Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102888 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rico Adrial
"Tesis ini membahas tentang penggunaan Treatment Planning System (TPS) PRISM pada kasus kanker payudara menggunakan unit terapi Elekta di RSPAD Gatot Soebroto. Berkas elektron biasanya digunakan setelah pembedahan untuk pengobatan kanker payudara sebagai dosis tambahan. Pengukuran dosis dengan energi 8 MeV dan 10 MeV serta lapangan aplikator 6 x 6 cm2, 10 x 10 cm2, 14 x 14 cm2 dan 20 x 20 cm2 disimulasikan sebagai beam data pada PRISM. Beam data unit terapi SL20B merupakan bawaan pada piranti lunak PRISM yang akan dijadikan sebagai acuan kalkulasi. Dosis pada water phantom, inhomogenity phantom dan hasil simulasi CT Scan pasien kanker payudara dianalisis secara 1D berupa PDD, 2D berupa kurva isodosis dan 3D berupa Dose Volume Histogram. Distribusi dosis yang dikalkulasi dengan menggunakan TPS PRISM berbeda dengan hasil TPS ISIS. Hal ini karena adanya koreksi dari densitas jaringan (inhomogenitas) pada TPS PRISM sedangkan pada TPS ISIS tidak memperhitungkan hal tersebut. Beberapa deviasi distribusi dosis bernilai sangat besar antara TPS ISIS dan TPS PRISM. Deviasi melebihi 5% terjadi saat energi 8 MeV mulai dari kedalaman 2.3 cm dan 10 MeV mulai dari kedalaman 2.8 cm.

This thesis discusses about the utilization of PRISM Treatment Planning System (TPS) in the case of breast cancer using Elekta therapy unit at RSPAD Gatot Soebroto. Treatment option by using electron beam is always done after surgery as booster doses. Dose measurements with linac energy 8 MeV and 10 MeV and field sizes 6 x 6 cm2, 10 x 10 cm2, 14 x 14 cm2 and 20 x 20 cm2 were simulated as beam data on PRISM. Therapy unit SL20B beam data are innate in software PRISM that will be used as reference calculations. Doses on water phantom, inhomogenity phantom and the CT scan simulation for breast cancer patient were analyzed in form of PDD for 1D, isodosis curve for 2D and Dose Volume Histogram for 3D. The result from PRISM TPS and ISIS TPS are different because the correction factors of inhomogenity are not included in ISIS TPS. Some deviations of dose distribution from TPS ISIS and TPS PRISM are very high. Deviation larger than 5% started from 2.3 cm depth for 8 MeV and 2.8 cm for 10 MeV."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T38762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tumor campur pada kelenjar liur dan kulit umum terjadi, tetapi sangat jarang pada jaringan lunak. Pada kelenjar liur umumnya tumor ini bersifat jinak dan hanya sedikit yang menjadi ganas.
Dilaporkan 3 kasus yang tidak lazim yaitu tumor campur ganas jaringan lunak. Penderita tumor tersebut adalah dua orang laki-laki dewasa dan satu anak perempuan. Usia pada waktu diagnosis berkisar antara 6 - 67 tahun. Tumor berasal dari subfasial paha kanan, subkutan punggung dan bahu kiri. Pada semua kasus terdapat benjolan dengan atau tanpa rasa sakit.
Secara makroskopik 2 dari 3 kasus tumor berbatas tegas yang pada pemotongan berwarna abu-abu kecoklatan dan bermusin. Gambaran morfologi utama yaitu sel-sel tumor epiteloid membentuk sarang, pita atau duktulus dengan / tanpa sarang sel spindel di dalam stroma hialin atau miksoid. Osifikasi dapat ditemukan pada satu kasus. Aktifitas mitosis pada semua kasus lebih dari 2 mitosis per 10 lapang pandang besar.
