Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74806 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi individu
dalam melakukan interaksi. Hal ini juga sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan, misalnya pasien sering komplain karena tenaga kesehatan tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien, sehingga pasien tersebut menjadi marah dan tidak datang Iagi mengunjungi pelayanan kesehatan tersebut- Atau contoh lain adaiah selisih faham atau pendapat antara tenaga kesalahan karena salah mempersepsikan inforrnasi yang diterima yang berakibat terjadinya konflik antara tenaga ksehatan tersebut.
Jika kesalahan penerimaan pesan terus menerus berlanjut dapat berakibat pada
ketidakpuasan baik dari pasien maupun tenaga kesehatan. Kondisi ketidak puasan
tersebut akan berdampak pada rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga
kesehatan, dan Iarinya pasien kepada institusi pelayanan kesehatan Iainnya yang dapat
memberikan kepuasan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achir Yani S. Hamid
"ABSTRAK
Komunikasi merupakan bagian integral dari fungsi unik keperawatan yang merupakan komponen terpenting dari pelayanan keperawatan. Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit.
Komunikasi merupakan sarana utama yang digunakan dalam membuat dan memperkenalkan suatu perubahan. Selain itu, komunikasi juga dipakai sebagai landasan pembinaan hubungan antara perawat dengan anggota tim kesehatan lain. Mutu komunikasi antara perawat dan tenaga kesehatan lain mempengaruhi hasil pelayanan terhadap pasien. Knaus et al (1986) melaporkan bahwa angka kematian yang menurun di rumah sakit hempunyai hubungan dengan interaksi antara perawat dan dokter yang lebih menghasilkan pelayanan terkordinasi terhadap pemenuhan kebutuhan pasien daripada terhadap struktur administratif, spesialisasi, maupun status pengajaran. Oleh karena itu, hubungan kerja yang buruk dapat menimbulkan masalah yang serius bagi klien dan perawat serta mengancam citra profesi keperawatan.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan dengan jumlah mayoritas, penjalin kontak pertama dan terlama dengan klien, mutlak memerlukan kemampuan berkomunikasi interpersonal dalam membina hubungan dengan klien dan keluarganya serta dengan sesama perawat dan anggota tim kesehatan lainnya di rumah Sakit. Sebagaimana yang
dilaporkan oleh Swansburg (1990), lebih dari 80% waktu yang digunakan seorang manajer termasuk manajer keperawatan adalah untuk berkomunikasi.
Dengan demikian dalam menjalankan perannya sebagai pemberi pelayanan, pendidik, pengelola dan peneliiti, seorang perawat profesional berada dalam posisi yang paling menentukan untuk melindungi hak klien mendapatkan a.l.: pelayanan yang "aman" dan "bermutu", informasi yang diperlukan, keleluasaan pribadi (privacy), menolak terapi/perawatan, dan kerahasiaan akan data dirinya. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh perawat, jika ia mempunyai kemampuan komunikasi interpersonal yang memadai.
Makalah ini akan membahas komunikasi interpersonal dalam kaitannya dengan peran perawat sebagai pemberi pelayanan. Pengertian, jenis, faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, dan cara meningkatkan komunikasi interpersonal dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. Konsep dasar komunikasi tidak dibahas secara spesifik dengan asumsi bahwa bentuk dasar komunikasi interpersonal telah dipahami oleh peserta simposium."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1994
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Pratiwi
"Komunikasi terapeutik perawat di ruang laniai 3 B Penyakit Dalam Rumah Sakit Bunda Margonda dirasakan belum optimal sehingga klien masih banyak yang belum puas terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan klien. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Tehnik penarikan sample adalah accidental sampling. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan klien dalarn menerima asuhan keperawatan. Dengan komunikasi terapeutik yittig baik oleh perawat, diharapkan klien merasa puas dalam menerima asuhan keperawatan.

