idealized beauty and how the ambivalence towards women?s representation is depicted in this film. The findings show that Snow White and the Huntsman has ambivalences towards feminism: on the one hand, women are strongly depicted as heroes, but on the other hand they are depicted as men?s stuff that controlled by men?s idealized beauty. This study contributes to women studies on the representations of women in today?s film, providing a framework for understanding how patriarchal bias is in today?s society., Snow White and the Huntsman is a 2012 Hollywood film that dramatically deconstructs a classic Grimm’s fairytale story of Snow White both in its plot and character, and is regarded as a film that is made with a conscious feminist agenda. Unfortunately, this film has not been extensively discussed for the ambivalences in women’s representation that perpetuate the long-held patriarchal beliefs of women. This is what this study attempts to accomplish through a critical and textual analysis of Snow White and Huntsman. It explores, in particular, how women are controlled by men’s idealized beauty and how the ambivalence towards women’s representation is depicted in this film. The findings show that Snow White and the Huntsman has ambivalences towards feminism: on the one hand, women are strongly depicted as heroes, but on the other hand they are depicted as men’s stuff that controlled by men’s idealized beauty. This study contributes to women studies on the representations of women in today’s film, providing a framework for understanding how patriarchal bias is in today’s society.]"
2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>