Semua kasus memperlihatkan hasil positif pada pewarnaan alcian blue. Dengan pewarnaan imunohistokomia AE 1/AE3, S 100, vimentin, EMA, SMA dan MSA memperlihatkan hasil bervariasi.
Sampai saat ini belum ada data kekambuhan pasien - pasien ini."
MPIAPI 14:1 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemberian kemoterapi pada penderita kanker servik menimbulkan beberapa perubahan, seperti alopesia, penurunan berat badan dan hiperpigmentasi, dimana perubahan tersebut dapat direspon secara berbeda oleh penderita kanker servik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi penderita kanker servik yang sedang menerima kemoterapi terhadap perubahan gambaran diri, melalui metode penelitian deskriptif sederhana. Penelitian dilakukan terhadap 20 orang responden di Paviliun E Ria RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, dengan hasil : 90 % sampel (18 responden) memiliki tingkat persepsi yang positif akibat efek pemberian kemoterapi terhadap perubahan gambaran diri, yang ditandai dengan menerirna perubahan tubuh, percaya diri terhadap penampilan, tetap memerima kehadiran orang lain dan tidak merasa cemas terhadap perubahan tubuh. Sedangkan 10 % sampel (2 responden) memiiiki tingkat persepsi yang negatif akibat efek pemberian kemoterapi terhadap perubahan garabaran diri, yang ditandai dengan raga ragu atau menolak perubahan tubuh, tidak percaya diri terhadap penampilan, menolak bertemu dengan orang lain dan cemas terhadap perubahan tubuh."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5054
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dhaniela Stenyfia
"Verifikasi dosis TPS (Treatment Planning System) mutlak diperlukan sebagai suatu pelaksanaan progam jaminan kualitas Radioterapi. Sebagian besar jaminan kualitas dosis dilakukan didalam area radiasi, sedangkan pemantauan dosis organ kritis berada diluar area radiasi. Berdasarkan hal tersebut dilakukan verifikasi TPS untuk dosis organ kritis (ginjal, caput femur, ovarium, dan vagina) menggunakan linac dan TPS milik RSPP. Simulasi pengukuran dosis dilakukan dengan memberikan perlakuan radioterapi area pelvis box field pada rando phantom (SAD 100 cm, foton 10 MV) serta menggunakan TLD sebagai dosimeter. Dosis simulasi akan dijadikan acuan untuk memverifikasi dosis TPS. Berdasarkan verifikasi tersebut diperoleh hasil bahwa kalkulasi dosis TPS sesuai untuk organ kritis caput femur, ovarium, dan vagina, dengan persen error kurang dari 5%. Sedangkan untuk organ kritis ginjal, kalkulasi TPS tidak sesuai dikarenakan persen error yang mencapai 17% untuk lapangan B dan 90% untuk lapangan A yang berukuran lebih kecil dari lapangan B. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengambilan data penumbra untuk mengetahui batas kemampuan kalkulasi TPS yang dimiliki.

Verification of TPS`s (Treatment Planning System) dose calculation is necessary as a program of quality assurance (QA) for radiotherapy. Most proccess of QA are infield, while evaluation for organ-at-risk (OAR) dose is outfield. Based on that, verification of TPS`s dose had been done for OAR (kidney, femoral head, ovary, and vagina) using linac and TPS at RSPP. Simulation for dose measurement was done by giving pelvic area radiotherapy (box field, SAD 100 cm, photon 10 MV) to rando phantom and using TLD as a dosimetry. Simulation`s dose would be used as the reference to verify TPS`s dose. Based on that, the result show that dose calculation of TPS was appropriate for femoral head, ovary, and vagina, that`s because percent error was less than 5%. Whereas for kidney, the calculation wasn`t appropriate because percent error reached 17% for field B and 90% for field A that has size smaller than field B. Penumbra`s data also had been taken in this research, to find out the limit of TPS`s calculation."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Devianti Usman
"ABSTRAK
Nyeri merupakan salah satu keluhan yang paling sering dikeluhkan oleh pasien dengan
kanker payudara. Penanganan nyeri yang diterima oleh pasien seringkali tidak efektif dalam
mengatasi nyeri. Tidak tertanganinya masalah nyeri kanker dapat berdampak pada kualitas
hidup pasien. Terapi masase merupakan salah satu dari terapi komplementer yang dapat
dijadikan sebagai salah satu terapi dalam mengatasi nyeri kanker. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi masase terhadap intensitas nyeri kanker di
Makassar. Disain penelitian ini adalah quasi experiment design with pre - post test control
group. Sampel pada penelitian ini berjumlah 31 orang dengan 16 orang pada kelompok
intervensi yang mendapatkan kombinasi analgetik dan terapi masase selama 3 hari.
