Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151716 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Izzati
"Pengaruh musik tidak hanya sekedar untuk memanjakan telinga dengan nada-nada dan irama yang enak didengar, melainkan juga dapat berpengaruh pada kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia. Namun dalam penelitian ini peniliti mengkhususkan pada kalangan usia remaja yang menjadi mayoritas penikmat musik popular Korea yang kini tengah mewabah di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh musik popular Korea tersebut terhadap gaya hidup remaja di berbagai aspeknya mengingat peredaran musik Korea sangat meluas dan hampir setiap orang tahu akan keberadaan musik popular tersebut serta semakin menjamurnya konsep penampilan artis yang serupa dengan Korea.
Penelitian ini bermanfaat untuk membantu pihak Universitas, peneliti, pembaca, juga masyarakat untuk memahami fenomena ini dan menyaringnya sehingga dapat mengambil manfaat baik dari fenomena tersebut dan mencegah atau membatasi dampak negatif dari fenomena yang terjadi tersebut. Selain itu, sebagai bahan informasi akurat untuk profesi psikolog, seni, ataupun sosiolog yang menjadi pakar kemasyarakatan. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara random sampling atau secara acak.

The influence of music is not just to treat ear with tunes and catchy rhythms, but also can affect the physical, emotional, cognitive, and social for individuals of all ages . However, in this study the researche is specializing in teens who makes up the majority of popular Korean music lovers that is now endemic in Indonesia.
This study aims to determine how much influence the Korean popular music on youth lifestyle in various aspects, considering the circulation of Korean music is very widespread and almost everyone knows of the existence of such popular music as well as the proliferation of the concept looks similar to Korean artists.
This research is useful to help the university, researchers, readers, also people to understand this phenomenon and filter them. So, taking better advantage of this phenomenon and prevent or limit the negative impact of these phenomena. In addition, as a professional psychologist for accurate information, art, or sociologist who become expert community . The method was used interviews random sampling or random.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Savira Eknitananda
"Gisaeng adalah wanita penghibur profesional Korea yang dapat disamakan dengan Geisha dari Jepang dan Chi-nu dari Cina. Budaya ini dipercaya telah ada sejak Zaman Goryeo (Abad ke-9 M). Namun, pada masa penjajahan Jepang (1910-1945), budaya dan identitas Gisaeng mulai terkikis seiring masuknya musik populer ke Korea. Penelitian ini bertujuan mengungkap pengaruh musik populer terhadap identitas Gisaeng yang direpresentasikan dalam film Hae-Eohwa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa besarnya minat masyarakat terhadap musik populer mengakibatkan Gisaeng meninggalkan identitas lamanya untuk menjadi penyanyi musik populer.

Gisaeng is a professional female entertainer in Korea, equals to Geisha of Japan and Chi-nu of China. This culture is believed to be existed since Goryeo Era (9 M). However, during Japan Colonial Period (1910-1945), Gisaeng identity started to deteriorate as the popular music came in and flourished among Koreans. This research uses qualitative descriptive method and aims to expose the impact of popular music to the identity of Gisaeng. This research found that the level of public interest in popular music resulted in Gisaeng leaving their identity to pursue career in popular music business.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pujangga Wisnu Murti
"Penelitian ini membahas mengenai pengaruh brand ambassador asal Korea Selatan sebagai strategi pemasaran yang dapat menggiring masyarakat pada suatu situasi pembelian produk secara berlebihan di kalangan mahasiswa Universitas Indonesia. Kondisi ini berkembang karena melihat potensi konsumen yang ada. Ditambah penikmat budaya Korea yang cukup banyak dari berbagai kalangan, membuat produsen menggunakan strategi yang memanfaatkan minat dari konsumennya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan pengaruh brand ambassador Korea bagi masyarakat serta mengetahui faktor yang mendasari pembelian produk yang dipromosikan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam bentuk deskriptif. Dengan menggunakan metode purposive sampling dipilih sembilan orang narasumber. Selanjutnya dari narasumber yang sudah dipilih, informasi dihimpun dengan teknik wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor budaya dan faktor psikologis menjadi faktor yang paling memengaruhi perilaku konsumen di kalangan mahasiswa. Selanjutnya pengaruh dari brand ambassador Korea pada produk instan di Indonesia bagi mahasiswa hanya bersifat impulsif dan tidak berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga tidak memengaruhi perubahan gaya hidup. Kondisi ini dipengaruhi oleh kualitas produk yang ditawarkan, kebutuhan terhadap produk, serta minatnya terhadap selebritas yang menjadi brand ambassador.

