Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 282 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Weller, Patrick
Victoria: Penguin Books Australia Ltd, 1989
994.063 WEL m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edwards, John, editor
Sydney: Mayhem, 1977
923.2 FRA l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sri Rachmawati
"Latar Belakang: Rumah Sakit dituntut untuk tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan lebih memperhatikan konsumen. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan pemakai jasa kesehatan, sesuai tingkat kepuasan rata-rata penduduk. Kinerja rawat inap RSUD Mampang Prapatan belum optimal sehingga diperlukan identifikasi akar permasalahan, agar upaya optimalisasi mutu kinerja RSUD Mampang Prapatan sesuai dengan kebutuhan.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan kuisioner oleh 149 responden danpenelitian kualitatif dengan 17 informan, data dikumpulkan menggunakan wawancara mendalam, investigasi dokumen, observasi dan kuisioner yang didasarkan pada 7 kriteria Malcolm Balridge, yaitu kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus pada pasien, konsumen lain dan pasar, pengukuran, analisis dan pengetahuan manajemen, fokus staf, manajemenproses dan hasil kinerja organisasi.
Hasil: Hasil analisis mutu kinerja rawat inap di RSUD Mampang Prapatandengan penilaian kriteria Malcolm Balridge adalah 506,5. Nilai tersebutmasuk dalam kisaran nilai 476-575 dengan average value yang dapatdijelaskan melalui organisasi untuk menunjukan pendekatan yang sistematis,efektif dan responsif terhadap persyaratan sub kategori dalam garis besar,tetapi deployment bervariasi dibeberapa bidang atau unit kerja. Variabel yangsudah memenuhi kriteria adalah variabel fokus tenaga kerja SDM danvariabel fokus operasional.
Kesimpulan: Pemahaman teori Malcolm Balridge adalah penting untukmembuat kerangka manajemen organisasi terintegrasi dengan hasil kinerja yang jelas dan terukur. Demi meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diperlukan komitmen yang kuat dari pimpinan dan petugas Rumah Sakit agar dapat melakukan perbaikan secara terus menerus dengan melakukan pencarian akar masalah dan menemukan solusi yang tepat.

Background: Hospital is required to remain capable of improving services that aremore qualified and affordable by the community to realize the highest degree of health. Hospital is required to provide a good quality service and more attention to consumers. A good health quality service is the service that can satisfy healthcare users, according to the level of average satisfaction of the community. Inpatient performance of RSUD Mampang Prapatan is not optimal yet that it isnecessary to identify the source of problem, in order to optimize the quality of RSUD Mampang Prapatan performance in accordance with the needs.
Method: Quantitative research with questionnaire by 149 respondents and qualitative research from 17 informants, data collected by in depth interview, document investigation, observation and questionnaire based on 7 criteria ofMalcolm Balridge, namely leadership, strategic planning, focus on patient, otherconsumer and Market, measurement, analysis and knowledge management, staff focus, management process and organizational performance outcomes.
Result: The quality analysis result of inpatient performance at RSUD Mampang Prapatan by the criteria of Malcolm Balridge is 506,5. The value falls within the 476-575 value range with an average value that can be explained through the organization to demonstrate a systematic, effective and responsive approach to sub category requirements in outline, but deployment varies across multiple fieldsor work units. Variables that have met the criteria are employment focus HR andoperational focus variables.
Conclusion: Theory understanding of Malcolm Balridge's is important, to createan integrated organizational management framework to have a clear andmeasurable performance outcomes. A strong commitment from the leaders andofficers of the Hospital is required to improve continuously the quality of healthservice and looking for the source of the problem and find the right solution.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jamaluddin Lendang
"Organisasi yang menghasilkan suatu produk seperti jasa, memerlukan suatu evaluasi berupa penilaian mandiri (self assessment) yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan secara terus-menerus (continous improvement) sehingga didapatkan kualitas pelayanan yang tinggi dan sesuai dengan tuntutan zaman. Salah satu penilaian keberhasilan suatu organisasi adalah hasil kinerja yang optimal yang diukur berdasarkan target-target yang ditentukan organisasi itu sendiri. Peneliti menggunakan 7 (tujuh) kriteria yang terdapat dalam Malcolm Baldrige Health Care Criteria for Performance Excelence untuk mengetahui mutu organisasi Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan tahun 2014. Metode penelitian adalah mix methode dengan sequential eksplanatory design.
Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola positif antara hasil kinerja organisasi dengan enam kriteria Malcolm Baldrige. Sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan empat kriteria yang positif dan satu kriteria negatif yang dapat menjelaskan hasil kinerja organisasi sebesar 65,7% sementara satu kriteria tidak masuk dalam pemodelan.
Hasil kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan termasuk dalam range sangat rendah. 3 permasalahan yang masih yang menonjol antara lain organisasi belum menetapkan sasaran, tujuan dan ukuran kinerja (key perfomance indicator) dalam perencanaan organisasi; belum menetapkan visi, misi dan nilai-nilai organisasi serta perencanaan belum disusun berdasarkan periode jangka panjang dan jangka pendek. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan jika direktur dan pimpinan organisasi segera menetapkan visi, misi dan nilai-nilai organisasi, menyusun perencanaan strategis sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi serta berdasarkan periode jangka panjang dan jangka pendek.

Organizations that produce a product such as services, requires an evaluation of a self-assessment to improve service quality continuously to obtain a high quality of service and in accordance with the demands of the times. One of the assessment of an organization's success is the result of optimal performance as measured by the target-the specified target organization itself. Researchers are using seven (7) criteria contained in the Malcolm Baldrige Health Care Criteria for Performance Excelence to determine the quality of the organization of the Refferal Health Directorate Building Effort, 2014. Research method is the sequential explanatory mixed method design.
The results of the bivariate analysis showed a strong association between positive and patterned organizational performance results with the six criteria of the Malcolm Baldrige. While the results of the multivariate analysis showed four positive criteria and negative criteria that one can explain the results of the organization's performance by 65.7%, while the criteria are not included in the modeling.
The results of the performance of the Refferal Health Directorate Building Effort references included in the very low range. 3 problems that still stand out among other organizations have not set goals, objectives and performance measures (key perfomance indicators) in the planning of the organization; has not set a vision, mission and values of organization and planning has not been prepared based on a period of long-term and short-term. These problems can be solved if the director and the head of the organization immediately set the vision, mission and values of the organization, strategic planning in accordance with the duties and functions of the organization as well as by long-term period and the short-term.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41938
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Muhammad Lufti
"Peran kader kesehatan sebagai ujung tombak di bidang kesehatan sudah mulai menurun ditandai dengan pemanfaatan posyandu hanya sebesar 13% dan 14% kategori posyandu Purnama dan Mandiri . Sehingga dilakukan penelitian untuk analisis hubungan peran kader pada UKBM di posyandu berdasarkan 2 (dua) kriteria yakni kriteria kontekstual kelurahan dan kriteria Malcolm Baldrige, untuk mendapatkan dari sisi mana dari keduanya yang dapat mempercepat peningkatan peran kader kesehatan. Penelitian dengan 159 kader dari 32 posyandu. Uji yang digunakan dengan Chi Square untuk melihat hubungan yang ada pada 7 (tujuh) kriteria kontekstual kelurahan dan 7 (tujuh) kriteria Malcolm Baldrige. Kemudian Analisis Regresi Linier Ganda digunakan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan beberapa variabel terkait sesuai dengan tujuan dan kerangka konsep. Hasilnya, dari beberapa uji hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan tingkat kematangan masyarakat, tingkat kematangan dengan tingkat kendali masyarakat, tingkat kendali masyarakat dengan kader sebagai agent of changes, kader sebagai agent of changes dengan motif keberdayaan, motif keberdayaan dengan kepemilikan masyarakat dalam upaya pembangunan, kesemuanya memiliki hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Sedangkan variabel keterlibatan berbagai stakeholders memiliki hubungan yang signifikan atas tingkat partisipasi, peran kader sebagai agent of changes, kepemilikan masyarakat dalam upaya pembangunan, dan tingkat kematangan keberdayaan. Pada kriteria Malcolm Baldrige ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan dengan rencana strategis dan desain program sesuai kebutuhan. Ada hubungan yang signifikan antara Kepemimpinan, desain program sesuai kebutuhan, manajemen pelayanan dan kapasitas SDM dengan fokus pada hasil. Peningkatan peran kader pada UKBM dalam program gizi dan KIA diperlukan pembenahan Pokja (kelompok Kerja) yang telah dibentuk untuk lebih mempertegas kembali tugas pokok dan fungsi lintas sektor terkait, sehingga dapat terlaksana dengan baik peran kader kesehatan dalam program gizi dan KIA.