Sedangkan pada kelompok kontrol berjumlah 15 dengan mendapat terapi standar analgetik.
Sampel diambil dengan metode non probability sampling jenis consecutive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi (p=0,000), namun terdapat penurunan intensitas nyeri yang lebih
besar pada kelompok intervensi jika dibandingkan dengan rata-rata penurunan intensitas
nyeri pada kelompok kontrol (kelompok intervensi 1,21; kontrol 0,81). Penelitian ini
merekomendasikan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh terapi masase terhadap intensitas
nyeri, dan mengidentifikasi faktor lain yang berpengaruh terhadap intensitas nyeri.

ABSTRACT
Pain is one of the most common complaint of patient with breast cancer. Intervention of the pain sometimes is not so effective to reduce cancer pain. This ineffectiveness of the treatment on cancer pain can effect on the quality of life of the person who have breast cancer. Massage therapy is one of the complementary therapy that can reduce cancer pain. The purpose of this study is to identify the effect of massage therapy on cancer pain in Makassar. The design was
a quasi experiment with pre-post control group. Data collection was conducted by a consecutive sampling. There was 31 participants in this study. Fifteen of them was place in a control group who isprovided with an analgetic therapy. Pain intensity was measured before and after analgetic therapy. Sixteen participants in the intervention group was treated with combined analgetic therapy and massage therapy. The pain intensity was measured before and after combined analgetic therapy and massage therapy was given. The pain intensity was measured for 3 days on both control and intervention groups.The result showed that pain reduction on both groups (control and intervention) (p=0,000), but the intervention group shows lower pain intensity than patiscipants in the control group (score of 1,21 on
intervention and kontrol 0,81 respectively). This finding showed that massage therapy had significant effect to reduce pain intensity of patient with breast cancer."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmiati
"Klien kanker serviks mempunyai koping yang berbeda-beda. Hal ini dapat juga disebabkan oleh efek therapi setiap individu yang berbeda-beda pada klien yang menjalankan therapi radiasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentivikasi hubungan antara karakteristik dengan koping klien kanker serviks. Penelitian ini dilakukan di RSUPN Cipto Mangun Kusumo dengan jenis penelitian study deskritif menggunakan desain Cross Sectional.
Penelitian di lakukan terhadap 25 orang klien kanker serviks yang sedang dirawat di R. ERIA dan Radiotherapi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunan kuesioner untuk mengumpulkan data tentang demografi, koping klien kanker serviks. Data dianalisa dengan distribusi frekuensi menggunakan sentral tendensi kemudian dilanjutkan dengan uji statistik non parametrik Chi-square untuk menguji hubungan antara karakteristik dengan koping klien kanker serviks.
