Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7327 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978
R 615.13 FOR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Washington DC: American Pharmaceutical Association, 1975
R 615.13 AME n
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina
"Kebutuhan akan obat tidak dapat terpisahkan dalam pelayanan kesehatan. Pada tahun 2011, konsumsi obat di Indonesia mencapai US 4.4 milliar dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Untuk menjamin pasien JKN mendapatkan pelayanan yang berkualitas, maka disusunlah Formularium Nasional agar menjamin obat yang digunakan aman, bermutu, berkhasiat dan cost effectiveness.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan obat sesuai formularium nasional dengan mutu pelayanan pasien JKN di RS Hermina Jatinegara. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain Cross Sectional. Penelitian ini menggunakan 96 sampel pasien JKN di Instalasi Rawat Jalan dan 96 obat yang diresepkan untuk pasien JKN.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan obat sesuai formularium nasional mencapai 64,60. Dari 96 sampel, sebesar 77,10 responden menilai mutu pelayanan sudah baik. Berdasarkan uji Mann Whitney, diperoleh nilai signifikan 0,009 P Value < 0.05.

The necessity of medicine cant be separated from healthcare. In 2011, Indonesian medicine consumption reaches US 4,4 billion and goes up every year. To ensure national health insurance patients getting good service quality, National Formulary is made to guarantee the medicine is safe, excellent, nutritious, and cost effective.
The aim of this study is to find out the relation of medicine usages corresponding national formulary with service quality of national health insurance patients in Hermina Jatinegara Hospital. The nature of this study is quantitive with cross sectional design. This study uses 96 samples of national health insurance patients in Outpatient Installation and 96 medicines prescribed for national health insurance patients.
The result shows that the usages of medicine corresponding national formulary reach 64,60. From 96 samples, 77,10 of respondens rate service quality of Pharmacy Installation is already well. According to Mann Whitney test, obtained 0,009 P Value 0,05.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusy Sumarwatih
"Rumah sakit adalah salah satu penyelenggara yang harus memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan demi tercapainya upaya Pembangunan Nasional yaitu hidup sehat bagi setiap penduduk.
Dalam penyelenggaraannya rumah sakit tidak terlepas dan kebutuhan akan penyediaan dan pemakaian obat-obatan yang berkualitas dan rasional. Pemakaian obat-obatan yang rasional dan berkualitas diatur dalam sistem formularium dimana obat-obatan yang dipakai terdapat dalam buku formularium.
Di Rumah Sakit Umum Serang buku formularium sudah mengalami revisi dua kali yaitu pada tahun 1999 dan 2003 tetapi dari hasil survey resep di Instalasi Farmasi dari bulan Januari sampai Desember 2001, clan 1.119 resep berisi obat di luar formularium sebanyak 15% dan dan bulan Januari sampai Mei tahun 2003 dari 1.017 resep berisi obat di luar formularium sebanyak 9 %. Ditambah dengan hasil wawancara dengan beberapa dokter, Direksi, Komite Medik serta Sub Komite Farmasi dan Terapi mengindikasikan bahwa masih ada dokter yang tidak menuliskan obat sesuai formularium, ketaatan dokter terhadap pelaksanaan formularium masih kurang, belum ada pengawasan serta evaluasi tentang formularium di Rumah Sakit Umum Serang. Oleh karena itu perlu diketahui sistem formularium yang sesuai untuk diterapkan di Rumah Sakit Umum Serang.
Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan meneliti dan memperhatikan hal yang terkait dengan pelaksanaan formularium. Dengan mempergunakan data sekunder sebagai data awal dan kemudian dikembangkan melalui wawancara mendalam maka didapatkan hasil penelitian buku formularium yang ada cukup informatif dan dirasakan bermanfaat tetapi cukup tebal sehingga perlu dibuatkan dalam bentuk poket. Sedangkan pemahaman Dokter mengenai penerapan formularium sudah baik tetapi belum dapat melaksanakannya sehingga perlu adanya pengawasan disertai dengan sistem reward dan punishment. Peran Komite Medik, Sub komite Farmasi dan Terapi serta Instalasi Farmasi belum optimal sehingga perlu ditingkatkan pelaksanaan tugas pengawasan, pelaporan dan evaluasi. Komitmen dan unsur terkait perlu ditingkatkan. Selain itu perlu dibuat penetapan tugas beserta uraiannya yang jelas bagi Komite Medik, Sub Komite Fannasi dan Terapi serta Instalasi Farmasi disertai peningkatan pengarahan dan pengawasan dalam pembuatan, pelaksanaan pelaporan dan evaluasi dalam sistem forrularium.
