Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104119 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Menjaga kebersihan merupakan bagian penting dalam menjaga kesehatan. Vagina merupakan Salah satu organ penting yang harus diperhatikan kebersihannya.
Perilaku seseorang dalam menjaga kebersihan dirinya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan juga persepsi terhadap kebersihan itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dengan persepsi perempuan terhadap kebersihan vaginanya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan jumlah sampel 119 orang. Sarnpel yang digunakan adalah mahasiswi regular 2006 FIK UI. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang dirancang sendiri oleh peneliti dan terlebih dahulu diuji cobakan. Berdasarkan hasil analisa dengan rnenggunakan uji Chi square dengan alpha = 0,05 dan p value = 0,111 diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan persepsi mahasiswi FIK UI tentang kebersihan vagina. Untuk penelitian mendatang diharapkan dapat menggunakan sampel penelitian yang lebih banyak dan menggunakan instrumen yang dibuat berdasarkan literatur."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5712
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Livoti, Carol
Jakarta : Indeks , 2006
611.67 LIV vt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Flour albus bukan penyakit menular seksual. Kebanyakan perempuan dengan kasus flour albus didiagnosis, diobati sendiri. Menyerang usia reproduktif. Apabila tidak segera ditangani menyebabkan kemandulan dan kanker. Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskripsi korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan vagina dengan resiko tirnbulnya flour albus pada mahasiswi. Sampel dikumpulkan dengan teknik pengambilan sampel random dan terdiri dari 67 responden. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan vagina dengan resiko timbulnya flour albus pada mahasiswi angkatan 2006-2008 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, dengan p value = 0,760 pada µ = 0,1."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5752
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deshinta Rosalina Puspitasari
"ABSTRAK
Remaja merupakan salah satu kelompok yang paling berisiko terhadap masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan remaja, khususnya pada remaja wanita, adalah masalah kesehatan reproduksi: keputihan. Keputihan pada remaja dapat berdampak infeksi dan infertilitas. Oleh karena itu, penanganan keputihan remaja sangat perlu untuk dilakukan. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan intervensi catatan harian kesehatan untuk meningkatkan perilaku kebersihan organ reproduksi remaja wanita dengan masalah keputihan. Hasil intervensi keperawatan keluarga menggunakan catatan harian kesehatan menunjukkan peningkatan perilaku perawatan kebersihan organ kewanitaan dan penurunan frekuensi keputihan. Oleh karena itu, pemanfaatan catatan harian kesehatan dapat diterapkan petugas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan perilaku perawatan kebersihan remaja dalam mengatasi masalah keputihan.

ABSTRACT
Adolescents are one of the most at risk group to health problem. One of problem in adolescents, especially in female adolescents, is reproductive health problem vaginal discharge. Vaginal discharge in adolescents can affect to infection and infertility. Therefore, management of vaginal discharge in adolescents is very important to be done. The purpose of this scientific project is to know about the description of family nursing care using health diary as an intervention in adolescents with vaginal discharge. The result of nursing intervention using health diary shows that vaginal hygiene behavior was increased and vaginal discharge frequent was decreased. Therefore, health diary can be used by health care workers to increase vaginal hygiene behavior in adolescents in order to solve vaginal discharge problem. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aliefatien Asmanuwati
"Latar belakang: Keputihan merupakan sering dijumpai menjadi alasan wanita berobat ke dokter. Pengenalan faktor risiko dan gejala yang menyertainya serta kaitannya dengan penyebab mikrobiologi keluhan keputihan dapat berguna bagi klinisi dalam praktik sehari-hari. Penelitian ini mencari hubungan antara faktor risiko dan gejala yang dialami terhadap temuan mikrobiologi penyebab keputihan pada wanita usia reproduksi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang di Departemen Obstetri & Ginekologi RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Wawancara dilakukan pada pasien di poliklinik dengan keluhan keputihan untuk identifikasi faktor risiko dan gejala. Temuan mikrobiologi dikonfirmasi dengan pemeriksaan yang spesifik sebagai baku emas.
