Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105711 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, 1985
693.852 IND c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1983
693. 852 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Teddy Boen
Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984
693.852 TED d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Dzulfikar
"Struktur flat plate pada wilayah gempa tinggi di Indonesia masih jarang digunakan karena lemah terhadap geser pada sambungan kolom-slab. Dengan demikian dalam melakukan perencanaan struktur flat plate pada wilayah gempa tinggi harus dikombinasikan dengan sistem struktur penahan beban lateral yaitu kombinansi dinding geser struktural khusus dan perimeter frame SRPMK. Struktur flat plate hanya didesain sebagai struktur penahan beban gravitasi. Hubugan kolom-slab harus memiliki kapasitas untuk mampu mengikuti deformasi yang telah diperbesar oleh faktor defleksi Cd akibat beban gempa. Proporsi dimensi kolom akan menentukan besarnya gaya lateral yang diterima oleh kolom tersebut. Semakin kecil dimensi kolom maka semakin kecil gaya lateral yang diterima oleh kolom tersebut. Pada wilayah gempa menengah struktur flat plate dapat digunakan sebagai bagian dari sistem penahan beban lateral. Dalam perencanaan ini struktur flat plate dimodelkan sebagai equivalent slab-beam yang merupakan bagian sistem rangka pemikul momen menengah. Sistem penahan beban lateral pada perencanaan pada wilayah gempa menengah merupakan kombinasi dari dinding geser struktural khusus, perimeter frame SRPMM dan slab-column frame SRMM . Dari hasil analisa didapatkan bahwa jika perencanaan mengikuti kaidah perencanaan tersebut maka flat plate dapat digunakan pada wilayah gempa tinggi dan menengah dan struktur masih bersifat daktail.

Flat plate structure for high seismic risk region in Indonesia is not commonly used because it has high risk on shear failure on the slab column connection. Therefore the building design in high seismic risk region should be combined with lateral resisting system, a dual system combining shearwall and perimeter frame SMRF . Flat plate structure is only designed as gravity resisting system. Slab column connection should have capacity to follow the bigger deformation by deflection factor Cd caused by lateral force. The proportion of the interior column dimension would determine the amount of lateral force received. The smaller the column dimension, the smaller the lateral force accepted by the column itself. In an region with medium seismic risk, flat plate structure can be used as component to resist lateral force. In this kind of design, flat plate is modeled as equivalent slab beam which also a part of slab column moment frames. Lateral resisting system component in the medium seismic risk region is a combination of shear wall and slab column moment frames IMRF . From this design, the writer found that if the design follow the guidelines plan, the flat plate can be used both in high seismic risk region and medium seismic risk region and structure is still ductile.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Amir
"Pelaksanaan pembangunan gedung-gedung bertingkat banyak merupakan salah satu altematif di dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat akan ruang untuk hunian maupun untuk layanan kegiatan bisnis. Hal ini berkaitan erat dengan keterbatasan lahan yang ada dan sejalan dengan kemajuan teknologi di bidang bahan konstruksi dan rekayasa struktur bangunan.
Di dalam perencanaan struktur bangunan bertingkat banyak ini, perlu perlu diperhatikan besamya simpangan pada bangunan tinggi akibat gaya-gaya lateral yang belcerja. Simpangan yang terjadi dapat menyebahkan efek P-Delta yang dapat menimbulkan lcetidakstabilan pada struktur bangunan yang telah direncanakan.
Efek P-Delta adalah pembesaran pengaruh gaya al-zsial (P) yang belcerja clalam kolom-kolom akibat membesarnya eksentrisitas gaya-gaya aksial tersebut karena adanya simpangan sejauh delta pada struktun Pembesaran pengaruh ini berupa pertambahan momen pada ujung kolom.
Peraturan gempa yang berlaku di Indonesia yaitu Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung (PPKGURG) 1987 memberikan batasan simpangan antar tingkat dan perbandingan antara simpangan antar tingkat dengan ketinggian tingkat yang maksimum dengan maksud untuk membatasi pertambahan momen tersebut.
Di dalam penulisan Skripsi ini akan dianalisa persentase pertambahan mornen dan pertambahan simpangan antar tingkat akibat efek P-Delta karena pengaruh pembebanan gaya lateral gempa yang terjadi pada enam buah model stmlctur portal bertingkat banyak dengan batasan simpangan maksimum yang diber1kan_ Perhitungan yang digunakan adalah analisa dua dimensi dengan metode iterasi dengan menggunakan alat bantu komputer dan perangkat lunak program SAP90 versi 5.4.
