Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100394 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Tamala
""White Snake Legend (白蛇传)" television series is a story based on novel that firstly published in Song Dynasty. This television series told us about love story between a husband and wife named Xu Xian and Bai Shu Zhen that was prohibited by a monk named Fa Hai,because Bai Shu Zhen is a ghost. The purpose of this research is to express various myths in this television series and to discuss its development in Chinese society?s life. The method of this research is qualitative method. This research told that myth and Chinese society?s life are inseparable, so less or more Chinese society?s life is influenced by them.

Serial televisi "Legenda Ular Putih (白蛇传)" adalah cerita yang diangkat berdasarkan novel yang muncul pertama kali pada masa dinasti Song. Serial televisi ini bercerita tentang kisah cinta sepasang suami istri yang bernama Xu Xian dan Bai Shu Zhen yang ditentang oleh seorang biksu yang bernama Fa Hai dikerenakan sang istri adalah seorang siluman. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan mitos-mitos yang ada dalam serial televisi "Legenda Ular Putih (白蛇传)" dan membahas perkembangan mitos-mitos tersebut dalam kehidupan masyarakat Cina. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa mitos sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Cina, sehingga mempengaruhi kehidupan mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fadjrina
"Makalah ini berupaya memahami tren replikasi dalam industri televisi Indonesia hari ini dengan mengambil kasus "Goyang Caisar". "Goyang Caisar", yang awalnya merupakan satu segmen dalam pogram Yuk Kita Sahur Trans TV, menampilkan para penonton, kru, dan pengisi acara menari bersama mengikuti koreografi yang dipimpin oleh Caisar Putra Aditya, dengan lagu-lagu dangdut sebagai musik latar pengiring ‘goyang’ ini. Trans TV kemudian menayangkan siaran ulang Yuk Kita Sahur dalam Best Moments of YKS dan membuatnya menjadi acara tetap melalui Yuk Keep Smile dan YKS, sehingga "Goyang Caisar" pun dapat menyapa pemirsa televisi Indonesia setiap hari dalam seminggu. Dalam setiap acara tersebut, rating dan share yang diperoleh Trans TV terus tinggi. Kesuksesan "Goyang Caisar" ini lantas disusul dengan kemunculan beberapa ‘goyang’ lain di acara-acara hiburan televisi Indonesia lainnya. Makalah ini akan berusaha menjelaskan bagaimana fenomena "Goyang Caisar" merupakan salah satu bentuk industri budaya (Adorno & Horkheimer, 2002) dengan praktik imitasi, komodifikasi, serta mass-deception atau pengelabuan massa.

This paper tries to understand the replication trend in Indonesian television industry today by taking the case of "Goyang Caisar" (Caisar’s Moves). "Goyang Caisar", which was initially one of the segments in the program Yuk Kita Sahur Trans TV, shows the program’s audience, crew, and performers dancing together by following the choreography led by Caisar Putra Aditya, with dangdut songs as its background music. Trans TV then broadcasts the reruns of Yuk Kita Sahur in Best Moments of YKS, and then Yuk Keep Smile and YKS, thus making "Goyang Caisar" available in Indonesian television seven days a week. In each of those programs, Trans TV received a high and steady numbers of rating and share. This success of "Goyang Caisar" is then followed by the emergence of other ‘dances’ in Indonesian television. This paper argues that the phenomenon of "Goyang Caisar" is a manifestation of Indonesian television as a culture industry (Adorno & Horkheimer, 2002), especially on the practices of imitation, commodification, and mass-deception.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Yuliharza
"PT. Televisi Transformasi Indonesia atau Trans TV adalah salah satu televisi swasta nasional yang ada di Indonesia. Trans TV hadir sebagai televisi swasta ke delapan yang mengudara di Indonesia sejak memperoleh izin siarnya pada Oktober 1998. Bersiaran pertama kali pada 15 Desember 2001, perusahaan yang dimiliki oleh Chairul Tanjung ini telah hadir dan berkembang sebagai salah satu televisi swasta yang berbeda dan diperhitungkan di Indonesia. Sebagai stasiun televisi yang besar, Trans TV diharuskan memiliki manajemen produksi yang solid dan menganut ?zero mistakes? pada setiap produksi tayangan-tayangannya. Hal ini tentu saja membutuhkan tim yang solid yang dapat mewujudkan manajemen produksi yang baik sehingga program-programnya dapat ditayangkan dengan sempurna.