This study discusses the influence of brand ambassador from South Korea as a marketing strategy that can lead people to a situation of excessive product purchase among students of the Universitas Indonesia. This condition thrives by looking at the potential existing consumers. Plus, there are quite a lot of Korean culture connoisseurs from various circles, making producers use strategies that take advantage of the interest of consumers. The purpose of this study is to describe the influence of Korean brand ambassador have for the community and to find out the factors underlying the purchase of the promoted product. This study uses qualitative method in descriptive form. By using purposive sampling method, selected nine speakers. From the selected speakers, information is collected by using interview technique. The results of this study indicate that cultural and psychological factors influences consumer behavior the most among students. The influence of Korean brand ambassador on instant product for Indonesian students is only impulsive and does not last for a long time, hence it does not affect lifestyle changes. This condition is influenced by the quality of the products offered, the need for products, and interest in celebrities as brand ambassador."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lusia Savitri Setyo Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk menemukan adanya eksploitasi seksualitas dalam
Korean Pop Music Video terutama dalam music video ‘Marionette’ dari Stellar,
‘Something’ dari Girl’s Day, ‘New Era’ dari Phantom dan ‘A.D.T.O.Y’ dari 2PM.
Analisis berfokus pada bagaimana bentuk-bentuk eksploitasi seksualitas yang
ditampilkan dalam keempat music video tersebut, lalu melanjutkannya pada level
makna denotatif dan konotatif serta mitos yang dibangun. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dan menggunakan analisis semiotika milik Roland Barthes yang
mempunyai sistem pertandaan bertingkat, denotasi dan konotasi, serta berujung pada
sebuah mitos. Analisis dimulai dengan membaca tanda-tanda eksploitasi seksualitas
yang ada di dalam music video kemudian mengungkap makna konotatifnya. Dari situ
terlihat mitos yang dibangun dan yang tersembunyi di dalamnya. Mitos-mitos yang
teridentifikasi yaitu perempuan ditampilkan sebagai objek dan laki-laki sebagai
subjeknya; ketika laki-laki berlaku sebagai objek, ia ditampilkan sebagai laki-laki
yang maskulin dan mempunyai bentuk tubuh ideal yang menggambarkan kejantanan
dan kelelakiannya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa eksploitasi seksualitas
dalam Korean Pop Music Video mempunyai beberapa ideologi yang dibawa yaitu
ideologi kapitalisme, patriarki, dan maskulinitas di mana ideologi-ideologi tersebut
memojokkan kaum perempuan

ABSTRAK
This research aims to find the exploitation of sexuality in Korean Pop Music Video,
especially in the music video 'Marionette' by Stellar, 'Something' by Girl's Day, 'New
Era' by Phantom and 'ADTOY' by 2PM. The analysis focuses on how the forms of
sexuality exploitation shown in the fourth music video, then continue at the level of
denotative and connotative meanings, also the myths that are constructed in it. This
research is qualitative and uses semiotic analysis from Roland Barthes who have
multilevel signification system, denotation and connotation, and culminate in a myth.
The analysis begins with reading the signs of sexuality exploitation that is in the
music video then uncover connotative meaning. From there, it’ll looks the myths that
are constructed and hidden in it. The myths which identified are women who
displayed as objects meanwhile men as the subject; when men as the object, they’re
displayed as a masculine man and having an ideal body shape that describes
masculinity and manhood. The research concluded that the exploitation of sexuality
in Korean Pop Music Video has brought some ideologies which are the ideology of
capitalism, patriarchy and masculinity in which these ideologies discredit women."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fendy Aidi Kurniawan
"Makalah ini menguji transformasi musik populer Korea dari waktu ke waktu sesuai dengan keadaan politik dan ekonomi di Korea Selatan. Hal tersebut dimulai pada tahun 1945 ketika Korea Selatan mendapatkan kemerdekaannya dari pendudukan Jepang. Dimulai dari saat itu, musik populer Korea mulai menerima banyak pengaruh dari luar Korea, terutama Amerika dan Jepnag. Seiring berjalannya waktu, industri musik populer Korea mulai berubah karena faktor-faktor yang ada pada masanya hingga keberadaan "Korean Wave". Makalah ini klemudian menyimpulkan bahwa musik populer Korea tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa politik dan ekonomi. Hal intulah yang meyebabkan musik populer Korea berevolusi dari masa ke masa dalam hal fungsi musik dan bagaimana musik dilihat oleh orang Korea sendiri.