Hasil penelitian ini didapatkan umur rata-rata responden 45 tahun, umur saat kawin rata-rata 19 tahun, tingkat pendidikan SD 15 orang (60%), tingkat sosial ekonomi rendah 18 orang (72 %) dan mempunyai anak 3 atau lebih 23 orang (92 %). Koping adaptif yang paling banyak digunakan adalah koping menentukan ulang, koping yang sedikit digunakan koping mengisar, koping mal adaptif yang banyak digunakan adalah koping menurunkan ketegangan dan yang paling sedikit koping penerimaan, rata-rata koping yang digunakan adalah koping mal adaptif,sedangkan hubungan antara karakteristik dengan pola koping klien kanker serviks menunjukkan hasil yang tidak bermakna. Dari hasil tersebut diharapkan perawat dapat mengantisipasi klien dalam menggunakan koping mal adaptif."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5020
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Data dari bagian bedah FKUI/RSCM, menunjukan bahwa dari tahun 1988 sampai 1996, terjadi 566 kasus kanker payudara. Faktor-faktor yang dianggap sebagai risiko terjadinya kanker payudara adalah: usia, genetik, biologis, psikologis, nutrisi, dan hormonal. Wacana inilah yang mcnjadi fokus dalam penelitian yang berjudul "Risiko Terjadi Kanker Payudara Terhadap lbu Yang Tidak Menyusui Setelah Melahirkan". Desain yang digunakan dalam penelitian ini aclalah deskriptif sederhana, sedangkan responden yang dipilih sebanyak 30 orang responden yang menjalani rawat inap. Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan pada responden dan sesuai dengan kriteria.
Hasil pengumpulan data dianalisa, kemudian diperoleh hasil sebagai berikut, faktor makanan yang berlemak (66.3%) dan faktor tingginya stresor (66.3%) mempakan salah satu risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara. Sedangkan faktor ibu mengetahui manfaat menyusui (96.7%) dan faktor ibu menyusui setelah melahirkan (93,3%) merupakan faktor yang masih perlu diteliti lebih lanjut.
Seharusnya penelitian ini tidak berhenti sampai di sini, tetapi sangat perlu untuk ditindaklanjuti dengan melaksanakan penelitian yang telah direkomendasikan guna perbaikan mutu pendidikan dan mutu pelayanan bidarng keperawatan di masa yang akan datang."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5220
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda
"Kanker payudara adalah keganasan pada payudara dimana terjadi pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terbatas, tidak ada koordinasi dengan jaringan di sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologis. Di Indonesia kekerapan (prevalensi) kanker payudara cenderung meningkat jumlahnya mencapai 11, 6% dari seluruh keganasan. Kanker payudara tergolong keganasan yang dapal didiagnosis secara dini. Kira-kira 1/3 dari penyakit kanker payudara yang ditemukan sejak dini dapat disembuhkan.
Upaya deteksi dini kanker payudara yang murah dan mudah dilakukan adalah dengan melakukan SADARI. Wanita terutama disaat usia mulai 20 tahun harus dibekali pengetahuan tentang kanker payudara dan upaya deteksi dini dengan SADARI sebagai upaya menurunkan prevalensi kanker payudara khususnya di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita mulai usia 20 tahun tentang kanker payudara dan hubungan dengan perilaku melakukan SADARI yang merupakan penelitian dengan desain korelasi uji hubungan yang membandingkan 2 kelompok data kategorik yang diuji dengan chi square. Sampel yang diambil sesuai kriteria inklusi yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signitikan antara tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dengan perilaku meiakukan SADARI (p value > 0,005). Dengan melihat hasil penelitian tersebut panting dilakukan pemberian informasi dan edukasi kepada wanita mulai usia 20 tahun sebagai upaya meningkatkan pengetahuan tentang kanker payudara dan prosedur melakukan SADARI agar dapat melalmlcan deteksi dini secara mandiri."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5634
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Rizky Rosyani
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara resiliensi dan coping pada pasien kanker. Sebanyak 70 pasien kanker menjadi partisipan dalam studi ini dengan mengisi kuisioner resiliensi dan coping. Resiliensi diukur dengan menggunakan The 14-Item Resilience Scale (RS-14) yang disusun oleh Wagnild dan Young (2009). Skor terendah dalam pengukuran resiliensi adalah sebesar 36 dan yang tertinggi adalah 53, sementara itu rata-rata skor menunjukkan skor 43,38. Selanjutnya, coping diukur dengan menggunakan alat ukur Brief COPE yang dibuat oleh Carver (1997) berdasarkan teori Lazarus dan Folkman (1984). Skor terendah dalam pengukuran coping adalah sebesar 57 dan yang tertinggi adalah 87, sementara itu rata-rata skor menunjukkan skor 72,14. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang positif dan signifikan antara coping dan resiliensi. Selain itu ditemukan bahwa resiliensi berhubungan lebih erat dengan jenis emotion-focused coping.

