Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79908 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kemas Irsan Sa`bani
"Gen P16INK4A merupakan gen yang berfungsi menghentikan siklus sel dan mengakibatkan cellular senescence yang berperan pada proses penuaan dan munculnya age-related disease salah satunya pada jaringan muskuloskeletal.
Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara status metilasi gen P16INK4A dengan osteoporosis sebagai salah satu age-related disease. 181 sampel DNA wanita pasca menopause (68 sampel osteoporosis dan 113 sampel non-osteoporosis) dianalisis dengan teknik MS-PCR. 12 sampel (6,6%) fully methylated, 164 sampel (90,6%) partially methylated, dan 5 sampel (2,8%) fully unmethylated. Terjadi metilasi gen P16INK4A pada wanita pascamenopause, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status metilasi gen P16INK4A dengan osteoporosis pada wanita pasca menopause (p=0.652).

P16INK4A is a tumor suppressor gene which function is stopping the cell cycle that cause on cellular senescence which plays role on aging process and agerelated disease in musculoskeletal organs.
This research has purpose to analyze the relationship between methylation status of P16INK4A gene with osteoporosis as one of the age-related disease. 181 DNA sample (68 osteoporosis and 113 nonosteoporosis) from postmenopausal women has been analyzed using MS-PCR technique. 12 (6,6%) carried fully methylated, 164 (90,6%) carried partially methylated, and 5 (2,8%) carried fully unmethylated. There is no significant association between methylation status of P16INK4A gene and osteoporosis in postmenopausal women (p=0,652).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Luthfia Yandri
"Osteoporosis merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang. Salah satu faktor risiko penyakit ini adalah genetik. Gen P16INK4A diduga merupakan salah satu gen yang terlibat dalam penuaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat gambaran polimorfisme pada penderita osteoporosis beserta hubungannya. Dilakukan analisis dengan PCR-RFLP pada 171 sampel wanita pascamenopause (56 sampel normal dan 115 sampel berisiko osteoporosis). Terdapat 16 (9,4%) genotip CC, 37 (21,6%) genotip CG, dan 118 (69%) genotip GG. Dari uji statistik yang dilakukan, disimpulkan terdapat kejadian polimorfisme gen P16INK4A pada penderita osteoporosis, namun tidak terdapat hubungan polimorfisme gen P16INK4A dengan risiko osteoporosis.

Osteoporosis is a degenerative disease characterized by reduced bone mass. One of the risk factors for this disease is genetic factor. P16INK4A gene is suspected to be one of the genes involved in aging. The aim of this study was to analyze the relationship between P16INK4A gene polymorphism with osteoporosis risk in 171 samples of postmenopausal women (56 normal samples and 115 samples with osteoporosis risk) by using PCR-RFLP method. There are 16 (9.4%) CC genotype, 37 (21.6%) CG genotype, and 118 (69%) GG genotype. From statistical analysis, there is no significant relationship between P16INK4A gene polymorphism with osteoporosis risk.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustivanny Dwipa Asri
"Wanita postmenopause merupakan populasi yang berisiko osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adalah polimorfisme genetik IL 10. Tujuan Menganalisis hubungan polimorfisme genetik IL 10 C627A dengan risiko osteoporosis pada wanita postmenopause. Bahan dan Cara Penelitian ini menggunakan 100 sampel DNA tersimpan dari serum darah wanita postmenopause SNP dari gen IL 10 C627A diperiksa dengan PCR dan RFLP dengan enzim restriksi RsaI.
Hasil Frekuensi alel polimorfisme mengikuti Hardy Weinberg Equilibrium dan hasil uji statistik dengan Chi Square menunjukkan nilai p 0 322 0 05. Kesimpulan Terlihat gambaran polimorfisme genetik Il 10 C627A namun tidak ada hubungan antara polimorfisme genetik Il 10 C627A dengan risiko osteoporosis.

A population of postmenopausal women at risk of osteoporosis is influenced by various factors one of which is IL 10 genetic polymorphism Objective. This study was conducted to analyze the relationship between genetic polymorphisms IL 10 C627A with the risk of osteoporosis in postmenopausal women. Materials and Method This study used 100 sampels of DNA stored from postmenopausal women SNP from IL 10 C627A was checked by PCR and RFLP with RsaI restriction enzyme.