Salah satu bagian penting dari manajemen produksi ini adalah seorang asisten produksi. Seorang asisten produksi diharuskan memahami dan menjalankan tugas dan kewajibannya dari pra-produksi, produksi, pasca-produksi, hingga evaluasi setelah program tersebut ditayangkan. Begitu juga dengan asisten produksi di dalam Trans TV. Laporan magang ini akan menjelaskan secara lengkap bagaimana tugas dan kewajiban seorang asisten produksi secara teori dan bagaimana pekerjaan seorang asisten produksi di Trans TV. Selain itu, pada laporan magang ini juga diberikan saran bagi akademis dan perusahaan.

PT. Television Transformation Indonesia or Trans TV is one of the national television in Indonesia. Trans TV is the eighth television that got the legal permission in broadcasting in Indonesia at October 1998. Was first broadcast on December 15, 2001, the company owned by Chairul has been present and grow as one of the different television in Indonesia. As a major television station, Trans TV must have a solid production management and adopt 'zero mistakes' on each production. This point of course requires a solid team that can achieve good production management so that programs can be aired perfectly.
One of the important part of the management production is a production assistant. A production assistant must understand and carry out the duties and obligations of preproduction, production, post-production, and evaluation after the program aired. And so must production assistant at the Trans TV. This internship report will explain fully how the duties and responsibilities of a production assistant theoretically and jobdesk of production assistant at Trans TV. In addition, this internship report is also provided some suggestion for academic and corporation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Parameswari Susantono
"Salah satu fungsi penyiaran yang disebutkan dalam Pedoman Pelaksanaan Penyiaraan dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah fungsi edukasi. Namun melihat kondisi dan situasi penyiaran di Indonesia saat ini, rasanya fungsi edukasi pada media penyiaran khususnya televisi tidak berjalan dengan baik. Ketersediaan tayangan edukatif sangat sedikit dibandingkan dengan ketersediaan sinetron dan FTV. Ternyata data statistik menyatakan bahwa demand akan tayangan edukatif di televisi (TV) nasional sangat rendah. Melalui penelitian ilmiah ini, penulis terdorong untuk mempelajari lebih lanjut minat masyarakat Indonesia terhadap tayangan edukatif dengan harapan dapat memberikan solusi bagi pembenahan program penyiaran di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data primer melalui survey, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil yang ditemukan adalah bahwa banyak penonton yang mengaku minat namun kenyataannya tidak menonton tayangan edukatif. Keterbatasan pilihan dan kurang baiknya kualitas tayangan edukatif di TV nasional menjadi faktor kuat kurangnya minat masyarakat terhadap tayangan edukatif.

One of the broadcasting functions mentioned in the Guide for Broadcasting Conducts and Broadcasting Program Standards (P3SPS) - issued by the Indonesian Broadcasting Commission - is education. Observing Indonesia’s broadcasting situation nowadays, it seems like this education function is carried out poorly. There is very low availability of educative television (TV) programs compared to the number of soap operas and television dramas. Statistics suggest that the demand for educative programs on Indonesian national TV is also very low. This research is conducted to examine the Indonesian viewers’ interests towards educative television programs in the hopes to propose a solution in fixing the flaws of Indonesias broadcasting program. The research is conducted by collecting primary data through survey, which is then analyzed descriptively. The writer’s findings suggest that many Indonesian viewers claim that they are interested but the reality is they do not watch edicative programs. The lack of variation and quality of educative programs on national TV is a strong factor of the viewers’ lack of interest towrds educative programs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Proposal sinetron/drama seri “Denting Denting Cinta” ini merupakan tugas akhir semester mata kuliah Penulisan Naskah dan Desain Program, Departemen Ilmu Komunikasi, peminatan Industri Kreatif Penyiaran.