Hasil: Sebanyak 81 subjek ikut serta dalam penelitian ini. Candida sp merupakan penyebab infeksi tunggal terbanyak yang ditemukan (17 subjek, 12,3%). Hubungan seksual yang sering (≥3 times/week, p<0,001) dan keputihan meningkat setelah berhubungan seksual (p=0.04) bmerupakan faktor risiko dan gejala yang berhubungan dengan Bacterial vaginosis, berturut-turut. Bau amis (p=0,09), nyeri vulva (p=0,026), dan peningkatan keputihan setelah hubungan seksual (p=0,002) merupakan gejala yang berhubungan dengan Trichomonas vaginalis. Gatal (p=0,028), keputihan seperti gumpalan susu (p<0,001), dan keputihan meningkat setelah hari ke-14 siklus menstruasi (p<0.001) berhubungan dengan Candida sp sementara penggunaan pil KB kombinasi (p=0,03) dan perdarahan setelah hubungan seksual (p=0,009) merupakan gejala yang berhubungan dengan Chlamydia trachomatis.
Kesimpulan: Beberapa faktor risiko dan gejala berhubungan dengan temuan mikrobiologi spesifik sebagai penyebab keluhan keputihan pada populasi wanita usia reproduksi.

Background: Vaginal discharge is a common reason for women to seek medical attention worldwide. Recognition risk factors and symptoms and their association to specific microbiological causes of vaginal discharge can be benefical for clinician in clinical practice. This study aimed to identify risk factors and symptoms and their association to specific microbiological causes of vaginal discharge among reproductive aged women.
Methods: This was a cross-sectional study conducted in Department of Obstetric & Gynecology, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. We interviewed outpatient subjects with vaginal discharge for risk factors and symptoms. Microbiological causes identification was performed using gold standard methods.
Results: A total of 81 subjects were included in this study. Candida sp was the commonest single infection (17 subjects, 12.3%). Frequent (≥3 times/week) sexual intercourse (p <0.001) and increased discharge after sex (p=0.04) were risk factor and symptom associated with Bacterial vaginosis, respectively. Fishy odor (p=0.09), vulva pain (p=0.026), and increased discharge after sex (p=0.002) were symptoms associated with Trichomonas vaginalis. Itchy sensation (p=0.028), clumps of milk appearance (p<0.001), and discharge increased after 14th day of cycle (p<0.001) were associated with Candida sp while taking combination pill (p=0.03) and bloody discharge after sex (p=0.009) were associated with Chlamydia trachomatis.
Conclusion: Several risk factors and symptoms found to be associated with microbiological causes of vaginal discharge in our population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adyuta Apsari
"Keluhan paling umum yang sering dialami perempuan usia reproduksi datang ke dokter adalah keputihan. Keputihan juga merupakan salah satu prediktor akan adanya infeksi menular seksual (IMS). Deteksi dini dan terapi yang adekuat pada IMS ini merupakan hal yang penting. Keputihan yang tidak diterapi dengan tepat memiliki risiko komplikasi terhadap organ reproduksi terutama pada perempuan dengan usia reproduksi yang seksual aktif. Data mengenai temuan mikroorganisme pada keputihan serta prevalensinya di Indonesia masih terbatas, terutama pada perempuan usia reproduksi seksual aktif. Penelitian ini bermaksud untuk menjawab masalah diatas. Temuan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data epidemiologis tambahan untuk klinisi dalam mendiagnosis keputihan pada perempuan usia reproduksi seksual aktif di Indonesia, sehingga dapat mengurangi terjadinya terapi yang tidak tepat.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan konsekutif sampling. Populasi target adalah semua perempuan usia reproduksi 15-49 tahun dengan keluhan keputihan. Populasi terjangkau adalah semua perempuan usia reproduksi yang sudah seksual aktif dengan keluhan keputihan yang datang ke poliklinik Ginekologi RSCM, RS puskesmas mitra RSCM, pada bulan Mei 2012 sampai Juni 2013.