This research was done to see the relationship between coping & resilience toward cancer patient. 70 cancer patients participated in this study by completing the questionnaires on resilience and coping. Resilience was measured by The 14- Item Resilience Scale (RS-14) measurement created by Wagnild and Young (2009). The lowest score is 36, while the highest score is 53. Beside that, the sample mean in Resilience Scale measurement is 43,38. Coping was measured by the Brief COPE measurement created by Carver (1997) based on Lazarus and Folkman's theories. The lowest score is 57, while the highest score is 87. Beside that, the sample mean in Brief COPE measurement is 72,14. The result of this research shows the existence of positive & significant correlation between resilience and coping. Other than that, the result of the research also show a higher correlation between resilience and emotion focused coping."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S45678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Nofridianita
"Radioterapi merupakan salah satu modalitas penanganan Kanker Nasofaring. Kemajuan teknologi radioterapi termasuk perkembangan intensity modulated radiotherapy (IMRT) memberikan hasil yang cukup memuaskan dalam penanganan Kanker Nasofaring baik secara klinis maupun dosimetri. IMRT dapat mengurangi efek akut dan kronik, dengan cakupan dosis maksimal pada tumor dan dosis minimal pada organ/jaringan sehat di sekitarnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan verifikasi akurasi posisi pasien IMRT Kanker Nasofaring dengan registrasi citra DRR/EPID. Analisis data retrospektif terhadap citra DRR/EPID dari 35 pasien proyeksi AP dan Lateral (140 citra) yang telah diverifikasi secara manual kemudian secara simulatif diterapkan metode fusi semiotomatis dengan program FIJI. Penggunaan program FIJI dapat memperbaiki kualitas citra DRR/EPID sehingga memudahkan dalam verifikasi geometri radioterapi.
Hasil penelitian ini secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara verifikasi manual dengan metode fusi pada radioterapi pasien kanker nasofaring, namun secara deskriptif terdapat kecenderungan bahwa metode fusi denganprogram FIJI memberikan verifikasi geometri radioterapi yang lebih baik dibandingkan metode manual. Verifikasi akurasi posisi pasien sangat penting dilakukan karena besarnya translasi sangat mempengaruhi PTV dan dosis yang diterima jaringan sehat disekitarnya serta organ beresiko.

Radiotherapy is one of common treatment modality for Nasopharyngeal Cancer. The development of intensity modulated radiotherapy (IMRT technique) gives satisfactory results in the nasopharyngeal cancer treatment, both clinically and dosimetry. IMRT can reduce the effects of acute and chronic, with a maximum dose coverage to the tumor and minimal dose to the organ or normal tissue surrounding target value.
The purpose of this study is to compare the accuracy of patient positioning verification of Nasopharyngeal Cancer IMRT with DRR / EPID image registration. Retrospective data analysis of the AP and Lateral projections DRR and EPID images 35 patients (140 images) were then manually verified by simulative applied fusion semiautomatic with FIJI program. FIJI program improved the image quality of the DRR and EPID to facilitate the image registration.
Results of this study shows no statistically significant difference between the manual verification and semiautomatic fusion method of nasopharyngeal cancer patients, but there is a tendency that the semiautomatic method with FIJI program provides verification geometry radiotherapy better a result than manual methods. Accuracy verification of patient positioning is very important because it greatly affects the magnitude of translational PTV and the dose received by surrounding healthy tissue and organs at risk.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>