This paper examines the transformation of Korean popular music from time to time in accordance with political and economics situations in South Korea. It began in around 1945 when South Korea gained its independence from Japanese colonization. Starting from that point, Korean popular music started receiving numerous influences from outside Korea, particularly America and Japan. As the time goes by, music industry in Korea has changed due to some factors in each period until its existence today with the Korea‟s Hallyu. The paper concludes that Korean popular music is inextricably linked with political and economics events in Korea. That is why Korean popular music evolved differently from time to time in terms of the purpose of the music and the way the music is seen by Korean people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Pilar Divandini
"In the past years, Western musical media outlets, especially those that were held by the Americans, had hardly featured any artists from outside the country. This year, however, both of the American music media outlets, Billboard and the Grammy awards, have outgrown the particularly outdated norm of leaving cultures that are not of their own out of the loop. This leads to the cultivation of various interpretations among both cultures, if not across the world. To thoroughly read through these interpretations and discover the transculturality that lies between the Western and Korean popular culture, this paper inspects how K-Pop group Bangtan Sonyeondan’s best-selling track “Dynamite” (2020) is entirely arranged and produced in English, and how the all-South Korean septet’s globally popular track is perceived and accepted in Western communities, especially in the United States, which is both geographically and culturally distant from the origin of K-Pop’s, South Korea. This study, which focuses on both cultural and linguistic matters, utilizes a qualitative approach, by applying performing textual analysis as the methodology. The data were collected by gathering information relating to “Dynamite” (2020) on Billboard and in the Grammys as American media outlets, and analysing it by relying on theories conducted by Swingewood (1977) and Holz-Mäntttäri’s (1984) which, consecutively, explain about mass society and language as a translational action. The findings show that a Korean-based song, that is fully composed in English, has successfully managed to break through the linguistic and cultural barriers that lie across the globe and that the American media outlets, which are the Billboard and the Grammys, both display Dynamite as a successful transaction in the field of transculturalism and popular culture.