Oleh karena itu untuk pemberlakuan formularium maka perlu ada regulasi oleh Rumah Sakit Umum Serang yang kemudian disosialisasikan dan diinformasikan kepada semua pihak yang terlibat.
Daftar bacaan : 44 buah (1984 - 2442)

Formulary System Analysis in Serang Public Hospital A hospital is one of the institutions that has to provide an integrated and sustainable health service to uphold the national development, which is providing a healthy life for every citizen. Hospital cannot be separated with its necessity to provide medicine that has good quality and rational in its use. This good quality and rational use of medicine is formulated in a formulary system in which all the medicine used are listed in a formulary book.
Serang Public Hospital revised the formulary book in 1999 and in 2003. From the survey conducted by the pharmaceutical division from January-December 2001, 15% from the 1,119 prescriptions were prescriptions with medicine that were not listed in the formulary book. The January-May 2003 survey found that 9% of the 1,017 prescriptions were filled with unlisted medicine. This result was confirmed by the interview held with some doctors, Board of Directors, Medical Committee and Pharmaceutical and Therapeutic Sub Committee indicating that there were some doctors who prescribed medicine outside of the formulary. The discipline of doctors in prescribing formulary medicine was still low and there hasn't been any actions done to supervise and evaluate the implementation of formulary system.
Due to that, the appropriate formulary system for Serang Public Hospital should be identified further. A qualitative research was carried out by checking and evaluating the component link towards the implementation of the formulary system. Using secondary data as the preliminary data combined with the in depth-interviews, the research revealed that the implementation of the formulary system has yet reach an optimum level as a good enough information and useable, but the formulary system shall be made in a pocket book. Actually The Doctors have been understood about the formulary system but in the fact that some of them have not been implemented seriously. The formulary system can be implemented with strong enough supervision, evaluations and good reporting system and than followed using reward and punishment system.
The Medical Committee, Pharmaceutical and Therapeutic Sub Committee and Pharmacy Installation are responsible for those supervision, evaluation and reporting. And also the important one is they should know their duties and responsibilities and always continuously improves their competencies by training or directions to maintain their commitment.
To implement the formulary system, the hospital should create a regulation and socialized it to all related individuals.
Bibliography : 44 (1981 -2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2011
615.321 FOR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Papilaya, Johan
"Formularium Rumah Sakit merupakan suatu daftar obat baku beserta peraturan-peraturannya yang digunakan sebagai pedoman dalam pemakaian obat di suatu rumah sakit yang dipilih secara rasional, berdasarkan informasi obat yang sahih dan sesuai kebutuhan pasien di rumah sakit.
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi yang merupakan rumah sakit kelas C dengan kapasitas tempat tidur 112 buah, dan mempunyai tenaga dokter spesialis di empat bagian dasar maupun unit-unit lainnya. Komite Farmasi dan Terapi yang terbentuk sejak 1989 telah berhasil membuat Formularium Rumah Sakit yang merupakan salah satu tugas dari komite tersebut.
Kenyataan yang ditemukan menunjukan bahwa Formularium Rumah Sakit ini belum digunakan secara optimal seperti terlihat di unit rawat jalan empat besar yaitu unit bedah, kesehatan anak, kebidanan dan penyakit kandungan serta unit penyakit dalam. Ditemukan 54,25 % resep antibiotik dan 59,91 % macam antibiotik serta 46,7 % resep analgetik dan 49,2 % macam analgetik yang menyimpang dari Formularium Rumah Sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang berhubungan dengan penggunaan Formularium Rumah Sakit di unit rawat jalan RSUD Bekasi dan upaya peningkatan penggunaannya. Penggunaan Formularium Rumah Sakit diukur dengan prosentase penggunaan antibiotik dan analgetik karena kedua macam obat inilah yang paling sering ditulis dokter dalam prakteknya.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan responden sebanyak 36 orang yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis maupun dokter gigi. Dengan melakukan wawancara dan pengisian kuesioner dicarilah hubungan variabelvariabel yang diduga secara teeri maupun empiris berhubungan dengan penggunaan Formularium Rumah Sakit.
