Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137055 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wuri Imanda
"Entre les murs adalah film bergenre drama tahun 2008 yang disutradarai oleh Laurent Cantet, berdasarkan novel Entre les Murs tahun 2006 karya François Bégaudeau. Film ini menceritakan kondisi suatu kelas di sekolah Prancis yang terletak di daerah banlieue. Film ini memenangkan Palme d'Or dalam Festival Film Cannes 2008. Artikel ini bertujuan untuk memberikan sumbangan informasi mengenai interaksi sosial yang terlihat dalam film Entre Les Murs. Artikel ini juga dapat memperlihatkan gambaran multikultural di Prancis.

Entre les murs is a 2008 drama genre movie directed by Laurent Cantet, based on Entre les murs novel by François Bégaudeau 2006. This film tells the condition of a class at a French school located in the suburbs. The film won the Palme d'Or in Cannes Film Festival 2008. This article aims to provide information about the contribution of social interaction seen in the film Entre Les Murs.This film also shows multiculturalism in France.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Nur Syahputri
"Salah satu periode sinema yang mengutamakan isu sosial di Prancis adalah sinema Prancis kontemporer. Dalam periode ini, segala aspek yang mendukung perfilman di negara tersebut sudah berkembang ke arah yang lebih modern dan menarik perhatian banyak masyarakat. Salah satu filmnya adalah Entre Les Murs, sebuah film karya Laurent Cantet yang menceritakan kehidupan sehari-hari sebuah sekolah di banlieue Prancis. Dalam film ini, diperlihatkan bahwa muridnya terdiri dari berbagai macam ras yang memiliki permasalahannya masing-masing. Melalui permasalahan antarras di sekolah banlieue, film ini menunjukkan konflik sosial yang terjadi di Prancis. Penelitian ini membahas tentang kehadiran citra dan prasangka tokoh Souleymane yang memunculkan stereotip rasnya, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah menunjukkan bagaimana citra dan prasangka terhadap suatu individu atau kelompok dapat melahirkan sebuah konflik pada praktiknya. Penelitian ini menggunakan dua teori, yakni teori sinema (2008) oleh Dennis W. Petrie dan Joseph M. Boggs dan teori prasangka (2018) oleh Alo Liliweri untuk membantu analisis strategi naratif film Entre Les Murs dan pembentukan stereotip ras kulit hitam melalui citra dan prasangka terhadap tokoh Souleymane. Hasil dari penelitian ini adalah sikap dan citra negatif tokoh Souleymane memunculkan berbagai perspektif dan prasangka yang berujung pada pembentukan stereotip terhadap kelompok rasnya.

One of the periods of cinema that prioritized social issues in France is contemporary French cinema. In this period, all aspects that support film in this country have developed in a more modern way and attracted the attention of many people. One of the films is Entre Les Murs, a film by Laurent Cantet that tells about the daily life of a school in banlieue France. In this film, it is shown that the students consist of various races who have their own problems. Through interracial problems at the banlieue school, this film shows the social conflicts that occur in France. This study discusses the presence of images and prejudices of the Souleymane character which give rise to his racial stereotypes, so the purpose of this research is to show how images and prejudices against an individual or group can create a conflict in practice. This study uses two theories, namely the theory of cinema (2008) by Dennis W. Petrie and Joseph M. Boggs and the theory of prejudice (2018) by Alo Liliweri to help analyze the narrative strategy of the film Entre Les Murs and the formation of stereotypes of the black race through imagery and prejudice against the character of Souleymane. The result of this study is that a character of Souleymane’s negative attitude and image can create various prejudices and lead to the formation of stereotypes against his racial group."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ganesh Annisa Ramadhania
"Artikel ini membahas representasi imigran kulit hitam di Prancis melalui tokoh Hassan dan Sophie dalam film cerita pendek Place des Fêtes karya Oliver Schmitz. Place des Fêtes adalah salah satu sekuen yang ada dalam film Paris, Je t’aime. Stereotip dan konteks sosial di Prancis menjadi faktor pendukung dalam merepresentasikan tokoh tersebut. Hassan digambarkan sebagai sosok yang dominan berstereotip negatif, sedangkan Sophie memunculkan stereotip positif. Tidak hanya melalui aspek naratif saja, film ini juga dianalisis melalui aspek sinematografis yang juga berperan penting dalam pemaknaan.