Pada tahun-tahun sebelumnya, outlet media musik Barat, terutama diadakan oleh Amerika, hampir tidak pernah menampilkan artis-artis luar negeri. Namun, tahun ini, kedua outlet media musik Amerika, Billboard dan penghargaan Grammy, telah melampaui norma yang ketinggalan zaman untuk meninggalkan kebudayaan lain tersebut. Hal ini mengarah pada lahirnya berbagai interpretasi antara kedua kebudayaan, bahkan di seluruh dunia. Untuk memahami interpretasi-interpretasi tersebut secara menyeluruh dan menemukan transkultularitas yang terletak di antara budaya populer Barat dan Korea, makalah ini meneliti bagaimana lagu terlaris grup K-Pop Bangtan Sonyeondan, “Dynamite” (2020), sepenuhnya disusun dan diproduksi dalam bahasa Inggris, dan bagaimana lagu yang dibawakan oleh septet dari Korea Selatan yang populer secara global tersebut dipandang dan diterima di komunitas Barat, terutama di Amerika Serikat, yang baik secara geografis dan budaya jauh dari daerah asal K-Pop, Korea Selatan. Penelitian yang berfokus pada permasalahan budaya dan bahasa ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menerapkan analisis tekstual debagai metodologinya. Data dikumpulkan dari informasi yang berkaitan dengan “Dynamite” (2020) di Billboard dan Grammy sebagai outlet-outlet media Amerika, dan menganalisisnya dengan mengandalkan teori-teori yang dihasilkan oleh Swingewood (1977) dan Holz- Mänttäri (1984) yang secara berurutan tentang masyarakat luas dan bahasa sebagai tindakan penerjemahan atau translasi. Hasil penemuan menunjukkan bahwa lagu berbasis bahasa Korea, yang sepenuhnya disusun dalam bahasa Inggris, telah mendobrak rintangan-rintangan linguistik dan budaya yang terbentang di seluruh dunia dan bahwa outlet-outlet media Amerika, yaitu Billboard dan Grammy, keduanya menampilkan “Dynamite” sebagai transaksi yang sukses di dalam bidang transkulturalisme dan budaya populer."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Meilani R.
"Penelitian ini memfokuskan diri pada majalah remaja khususnya remaja putri. Di masa ekonomi kapitalistik seperti saat ini, gaya hidup, penampilan yang trendy makin menjadi komoditi dalam media. Media dengan giatnya menghadirkan berbagai hal yang berkaitan dengan hal-hal modern dan akan selalu up to date sehingga pembaca akan tertarik membacanya.
Majalah remaja Indonesia pada umumnya memiliki tampilan, pilihan topik dan kemasan yang jika dilihat secara sekilas mempunyai kesamaan. Semua berkutat dengan budaya populer. Tampak pengaruh kaum kapitalis yang mendorong pembacanya untuk mengkonsumsi produk yang disodorkan. Hampir setiap halaman penuh dengan tawaran-tawaran terhadap suatu produk tertentu. Tak ketinggalan pula bahkan isi artikel pun terkadang masih diselipkan beberapa penawaran suatu produk. Ini pula yang diasumsikan terjadi di majalah Cosmogirl.
Majalah Cosmogirl itu sendiri merupakan majalah yang banyak menampilkan visual images. Seperti tampilan dari artikel yang diteliti, yaitu Fashion Diva - Gaya Seleb. Merujuk pada konsep budaya populer dari Raymond William bahwa budaya itu sendiri mempunyai makna secara sederhana sebagai sesuatu yang disukai orang, karya yang dibuat untuk menyenangkan orang. Begitu juga merujuk pada pandangan Bordieu bahwa budaya populer adalah budaya komersial yang merupakan produk massal. Artikel ini mencoba mengangkat unsur-unsur budaya populer melalui tampilan-tampilan produk dan sosok model atau selebriti luar negeri. Tampilan Cara berbusana yang individual dan berbagai potongan-potongan busana serta variasinya dapat menimbulkan perubahan makna, hal inilah yang merupakan bagian dari longue dan parole yang terbentuk dari sajian artikel ini.
Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan. Pertama, penyebaran populer macam apa yang ditawarkan oleh majalah Cosmogirl?, bagaimana majalah memasukan unsur budaya populer sebagai pendukung gaya hidup? Penemuan mengenai kandungan nilai-nilai budaya populer dilakukan melalui analisa serniotika Barthes.
Penelitian dilakukan terhadap 6 buah artikel Fashion Diva -- Gaya Seleb yang terdapat pada majalah Cosmogirl dari edisi Januari 2004 hingga edisi Juni 2004. Pemilihan tahun 2004 sebagai tahun dimuiainya edisi yang diteliti atas dasar pertimbangan untuk ke up to date- an data, juga untuk memudahkan melihat ritme dari tampilan artikel tersebut pada setiap bulannya.Kemudian alasan dipilihnya artikel Fashion Diva Gaya Seleb sebagai bahan yang akan diteliti, karena tampilan artikel Fashion Diva - Gaya Seleb yang selalu menghadirkan foto selebriti luar negeri dengan produk hasil buatan dalam negeri. Sehingga unsur penyebaran populer bisa terlihat lebih jelas dibandingkan artikel lain.
Implikasi penelitian yang muncul adalah penelitian diharapkan menjadi masukan bagi masyarakat dalam hal menyikapi informasi dari media. Maraknya media massa budaya populer dengan berbagai kepentingannya tidak hanya dipandang semata-mata untuk memunculkan pemikiran-pemikiran pada remaja putri gemar memperhatikan bahkan mengikuti perilaku atau dandanan bidang idolanya namun dibaliknya itu semua masyarakat dihimbau untuk mampu berpikir lebih bijak dalam memilih budaya populer mana yang dapat diikuti dan budaya populer mana yang tidak sesuai dengan kebudayaan timur serta kondisi dari masyarakat itu sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14286
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Manzilina
"Budaya makan bersama menjadi salah satu ciri khas dari nilai budaya masyarakat Korea. Khususnya di dalam budaya perusahaan Korea, budaya makan bersama ini ditunjukkan melalui budaya hoesik. Nilainilai kebersamaan di dalam budaya makan bersama ini bersumber dari ajaran Konfusianisme yang secara tradisi telah menjadi pedoman nilai dan etika masyarakat dalam berperilaku dan bersikap. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan solo economy di masyarakat Korea telah menciptakan tren gaya hidup honbap yang turut mempengaruhi aspek sosial masyarakat Korea dan budaya hoesik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tren honbap terhadap perubahan gaya hidup masyarakat Korea dengan studi kasus budaya hoesik di Korea. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-analisis berdasarkan sumber data studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan tren honbap yang terjadi pada masyarakat Korea menyebabkan perubahan pola perilaku para pekerja terhadap budaya hoesik. Dengan dilatarbelakangi berbagai alasan, para pekerja kini lebih memilih honbap dibandingkan mengikuti kegiatan hoesik.