Dengan uji chi-square dan uji korelasi Pearson's didapati 2 variabel mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik, sedangkan 7 variabel lainnya tidak terbukti mempunyai hubungan bermakna secara statistik.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa lama kerja dokter berhubungan dengan penggunaan analgetik dan ada tidaknya buku petunjuk yang informatif berhubungan dengan penggunaan antibiotik 'sesuai Formularium Rumah Sakit. Sedangkan variabel lainnya yaitu: umur dokter, pendidikan, pengetahuan dokter, sikap dokter, ketersediaan obat, kepercayaan dokter, dan komunikasi dokter tidak berhubungan dengan penggunaan anatibiotik maupun analgetik sesuai Formularium Rumah Sakit. Korelasi tertinggi antara variabel babas dan variabel terikat terdapat pada variabel komunikasi dokter dengan penggunaan analgetik sedangkan yang terendah antara umur dokter dengan penggunaan antibiotik.
Disarankan agar diterbitkan buku petunjuk penggunaan Formularium Rumah Sakit yang berukuran saku bagi tiap dokter di RSUD Bekasi, dan Formularium perlu direvisi secara berkala disesuaikan dengan pola penyakit dan kemajuan industri farmasi. Disarankan pula agar Komite Farmasi dan Terapi perlu ditingkatkan perannya sebagai penyebar informasi tentang Formularium Rumah Sakit dan evaluasi secara periodik terhadap penggunaannya perlu dilaksanakan untuk menilai kepatuhan penggunaan Formularium Rumah Sakit tersebut.

Hospital Formulary is a list of raw drugs and its regulations used as a directive in medicines usage at rationally elected hospital, in accordance with genuine medicines information and in line with patients requirements at hospital.
The research id conducted at Regional General Hospital Bekasi which is made up C-level hospital with 112 beds capacities, and consist of. medical specialist in four ground part units and other units. Pharmacy and Therapy Committee which was formed since 1989 is succeed to create Hospital Formulary which constitutes one of the committee task.
The fact that the Hospital Formulary has not optimally used as shown in four big part of outer treatment unit, that is in surgical operation unit, children health, obstetry and gynecology unit and internal decease units as well. It is found 54,25 %, of antibiotic prescription, 59,91 % sort of antibiotics, 46,7 % analgesics prescription and 49,2 % sort of analgesics which deviates from Hospital Formularium.
The purpose of this research is to identify any factors related to Hospital Formulary usage at outer treatment unit Regional General Hospital Bekasi and an effort to improve the usage. Hospital Formularium usage is measured with antibiotic and analgetic prosentage usage since the two kind of medicines are frequently recommended by doctor in their practicing.
This research type is analytic descriptive with total respondents is 36 people which consists of general practice, specialist and dentists. Conducting some interviews and filling questioners the variables are founded which is estimated theoretically or empirically have to do with Hospital Formularium usage.
By means of chi-square and Pearson's correlation test, it is found out 2 variables which significant correlation statistically each other, while other 7 variables proved no significant correlation statistically.
This research concludes that the length of doctor working is in line with analgetic usage and no informative guidance books as the antibiotic usage up to Hospital Formulary. While other variables are : doctor's age, education, doctoral's knowledge, doctor behavior, drugs supply, doctor belief and communication do not have to do both with anti-biotic usage and analgetic in accordance with Hospital Formularium. The highest correlation between free variable and unfree variable existed on doctor communication variable with analgetic usage while the lowest is doctor's age with antibiotic usage.