“Denting Denting Cinta” adalah sinetron/drama seri yang berkisah tentang persaingan kehidupan seorang penyanyi dangdut remaja bernama “Ayu” yang ingin menjadi penyanyi dangdut profesional dan meraih predikat penyanyi terbaik di Indonesia dalam sebuah ajang penghargaan bergengsi. Perjalanan menuju sukses tokoh “Ayu” tentu saja tidak berjalan mulus tetapi terhalang oleh masalah idealisme perusahaan rekaman, saingan penyanyi lain, masa lalu keluarga, sekolah dan masalah percintaan. Selain itu, dalam perjalanan mencapai tujuannya sebagai penyanyi dangdut terbaik Indonesia, tokoh “Ayu” juga harus dapat membuktikan pada dunia bahwa aliran musik yang diusungnya tidak kalah dengan aliran pop yang sudah dapat diterima banyak orang. “Ayu” juga harus dapat melawan segala kekurangan dan kelemahan yang ada dalam dirinya serta bertahan dalam kondisi keluarga yang terbilang miskin.
Sinetron/drama seri ini ber-genre musikal karena banyak adegan, emosi dan kejadian dalam setiap episodenya yang digambarkan dengan lagu-lagu dangdut. Dalam setiap episodenya, sinetron/drama seri ini akan mengambil setting kehidupan sehari-hari tokoh “Ayu” dan kehidupan profesionalnya antara lain di sekolah, perkampungan tempat tinggalnya, serta di label rekaman tempatnya bernaung.
Referensi kelompok kami dalam membentuk semua plot dan karakter dalam sinetron/drama seri “Denting Denting Cinta” ini adalah beberapa drama serial yang sudah terkenal diantaranya dua drama serial asal Amerika Serikat yaitu Glee dan Hannah Montana, serta satu drama serial/sinetron asal Indonesia yaitu Mimpi Manis. Semua drama yang menjadi referensi ini adalah drama-drama dengan perolehan rating dan share tinggi serta jumlah penggemar fanatik yang jumlahnya cukup signifikan.
Tujuan dibuatnya proposal sinetron/drama seri “Denting Denting Cinta” ini adalah untuk memberikan sebuah alternatif acara yang belum pernah ada di stasiun Media Nusantara Citra Televisi. Kami juga melakukan riset internet mengenai jenis dan genre acara yang pernah ditayangkan di TPI/MNC TV di tahun-tahun sebelumnya dan berkeyakinan bahwa jika sinetron/drama seri “Denting Denting Cinta” diproduksi dan ditayangkan di MNC TV akan dapat menjadi salah satu acara yang disukai oleh penonton MNC TV secara umum.

The drama series proposal of “Denting Denting Cinta” concludes as the end-of-semester final assignment of Script Writing and Program Design course, Department of Communication Science, Creative Broadcasting Industry major.
“Denting Denting Cinta” is a drama series which revolves around the rivalry life of a teen dangdut singer named “Ayu” who yearns to become a professional dangdut singer and achieves the award of best singer in a prestigious award show in Indonesia. “Ayu”s road to success, of course, does not run smoothly but are stunted by problems such as the idealism of record company, competition with other singers, family’s past, school, and love life. Additionally, in her journey of achieving the goal to become the best Indonesian dangdut singer, “Ayu” should also be able to prove to the world that dangdut music is not inferior to pop music, which has already been accepted before all else. Moreover, “Ayu” has to fight all of the flaws and weaknesses that lie beneath her and survive in a relatively poor family condition.
This drama series take musical as its genre since most of the scenes, emotions, and events are portrayed by using dangdut songs in each episode. For each episode, this series will take on the settings of “Ayu”’s everyday life as well as her professional life, such as at school, in the township where she lives, and at the record label.
Our group references in forming all of the plots and characters for “Denting Denting Cinta” actually came from some of the well-known drama series which are Glee and Hannah Montana from the United States. Another reference is from a local Indonesian drama series called Mimpi Manis. All of these reference dramas are the ones with the high acquisition in television viewership ratings as well as the number of fans that is quite significant.
The purpose of the “Denting Denting Cinta” drama series proposal is to provide an alternative program that has never existed in Media Nusantara Citra Television station. We also did some internet research on the types and genre shows ever aired on TPI/MNC TV in the previous years and from this research, we believe that if the drama series “Denting Denting Cinta” was produced and aired on MNC TV, it would become one of the preferred TV shows by MNC TV viewers in general.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maritta Cinintya Rastuti
"Tipe program berita morning show di Indonesia mengalami kenaikan popularitas beberapa tahun belakangan ini, bahkan ada yang menamakannya 'televisi primetime baru'. Berbeda dari program berita konvensional, morning show memiliki keunikan. Makalah ini meneliti isi dari tiga morning show yang tayang di stasiun televisi nasional - Apa Kabar Indonesia Pagi (tvOne), 8-11 Show (Metro TV), dan Indonesia Morning Show (NET.) - dengan tujuan memaparkan usaha-usaha para produser dalam membedakan program mereka dengan program saingannya.