The role of health as a vanguard cadre of health has begun to decline marked by posyandu utilization of only 13% and 14% posyandu Purnama and Mandiri categories. So the research on the analysis of the role of volunteers in UKBM in posyandu by 2 (two) criteria and the criteria of contextual urban Malcolm Baldrige criteria, to get from which side of the two that can accelerate the increase in the role of health cadres. Study with 159 volunteers from 32 posyandu. Test used by Chi Square to see the relationships that exist in the 7 (seven) villages contextual criteria and 7 (seven) Malcolm Baldrige criteria. Multiple Linear Regression Analysis then used to examine the relationship between the variables associated with some variables in accordance with the objectives and conceptual framework. The result, of some of the test the relationship between the level of community participation with the maturity level, the level of maturity to the level of community control, level control society as an agent of changes cadres, cadres as the motive agent of changes to the empowerment, empowerment motif with local ownership in development, all of which have a significant relationship between the two variables. While the involvement of various stakeholders variables have a significant relationship on the level of participation, the role of volunteers as agents of changes, the ownership of development efforts, and the maturity level of empowerment. In the Malcolm Baldrige criteria no significant relationship between leadership and strategic planning and program design as needed. There is a significant relationship between leadership, program design as needed, service management and capacity building with a focus on results. Enhancing the role of volunteers in UKBM nutrition and MCH programs needed revamping Working Group (working group) which has been formed to further reaffirm the basic tasks and functions across relevant sectors, so that they can perform well in the role of health cadres nutrition and MCH programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meily Arovi Qulsum
"Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah memenuhi standar akreditasi. Tahun 2015-2016 jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur yang capaian akreditasi kab kota terbanyak adalah Kota Surabaya sebanyak 20 (8,3). Kinerja Puskesmas dapat diukur dengan menggunakan Malcolm Baldrige. Penelitian ini adalah kuantitaif dengan desain penelitian cross sectional dengan model rancangan pre test-post test design, dengan total populasi menjadi total sampel yaitu 20 Puskesmas. Pengumpulan data dengan menggunakan standar instrumen akreditasi Puskesmas yang sudah dipadankan dengan 6 kriteria Malcolm Baldrige.
Hasil penelitian Hasil dari penelitian pengaruh status akreditasi terhadap kinerja Puskesmas dengan menggunakan teori Malcolm Baldrige dari 6 kriteria hanya 1 yang berpengaruh yaitu fokus operasi dan yang lainnya tidak berpengaruh, kriteria kepemimpinan kesimpulannya ada penurunan kinerja Puskesmas dengan p value 0,245, perencanaan startegis penurunan dengan p value 0,525, fokus pelanggan penurunan dengan p value 0,207, pengukuran, analisis dan manjemen informasi penurunan dengan p value 0,349, fokus SDM penurunan dengan p value 0,960 dan fokus operasi tidak ada penurunan yang siginifikan dengan p value 0,040.
Kesimpulan hasil penelitian didapatkan bahwa kinerja Puskesmas pada setiap status akreditasi mengalami penurunan pada saat post test. Perlu adanya pemahaman yang sama terkait proses akreditasi dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas, antara Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten Kota serta Puskesmas.