The culture of eating together becomes one of an identity of the cultural value in Korean society. Especially in Korean corporate culture, the culture of eating together is demonstrated through hoesik culture. The value of togetherness in eating together culture is derived from Confucian teaching which traditionally has become a guideline of the values and ethics in societies to behave. Along with the times, the growth of the solo economy in Korean society has created the honbap lifestyle trend, and it affects the Korean social aspect and the hoesik culture as well. Therefore, the study aims to analyze the influence of honbap trend on Korean society`s lifestyle change through a case study of hoesik culture. The research method used in this writing is descriptive-analysis research methods based on library research data sources. The results showed that the evolution of honbap trend in Korean society has led to the changing of workers behavior patterns toward hoesik culture. Due to various reasons, workers nowadays prefer doing honbap over participating in hoesik events.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Setiawan
"Tujuan dari studi ini adalah untuk meneliti hubungan antar keterlibatan situasional dan berkelanjutan dengan budaya pop Korea, imej kognitif, imej afektif, imej keseluruhan, dan intensi kunjungan terhadap destinasi Korea turis Indonesia. Terlebih penelitian ini ditujukan untuk meneliti pengaruh dari keterlibatan situasional dan berkelanjutan dengan budaya pop Korea terhadap imej destinasi Korea yang terbagi ke dalam : kognitif, afektif, dan keseluruhan yang akan mempengaruhi intensi kunjungan terhadap destinasi Korea. Penelitian ini menggunakan structurral equation modelling (SEM) yang akan diproses menggunakan program Lisrel 8.80. Penelitian ini menggunakan budaya pop Korea sebagai topik utama karena budaya pop Korea dewasa ini sangat terkenal di Indonesia, bahkan dunia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keterlibatan situasional yang menuju ke keterlibatan berkelanjutan dapat mempengaruhi imej kognitif lalu imej afektif destinasi Korea yang membuat individu memiliki intensi untuk mengunjungi destinasi Korea untuk berlibur. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pihak-pihak yang terlibat dalam industri wisata Korea seperti pemerintahan Korea, pemerintahan Indonesia, dan penyedia jasa wisata di Indonesia dalam merencanakan kegiatan pemasaran wisata Korea di Indonesia.

The purpose of this research is to recognize the relationships between situational involvement, enduring involvement, cognitive images, affective images, overall images, and visit intention in context of Korean pop culture and Korea destinations in Indonesia. Moreover this research is to recognize the impacts of Korean pop culture situational and enduring involvement to cognitive, affective and overall image of Korea as tourism destinations which impacts the visit intention to Korea destinations. Convenience sampling was used for this research and the samples were from Indonesia used for this research. The hypotheses are tested using structural equation modelling (SEM) using Lisrel 8.80. This research use Korean pop culture as its topic because Korean pop culture currently is one of the most popular pop culture in Indonesia and continuing to spread around the world. The results show that involvement with Korean pop culture indeed influence cognitive images then affective images of Korea destinations then influence the visit intention of potential touritst in Indonesia to visit Korea destinations. The findings in this research are useful for further research resolving simillar topic and also will give insights to parties that involved in tourism industry which are Korea government, Indonesia government, and Indonesian travel agents as references in formulating a right marketing tools for Korea tourism."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Alfarindo
"Musik populer Jepang yang ada pada saat ini sebenarnya telah melewati proses perkembangan yang panjang. Dimulai sebelum Perang Dunia II terjadi dan terus berkembang hingga sekarang. Pengaruh musik Barat juga ikut memberikan pengaruh, terutama pada era postwar dimana musik Barat mulai bisa masuk ke Jepang. Selain itu kependudukan Amerika di Jepang juga telah memberikan pengaruh, termasuk pengaruh musik the Beatles. Pada pertengahan tahun 1960-an the Beatles mulai terkenal secara global, termasuk Jepang. Hingga pada tahun 1966 the Beatles akhirnya melakukan tour ke Jepang dan memberikan dampak dan pengaruh terhadap musik populer Jepang pada saat itu. Hal tersebut dapat dilihat ketika munculnya musik jenis 'Group Sound' di Jepang dan juga munculnya band-band yang mengusung musik tersebut. Oleh karena itu, tugas akhir ini akan membahas mengenai pengaruh the Beatles dalam perkembangan musik populer Jepang.

ABSTRACT
Japanese popular music nowadays was actually going through a long process of development. It was started before the World War II begin dan keep developing until now. Western music also giving an influence in Japanese popular music, especially when in postwar era where Western music can finally distributed in Japan. Beside that, America`s invasion in Japan after World War II also contributed to the development, including in distributing the Beatles`s music. In the mid 1960s the Beatles strating to be known globally including Japan. Until in 1966 the Beatles finally having a tour to Japan and giving an influence and effect to Japanese popular music at that time. This particular occurrences can be seen at the emergence of `Group Sound` music and bands that upholding the music. Because of it, this research will discuss about the influence of the Beatles on the development of Japanese popular music."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>