This article discusses the representation of black immigrant in France through the characters of Hassan and Sophie in the work of Oliver Schmitz short film, Place Des Fêtes. Place des Fetes is one of the sequences in the film Paris, Je t'aime. Stereotype and social context in France are contributing factors in representing the figures. Hassan is described as a dominant negative stereotype, whereas Sophie shows positive stereotypes. Not only through the narrative aspect, the film is also analyzed through the cinematographic aspect which also an important role in interpreting.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fabyan Putra Suwardi
"Penelitian ini membahas bagaimana proses hegemoni budaya Amerika atau amerikanisasi di Jerman melalui film Swing Kids (1993). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemahaman baru atau common sense apa saja yang terbentuk melalui film Swing Kids (1993). Penelitian ini menggunakan teori hegemoni budaya Antonio Gramsci dan menggunakan metode analisis semiotika Roland Barthes untuk mengungkap bagaimana hegemoni budaya ditampilkan dalam Swing Kids (1993). Hasil penelitian menunjukan bahwa film Swing Kids (1993) telah menciptakan dua pemahaman baru atau common sense. Pertama, tindakan remaja atau masyarakat Jerman yang mencintai budaya, gaya hidup, dan nilai-nilai Amerika dapat dinilai sebagai tindakan yang benar dan baik untuk dilakukan. Kedua, tindakan remaja atau masyarakat Jerman yang memiliki rasa cinta yang besar terhadap budaya dan negara Jerman dapat dinilai sebagai tindakan yang salah dan buruk seperti halnya Nazi. Pembentukan dua pemahaman baru tersebut secara tidak langsung dapat berpotensi mempengaruhi perspektif penonton terhadap negara Amerika dan juga negara Jerman.

This study discusses the process of American cultural hegemony or Americanization in Germany through the film Swing Kids (1993). The aim of this study is to analyze what the new understanding or common sense is formed through the film Swing Kids (1993). This study uses Antonio Gramsci's theory of cultural hegemony and uses Roland Barthes' semiotic analysis method to reveal how cultural hegemony is displayed in Swing Kids (1993). The study results show that the film Swing Kids (1993) has created two new understandings or common sense. First, the actions of German teenagers or people who love American culture, lifestyle and values can be considered as the right and good thing to do. Second, the actions of German teenagers or people who have a great love for German culture and the country can be considered as wrong and bad actions like the Nazis. The formation of these two new understandings can indirectly potentially influence the audience's perspective on America and Germany."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nuzulul Rachmadien
"Skripsi ini membahas kritik sosial yang terdapat pada film Wadjda. Film tersebut merupakan film yang disutradarai oleh Haifaa al Mansour, menceritakan seorang anak perempuan dari Arab Saudi bernama Wadjda, berusia 10 tahun yang ingin memiliki sepeda sendiri agar bisa balapan dengan teman laki-lakinya yang bernama Abdullah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis dengan pendekatan objektif. Penelitian dimulai dengan memaparkan fakta-fakta yang terdapat pada cerita, kemudian dianalisis. Pendekatan objektif yang dimaksud adalah penelitian ini berfokus pada analisis unsur-unsur intrinsik cerita yang terdapat pada film. Unsur-unsur intrinsik yang dianalisis meliputi tema, alur, latar, tokoh dan amanat. Unsur-unsur intrinsik tersebut digunakan untuk melihat adanya pesan yang ingin disampaikan melalui cerita dalam film Wadjda. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat kritik sosial terhadap pemerintah, masyarakat, sistem keluarga dan sistem sekolah pada film Wadjda. Hal itu merupakan sebuah representasi dari kebudayaan Arab Saudi saat ini yang disampaikan melalui film.

