Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151887 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Avie Rajanti Puteri
"Di dalam kebudayaan terdahulu, wanita selalu dianggap sebagai pihak yang minoritas. Kaum pria lah yang menjadi prioritas pertama, pemimpin dan pengambil keputusan. Kaum wanita tidak bisa bebas mengembangkan diri mereka, karena mereka juga dapat disebut juga sebagai kaum yang marjinal. Namun, pada abad ke-21, mereka mempunyai banyak kesempatan untuk mengutarakan pendapat mereka dan menjadi lebih punya kuasa. Perubahan peran gender dalam kehidapan berkeluarga dan bermasyarakat berhasil membawa dampak lahirnya emansipasi bagi kaum wanita. Makalah ini bertujuan untuk menunjukan bagaimana karakter wanita utama dalam film Blind Side mendobrak stereotip peran wanita dalam kedua ruang privat dan publik. Ada dua hal utama yang akan dirujuk oleh makalah ini. Pertama, wanita dalam ruang privat mempunyai kuasa untuk membuat keluarganya lebih baik dari sebelumnya tanpa melupakan perannya sebagai seorang ibu. Kedua, wanita dalam ruang publik mempunyai hak untuk menyuarakan pendapatnya dan mendapatkan posisi di tempat mereka bekerja.

In the traditional culture, women were always considered as the second sex. The first priority, the leader and the decision maker were always men. Women could not be free to explore themselves as a marginalized community. However, in the 21st century, they have more chances to point out their opinion and to be more powerful. The changing of gender role in the family and society leads the emancipation for them. This paper attempts to show how the main female character in film Blind Side breaks the stereotype of women’s role in both private and public spaces. There are two major points that this paper attempts to make. First, women in private space have the power to make the family better in their own way without forgetting the role as mothers. Second, women in public space have their rights to speak out and get the position at the office where they work.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Nisrina
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan karakter wanita di film-film orisinil Netflix. Ada beberapa gerakan perempuan yang telah muncul di industri film, namun masih banyak masalah mengenai peran perempuan di dalam industri ini. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis bagaimana karakter dan peran wanita sesuai jenis kelaminnya dan menggolongkannya ke dalam dua kategori, yaitu sifat maskulin dan feminin. Ppenelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif, yaitu analisis konten.

This paper is about the portrayal of women in Netflix Original movies. There have been several movements of women empowerment in the film industry, however some are inapparent as there are still numerous issues rising on women`s roles in the industry. Therefore, this study sheds light on how female characters behave in accordance to their gender and be interpreted into two categories, masculine and feminine traits. Based on Muted-Group Theory, this study was carried out by using a quantitative method on content analysis."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Inda Rizkiyah
"Film sebagai salah satu produk budaya berfungsi tidak hanya sebagai sebuah hiburan tetapi juga cerminan permasalahan yang terjadi dalam suatu lingkungan sosial. Fenomena mengenai isu perempuan kerap kali muncul dan dapat kita lihat melalui sebuah film. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana posisi perempuan digambarkan dalam film La Princesse de Montpensier karya Bertand Tavernier. Melalui film ini, dengan menggunakan latar ruang dan waktu Prancis abad ke-16, perempuan direpresentasikan sebagai sosok yang masih terbelenggu dalam berbagai situasi. Walau tidak lagi menjadi sosok yang pasif sepenuhnya, diskriminasi terhadap perempuan tampak jelas ditampilkan.

Film as one of the cultural products serve not only as an entertainment but also a reflection of the problems that occur in social environment. Phenomenon on woman issues often arise and can be seen through a film. This study aims to uncover how the position of woman portrayed in the film La Princesse de Montpensier by Bertand Tavernier. Through this film, sets in 16th century in France, women are portrayed as someone who is shackled in a variety of situations. Although no longer being entirely passive figure, discrimination over women clearly shown."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Dewi Kinarina Kaban
"American Hustle 2013 merupakan film Hollywood yang mana plot dan karakternya secara umum dibuat berdasarkan pada peristiwa operasi ABSCAM yang dilakukan oleh FBI di akhir tahun 1970. Akan tetapi, terdapat beberapa perubahan dalam penggambaran tokoh Sydney Prosser dan perannya di dalam film ini yang justru menghasilkan penggambaran Sydney Prosser versi modern yang mana sangat berbeda dari karakter tokoh dalam peristiwa sebenarnya. Oleh karena itu, makalah ini mencoba untuk membahas bagaimana penggambaran modern tokoh Sydney Prosser dan interaksinya dengan para tokoh utama pria yang justru menunjukkan adanya bias patriarki pada akhirnya menciptakan ambivalensi terhadap representasi perempuan dalam film ini dengan menggunakan pendekatan analisis kritis dan tekstual dalam kaitannya dengan teori representasi gender dan patriarki.