Therapeutic communication of nurse in the Internist Room 3B floor Bunda Margonda Hospital was thought not optimum so that most client still not satisfied with nursing care provided The purpose of this research to determine the relationship between therapeutic communication of nurse with client satisfaction levels. This research is qualitative correlate interpretive with approach of cross sectional. The technique of sample is accidental sampling. The results of analysis determine there is significant correlation between therapeutic communication of nurse with client satisfaction level in nursing care. With a good therapeutic communication by nurse, satisfied clients expected to receive nursing can."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5938
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Layanan keperawatan yang bermutu adalah layanan yang tidak hanya melihat dari hasil akhir yaitu kesembuhan pasien tetapi juga dari proses pemberian layanan. Kepuasan pasien dapat memberi manfaat terhadap beberapa hal yaitu hubungan antara institusi layanan dan pasien menjadi harmonis, pasien akan datang kembali dan mendorong keluarga serta orang lain untuk memanfaatkan layanan kesehatan/rumah sakit. Penelitian ini bertujuan membandingkan tingkat kepuasan pasien yang mendapat pelayanan keperawatan oleh perawat yang belum mendapat pelatihan komunikasi terapeutik dan yang sudah mendapat pelatihan komunikasi terapeutik. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan jumlah responden 23 pasien untuk diminta pendapathya tentang kepuasannya pada pelayanan keperawatan. Tempat penelitian di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purpose sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara kepuasan dengan pelatihan dimana kepuasan pasien terhadap perawat yang sudah pelatihan lebih tinggi dibanding dengan yang belum pelatihan. Penelitian ini merekomendasikan perlunya pelatihan komunikasi terapeutik secara reguler dan evaluasi berkala terhadap kepuasan pasien untuk menjaga alas meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan sehingga membuat pasien senang dan ingin kembali memanfaatkan jasa rumah sakit."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5722
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Doloksaribu, Riama
"Komunikasi merupakan alat penting bagi perawat dalam berinteraksi dengan klien. Komunikasi terapeutik yang digunakan oleh perawat dapat membina hubungan yang terapeutik. Pada dasarnya klien selalu mengharapkan informasi yang lengkap dan jelas berkaitan dengan masalah kesehatannya serta kondisi yang sedang dialaminya. Setiap perawat mampu berkomunikasi dengan klien tetapi tidak semua mampu menerapkan komunikasi yang terapeutik. Kurangnya komunikasi dan interaksi yang terapeutik dari perawat ke klien sering menyebabkan kesalahpahaman dan ketidakpuasan pemenuhan harapan klien. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan penerapan komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan klien dalam menerima pelayanan keperawatan. Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan mengambil sampling klien di ruang rawat inap penyakit dalam dan bedah di rumah sakit Internasional Bintaro. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar evaluasi kinerja penerapan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan dan lembar kuesioner kepuasan klien, dengan analisis data univariat dan bivariat yang menggunakan uji hipotesis Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan penerapan komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan klien dalam menerima pelayanan keperawatan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5621
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Idawati
"Recent health service should ti-y to grant comprehensive service, in line with technology demand and society interest, clients have resumed to pay attention to profits of hospital providing qualified service, efficient cost and satisfaction to its clients. A hospital, if dose not pay attention to its client?s satisfaction, will diminish its clients and eventually will suffer a financial loss. One of many factors influencing client?s satisfaction is client-nurse communication.
The survey at Karya Bhakti Hospital, Bogor indicated that its clients have felt satisfied, yet they still have complaint on that the communication between nurses and clients in inpatient unit has not been active. In consequence, this research was to prove that there was a relation between nurse-client communication and a level of client?s satisfaction with the nursing service. The used method was descriptive correlation and the data collecting utilized cross sectional. The sample of research was 100 people who were patients of inpatient unit of Karya Bhakti Hospital, Bogor. The research was conducted in June and July 2001. The instrument of this research broke down into three part, namely: first client?s characteristics; second, nurses? communication toward client; and third, client?s satisfaction.
Characteristics of respondent were: age between 15-73 years old of age, mostly women educational level ranging from elementary to university, mostly from new patients who got service at first; and length of caring ranging from 3-12 days. The research was conducted at four inpatient units. The result of communication variable implied that the clients often got empathy, involved in planning and decision making lfl controlled caring process, entrusted and often got detail, systematic and transparent information as well as rewarding as an individu in nurse communication (Confirmation). The result finding at satisfaction level showed that the level of corespondent?s satisfaction was high enough. Their characteristic did not indicate a significant relation with the level of satisfaction There was a significant Connection between nurse-client COflhrfltiflication (confirmation) and client?s satisfaction on detail-systematic information granting (transparency) as well as attitude to appreciate client as an indivìdu (confirmation).