Dari hasil perhitungan ini kita dapat melihat apakah pembatasan simpangan lateral ini berpengaruh pada pendimensian kolom dan dapat disimpulkan apakah efek P-delta harus diperhitungkan di dalam perencanaan struktur gedung beningkat banyak mengacu pada hasil yang didapat dari empat buah model tersebut sebagai masukan untuk penyempurnaan peraturan gempa yang berlaku."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Nugraha Hafiiz
"Sistem struktur Special Moment Resisting Frame (SMRF) beton bertulang umum diterapkan karena komponennya lebih sederhana dan memiliki kapasitas disipasi energi gempa yang cukup besar melalui mekanisme pembentukan sendi plastis. Namun, karena beban lateral (beban angin dan beban gempa) ditahan dengan mengandalkan kekuatan dan kekakuan portal utama, dibutuhkan dimensi struktur yang besar sehingga kurang ekonomis. Untuk meningkatkan kekakuan lateral struktur dan memperkecil dimensi portal utama struktur, SMRF kemudian dilengkapi pengaku berupa bresing konsentris. Namun, bresing pada Concentric Braced Frame (CBF) hanya mampu mencapai kondisi plastis pada pembebanan tank dan akan mengalami kegagalan tekuk pada pembebanan tekan. Kegagalan ini menyebabkan buruknya disipasi energi gempa dan menjadi pemicu keruntuhan struktur karena menurunnya kekakuan struktur secara tiba-tiba. Buckling-Restrained Braces (BRB) yang terdiri atas baja inti yang diselimuti casing baja berisi beton mampu mencapai kondisi plastis baik akibat tarik maupun tekan. Hal ini memungkinkan struktur memiliki kapasitas disipasi energi gempa yang besar. Terpisahnya bresing -tempat terbentuknya sendi plastis- dari struktur utama memberikan fleksibilitas dalam perbaikan akibat gempa sedang/besar. Selain itu, BRB juga dapat ditambahkan pada gedung existing untuk meningkatkan kinerjanya (retrofit) terhadap beban gempa.
Studi ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas penggunaan BRB pada struktur gedung beton bertulang dengan cara membandingkan kinerja SMRF dan BRBF yang didesain sesuai ketentuan perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung di Jakarta. Struktur yang dianalisis adalah struktur portal geser dua dimensi ekivalen dengan variasi 5,10, dan 20 tingkat. Berdasarkan hasil studi, penggunaan elemen BRB dapat dinilai efektif dalam mereduksi massa struktur, mereduksi periods alami fundamental, serta mereduksi simpangan puncak dan drift antartingkat. BRB juga efektif dalam meningkatkan ketahanan struktur terhadap gempa besar yang melampaui kekuatan gempa rencana. Namun demikian, elemen BRB kurang efektif dalam menyediakan kapasitas disipasi energi gempa yang besar akibat beban gempa rencana. Elemen ini belum dapat berperilaku plastis seperti yang diharapkan sehingga pada kondisi ini disipasi energi gempa justru lebih dominan dihasilkan oleh redaman modal. Elemen BRB baru dapat dinilai efektif dalam mendisipasi energi gempa pada kondisi gempa besar.

Reinforced concrete Special Moment Resisting Frame (SMRF) is commonly used because the components are simpler and it can provide big capacity of seismic energy dissipation trough plastic hinge formation. However, because the lateral loads are supported by relying on primary frame's strength and stiffness, large dimension of structure is required and it makes the structure less economical. In order to increase lateral stiffness and to reduce dimension of the primary frame, SMRF then equipped with concentric braces. But, the conventional concentric brace is only capable to achieve plastic 'condition in tension loading and it will be buckled in compression loading. This failure causes poor seismic energy dissipation and trigger structure collapse caused by sudden stiffness degradation. Buckling-Restrained Brace (BRB) which consists of steel core covered by concrete-filled steel tube is able to achieve plastic condition either in tension or in compression loading. This enables structure to have bigger capacity of seismic energy dissipation. BRB -where plastic hinge is formed- is separated from the primary structural frame, there for it gives more flexibility in repairs due to severe earthquake. Beside that, this element also can be applied in existing structure in order to gain better seismic performances.
This study evaluated the effectiveness of BRB in reinforced concrete building structure by comparing seismic performances of SMRF and BRBF which were seismically designed in Jakarta. The structures analyzed were two dimensional shear frames with 5,10, and 20 stories. Based on the results, BRB application is effective in reducing structure mass, reducing fundamental natural period, and reducing roof displacement and interstory drift. BRB is also effective in increasing structure's endurance concerning earthquake exceed seismic design. Nevertheless, BRB element is less effective in providing a great portion of seismic energy dissipation caused by designed earthquake. This element has not been able yet to have plastic behavior as expected, so in this condition modal damping precisely provides dominant seismic energy dissipation. BRB element is just able to provide greater portion of seismic energy dissipation in severe earthquake.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cillius Adrianto
"ABSTRAK
Isolasi seismik adalah merupakan salah satu cara dari banyak cara yang
digunakan untuk mengurangi pengaruh gaya gempa pada bangunan. Prinsip utama dan
bekerjanya isolasi seismik adalah menggeser periode bangunan daerah yang gaya
gempanya dominan ke daerah yang gaya gempanya kecil sehingga mengurangi
kerusakan yang dapat terjadi pada bangunan tersebut.