Dengan analisis kualitatif terhadap morning show, makalah ini berargumen mengenai kompleksitas dan inovasi dalam industri televisi, yang kemudian memunculkan disagregasi dalam program berita. Meskipun fenomena morning show di stasiun televisi komersial menunjukkan adanya homgenisasi, ditemukan bahwa demi menjangkau segmentasi yang berbeda, ketiga program yang diteliti mencoba membedakan muatan dan menunjukkan adanya inovasi serta arah baru.

As a type if news programme, Indonesian morning shows are experiencing an increase in popularity in the past few years. Some have even labeled them as 'new prime time television'. Morning shows differ itself from conventional news programmes, and posses several unique traits. This article examines three morning shows currently being aired on national television stations - Apa Kabar Indonesia Pagi (tvOne), 8-11 Show (Metro TV, and Indonesia Morning Shows (NET.) - to describe the attempts made by their producers to differentiate their programme from their competitors.
By using qualitative analysis on morning shows, this paper argues on the complexities and innovations within the television industry, which further leads to disaggreagtion in news programmes. Although the phenomenon of morning shows in commercial television stations show homogenisation, it is found that in order to reach different segments, these three studied programmes attempt to produce distinctive content that shows innovation and new directions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Bonara
"Twitter menjadi salah satu sarana untuk menyampaikan berbagai hal, mulai dari opini, kritik hingga gosip. Perbincangan mengenai program acara televisi kini marak dilakukan oleh pengguna Twitter karena 40% orang juga mengunjungi situs jejaring sosial ketika sedang menonton televisi (news.yahoo.com, 2011). Twitter kerap menjadi media yang ramai saat ada topik hangat tengah berlangsung.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penggunaan Twitter yang dilakukan oleh program acara televisi terhadap peningkatan Rating dan Share. Penelitian ini mengambil studi kasus pada salah satu industri televisi nasional yang berkantor pusat di DKI Jakarta.
Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif dengan analisis statistik inferensial dan teknik analisis regresi linier. Variabel penelitian didapat dari studi literatur mengenai metrik media sosial dan Rating Share setiap program acara televisi.
Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan Twitter pada program acara di televisi memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap peningkatan Rating dan Share dengan nilai koefisien korelasi 0,760 dan 0.769, dimana Follower, Mention, Rasio Followers To Following dan Hashtag(#) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan Rating dan Share. Namun hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa akun Twitter program acara televisi gagal membangun engagement yang seharusnya dilakukan di media sosial Twitter.
Terbatasnya cakupan penelitian, kurangnya beberapa data serta tidak adanya hubungan sebab-akibat antara pengaruh penggunaan Twitter terhadap peningkatan Rating dan Share pada program acara televisi menjadi saran bagi penelitian selanjutnya untuk menyempurnakan penelitian ini.

Twitter has become a massive platform to deliver variety of things such as opinion, criticism and gossip. The discourse about television program are now commonplace by Twitter’s user as 40% people also visiting social media networking while watching television (news.yahoo.com, 2011). Twitter is often became a crowded media when there is a hot topic discussed in real world.
This research aimed to see whether the usage of Twitter applied by television program affect the enhanced Rating and Share. This research took a case study on one of the national television industry headquartered in Jakarta.
This research use quantitative methodology with inferential statistical analysis and regression linier analysis technic. Variables are obtained from study literature of Social Media Metrics and television program Rating and Share.
The results prove that Twitter have a strong correlation to the enhanced Rating and Share television program with coefficient correlation 0,760 and 0.769, where Follower, Mention, Rasio Followers To Following and Hashtag(#) have significant effect. However, these results also indicate that the Twitter account of television programs failed to build engagement that supposed to do in social media.