This undergraduate thesis discusses the social criticism contained in the film Wadjda. The film directed by Haifaa al Mansour, which tells of a girl from Saudi Arabia named Wadjda, 10 years old who want to have her own bike in order to race with her male friend named Abdullah. The method used in this research is descriptive analytical with an objective approach. The study begins by describing the facts contained in the story, and then analyzed. Objective approach in question is the study focuses on the analysis of the intrinsic elements contained in the story of the film. Intrinsic elements are analyzed include the theme, plot, setting, character and moral value. Intrinsic elements are used to seeing the message to be conveyed through the story in the film Wadjda. The study found that there is a social critique of the government, the civil society, the family system and the school system on the film Wadjda. It is a representation of the current Saudi Arabian culture conveyed through the film.."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S66032
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahirah Karamatullah
"Penelitian ini akan membahas sebuah film yang ditulis dan disutradarai oleh Nadine Labaki, yang berjudul Capernaum. Film ini mendapatkan standing ovation selama lima belas menit, karena berhasil menyentuh emosional para penontonnya di Cannes Festival Film pada bulan Mei 2018 di Prancis. Film Capernaum merupakan salah satu film yang menarik perhatian penulis karena di dalamnya menggambarkan realita kehidupan para pengungsi di Lebanon yang dikemas dalam sudut pandang anak-anak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis dengan pendekatan objektif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori pengkajian fiksi Burhan Nurgiyantoro. Dimulai dari memaparkan unsur intrinsik meliputi tema, latar, alur/plot, tokoh, dan moral. Unsur-unsur intrinsik akan diaplikasikan dalam menganalisis kritik sosial yang terdapat pada film Capernaum. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui unsur-unsur intrinsik dan menganalisis tentang kritik sosial yang terkandung dalam film Capernaum. Hasilnya, terdapat kritik sosial yang ingin disampaikan terkait pemerintah, keluarga, dan masyarakat pada film Capernaum.

This research will discuss a film written and directed by Nadine Labaki, entitled Capernaum. This film received a standing ovation for fifteen minutes, because it managed to touch the emotions of the audience at the Cannes Film Festival in May 2018 in France. The film Capernaum is one of the films that has caught the attention of the author because it depicts the reality of the lives of refugees in Lebanon, packaged from the perspective of children. This study uses a descriptive-analysis method with an objective approach. In this research, the writer used Burhan Nurgiyantoro's fiction assessment theory. The first is from the presentation of intrinsic elements including themes, settings, plots, characters, and morals. Intrinsic elements will be applied in the analysis of social criticism contained in the film Capernaum. The purpose of this research is to know the intrinsic elements and to analyze the social criticism contained in Capernaum's film. As a result, there is social criticism to be conveyed regarding the government, family and society in the film Capernaum."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Peri Andrian
"ABSTRAK
Berangkat dari bencana ekologis Lumpur Lapindo, film Anak-anak Lumpur 2009 mengangkat cerita tragis kehidupan anak-anak Porong, Sidoarjo, Jawa Timur dalam menghadapi dampak Lumpur Lapindo, bencana yang telah berusia satu dekade hingga sekarang. Anak-anak Lumpur menempatkan anak-anak sebagai tokoh utama dalam narasi. Film ini memiliki posisi yang penting karena anak-anak korban Lumpur Lapindo belum banyak direpresentasikan di media. Mereka seperti dibungkam, saat suara mereka seharusnya didengar. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui representasi interaksi anak dalam menghadapi bencana ekologis Lumpur Lapindo dalam film Anak-anak Lumpur sehingga di masa yang akan datang pemerintah dapat menentukan kebijakan mitigasi dan adaptasi bencana yang tepat untuk anak- anak. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif, serta analisis dilakukan dengan menggunakan analisis semiotika naratif Greimas. Dalam film ini, anak-anak menempati berbagai skema aktan, seperti aktan subjek, aktan penolong, serta aktan penentang, serta dengan posisi yang signifikan dalam penuturan cerita. Tokoh anak muncul di setiap narasi dan tahap model fungsional Greimas sebab anak merupakan tokoh utama dalam film ini. Anak-anak direpresentasikan sebagai manusia yang memiliki kepolosan dan tujuan yang moral yang mulia, seperti menyelamatkan ibu tokoh utama yang sedang sakit. Anak-anak juga direpresentasikan kokoh dan mampu menyelesaikan berbagai masalahnya. Penulis juga menemukan bahwa representasi interaksi anak juga merepresentasikan kondisi lingkungan, kemanusian, dan sosial yang mereka hadapi. Di kesimpulan, anak-anak direpresentasikan sebagai kelompok yang polos dan bermoral tinggi, berbakti kepada orang tua, serta mengalami pendewasaan yang cepat karena direnggutnya masa kanak-kanak mereka akibat bencana ekologis Lumpur Lapindo.