Hasil: Temuan mikroorganime pada 81 subjek perempuan usia reproduksi seksual aktif dengan keluhan keputihan pada yang setuju mengikuti penelitian ini, yakni Candida sp. 31 orang (38,3%), Grup B Streptococcus 22 orang (27.2%), Trichomonas vaginalis 17 orang (21,0%), Staphylocossus aureus 16 orang (19.8%), Bacterial vaginosis 15 orang (18,5%), Chlamydia trachomatis sebanyak 11 orang (13,6%), Staphylococcus epidedermidis 8 orang (9.9%), Streptococcus viridans 5 orang (6.2%), Grup A Streptococcus 4 orang (4.9%), Acinetobacter baumanii 3 orang (3,7%), Neissseria gonorrhoe 2 orang (2,5%), Eschericia coli 2 orang (2.5%), Klebsiella pneumionia 2 orang (2.5%), Enterobacter aerogens 1 orang (1.2%), dan temuan mikroorganisme negatif pada 20 orang (24.6%). Pada identifikasi Candida sp, hasil kultur menunjukkan adanya Candida albicans pada 20 subjek (24,7%), Candida glabrata 5 subjek (6.2%), Candida tropicalis 3 subjek (3.7%), Candida parapsiolosis 2 subjek (2.5%).
Kesimpulan: Mikroorganisme yang ditemukan pada perempuan usia reproduksi yang seksual aktif dengan keluhan keputihan secara berurutan dari persentase yang tersering adalah Candida sp., Grup B Streptococcus, Trichomonas vaginalis, Staphylocossus aureus, Bacterial vaginosis, Chlamydia trachomatis, Staphylococcus epidedermidis, Streptococcus viridans, Grup A Streptococcus, Acinetobacter baumanii, Neissseria gonorrhoeae, Eschericia coli, Klebsiella pneumionia, Enterobacter aerogens. Pemeriksaan kultur menunjukkan spesies candida yang paling sering ditemukan secara berurutan adalah Candida albicans, Candida glabrata, Candida tropicalis, dan Candida parapsiolosis.

Background: The commonest complaint of reproductive age women visiting a doctor is because of vaginal discharge. Vaginal discharge is one of the predictor of a sexual transmitted disease. Early detection and adequate therapy of sexual transmitted disease is an important matter. Vaginal discharge which were given inadequate therapy, can risc having complication on reproductive organs, especially in sexually active reproductive age women. Study in Indonesia regarding microorganisme findings in sexually active reproductive age women is still limited. This study was meant to solve this problem.
Method: This study was descriptive observational study with consecutive sampling. The target population in this study were all sexually active reproductive age women who had complaints of vaginal discharge. The population of this study was affordable to all sexually active reproductive women who were treated at the Outpatient Clinic of Gynecology Unit of Ciptomangunkusumo Hospital and PHC partner of Ciptomangunkusumo Hospital in the period of may 2012 until June 2013.
Results: Microorganism findings in 81 sexually active women 18-45 years old who participated in this study, are Candida sp. 31 subject (38,3%), Grup B Streptococcus 22 subject (27.2%), Trichomonas vaginalis 17 subject(21,0%), Staphylocossus aureus 16 subject(19.8%), Bacterial vaginosis 15 subject(18,5%), Chlamydia trachomatis 11 subject (13,6%), Staphylococcus epidedermidis 8 subjects (9.9%), Streptococcus viridans 5 subjects (6.2%), Grup A Streptococcus 4 subjects (4.9%), Acinetobacter baumanii 3 subjects (3,7%), Neissseria gonorrhoeae 2 subjects (2,5%), Eschericia coli 2 subjects (2.5%), Klebsiella pneumionia 2 subjects (2.5%), Enterobacter aerogens 1 subjects (1.2%), negative findings on 20 subjects(24.6%). In the Identification of Candida sp, Culture result showed Candida albicans on 20 subjects (24,7%), Candida glabrata 5 subjects (6.2%), Candida tropicalis 3 subjek (3.7%), Candida parapsiolosis 2 subjects (2.5%).
Summary: Microorganism findings in sexually active reproductive age women from the highest percentage order, are Candida sp.,Grup B Streptococcus, Trichomonas vaginalis, Staphylocossus aureus, Bacterial vaginosis, Chlamydia trachomatis, Staphylococcus epidedermidis, Streptococcus viridians, Grup A Streptococcus, Acinetobacter baumanii 3, Neissseria gonorrhoeae, Eschericia coli, Klebsiella pneumionia, Enterobacter aerogens. In the Identification of Candida sp, culture result from the highest percentage order are, Candida albicans, Candida glabrata Candida tropicalis, and Candida parapsiolosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andro Janevbech Wawura Karubuy
"Latar Belakang: Gejala vagina dan berkemih berdampak buruk pada kesehatan seksual dan kualitas hidup wanita usia premenopause atau menopause/sindrom genitourinari menopause (SGM). Terapi laser vagina menawarkan pemulihan dan regenerasi jaringan dan organ berupa mengencangkan dan menebalkan jaringan mukosa vagina. Laser vagina diharapkan dapat memperbaiki gejala vagina, berkemih wanita, serta menguatkan kontraksi otot dasar panggul.