Result The frequencies of allele polymorphism which followed Hardy Weinberg Equilibrium and the result of Chi square test showed no significant p 0 05 Conclusion. This study showed genetic polymorphism of IL 10 C627A but no correlation between genetic polymorphism IL 10 C627A with the risk of osteoporosis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Dwi Honesty Putri
"Osteoporosis adalah kondisi yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang, yang salah satu penyebabnya adalah faktor genetik. Polimorfisme genetik MTHFR C677T dilaporkan terlibat dalam penurunan Bone Mineral Density. Untuk melihat apakah terdapat gambaran dan polimorfisme MTHFR C677T pada wanita pascamenopause dengan osteoporosis, serta hubungannya, dilakukan analisis polimorfisme pada 100 sampel wanita pascamenopause dengan menggunakan teknik PCR-RFLP. Sampel berada dalam Hardy-Weinberg equilibrium, dengan genotip CC56%, CT40%, TT4% pada kelompok normal, dan genotip CC 74,7%, CT 25,3%, TT 0% pada kelompok osteoporosis. Hasil uji chi-square p>0,05, sehingga disimpulkan terjadi polimorfisme pada wanita pascamenopause dengan osteoporosis, namun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara keduanya.

Osteoporosis is a condition that is characterized by reduced bone mass. Previous studies have shown that the MTHFR C677T polymorphism may be involved in the development of osteoporosis. The aim of this study was to characterise the distribution of this polymorphism in 100 Indonesian postmenopausal women. The polymorphism was analyzed using PCR-RFLP technique. The observed genotypes were consistent with Hardy-Weinberg equilibrium and included 56% CC, 40%CT and 4%TT for normal postmenopausal women, and 74.7% CC, 25.3% CT, 0% TT for postmenopausal women with osteoporosis. The results suggest that the MTHFR C677T polymorphism is not significantly associated with osteoporosis (p>0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Ismi Sukmawaty
"Osteoporosis merupakan penyakit yang ditandai dengan menurunnya kepadatan tulang Bone Mineral Density BMD dan kerusakan pada jaringan tulang. Salah satu faktor penyebab osteoporosis adalah faktor genetik Polimorfisme IL 8 diketahui berhubungan dengan penurunan masa tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran polimorfisme genetik IL 8 A251T pada wanita postmenopause dan mengetahui hubungannya dengan risiko osteoporosis. Metode dan jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan analisis laboratorik.
Sampel berasal dari bahan biologis tersimpan Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 sampel DNA wanita postmenopause dengan75 osteoporosis dan 25 sampel normal Pemeriksaan polimorfisme genetik IL 8 A251T ini menggunakan metode Polymorphism Chain Reaction PCR dan dilanjutkan dengan Restriction Fragment Length Polymorphism RFLP dengan menggunakan enzim Vsp1. Hasil pemotongan dianalisis menggunakan elektroforesis dengan bubuk agarose 3 dan divisualisasi menggunakan Gel Doc.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada kelompok normal terdapat genotip AA 36 genotip AT 20 dan genotip TT 44 Sedangkan Pada kelompok osteoporosis terdapat genotip AA 18,6 AT 46,7 dan TT 37,4. Berdasarkan hasil uji statistic chi square menunjukan hubungan tidak bermakna p 0 05 antara polimorfisme IL 8 dengan risiko osteoporosis. Maka disimpulkan bahwa ditemukan gambaran polimorfisme IL 8 pada wanita postmenopause namun polimorfisme IL 8 tidak berhubungan dengan risiko osteoporosis.

Osteoporosis is indicated by the reduction of Bone Mineral Density BMD and destruction of bone tissue. One of the factors inducing osteoporosis is the genetic factor IL 8 is known to have a correlation with reduction bone mass. The purpose of this study was to determine the distribution of IL 8 genetic polymorphism in postmenopausal woman and the correlation with osteoporosis risk factor This study used descriptive study with laboratorical analysis.
The samples used were the stored biological material. This study used 100 samples of stored DNA of postmenopausal woman. There are 75 samples with osteoporosis and 25 with normal BMD Genetic polymorphism of IL 8 ndash A251T was using PCR RFLP method in which RFLP method used the restriction enzyme Vsp1. Then it was analyzed with electrophoresis using 3 agarose gel and visualized by Gel Doc.
The analysis result showed that the normal group had 23 genotype AA 40 AT and 37 TT In the osteoporosis group had 18,6 genotype AA 4, 7 genotype AT and 37,4 genotype TT. Based on Chi square test showed insignificant correlation p 0 05 between IL 8 genetic polymorphism and osteoporosis risk factor. The conclusion there was a distribution of IL 8 genetic polymorphism in postmenopausal woman but IL 8 genetic polymorphism did not have any correlation with osteoporosis risk factor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lesmana
"Osteoporosis merupakan kelainan metabolik tulang dan terdapat penurunan massa tulang tanpa disertai kelainan pada matriks tulang yang ditandai nyeri, deformitas tulang, dan kerapuhan tulang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita usia dewasa tentang osteoporosis. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif dan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel wanita dewasa berjumlah 150 responden. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan osteoporosis didapat tinggi (54%), sedang (45%) dan rendah (1%). Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar untuk pengembangan program kesehatan masyarakat dalam memberikan pencegahan primer terkait osteoporosis.