Although Twitter prove to have an impact to the enhanced Rating and Share television program, but the limited scope of study, the lack of some data and the absence of causal relationship between Twitter and Rating and Share television program are become the next suggestion for further research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Fachruddin
Jakarta: Kencana, 2012
384.553 AND d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Fachrudin M.
"Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia, dan berpenduduk terbesar ke empat di dunia dengan jumlah 203,5 juta jiwa. Hal tersebut menjadi sangat erat hubungannya dengan perkembangan teknologi komunikasi di era globalisasi saat ini, yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan keluarga masyarakat untuk memperkokokoh ketahanan nasional.
Menurut data Biro Pusat Statistik/BPS (survey aksesbilitas penduduk Indonesia terhadap media massa tahun 2000) Aksesbilitas penduduk Indonesia terhadap televisi sebesar 78,22%, yang bila dihitung dari 203,5 juta jiwa adalah 168 juta jiwa penduduk, televisi terbukti sangat besar diminati oleh masyarakat Indonesia dibandingkan media massa lainnya. Sedangkan penduduk Indonesia sebagian besar 67,34% tinggal di pedesaan dengan taraf hidup dan pendidikan yang masih relatif rendah, serta kegemaran membaca pada masyarakat Indonesia juga dikenal paling rendah didunia. Dengan kenyataan yang demikian menyebabkan peran serta televisi sangat penting dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan dan membina kesadaran masyarakat dalam berbangsa serta membangun masyarakat Indonesia yang berkualitas.
Program siaran televisi merupakan karya budaya demikian pula dengan prilaku anggota keluarga yang dapat berubah karena dipengaruhi menjadi negatif ataupun positif. Keluarga sebagai lembaga yang paling penting dan paling mendasar dalam masyarakat adalah sebagai bagian dari ketahanan nasional.
Permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu:
1. Sampai sejauh mana pengaruh program siaran televisi terhadap ketahanan keluarga pada masyarakat pedesaan di Banten?
2. Program siaran televisi manakah yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten?
3. Stasiun televisi manakah yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten? dimana efektivitas penyebaran pesan-pesan pembangunan melalui siaran televisi dapat membina kesadaran berbangsa. Namun hal itu dipengaruhi oleh faktor faktor sosial budaya yang hidup di masyarakat dengan latar belakang adat istiadat, agama, pendidikan, kebudayaan yang beraneka ragam dan taraf hidup yang masih relatif rendah serta jangkauan media cetak yang masih terbatas terrnasuk minat membaca yang kurang.
Selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh program siaran televisi terhadap ketahanan keluarga masyarakat pedesaan di Banten.
2. Menganalisis program siaran televisi yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten.
3. Menentukan stasiun televisi nasional yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten.
Metode penelitian yang dipakai adalah Metode Analisis pada tujuan penelitian pertama, serta Tabel Analisis pada tujuan penelitian kedua dan ketiga dengan mengunakan data primer dan sekunder yang didapat dari jawaban kuesioner responden.
Adapun hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Semua variabel program siaran televisi (siaran berita, hiburan, dan niaga) signifikan pada taraf 5%, kecuali variable X3 (siaran pendidikan) tidak signifikan. Variabel siaran berita adalah variabel yang terbesar mampu meningkatkan ketahanan keluarga apabila ditambah satu unit yaitu sebesar 69%.
2. Sedangkan R2 = 0,85 atau 85% yang berarti program siaran televisi secara bersama-sama mampu menjelaskan variansi ketahanan keluarga sebesar 85%, adapun 15% lagi dipengaruhi oleh variabel lainnya.
3. Selanjutnya program siaran televisi yang paling disukai oleh responden adalah program siaran berita sebesar 53,3% di televisi SCTV, yang terbesar dipilih oleh kelompok Bapak 40,6%.
4. Serta stasiun televisi yang paling disukai oleh responden adalah stasiun televisi INDOSIAR dimana program siaran hiburan 33,3% dan siaran niaga 26,6% mendapat prosentase terbesar.