Objektif: Mengetahui perbaikan gejala vagina dan berkemih serta kekuatan kontraksi otot dasar panggul pasca terapi laser di RS YPK Mandiri, tahun 2017 – 2021.
Metode : Penelitian ini menggunakan studi kuasi eksperimental dengan mengambil data sekunder dari rekam medis.
Hasil: Total didapatkan 54 subjek penelitian dengan rerata usia 45,5 (SD = 11,67) tahun. Sebanyak 70,4 % wanita belum menopause, dan 29,6 % tergolong SGM. Gejala vagina kering didapatkan mengalami perbaikan pasca terapi laser dengan presentase 95 % (p = 0,006), sedangkan presentase perbaikan gejala beser, inkontinensia urin tipe tekanan dan vagina longgar berurutan sebesar 78,2 %, 84,0 %, dan 60,0 %. Kekuatan kontraksi otot dasar panggul meningkat 3 bulan pasca terapi laser dari 25,00 (interquartile range (IQR) = 15,0) cmH2O menjadi 39,33 (IQR = 11,1) cmH2O (p = < 0,001). Demikian, kekuatan kontraksi otot dasar panggul berdasarkan skor Modified Oxford Scale (MOS) didapatkan 79,6 % (43 subjek) mengalami peningkatan 1 derajat MOS.
Kesimpulan: Terapi laser vagina dapat menjadi terapi alternatif untuk melembabkan lubrikasi vagina, dan meningkatkan kekuatan kontraksi otot dasar panggul. 

Background: Vaginal and urinary symptoms often have adverse impact on the sexual health and quality of life of pre-menopausal or post-menopausal age women known as genitourinary syndrome of menopause (GSM). Vaginal laser offers tissue and organ restoration and regeneration by tightening and thickening vaginal mucosal tissue. Vaginal laser expected to improve vaginal symptoms, urination symptoms, and strengthen levator ani muscle.
Objective: To know the improvement of vaginal and urinary symptoms and levator ani muscle contraction after laser therapy at YPK Mandiri Hospital, 2017-2021.
Method: Quasi-experimental study by taking secondary data form medical records.
Result: Total sample 54 subjects were obtained with mean age of 45,5 (SD = 11,67) years. 70,4 % of women are pre-menopausal, and 29,6 % are classified GSM. Dry vaginal symptoms were found to have improved after laser therapy with a percentage of 95 % (0,006), while the percentage of improvement in incontinence symptoms, stress urinary incontinence, and vaginal laxity respectively were 78,2 %, 84,0 %, and 60,0 %. The strength of levator ani muscle contraction increased 3 months after laser therapy from 25,00 (interquartile range (IQR) – 15,0) cmH2O to 39,33 (IQR = 11,1) cmH2O (p < 0,001). Thus, the strength of levator ani muscle contraction based on the Modified Oxford Scale (MOS) score was found to be 79,6 % (43 subjects) experiencing an increase of 1 - degree MOS.
Conclusion: Vaginal laser therapy can be an alternative therapy to moisturize vaginal lubrication, and increase the strength of levator ani muscle contraction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Vidya Destiani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran evaluasi anatomis serta fungsional pasien pasca neovagina dengan graft membran amnion. Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang deskriptif. Didapatkan 11 subyek dengan nilai minimum dan maksimum panjang vagina yaitu 7 dan 8 cm. Nilai minimum dan maksimum diameter vagina yaitu 3.5 dan 4.0 cm. Seluruh subyek mempunyai epitelisasi lengkap dan hasil histopatologi sesuai dengan epitel vagina serta tidak didapatkannya komplikasi. Total skor FSFI menunjukkan nilai minimum dan maksimum skor 27.2 dan 31.7, menunjukkan tidak didapatkan disfungsi seksual.