Osteoporosis is a metabolic bone disorder in which the reabsoption rate exceeds the bone mass formation characterized by pain, bone deformity and fragility of bone formation. This study aims to identify knowledge level of osteoporosis in young adult women. This is a descriptive study with cross sectional approach. The subjects was 150 women. The result found that 54% of respondents have a high level of knowledge, 45% moderate level and only 1% of respondents have a poor level of knowledge on osteoporosis. It is recommend to develop the public health programs regarding to primary prevention of osteoporosis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Dhahliawati
"Osteoporosis adalah suatu penyakit dengan tanda utama berupa berkurangnya kepadatan massa tulang, yang berakibat rneningkatnya kerapuhan tuiang dan meningkatkan resiko patah tulang. Osteoporosis rnerupakan masalah kesehatan yang cukup besar di dunia karena sering terjadi pada perempuan setelah menopause. Akan tetapi karena pengaruh perubahan gaya hidup seperti pengkonsumsian alkohol, merokok, jarang berolahraga, menyebabkan osteoporosis bukan hanya menjadi milik wanita dan lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentiiikasi hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporsosis dengan motivasi untuk melakukan pencegahan terhadap risiko osteoporosis. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatitf Responden penelitian adalah keiompok mahasiswa usia dewasa muda. Data diperoleh dari 80 responden. Data pada penelitian ini diambil dengan menggunakzm instrumen berupa kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 45 orang (56,3%). Responden memiliki motivasi tinggi untuk melakukan pencegahan terhadap resiko osteoporosis yaitu pada 42 orang (52%), Hal tersebut menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan dan motivasi mahasiswa tergolong baik dalam menghadapi resiko osteoporosis. Analisis lebih lanj ut didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bemiakna antara variabel tingkat pengetahuan dan variabel motivasi hal tersebut sesuai dengan hasil uji statistik Chi-Square yang menunjukkan P value > cz, pada U.0,05. Walaupun tidak terdapat hubungan yang bermakna, akan tetapi peningkatan pengetahuan masih tetap perlu dilakukan Tindakan promotif melaiui penyuluhan, seminar, media publikasi melalui poster dll, dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5601
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Ilone
"ABSTRAK
Latar Belakang: Pasien Diabetes Mellitus DM tipe 2 memiliki peningkatan risiko terjadinya fraktur yang dikenal dengan istilah diabetoporosis. Pemeriksaan Bone Mass Densitometry BMD dinilai tidak superior dalam mendiagnosis diabetoporosis mengingat nilai BMD pada DM tipe 2 dapat normal bahkan meningkat. Beberapa penanda diharapkan dapat menggambarkan kualitas tulang secara non invasif. Peran AGEs dan reseptornya dinilai penting dalam proses diabetoporosis. Namun demikian, penelitian mengenai penanda AGEs dan reseptornya pada pasien DM tipe 2 masih tergolong sangat sedikit serta belum adanya penelitian yang membandingkan kadar AGEs dan reseptornya pada pasien DM tipe 2 dan subjek normal.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar pentosidine serum, esRAGE serum, rasio esRAGE/pentosidine serum antara pasien DM tipe 2 dan subjek normal, serta korelasi rasio esRAGE/pentosidine serum terhadap P1NP serum sebagai penanda peningkatan risiko diabetoporosis.Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang terhadap 38 perempuan DM tipe 2 belum menopause, berusia 35 tahun dengan diagnosis DM tipe 2 yang berobat di Poli Metabolik Endokrin RSCM, Klaster Diabetes Kencana RSCM, RSUP Persahabatan, RSUK Tugu Koja, RSUK Kemayoran, dan Puskesmas Jatinegara. Sebagai kelompok non DM adalah 36 perempuan non DM dengan rentang usia yang sama. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling terhadap darah yang terkumpul. Pemeriksaan Pentosidine serum dan esRAGE dilakukan dengan metode ELISA sedangkan pemeriksaan P1NP dilakukan dengan menggunakan metode ECLIA.Hasil Penelitian: Pasien DM tipe 2 memiliki kadar pentosidine lebih tinggi p=0,028 , kadar esRAGE yang lebih rendah p=0,248 , serta rasio esRAGE/pentosidine yang lebih rendah p=0,001 daripada subjek normal. Rerata kadar pentosidine serum pada DM tipe 2 dan subjek normal adalah 5406 1911 pmol/ml dan 3145 1892 pmol/ml; sedangkan median rasio esRAGE/pentosidine serum adalah 0,03 pg/pmol dan 0,06 pg/pmol. Tidak terdapat korelasi antara rasio esRAGE/pentosidine dengan kadar P1NP serum.Kesimpulan: Kondisi hiperglikemia pada DM tipe 2 menyebabkan tingginya kadar pentosidine serum yang tidak diimbangi dengan peningkatan kadar esRAGE serum. Secara khusus, terjadi penurunan rasio esRAGE/pentosidine serum pada pasien DM tipe 2 perempuan dan tidak ditemukan korelasi antara rasio esRAGE/pentosidine serum dengan kadar P1NP serum sebagai penanda formasi tulang.
