Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88865 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andy Yasier Mayasa
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran lembaga bimbingan belajar sebagai lembaga pendidikan non formal dalam proses reproduksi sosial yang mengkonstruksi pola stratifikasi sosial pada masyarakat. Penelitian ini menggunakan kerangka teori mengenai reproduksi sosial melalui bidang pendidikan. Untuk memahami proses reproduksi sosial tersebut, penelitian ini menggunakan konsep Equality of Educational Opportunity yang dikembangkan oleh Schiefelbein dan Farrell. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi. Peneliti mengumpulkan data secara langsung pada objek penelitian karena berperan sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lembaga pendidikan non formal berkontribusi dalam proses reproduksi sosial karena secara tidak langsung menciptakan perbedaan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Kemudian lembaga pendidikan non formal memberikan hal-hal yang tidak didapatkan oleh siswa dari sekolah. Adanya hal-hal tersebut yang menyebabkan lembaga pendidikan non formal dapat menciptakan siswa-siswa yang lebih unggul dalam prestasi belajar.

ABSTRACT
This research was conducted to understand how the tutoring institution’s role as non formal education institutions in the process of social reproduction, that affect the construction of social stratification’s pattern in society. This research uses theoretical framework about social reproduction through the field of education. To understand the process, this research uses Equality of Educational Opportunity concept that developed by Schiefelbein and Farrell. This research uses qualitative approach by the method of in-depth interview and observation. Researcher collect data directly on the object of research, cause the researcher act as an instrument of data collecting.
The result of this study indicate that non formal educational institution contribute to the process of social reproduction. It cause, the non formal educational institution in-directly create the inequality of access for society to get a good education. Then, non formal education institution give things that not granted by school.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Yoga Petrisoma
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang fenomena Labelling dan Self-Fulfilling Prophecy dalam pengelompokan peserta didik di lembaga pendidikan non-formal. Dari segi pendidikan, pengelompokan tersebut sangat baik dilakukan karena menunjang proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Akan tetapi menurut beberapa penelitian di sekolah formal, dibalik pengelompokan peserta didik, muncul beberapa fenomena seperti adanya Label negatif terhadap kelompok peserta didik tertentu, serta menjadikan mereka memiliki prediksi konsep diri yang negatif sebagai akibat dari pengelompokan Peserta didik. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya pro dan kontra di kalangan akademisi terkait konsep pengelompokan peserta didik. Hasil penelitian menunjukan bahwa ternyata, Labelling dan Self-Fulfilling Prophecy memang terdapat pada pengelompokan peserta didik di lembaga pendidikan non-formal. Namun hal tersebut tidak terlalu memiliki pengaruh negatif terhadap konsep diri peserta didik, seperti yang sudah di prediksi sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukan terdapat beberapa dimensi lain yang mempengaruhi bekerjanya Label dan Self-fulfilling Prophecy dalam mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. dimensi tersebut antara lain adalah kohesivitas kelompok, significant other dan motivasi diri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data wawancara dan observasi. Penelitian ini akan mendeskripsikan seperti apa proses Labelling dan Self-Fulfilling Prophecy yang terjadi ketika peserta didik dikelompokan atas dasar kemampuan akademis di lembaga pendidikan non-formal.

ABSTRACT
This study discusses the phenomenon of Labelling and Self-Fulfilling Prophecy in the grouping of students in non-formal educational institutions. In terms of education, the grouping is very well done because support the learning process becomes more effective. However, according to some research in formal school, behind the grouping of learners, appeared some phenomena such as the presence of negative labels to specific groups of learners, as well as making them have a negative self-concept predicted as a result of the grouping Learners. This is what causes the pros and cons of academics related concept of grouping students.