ABSTRACT
This study aims to provide an overview of anatomical and functional evaluation of patients post neovagina with amniotic membrane graft. This study was conducted with a descriptive cross-sectional design. Obtained 11 subjects with a minimum and maximum length of the vagina are 7 and 8 cm. The minimum and maximum diameter of the vagina are 3.5 and 4 cm. All subject had complete epithelialization, vaginal epithelium as histopathological result and no complications. Total FSFI score showed the minimum and a maximum score of 27.2 and 31.7, shows no sexual dysfunction."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Belum ada usaha maupun penelitian yang mampu memadukan berbagai faktor risiko untuk memprediksi terjadinya kerusakan otot levator ani akibat persalinan pervaginam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks yang dapat digunakan untuk memprediksikan kerusakan levator ani pada persalinan pervaginam.
Metode: Penelitian kohort prospektif di dua rumah sakit di Jakarta tahun 2010-2011. Kriteria subjek adalah wanita hamil nulipara tanpa kerusakan levator ani saat hamil dan melahirkan pervaginam. Kerusakan levator ani diukur dengan USG 4 dimensi saat hamil dan tiga bulan pasca melahirkan. Variabel yang diteliti adalah usia, indeks masa tubuh, cara persalinan pervaginam, berat badan bayi lahir, episiotomi, robekan perineum, dan lamanya kala 2. Model prediksi dianalisis dengan analisis regresi logistik.
Hasil: Sebanyak 182 subjek direkrut dengan 124 subjek memenuhi kriteria dan 104 subjek dapat dianalisis. Insiden kerusakan levator ani pada tiga bulan adalah sebesar 15,4% (IK 95%: 8,6-23%). Diperoleh dua model prediksi. Model prediksi pertama terdiri dari berat bayi (OR= 5,36 IK 95%: 1,08-26,59), episiotomi (OR= 5,41 IK 95%: 0,94-31,18), dan lama kala dua (OR= 15,27 IK 95%: 3,15-73,96). Model prediksi kedua terdiri dari lama kala dua (OR= 9,51 IK 95%: 1,23-68,10) dan robekan perineum (OR= 142,70 IK 95%: 14,13-1440,78).
Kesimpulan: Variabel yang dapat memprediksikan kerusakan levator ani adalah berat bayi, episiotomi, dan kala dua pada model 1 dan lama kala dua serta robekan perineum pada model 2.

Abstract
Background: There have been no attempts or studies to integrate various risk factors that can be utilized to predict levator ani injury caused by vaginal delivery. This study was aimed to establish an index measurement system by using various risk factors for predicting levator ani injury in vaginal delivery.
Methods: A prospective cohort was conducted at two hospitals in Jakarta between 2010 and 2011. The subjects were nulipara pregnant women without levator ani injury during pregnancy and vaginal birth. Levator ani injury was evaluated using 4D USG during pregnancy and three months after delivery. The variables studied were age, body mass index, mode of delivery, fetal birth weight, episiotomy, perineum rupture and duration of second stage labor. Prediction model was analyzed using logistic regression analysis.
Results: There were 182 recruited subjects of which 124 subjects were eligible and only 104 subjects could be analyzed. Incidence of levator ani injury at three months after delivery was 15.4% (95% CI: 8.6-23%). Two prediction models were obtained. The first consisted of fetal birth weight (OR= 5.36, 95% CI: 1.08-26.59), episiotomy (OR= 5.41, 95% CI: 0.94-31.18), and duration of second stage labor (OR= 15.27, 95% CI: 3.15-73.96). The second model consisted of duration of second stage labor (OR= 9.51, 95% CI: 1.23-68.10) and perineum rupture (OR= 142.70, 95% CI: 14.13-1440.78).
Conclusion: Fetal birth weight, episiotomy and duration of second stage labor could predict levator ani injury for model 1; while the variables of prediction for model 2 were duration of second stage labor and perineum rupture."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Aristida
"ABSTRAK
Latar Belakang: Robekan perineum derajat III dan IV pada persalinan
pervaginam telah menarik perhatian yang cukup tinggi di kalangan praktisi medis.
Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan robekan tersebut perlu diketahui
karena dapat menyebabkan inkontinensia alvi di kemudian hari dan menimbulkan
keluhan-keluhan pada ibu
Tujuan: Mengetahui insidensi terjadinya robekan perineum derajat III dan IV
tahun 2013 di RSCM, titik potong berat lahir janin yang berisiko menyebabkan
terjadinya robekan dan sistem skor untuk memprediksi terjadinya robekan
tersebut.