ABSTRACT
Background: Diabetes Mellitus type 2 T2DM patients have an increased risk of fracture known as diabetoporosis. Examination of Bone Mass Densitometry BMD is considered not superior in diagnosing diabetoporosis since the BMD value in type 2 DM can be normal and even increased. Some markers are expected to describe bone quality in a non invasive manner. The role of AGEs and their receptors is considered important in the process of diabetoporosis. However, research on the role of AGEs and their receptors in T2DM patients is still lacking and there was no study comparing AGEs and their receptors in T2DM and non T2DM patients before.Aim: The aim of this study is to determine the difference of serum pentosidine level, serum esRAGE, serum esRAGE/pentosidine ratio between T2DM and non T2DM patients, and correlation of serum esRAGE/pentosidine ratio to serum P1NP as a marker of increased risk of diabetoporosis.Method: This is a cross-sectional study on 38 premenopausal females with T2DM with a minimum age of 35 years with symptoms or diagnosis of T2DM for more than 5 years, seen for treatment at Endokrin Metabolik Klinik at RSCM, Klaster Diabetes RSCM Kencana, RSUP Persahabatan, RSUK Tugu Koja, RSUK Kemayoran, and Puskesmas Jatinegara. Healthy controls are 36 non-DM females with similar age range. Sampling was done by simple random sampling. Serum pentosidine and serum esRAGE measurement were done by ELISA method and serum P1NP measurement was done by ECLIA method.Results: T2DM patients had higher serum pentosidine levels p=0.028 , lower serum esRAGE p=0.248 , as well as lower esRAGE/pentosidine p=0.001 ratios than non T2DM. Serum pentosidine in T2DM and non T2DM is 5406 1911 pmol/ml and 3145 1892 pmol/ml; whereas median ratio of serum esRAGE/pentosidine was 0.03 pg/pmol and 0.06 pg/pmol. There was no correlation between ratio serum esRAGE/pentosidine and serum P1NP in T2DM patients.Conclusions: Hyperglycemia in T2DM patients lead to high serum pentosidine levels that are not followed by elevated serum esRAGE levels. In combination, there was a decrease level of serum esRAGE/pentosidine ratio in T2DM patients. No correlation was seen between level of serum esRAGE/pentosidine ratio and level of P1NP as a marker for bone formation in T2DM patients. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jo Yenny Lindoyo
"Latar Belakang : Senam Pencegahan Osteoporosis (SPO) telah
disosialisasikan sampai ke daerah-daerah DT II di Indonesia. Untuk mengetahui evaluasi hasil SPO dengan menggunakan alat DEXA tidak dapat dilakukan di setiap kota karena tidak tersedianya alat tersebut. Cara pengukuran lain yang aman, relatif lebih mudah pengoperasiannya, dapat dipindahtempatkan serta mulai banyak digunakan adalah Quantitative Ultra Sound dimana salah satu merek adalah Achilles Express Lunar (AEL). Di Perjan RS dr. Hasan Sadikin Bandung belum ada penelitian mengenai evaluasi hasil SPO dengan menggunakan AEL.
Tujuan : Untuk mengetahui peningkatan massa tulang pasca SPO pada minggu ke-12,16 yang diukur dengan AEL.
Disain : Kuasi eksperimental dengan rancangan pre dan pasca perlakuan
Tempat penelitian : Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Perjan RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung
Pasien dan Cara Kerja : 36 subyek penelitian yang telah diperiksa massa tulang dengan AEL dan memenuhi kriteria penerimaan. 20 orang subyek mengikuti SPO (kelompok I) dan 16 orang subyek tidak mengikuti SPO (kelompok II) selama 16 minggu. Kedua kelompok mendapat edukasi setiap 1 bulan sekali. Dilakukan pemeriksaan ulang AEL pasca SPO minggu ke-12,16.
Hasil: Terdapat peningkatan massa tulang dengan AEL
Kesimpulan : SPO meningkatkan massa tulang dan dapat diukur dengan AEL pasca minggu ke-16."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Yatim
Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003
616.716 FAT o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>