The results showed that in fact, Labelling and Self-Fulfilling Prophecy are contained in the grouping learners in non-formal educational institutions. But it is not too have a negative influence on the concept of self-learners, as they had in previous predictions. The results showed there are several other dimensions that affect the operation of Label and Self-fulfilling Prophecy in influencing the motivation of learners. The dimensions include the cohesiveness of the group, significant other and self-motivation. This study used a qualitative approach and data collection methods interviews and observation. This study will describe what Labelling and Self-Fulfilling Prophecy process, which occurs when learners are grouped on the basis of academic skills in non-formal educational institutions.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S62127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Fitra Utama
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Albina Rosalina
"Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara kurikulum terselubung dengan modernitas individu di lembaga pendidikan non formal dan lembaga pendidikan formal serta perbedaan kemampuan/efektivitas kedua lembaga pendidikan tersebut dalam menanamkan modernitas bagi pesertanya. Adapun yang menjadi alasan dari penulis mengkaji topik di atas adalah mengingat nilai modernitas masih dan tetap dibutuhkan oleh setiap individu untuk dapat bertahan di era industrialisasi dan globalisasi ini.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan noneksperimen yang berbentuk korelasi dan komparasi. Pengumpulan datanya melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden yaitu peserta pelatihan program setara D1 kejuruan Elektronika di BLKI Pasar Rebo dan mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Kejuruan Elektronika Semester 2. Teknik samplingnya adalah sampel jenuh dengan jumlah responden 36 orang peserta pelatihan dan 80 orang mahasiswa.
Masalah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah: (1) adakah hubungan kurikulum terselubung dengan tingkat modernitas individu di lembaga pendidikan non-formal?; (2) adakah hubungan kurikulum terselubung dengan tingkat modernitas individu di lembaga pendidikan formal?; (3) apakah ada perbedaan yang signifikan antara tingkat modernitas individu di lembaga pendidikan non-formal dengan tingkat modernitas individu di lembaga pendidikan formal pada periode waktu belajar yang sama?.
Hasil analisis data memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan antara kurikulum terselubung dengan tingkat modernitas individu di lembaga pendidikan non-formal, dimana skore r = 0,165, dan r2 = 0,027. Dari hasil uji t persamaan regresi Y = 158,736 + 0,275X didapatkan hasil bahwa koofisien konstanta 158,736 sangat signifikan sedangkan koefisien b = 0,275 tidak signifikan. Selanjutnya, dari uji F didapatkan hasil bahwa persamaan regresi di atas tidak signifikan pada a = 0,05.
Hasil analisis data memperlihatkan bahwa ada hubungan antara kurikulum terselubung dengan tingkat modernitas individu di lembaga pendidikan formal meskipun kekuatan hubungan tersebut cenderung rendah,
dimana r = 0,263 signifikan pada a = 0,05 sedangkan r2 = 0,069. Dari hasil uji t persamaan regresi Y = 150,073 + 0,377X didapatkan hasil bahwa koefisien konstanta 150,073 sangat signifikan sedangkan koefisien b = 0,377
signifikan pada a = 0,019. Dari uji F didapatkan hasil bahwa persamaan regresi di atas signifikan pada a = 0,019.
Hasil uji Z menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat modernitas individu di lembaga pendidikan non-formal dengan di lembaga pendidikan formal pada waktu belajar yang sama (2 semester). Perhitungan statistik memperlihatkan hasil Zo = 0,1038 dan Z tabel = 1,96 pada a = 0,05 maka Zo berada di daerah penerimaan Ho.
Pada lembaga pendidika formal ditemukan bahwa dimensi kurikulum terselubung: sikap guru yang tidak diskriminatif memiliki hubungan yang signifikan dengan dimensi modernitas: keterbukaan dan kesediaan untuk menerima perubahan social; selanjutnya kegiatan ekstrakulikuler berhubungan dengan aspirasi pekerjaan."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rieuwpassa, Patrick Abraham
"Skripsi ini membahas tentang pemenuhan kecakapan hidup (life skill) anak jalanan yang dilakukan oleh program Pusat Kegiatan Anak (PKA). penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam memberikan kecakapan hidup pada anak jalanan perlu memenuhi 4 aspek keterampilan yaitu keterampilan personal, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional. Pihak PKA juga harus mempertimbangkan beberapa faktor yang dapat menunjang pemenuhan kecakapan hidup bagi anak jalanan.