Puskesmas accreditation is recognition given by an independent institution that organizes accreditation determined by the Minister of Health after meeting accreditation standards. In 2015-2016 the number of Puskesmas in East Java Province which achieved the highest accreditation of districts cities was Surabaya (20, 8.3). The performance of the Puskesmas can be measured using Malcolm Baldrige. This research is quantitative with crosssectional research design with a pre-test-post-test design model, with the total population being a total sample of 20 health centers. Data collection using standard Puskesmas accreditation instruments that have been matched with 6 criteria of Malcolm Baldrige.
The results of the study the effect of accreditation status on the performance of Puskesmas using Malcolm Baldrige theory of 6 criteria only 1 influential namely the focus of operations and the other did not influence, the conclusion of leadership criteria was a decrease in Puskesmas performance with p value 0.245, strategic planning decreased with p value 0.525, customer focus decreases with p value 0.207, measurement, analysis and management of information decreases with p value 0.349, focus on human resources decreases with p value 0.960 and focus of operations there is no significant decrease with p value 0.040.
Conclusion of research results shows that performance The Puskesmas at each accreditation status decreased during the post test. There needs to be a common understanding regarding the process of accreditation by organizing health services in Puskesmas, between the Ministry of Health, Provincial and District City Health Offices and Puskesmas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Darmawani
"AV·l al dekade 1990 merupakan awal per embangan pertelevisian
I n1jonesi a. Sete 1 ah hampi r t i ga pul uh tahun penduduk I ndenesi a t i dak
mempunyai pilihan siaran televi si kecuali yang dipancarkan oleh TVRI,
tiba-tiba sekarang ada alternatif sa luran l ein. Had i rn ~ a RCTI, SCTV dan TPI
serta semakin biasa dan banyaknya tekno1ogi canggih seperti antena
parabola yang menjadi bagian dari 'pe r abotan· rumah tangga di Indonesia,
membuat semakin banyaknya sa1uran televisi yang bisa dipilih oleh para
pemi rsa di Indonesia.
RCTI sebagai 1embaga penyiaran te1evisi swasta pertama di Indonesia
mendapat keuntungan karena sampai sekarang rnasih merupakan
satu-satunya stasi un te 1 evi si swasta yang me 1 akukan si a ran pad a ma 1 am
t1ari. Da 1 am duni a perte 1 evi sian di ken a 1 i st i 1 ah prime t /me a tau waktu utama menonton te1evisi. Saat prime thne ada1ah ma1am hari. Rentang
···"···aktu prime time re1atif tergantung kondisi suatu negara, tetapi biasanya
antara 1 G.OO sampai 22.00.
Jumlah orang yang menonton suatu acara dari suatu stasiun televisi
disurvai o1eh lembaga survai independen. Hasilnya berupa roting. Di
negara-negara yang t i ngkat kompet i si an tara stasi un-stasi un te 1 evi si
sv-tastanya sudah · tinggi seperti di Amerika · Serikat. Pertarungan acara
yang pa ll ng kompet it if E!da1ah pad a sa at pn/ne time: Rot ing suatu a cera
prime time selain berpengaruh terhadap citra dari stasiun televisi swasta
tersebut, juga mempengaruhi posisi stasiun televisi da1am hal tawar
mena-.,.var harga dengan pemas ar~ g ik1an.
Jkl an . merupakan satu-satunya ~agi stasiun te1evisi
swasta tidak terkecuall bagi R ~TI . Demi menarik para pemasang ik1 an,
RCT I harus berupaya keres agar program-program yang di tay ngkannya
mampu menari k sebanyak mungki n pemi rsa. Banyal
yang menonton suatu acara menjadi faktor utama bagi para pengiklan untuk
memasang iklannya pada acara tersebut.
.
Pene 1 it ian 1 ni i ngi n mengetahui t ent ang konsep dan rentang Y·taktu
prime time menurut RCJI serta bagaimana proses penentuan penayangan
acara-acara pn/ne tkne tersebut. Se1ain itu, faktor-faktor yang
mempengaruhi dan menentu~
prhne t;/ne progremming inf serta hasil akhir yang berupa acara-acara
yang tersaji dilayar kaca juga dibahas dalam penelitian ini.