Dunia pertelevisian Indonesia dimulai pada tahun 1962 dengan berdirinya TVRI, selanjutnya berkembang pesat pada tahun 1979 setelah diluncurkannya Satelit Komunikasi PALAPA yang mendukung penerimaan siaran televisi diseluruh tanah air yang terbentang luas dari Sabang hingga Marauke. Masyarakat Indonesia ketika itu telah jenuh dengan sajian seremonial dan gambaran kehidupan miskin yang selalu ditampilkan TVRI, Masyarakat terlihat antusias sejak berdirinya televisi swasta pertama yaitu RCTI pada tahun 1989, yang berturut-turut muncullah TPI, SCTV, ANTV dan INDOSIAR dan saat ini telah/siap mengudara METRO-TV, TRANS-TV, TV-7, LA-TV, GLOBAL-TV. Yang semuanya kenyataan menuju siaran nasional (program siaran sarat kekerasan dan pornografi) tanpa menghiraukan perbedaan pendidikan, taraf hidup, dan sosial budaya masyarakat di seluruh Indonesia.
Program siaran televisi swasta sebagian besar hanya menjual mimpi yang laku dipasar (produk import dan produk lokal yang cenderung meniru budaya asing) berdasarkan research dari konsultan internasional yang lebih dipercaya dibandingkan mengaca kepribadian bangsa Indonesia yaitu AC-NIELSEN. Hanya program siaran TVRI yang selalu mengedepankan rasa kebangsaan dengan membina kesadaran berbangsa melalui layar kaca, seperti menampilkan penyiar multikultural, kebudayaan daerah-daerah melalui stasiun penyiarannya, menyuguhkan berita yang menyejukkan, dan menyiarkan produk import hanya 5 %. Akan tetapi TVRI justru seakan ingin ditekan agar tidak berkutik oleh penguasa, kalangan DPR, dan konglomerat yang sebagian besar memang memiliki asset di televisi swasta dengan tidak memberikan TVRI siaran iklan dan kesepakatan 12,5% dari transaksi iklan TV swasta, adapun yang diberikan dana pada TVRI hanya dari APBN yang hanya bisa menghidupi 10 % saja dari kegiatan operasionalnya. Namun betapapun besarnya beban yang dipikul TVRI, dengan penanganan yang benar akan mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan resiko rusaknya mental bangsa sehingga dapat memperkuat ketahanan keluarga.
Propinsi Banten menjadi lokasi penelitian karena sebagai daerah penyanggah lbukota Jakarta, daerah pariwisata, dan jalur transportasi penting yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra.
Pihak manajemen seluruh televisi di Indonesia sebaiknya melakukan berbagai perbaikan terhadap penanganan program siaran televisi yang akan ditampilkan pada masyarakat Indonesia secara nasional, dengan memperhatikan rasa kebangsaan dan pembinaan ketahanan keluarga."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T1853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jorine Utari Soetjahjo
"Industri televisi mengalami perkembangan sejak dikeluarkannya ijin pendirian stasiun televisi oleh swasta pada tahun 1988, dengan dipelopori oleh PT Rajawali Citra Indonesia (RCTI), yang selanjutnya diikuti stasiun-stasiun lainnya, seperti Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Surya Citra Televisi (SCTV), Andalas Televisi (ANTV) dan Indosiar. Perkembangan televisi ini dimungkinkan karena kelonggaran-kelonggaran perijinan yang diberikan pemerintah, kecepatan antisipasi pihak swasta dan perkembangan teknologi pertelevisian itu sendiri.
Situasi dan kondisi eksternal yang cepat berubah menjadikan suatu tantangan tersendiri bagi manajemen RCTI untuk mampu bersaing di Industri televisi nasional. Kejelian manajemen RCTI dalam melakukan positioning pasar dan perencanaan keputusan yang tepat akan sangat menentukan dalam mengantisipasi peluang yang ada. Tujuannya adalah untuk peningkatan kepuasan pelanggan dan citra terbaik perusahaan di masa yang akan datang.
Hasil analisis SWOT dari posisi bersaing RCTI di industri televisi telah menunjukkan strategi agresif dapat dilakukan. Hasil analisis menunjukkan keunggulan relatif RCTI dalam hal kualitas siaran, inovasi program, inovasi teknologi, dan citra. Kelemahan relatif RCTI terletak pada faktor pelayanan dan ketersediaan faktor iklan.
Keberhasilan RCTI di masa yang akan datang sangat tergantung dari upaya penyempurnaan kinerja dan sikap profesionalisme manajemen yang tinggi dalam meningkatkan mutu siaran dan pelayanan pelanggan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>