Based on the research, it is recommended that policy makers of the hospital should remain this achievement. And ¡t should be enhanced so the entire staffs of the hospital could run communication well and it could be remained by rewarding to executing nurse whom has carried his/her communication well, emphasizing to all hospital to do so. And they should establish teamwork that handles matter of communication in a hospital and compose a program which focuses on information restructuring such as health education through discharged planning that is adjusted with individual needs.
It is suggested that nurses should carry out nursing care using excellent communication. And create a program that control and facilitate communication program in environment of care. For further research, it is recommended that this result should be base of the following research using more complete method such as experiment equation or by direct-qualitative-interview on factors influencing clients? satisfaction. Due to the fact that this research had analyzed the content of communication, so the further research is recommended to ilivestigate some relations between nurse-client communication techniques and achievement of nursing service quality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
T4578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Farida Yahya
"Dalam pelayananasuhan keperawatan, komunikasi terapeutik memegang peranan penting untuk membantu klien memecahkan masalahnya. Untuk mewujudkan terlaksananya komunikasi terapeutik secara efektif diperlukan adanya kemauan dan kesadaran diri yang tinggi dari perawat. Perawat harus mampu menciptakan kondisi (keterpercayaan) yang dapat menimbulkan adanya rasa percaya klien terhadap perawat, klien merasa diperhatikan: diterima, merasa aman, nyaman (deskripsi) merasa diikutsertakan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan untuknya (orientasi masalah) pelayanan yang diberikan perawat dirasakan tulus, tidak dengan paksaan (spontanitas) informasi yang dibutuhkan klien harus jelas (kejelasan) klien merasa perawat dapat membantu mengurangi hal-hal yang mengganggu pikirannya dalam menghadapi penyakitnya dan tanpa memandang siapa klien tersebut (persamaan) sehingga klien merasa puas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal baik dengan efektifitas komunikasi terapeutik perawat-klien di ruang rawat inap rumah sakit Sumber Waras. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 sampel yaitu 139 perawat pelaksana dan 248 klien yang dirawat. Data yang diperoleh dianalisis dengan mempergunakan koefisien korelasi Product Moment, untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksi oleh variabel independen. Untuk mengetahui prediksi yang paling berhubungan antara variabel dependen dan independen digunakan regeresi liner ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari delapan variabel independen, lima variabel independen yang berhubungan secara signifikan dengan variabel dependen yaitu deskripsi, orientasi masalah, kejelasan, keterpercayaan dan kesinambungan & konsistensi. Sedangkan tiga variabel yang tidak berhubungan adalah spontanitas, persamaan dan provisionalisme.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi terapeutik perawat-klien di ruang rawat inap RS Sumber Waras sudah dilaksanakan dengan baik, namun masih perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta sikap perawat pelaksana dalam berkomunikasi dengan klien, Mengingat masih adanya keluhan-keluhan dari klien terhadap pelayanan asuhan keperawatan di RS Sumber Waras."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T10317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti Savitri
"Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan crosssectional yang dilakukan pada periode rawat 4-15 Maret 2013 pada 114 pasien sebagai responden. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi pasien terhadap efektivitas komunikasi terapeutik perawat di ruang rawat inap RSU Bhakti Yudha Depok.
Hasil penelitian menggambarkan 66,7% responden menilai komunikasi perawat efektif, analisis lebih lanjut dengan regresi logistik menujukkan tidak ada hubungan signifikan antara umur, jenis kelamin, pendidikan, tipe kepribadian dengan persepsi pasien terhadap efektivitas komunikasi terapeutik perawat. Hanya variabel motivasi yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi pasien terhadap efektivitas komunikasi terapeutik perawat.
Dengan hasil penelitian ini disarankan kepada rumah sakit agar diadakan rencana pelatihan komunikasi terapeutik secara berkelanjutan bagi perawat. Selain itu, mengupayakan adanya penerapan komunikasi terapeutik perawat dengan optimal serta adanya pengawasan dari supervisor maupun kepala ruangan, dan pembinaan dari komite keperawatan bagi perawat.

The study was a quantitative cross sectional study conducted during the periodMarch 4th to March 15th 2013 and covering 114 client. The aim of the study was to determine the factors associated with patient's perceptions about effectiveness of therapeutic communication nursing inpatient unit.