Da 1 am membahas proses prime time progremming. di jelaskan
mengenai mekani sme penentucm kebi j akan di RCT I, termasuk di da1 amnya
mengenai si apa sa j a yang terl i bat da 1 am penentuan kebi j akan tersebut,
bagaimanakah jenjang hirarkinya dan apa :ja yang menjadi utama menonton te1evisi. Saat prime thne ada1ah ma1am hari. Rentang
···"···aktu prime time re1atif tergantung kondisi suatu negara, tetapi biasanya
antara 1 G.OO sampai 22.00.
Jumlah orang yang menonton suatu acara dari suatu stasiun televisi
disurvai o1eh lembaga survai independen. Hasilnya berupa roting. Di
negara-negara yang t i ngkat kompet i si an tara stasi un-stasi un te 1 evi si
sv-tastanya sudah · tinggi seperti di Amerika · Serikat. Pertarungan acara
yang pa ll ng kompet it if E!da1ah pad a sa at pn/ne time: Rot ing suatu a cera
prime time selain berpengaruh terhadap citra dari stasiun televisi swasta
tersebut, juga mempengaruhi posisi stasiun televisi da1am hal tawar
mena-.,.var harga dengan pemas ar~ g ik1an.
Jkl an . merupakan satu-satunya ~agi stasiun te1evisi
swasta tidak terkecuall bagi R ~TI . Demi menarik para pemasang ik1 an,
RCT I harus berupaya keres agar program-program yang di tay ngkannya
mampu menari k sebanyak mungki n pemi rsa. Banyal
yang menonton suatu acara menjadi faktor utama bagi para pengiklan untuk
memasang iklannya pada acara tersebut.
.
Pene 1 it ian 1 ni i ngi n mengetahui t ent ang konsep dan rentang Y·taktu
prime time menurut RCJI serta bagaimana proses penentuan penayangan
acara-acara pn/ne tkne tersebut. Se1ain itu, faktor-faktor yang
mempengaruhi dan menentu~
prhne t;/ne progremming inf serta hasil akhir yang berupa acara-acara
yang tersaji dilayar kaca juga dibahas dalam penelitian ini.
Da 1 am membahas proses prime time progremming. di jelaskan
mengenai mekani sme penentucm kebi j akan di RCT I, termasuk di da1 amnya
mengenai si apa sa j a yang terl i bat da 1 am penentuan kebi j akan tersebut,
bagaimanakah jenjang hirarkinya dan apa :ja yang menjadi"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S4046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renouf, Alan
Sydney: Australian Professional Publications, 1986
327.94 REN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nasori
"Di Indonesia, usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM memiliki peran sangat penting dan strategis dalam perekonomian. Ini ditunjukkan dengan kontribusi sektor usaha tersebut terhadap produk domestik bruto PDB yang hampir mencapai 60 dan penyerapan tenaga kerja di atas 95 . Kendati demikian, akses pelaku UMKM mdash;terlebih usaha mikro UMi mdash;terhadap pendanaan bank masih sangat terbatas. Dari total kredit yang dikucurkan oleh bank umum di Tanah Air hingga Mei 2013, hanya 19,47 yang disalurkan untuk sektor UMKM. Dari jumlah tersebut, yang dikucurkan untuk usaha mikro tercatat hanya 3,68 dari total kredit. Sementara itu, bagi pelaku UMKM yang mendapatkan akses pun harus membayar suku bunga pada level yang jauh lebih tinggi. Selain inefisiensi di industri perbankan nasional, ditengarai hal itu terjadi karena adanya masalah asymmetric information. Merespons kondisi ini, Bank Indonesia BI kemudian mewajibkan bank untuk mempublikasikan suku bunga dasar kredit SBDK mikro mereka sebagai upaya memitigasi masalah asymmetric information itu. Berikutnya, suku bunga diharapkan turun dan akses pelaku UMKM terhadap kredit semakin terbuka. Dengan menggunakan regresi linier berganda dengan metode OLS ordinary least square , penelitian ini bertujuan mengkaji efektivitas kebijakan SBDK itu dengan melihat pengaruhnya terhadap outstanding penyaluran kredit mikro bank umum. Hasil Uji-t menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan kebijakan pengumuman SBDK terhadap kenaikan outstanding penyaluran kredit mikro bank umum. Di samping itu, terdapat variabel lain yang berpengaruh signifikan terhadap kenaikan outstanding penyaluran kredit mikro bank umum, yakni rata-rata suku bunga kredit mikro, CAR, NPL kredit mikro, inflasi, dan indeks produksi manufaktur IPM.