Sistem isolasi seismik secara umum dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu sistem
elastomeric bearings, sliding dan hybrid. Sistem elastomeric bearings terdiri dan
komponen-komponen yang bahannya sebagian besar terbuat dari karet clan sisanya
logam. Sistem mi mengisolasi struktur dari lendutan horizontal yang diakibatkan oleh
pergerakan tanah dengan cara membuat kekakuan yang rendah antara elemen-elemen
struktur atas dan pondasi. Sistem sliding bekerja berdasarkan asumsi bahwa tingkat
friksi yang rendah akan membatasi transfer gaya lintang melalui isolator, semakin
rendah koefisien friksi, semakin kecil gaya lintang yang ditransfer. Sistem mi dapat
dibentuk dari bermacam-macam bahan antara lain stainless steel dan teflon.
Sistem isolasi seismik mempunyai kelebihan dan kelemahan antara lain:
kelebihan:
1. memperkecil besarnya simpangan antar lantai (interstorey drift)
2. mengurangi percepatan maximum yang terjadi pada struktur
3. mencegah perambatan gaya gempa yang terjadi kepada struktur atas bangunan
sehingga dapat mengurangi persyaratan kekuatan elastis yang dibutuhkan oleh
elemen-elemen struktur bangunan
kekurangan:
1. lendutan yang tei:jadi besar
2. kemampuan struktur untuk menahan momen guling terutama akibat angin kecil
Dalam tesis mi dibahäs MrJ canaan baniiiah tahan gempa secara non-linier.
Non-linier dapat dibagi dalam dua bagian yaitu bahan dan geometri. Non-linier
geometri dapat dibagi dua yaitu lendutan besar-regangan kecil dan lendutan besarregangan besar. Metode penyelesaian dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain
analitik, pertubasi dan numerik.
Untuk melakukan perencanaan perlu ditentukan modelisasi yang akan
digunakan. Dalam tesis mi dibahas modelisasi bangunan dan isolator secara tiga
dimensi dan non-linier dengan mengasumsikan hanya 3 DOF yang terdapat pada
modelisasi mi.
Studi banding terhadap perencanaan bangünan dengan isolasi seismik dilakukan
berdasarkan referensi dan peraturan-peraturan yang berlaku serta cara-cara perencanaan
bangunan tahan gempa secara konvensional. Analisa respon bangunan dilakukan
dengan menggunakan program 3D-Basis Tabs sehingga perbandingan respon bangunan
konvensional dan isolasi seismik dapat dilakukan.
Hasil dari output program memperlihatkan bahwa lendutan, gaya geser,
percepatan, gaya dalam pada balok, dan gaya dalam pada kolom dapat dikurangi secara
berarti. Pengurangan yang paling besar teijadi pada lendutan yaitu kurang lebih 42%
sampai dengan 45%.
Pemakaian sistem isolasi seismik pada perencanaan bangunan tahan gempa
sesuai dengan trend yang sedang dikembangkan yaitu perencanaan bangunan tahan
gempa yang berdasarkan kinerja bangunan (performance base design).
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lagorio, Henry J.
New York: John Wiley & Sons, 1990
693.852 LAG e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Shantiago
"Pengamatan lerhadap hebempa gempa bumi yang telah keljadi di masa yang lalu telah membuka mata pikiran kita bahwa kerusakan yang lerjadi pada unsur-unsur non-slruktur akibat gempa bumi temyata menimbulkan kerugian yang lidak kalah besamya jika dibandingkan dengan kerugian akibat kerusakan pada struktur bangunan. Kelaiaian ini mungkin disebabkan oleh kurangnya penekanan dan pengetahuarl akan pentingnya unsur-unsur non-strukiur tersebut. lnformasi dan data-data kuaniitatif merlgenai kerusakan yang terjadi pada unsur-unsur non-struktur akibat gempa bumi serta kerugian yang ditimbulkannya masih sangat Iangka, sehingga masyarakal umum dan para perencana khususnya sering kali kurang memperhatikan hal ini dan mengabaikan usaha-usaha unluk memperkuat bagian-bagian yang kite sebut ?non-struktuf' ini. Semua ini bertujuan untuk memberikan sualu gambaran mengenai unsur~unsur non-struktur yang sering mengalami kerusakan-kerusakan polensial sewaklu lerjadi gempa bumi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>