The result was found 66,7% respondents think nurses have effectiveness communication and with the logistic regression analysis showed there was no association between age, sex, education, personality traits with patient’s perceptions about effectiveness of therapeutic communication nursing. It also found that there was association between motivation with patient's perceptions about effectiveness of therapeutic communication nursing.
This study recommends to hospital for make therapeutic communication periodic training. Besides that, seek the implementation of therapeutic communication nursing and monitoring from supervisor and the head of the room, also coaching from nursing committee for nurses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessy Wirani
"Metode komunikasi kolaboratif untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recomendation). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan SBAR terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan perawat di Rumah Sakit Pelabuhan Palembang tahun 2016. Jenis penelitian quasi eksperimental dengan desain one group pretest-posttest dilanjutkan pendekatan kualitatif (Mixed Research). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna pengetahuan dan keterampilan perawat sebelum dan sesudah pelatihan komunikasi SBAR dan perawat memiliki reaksi baik sesudah pelatihan. Pelatihan komunikasi SBAR efektif meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat. Saran untuk rumah sakit untuk membentuk unit diklat, membuat post training action plan secara konsisten dan program inhouse training lanjutan.

Collaborative communication methods to improve patient safety is communication SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation). This study aims to determine the effectiveness of training SBAR to knowledge, attitudes, and skills of nurses at Pelabuhan Hospital Palembang in 2016. Type quasi experimental design with one group pretest-posttest followed a qualitative approach (Mixed Research). The results showed significant differences in the knowledge and skills of nurses before and after training SBAR communication and nurses have a good reaction after training. SBAR communication training effectively improve knowledge and skills of nurses. Suggestions for the hospital to restructurisation a unit training, evaluate a post training action plan consistently and advanced in-house training
program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Ayu My Lestari
"Penerapan komunikasi SBAR perawat diruangan saat serah terima belum optimal, kurang lengkapnya informasi saat operan dapat menyebabkan terjadinya miskomunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam menerapkan komunikasi SBAR saat serah terima diruangan. Penelitian cross sectional ini dilakukan terhadap 161 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia (p-value 0,006), lama kerja (p-value< 0,037), sikap (p-value 0,002) dan lingkungan fisik (p-value 0,007) terhadap penerapan komunikasi SBAR diruangan. Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan faktor usia, lama kerja, sikap, dan lingkungan fisik dengan penerapan komunikasi SBAR. Tidak terdapat hubungan antara faktor tingkat pendidikan dan dukungan pepimpin dengan penerapan komunikasi SBAR. Sikap positif perawat merupakan faktor yang paling dominan dan paling berkontribusi dalam menerapkan komunikasi SBAR yang efektif (OR 2,916). Penelitian ini merekomendasikan pelaksanaan sosialisasi rutin mengenai format SBAR, peningkatan pengawasan dan supervisi ketua tim atau kepala ruangan terhadap perawat pelaksana saat serah terima pasien. Manajemen rumah sakit juga dapat memberikan reward atau penghargaan bagi perawat yang memiliki sikap positif terhadap penerapan komunikasi SBAR. Tersedianya format SBAR yang memadai sehingga mengurangi hambatan dalam pelaksanaan komunikasi.

The application of SBAR communication for nurses during handover is not optimal, incomplete information during passes can cause miscommunication. This study aims to determine the factors that influence nurses in implementing SBAR communication during handover. This cross-sectional study was conducted on 161 respondents with a sampling technique using purposive sampling. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between age (p-value 0.006), length of work (p-value 0.037), attitude (p-value 0.002) and physical environment (p-value 0.007) to the application of SBAR communication. The conclusion of the study is that there is a relationship between age, length of work, attitude, and physical environment with the application of SBAR communication. There is no relationship between education level and leadership support factors and the application of SBAR communication. The nurse's positive attitude is the most dominant and most contributing factor in implementing effective SBAR communication (OR 2.916). This study recommends the implementation of routine socialization regarding the SBAR format, increased supervision and supervision of the team leader or head of the room to the implementing nurse during patient handover. Hospital management can also provide rewards or rewards for nurses who have a positive attitude towards the implementation of SBAR communication. The availability of an adequate SBAR format so as to reduce obstacles in the implementation of communication."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>