Micro, small and medium sized enterprises SMEs has very important and strategis role in economy of Indonesia. Those are shown by business sector 39 s contribution of gross domestic product GDP is nearly 60 and employment above 95 . Nevertheless, SMEs access mdash especially to micro enterprises mdash to bank financing is still very limited. Total loans disbursed by commercial banks in the country, until May 2013, only 19.47 that channeled to the SMEs sector. Of these, recorded that the disbursed of micro enterprises only 3.68 of total loans. Not only that, to gain access for the perpetrators of SMEs, they must pay interest rates at a level that is much higher. In addition to inefficiencies in the national banking industry, it is suspected that occurs because of the asymmetric information problem. Respond to these conditions, Bank Indonesia BI then require banks to publish their prime lending rate SBDK of micro loan as an effort to mitigate the asymmetric information problem. Next, interest rates are expected to go down and SMEs access to credit become more open. By using multiple linear regression with OLS ordinary least square , this study aims to assess the effectiveness of measures the prime lending rate by looking at its effect on micro outstanding loan portfolio of commercial banks. The test result indicate a significant effect on prime lending rate policy announcement for the increasing in micro loans outstanding of commercial banks. In addition, there are other variables that significantly influence the increasing in outstanding microcredit of commercial banks, i.e. average interest rates on microcredit, CAR, NPL of microcredit, inflation, and the manufacturing production index HDI.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T47499
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Utomo
"ABSTRAK
Tesis ini mengkaji permasalahan rasisme dan identitas budaya Afro-Amerika dari sudut pandang Malcolm-X yang diangkat oleh sutradara Spike Lee dalam film berjudul Malcolm-X. Pengkajian ini dilakukan untuk mendeskripsikan rasisme, prejudice, diskriminasi dan krisis identitas budaya masyarakat kulit hitam sebagai permasalahan utama masyarakat Amerika pada tahun 1960an yang dianalis oleh Spike Lee melalui filmnya, Malcolm-X. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan mise-en-scene dengan memperlakukan film sebagai teks yang kemudian dianalisis berdasarkan pada teks-konteksnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa rasisme tetap ada karena terpelihara oleh pandangan hidup masyarakat kulit putih dan kulit hitam sendiri yang disosialisasikan. Stereotype dan prejudice di kalangan kulit putih dan kulit hitam melahirkan mitos superioritas-inferioritas sehingga terjadi diskriminasi di Amerika Serikat. Film ini mempunyai pesan agar masyarakat kulit hitam menguatkan jati diri mereka sebagai komunitas kulit hitam dengan konsep cultural pluralism, dan mendorong masyarakat kulit hitam untuk melihat Malcolm-X sebagai salah satu contoh identitas budaya Afro-Amerika.

ABSTRACT
This study investigates the problems of racism and cultural identity crisis of Afro-American people shown in the movie entitled Malcolm-X which was directed by Spike Lee. The aims of this study are to describe common problems in America in the1960s such as: racism, prejudice, discrimination, and cultural identity crises analyzed by Spike Lee through his film, Malcolm-X. Qualitative method and mise-en-scene concept were employed to analyze shots and dialogs in the movie. The study shows that racism exists due to society’s view and it has been socialized among them. Stereotype and prejudice produced the concept of superiority-inferiority, as they become the reason of discrimination in America. This movie suggests that black Americans try to strengthen their identity by using cultural pluralism’s concept and Spike Lee, the director, tries to expose Malcolm-X as one of Afro-American figures."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>