Metode: Penelitian observasional dengan menggunakan metode potong lintang
dilakukan di IGD Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo pada
Januari–Desember 2013. Semua subyek bersalin per vaginam sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek
minimal terpenuhi. Dengan metode ROC AUC ditetapkan titik potong berat lahir
janin yang berisiko terjadinya OASIS. Semua faktor risiko dianalisis dengan
analisis regresi logistik. Faktor-faktor yang berhubungan terhadap terjadinya
OASIS akan dinilai probabilitasnya dengan menggunakan rumus p= 1/(1+e-y).
Hasil: Dari 466 sampel penelitian, Subjek yang mengalami OASIS adalah 43
(9.2%) sampel. Dengan metode ROC AUC didapatkan titik potong berat lahir
janin yang berisiko yaitu 2910 gram. Setelah analisis regresi logistik didapatkan 4
variabel sebagai faktor risiko robekan perineum derajat III-IV yaitu persalinan
forcep (p<0.001;OR 0.043,IK 95% 0.015-0.123), persalinan vakum (p<0.001;OR
0.131, IK 95% 0.054-0.317), berat lahir janin >2910 gram (p=0.014; OR 0.35; IK
95% 0.157 -0.807) dan multiparitas (p<0.001;OR 6.388; IK 95% 2.57-15.84). Dengan
menerapkan rumus probabilitas p= 1/(1+e-y) didapatkan persalinan dengan alat
dan berat lahir janin >2910 gram meningkatkan probabilitas terjadinya OASIS.,
sedangkan multiparitas bersifat sebaliknya.
Kesimpulan: Insidensi OASIS perlu diketahui tiap tahunnya untuk menjadi tolak
ukur tata laksana yang telah dilakukan. Titik potong berat lahir janin >2910 gram
dapat menjadi nilai ukur baru pada penelitian-penelitian selanjutnya karena lebih
mewakili subjek orang Indonesia. Sistem skor probabilitas yang sederhana ini
dapat membantu klinisi dalam memprediksi terjadinya OASIS pada saat proses
persalinan sehingga diharapkan dapat mengurangi insidensinya di masa
mendatang.

ABSTRACT
Background: Obstetrical Anal Sphincter Injuries (OASIS) during vaginal deliveries have been highly concerned in daily practices. Risk factors that lead to OASIS must be identified. OASIS may eventually cause faecal incontinence in the future that can cause complaints among patients.
Objectives: To identify the incidence of OASIS at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2013, to determine cut off point of fetal birth weight that may lead to OASIS and to acquire the probability scoring system for risk factors causing OASIS.
Methods: We conducted cross sectional observational research in delivery suite Cipto Mangunkusumo Hospital from Januari to December 2013. After inclusion and exclusion criteria screening, all subjects who underwent deliveries vaginally took part in the research. Receiver Operating Characteristic, Area Under The Curve (ROC) method was performed to determine fetal birth weight cut off point that may cause OASIS. Logistic regresion analysis was performed to analyze all the risk factors. Risk factors that significantly lead to OASIS were calculated and analyzed by equational probability formula p= 1/(1+e-y).
Result: Among 466 research samples, we identified there were 43 (9.2%) subjects suffered from OASIS. ROC AUC method were applied to determine fetal birth weight cut off point that may lead to cause OASIS which resulted >2910 gram. As logistic regresion analysis performed, there were four risk factors that may cause OASIS. There were forceps delivery (p<0.001;OR 0.043,CI 95% 0.015-0.123), vacuum delivery (p<0.001;OR 0.131, CI 95% 0.054-0.317), fetal birth weight >2910 gram (p=0.014; OR 0.35; CI 95% 0.157-0.807) and multiparit y (p<0.001;OR 6.388; CI 95% 2.57-15.84). The equation probability formula p= 1/(1+e-y) was conducted. It resulted that assisted vaginal delivery and fetal birth weight >2910 gram increase the probability of OASIS incidence, while multiparity resulted conversely.
Conclusion: OASIS incidence is crucial to be identified each year so that we can evaluate the treatment that has been conducted. Fetal birth weight cut off point of >2910 gram can be applied in the next researches in the future because it respresents more proportionally for Indonesian people. This simple probability scoring system can help clinicians to predict OASIS during delivery process so it may reduce the incidence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>