ABSTRACT
Based on an ecological disaster Lapindo mudflow, Child of Mudflow 2009 film told a tragic story about the life of Porong rsquo s children in Sidoarjo, East Java, in facing the aftermath of Lapindo mudflow, which has entered a decade years old. Child of Mudflow potrayed children as main characters in the story. This film has an important position because children affected by Lapindo Mudflow have not been represented many times yet. It seemed like they were muted, when they should be heard. The purpose of this journal is to analyse the representation of children interacton in facing ecological disaster such as Lapindo mudflow in Child of Mudflow Anak anak Lumpur film, this journal hopefully can contribute for government in mitigation policy making purposes for kids. Equipped with qualitative method approach, writer analyze the film using Greimas narative semiotics. In this film, children are placed in numerous actans, such as subject, adjuvant, and traitor, moreover children play significance role as part of the narrative. Their characters appeared in every stage of story of Greimas functional model, it is because they played main characters on this film. The children were represented as innoncence human beings with high moral purpose, for instance saving the main character rsquo s ill mother. Furthermore, they were represented as strong and capable in solving their problems. The writer found that representations of child rsquo s interaction were also representing environmental, humanity, and social condition, faced by them. In conclusion, children were represented as innocent and high moralist, devoted to their parents, and they matured too quickly because their childhood were taken from them by ecological disaster Lapindo mudflow."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Oktaviany
"Kecemasan Interaksi Sosial merupakan suatu kegelisahan yang timbul sebagai pertentangan dalam diri individu saat melakukan hubungan sosial antara dua individu atau lebih, yang dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan seseorang. Penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional) ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kecemasan interaksi sosial remaja tunarungu. Sampel sebesar 37 responden yang dipilih dengan teknik total sampling di dua SLB wilayah Depok. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden mengalami fobia sosial. Institusi pendidikan keperawatan diharapkan dapat lebih mengeksplor dan mengajarkan konsep serta teori keperawatan terkait masalah psikologis pada klien berkebutuhan khusus, khususnya pada remaja tunarungu.

Social Interaction Anxiety is an anxiety, worries, and fears that appears when performing or engaging in a social relationship between two individuals or more, which is influenced by age, gender and education level. This descriptive study with cross-sectional aims to reveal the level of anxiety in adolescents with hearing impairment of social interaction. The sample of 37 respondents were selected with a total sampling technique from two Extraordinary School in Depok. The study showed that most of the respondents have social phobia. Nursing education institutions are expected to explore more about nursing concepts and theories related to psychological problems in special needs clients. especially adolescents with hearing impairment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melpa Tresia
"Mariage Pour Tous (MPT) diatur dalam undang-undang pernikahan di Prancis yang memperbolehkan pernikahan bagi pasangan heteroseksual dan homoseksual di Prancis. Pada masa kampanye kepresidenan François Hollande, rencana untuk melegalkan pernikahan sesama jenis adalah salah satu janji yang memicu gerakan untuk melakukan aksi kolektif. Gerakan sosial pendukung pernikahan sesama jenis merupakan contoh dari gerakan sosial baru. Hal tersebut dapat dilihat dari motif dan isu yang disuarakan berkaitan dengan hak-hak sipil di dalam lingkup sosial.  Usaha yang dilakukan oleh gerakan sosial untuk menuntut persamaan hak sipil sudah dilakukan sejak dikeluarkannya Pacte Civil de Solidarité (PACS) pada tahun 1999, tetapi janji kampanye Hollande menjadi pemicu gerakan sosial untuk melakukan aksi kolektif. Segala tindakan yang dilakukan oleh gerakan sosial baru maupun elit politik merupakan bentuk dari komunikasi gerakan kolektif.
Peran yang dilakukan gerakan sosial baru dibagi menjadi tiga bahasan yaitu, advokasi terhadap wacana pernikahan sesama jenis,  menetapkan wacana pernikahan sesama jenis dalam kehidupan politik Prancis, dan aktivitas rutin tahunan gerakan sosial baru. Melalui analisis gerakan sosial baru dan teori aksi gerakan kolektif maka  konsep identitas kolektif, solidaritas, dan komitmen menjadi standar pengukur aksi yang dilakukan oleh gerakan sosial baru. Melalui analisis menggunakan teori tersebut ditemukan peran  paling efektif yang dilakukan oleh gerakan sosial dalam mendukung disahkannya MPT  di Prancis yaitu,  melakukan advokasi terhadap wacana pernikahan sesama jenis setelah Hollande resmi menyampaikan dalam kampanye kepresidenan.