It is recommended to publish a pocket directive book concerning Hospital Formulary usage for every doctors at Regional General Hospital Bekasi, and the formulary has to be revised periodically which is corresponded with diseases types and the advanced of pharmacy industry. It is suggested also that Pharmacy and Therapy Committee plays more import-ant roles as an information disseminator regarding Hospital Formularium and does periodic evaluation on its usage to appraise the Hospital Formulary usage disciplines.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Irawati
"Langkah awal untuk memperbaiki kinelja, program monitoring efek samping obat (MESO) harus mengembangkan perencanaan program yang sesuai dengan visi dan misi Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi yang tertuang pada Perencanaan Program MESO Nasional Tahun 2003-2007. Untuk dapat menyusun perencanaan program MESO, dilakulkan penelitian operasional dengan analisis data kualitatif berupa metode wawancara mendalam dan analisis data kuantitatitj dibantu dengan peramalan. Teknik penyusunan perencanaan dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama meliputi peninjauan visi dan misi Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi, analisis lingkungan eksternal dan intemal program MESO, evaluasi faktor lingkungan esktemal dan intemal dengan menggunakan matriks EFE dan IFE. Tahap kedua meliputi penetapan tujuanjangka panjang program MESO sarnpai tahun 2007 dan penctapan altematif kebijakan operasional dengan menggunakan matriks SWOT dan IE. Pada tahap ketiga dilakukan penetapan kebijakan operasional terbaik menggunakan matriks QSPM. Selanjutnya ditentukan kegiatan, termasuk tujuan, indikator dan pembiayaan yang sesuai bagi posisi program MESO.
Dari hasil penelitian, pada pemilihan altcmatif kebijakan operasional berdasarkan hasil dari matriks IE, memperlihatkan posisi program MESO pada kuadran V yang berarti strategi yang disarankan pada posisi Hold and Maintain dengan strategi yang dianjurkan adalah slntegi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam memanfaatkan peluang yang ada, program MESO harus mengatasi kelemahan karakteristik intemal. Strategi yang dapat dilakukan adalah rneningkatkan sosialisasi kepada tenaga kesehatan, meningkatkan kemitraan dengan Panitia Fannasi dan Terapi di rumah sakit, meningkatlcan efektilitas sistem monitoring, pembenahan manajemen, sosialisasi ke masyarakat, mcningkatkan penelusuran inforrnasi efek samping obat intemasional dan mengembangkan sistem reward. Untuk implementasi program disarankan agar terlebih dahulu melakukan advokasi kepada pihak pengambil keputusan, untuk selanjutnya perencanaan program ini disosialisasikan kepada seluruh pimpinan dan staf yang terkait dengan program MESO.

In order to improve its perfonnance, adverse drug reaction monitoring program should initially develop adequate planning program, which is in accordance with vision and mission of the Directorate of Drug and Biological Product Evaluation. Activities of this program should be compiled in a document called National Monitoring, of Adverse Drug Reaction Planning Program Year 2003 - 2007. Therefore, the aim of this study was to formulate the plan using operational research approach with qualitative data analysis method such as indepth interview and observation as well as quantitative data analysis. The study was conducted in three stages, in which the iirst stage covers vision and mission development as well as internal and extemal analysis. On the second stage, the decision makers (using Concensus Decision Making Group process) determined long term objectives until 2007 and determined operational policy which was obtained from SWOT and IE analysis. On the third stage, the best operational policy was determined by QSPM. Furthcnnore, activities including goals, indicators and budget were indentitied.
The result of the study indicates that adverse drug reaction monitoring program can be seen in the filth quadrant of IE matrix, hence it can be advised to use Hold and Maintain Strategy with market penetration and product development.
It was concluded that, in improving adverse drug reaction monitoring program any opportunities should be made use of, while intemal capability should' be strengthened. To achieve the objective of the program, some strategies should be improved among others sosialization of the program to health providers, cooperation with Pharmacy and 'Therapeutic Committee at hospital, improving cffectivity of monitoring system, management improvement, sosialization/marketing effort to community and updating infomiation on adverse drug reaction from intemational sources. In addition, reward system should also be developed. To implement the program, it is recommended to advocate the decision makers initially, furthermore the planning program should be socialized to all of managers and staff involve in adverse drug reaction monitoring program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T3178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Depkes , 2006
616.995 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2005
616.995 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 2000
616.995 IND pe
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>