This study discusses the fulfillment of life skills (life skills) were carried out by the street children program Pusat Kegiatan Anak (PKA). This research is a descriptive qualitative research design. The results of this study revealed that providing life skills to street children need to meet four aspects, there are a personal skills, social skills, academic skills, and vocational skills. PKA should also consider some factors that can support the fulfillment of life skills for street children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S53819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Andriyanto Tri Saputra
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai reproduksi kesenjangan sosial di institusi pendidikan dengan menggunakan kerangka pemikiran Pierre Bourdieu. Dari studi-studi sebelumnya, reproduksi kesenjangan sosial di ranah pendidikan mengakibatkan adanya klasifikasi kelas sosial atas kepemilikan modal budaya pengetahuan dan gaya hidup . Dalam artikel ini, penulis ingin menelaah reproduksi kesenjangan sosial yang tidak hanya terlihat pada kepemilikan modal budaya, tetapi juga pada kepemilikan modal sosial dan simbolik. Argumentasi tulisan ini adalah reproduksi kesenjangan sosial terjadi ketika kelas atas, dengan habitus dan modal dominan yang dimilikinya, akan mudah terakumulasi dalam mendapatkan modal budaya, sosial, simbolik dibandingkan kelas bawah. Fokus artikel ini adalah melihat reproduksi kesenjangan sosial di jenjang perguruan tinggi karena penulis memiliki asumsi bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin terlihat bentuk reproduksi kesenjangan sosialnya. Dengan menggunakan metode kualitatif, artikel ini berusaha mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah informan, yaitu mahasiswa FISIP UI, terhadap berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan fenomena atau konsep reproduksi kesenjangan sosial.

ABSTRACT
This article discusses the reproduction of social inequalities in educational institutions using the framework of Pierre Bourdieu. From previous studies, the reproduction of social inequalities in the realm of education led to the classification of social classes over the ownership of cultural capital knowledge and lifestyle . In this article, the authors wish to examine the reproduction of social inequalities not only seen in the ownership of cultural capital, but also on the ownership of social and symbolic capital. The argument of this paper is that reproduction of social inequality occurs when the upper classes, with their dominant habitus and capital, will easily accumulate in obtaining cultural, social, symbolic capital rather than the lower classes. The focus of this article is to look at the reproduction of social gaps in college because the author has the assumption that the higher the level of education, the more visible the form of reproduction of social inequality. Using qualitative methods, this article attempts to describe the general meaning of some informants, FISIP UI students, to their various life experiences related to the phenomenon or concept of reproduction of social inequality."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Resha Fitriandina
"Artikel ini membahas tentang upaya Sekolah Master (Masjid Terminal) Depok melalui program pendidikan nonformal dalam pemberdayaan anak dhuafa. Studi sebelumnya banyak yang meneliti terkait pemberdayaan anak dhuafa melalui pendidikan informal karena dianggap penting adanya peran keluarga (orangtua) dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Berbeda dengan studi-studi sebelumnya, peneliti pada penelitian ini berargumen bahwa dalam melakukan pemberdayaan anak dhuafa perlu untuk melihat dari aspek pendidikan nonformal seperti pelatihan keterampilan, agar setelah mengikuti program tersebut kapasitas keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki anak dhuafa dapat mengalami perubahan untuk kebutuhan kerja dan memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif, dengan metode pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya atau proses yang dilakukan oleh Sekolah Master dalam memberdayakan anak dhuafa yaitu melalui program pelatihan kewirausahaan.
This article discusses the efforts of the Depok School of Master (Masjid Terminal) through non-formal education programs in empowering poor people.  Previous studies have examined the empowerment of poor children through informal education because it is considered important to have the role of family (parents) in the growth and development of children.  In contrast to previous studies, researcher in this study argued that in empowering poor people it is necessary to look at aspects of non-formal education such as skills training, so that after the program the capacity of the skills and knowledge possessed by underprivileged children can change to work requirements and improve conditions family economy.  The research approach used in this research is qualitative, with data collection methods in the form of in-depth interviews and observations. The results of the study show that the efforts or processes carried out by the Master School in empowering the poor are through entrepreneurship training programs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>