Mariage Pour Tous (MPT) is regulated by a French marriage law that allows marriage for both heterosexual and homosexual couples in France. During François Hollande's presidential campaign, the plan to legalize same-sex marriage was one of the promises that sparked a movement for collective action. The social movement for same-sex marriage is an example of a new social movement. This can be seen from the motives and issues voiced in relation to civil rights in the social sphere. Attempts by social movements to demand equal civil rights have been carried out since the issuance of the Pacte Civil de Solidarity (PACS) in 1999, but Hollande's campaign promises have become a trigger for social movements to take collective action. All actions taken by new social movements and political elites are a form of collective movement communication.
The role played by the new social movement is divided into three topics these are, advocating for same-sex marriage discourse, establishing same-sex marriage discourse in French political life, and the annual routine activities of new social movements. Through the analysis of new social movements and the theory of collective movement action, the concepts of collective identity, solidarity, and commitment become the standard measures of action taken by new social movements. Through analysis using this theory, it was found that the most effective role played by social movements in supporting the legalization of the MPT in France, was advocating for the same-sex marriage discourse after Hollande officially delivered it in the presidential campaign.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lavenia Rahmadina Nurzaman
"ABSTRAK
Artikel ini membahas kritik terhadap antisemitisme di Prancis dalam film 24 Jours: La Verite sur l Affaire Ilan Halimi (2014). Film ini mengangkat kasus penculikan dan pembunuhan Ilan Halimi yang terjadi di Paris pada tahun 2006 berdasarkan catatan harian ibunda Ilan, Ruth Halimi. Fokus tulisan ini adalah pada analisis tiga fokalisasi, yaitu fokalisasi Ruth, fokalisasi penculik, dan fokalisasi aparat polisi. Ketiga fokalisasi berbeda tersebut menguak jejak munculnya wacana antisemitisme dan keberadaan kritik terhadap antisemitisme dalam kasus tersebut. Melalui analisis aspek naratif dan sinematografis dalam film dengan konsep-konsep kajian film dari Boggs dan Petrie, ditemukan bahwa struktur naratif film memperlihatkan kasus Ilan Halimi bergerak dari status kejahatan penculikan biasa menjadi status kejahatan antisemitisme. Selanjutnya, dengan hasil analisis juga memperlihatkan bahwa media berperan besar dalam membingkai terbentuknya kritik terhadap antisemitisme yang mempengaruhi pandangan individu maupun masyarakat luas. Temuan penting dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa selain menjadikan Ilan sebagai martir kejahatan antisemitisme di Prancis, film ini juga menjadi media kritik terhadap penyebaran wacana antisemitisme oleh aparat kepolisian sebagai strategi untuk menutupi kegagalan mereka menyelamatkan Ilan.

ABSTRACT
This article discusses the criticism of anti-Semitism discourse in France in the movie 24 Jours: La Verite sur lAffaire Ilan Halimi (2014). The film tells about Ilan Halimis kidnapping and murder case that takes place in Paris in 2006 based on Ilan mothers notes, Ruth Halimi. The focus of this paper is on the analysis of three focalizations; Ruth focalization, kidnapper focalization, and the focalization of the police. These three different focalizations reveal the trace of antisemitism discourse and the existence of criticism over anti-Semitism discourse in the case. Through the analysis of narrative and cinematographic aspects in films with film review concepts from Boggs and Petrie, it is found that the narrative structure of the film shows that the case of Ilan Halimi develops from a criminal abduction case into an anti-Semitic crime. Furthermore, the analysis also shows that media has a big impact in framing the formation of the criticism on anti-Semitism which effects publics opinion. An important discovery in this research also shows that besides making Ian as a martyr of an anti-Semitism crime, this movie also becomes the media aod a critic on the spread of the anti-Semitism discourse by the police as a strategy to cover their failure in saving Ilan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>