American Hustle 2013 is a Hollywood film whose plot and characters are generally based on the real story during the FBI ABSCAM operation. Nevertheless, several planned transformations in depicting Sydney Prosser and her role result in promoting modern image of her character which is quite different from the real one. Therefore, this paper attempts to discover how Sydney Prosser's image and her interactions with the male protagonists imply patriarchal biases which actually create ambivalences toward women's representation by using critical and textual analysis and the framework of gender representation and patriarchy. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Sekarningrum
"Perempuan di film Amerika masih mengalami representasi yang kurang tepat. Isu ini terdapat pada film Catch Me If You Can 2002 yang terkandung konsep objektifikasi perepuan di dalamnya. Dengan menganalisis beberapa adegan yang terdapat karakter perempuan dan terdapat konsep objektifikasi di dalamnya, dan memakai teori ldquo;Male gaze rdquo; Laura Mulvey dan teori penggambaran perempuan di media massa oleh Gaye Tuchman, artikel ini bertujuan untuk membahas bentuk dari objektifikasi perempuan dan posisi mereka yang ditampilkan di film ini. Artikel ini mengungkapkan bahwa mise-en-scene dari beberapa adegan di film ini dan karakterisasi dari karakter perempuan tertentu di film ini mengindikasikan penggambaran perempuan sebagai objek yang tidak berdaya.

Women in American film are still very much underrepresented. This includes in Catch Me If You Can 2002 movie that features a concept of women objectification. Through analyzing particular scenes that involve the and affirms the objectification concept, and using Laura Mulvey rsquo;s framework of ldquo;male gaze rdquo; and Gaye Tuchman rsquo;s ldquo;women depiction by mass media, rdquo; this article aims to examine the form of women objectification and their position portrayed in this movie. This article reveals that the mise-en-scene of selected scenes and the characterization of particular female characters in the movie indicate the portrayal of women as powerless objects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fildzah Sallina Putri
"Film merupakan media yang berpengaruh cukup besar bagi masyarakat dengan menyebarkan pengetahuan tentang berbagai isu. Pada film Butterfly on a Wheel, terdapat banyak petanda isu kesetaraan gender dan beberapa di antaranya memiliki keterkaitan dengan pandangan generasi muda Indonesia mengenai eksistensi ideologi gender yang dominan. Masyarakat dunia, khususnya mayoritas di Indonesia, masih meyakini bahwa kaum pria selalu lebih unggul dibandingkan kaum wanita. Pria cenderung melakukan pekerjaan yang bersifat logis dan publik, sementara wanita cenderung hanya mengikuti naluri atau kodratnya sebagai ibu dan pekerja rumah tangga. Dengan mengacu pada konsep semiotika yang dipaparkan oleh Barthes, jurnal ini menggarisbawahi bahwa terdapat indikasi semiotik pada film Butterfly on a Wheel yang bertentangan dengan ide ketidaksetaraan gender dan konsep patriarki. Jurnal ini juga terfokus pada hubungan timbal balik antara isu-isu dalam film dan pandangan generasi muda Indonesia mengenai kekuatan, kekuasaan, dan nilai wanita sebagai kaum subordinat. Jurnal ini menarik kesimpulan pula bahwa film tidak hanya membahas satu isu di dalamnya, namun pada frame atau jalan cerita tertentu dapat membahas beberapa informasi lainnya sesuai dengan perspektif masyarakat masing-masing.

This paper examines various signs of gender equality in the film Butterfly on a Wheel and how they are related to young Indonesians’ perspectives about the existence of a dominant gender ideology. Since then, many people all over the world, especially Indonesian society, still believe that men are more superior to women. Men tend to do public logical works while women tend to follow natural instincts as mothers and wives. For example, men are working for family, and women are nurturing children. Using Barthes’ concept of semiotics, it is argued that the film has several semiotic indications which encounter the idea of gender inequality and the concept of patriarchy. In this respect, it is also important to focus on the interrelationship between the resistance in the film and young Indonesians’ viewpoints about the power and the value of women as subordinate. The paper concludes that the film is a substantial media that influence spectators by spreading the new information and knowledge about a variety of issues which appear in the storyline and certain frames of the film.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Saraswati
"Media memiliki peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap agen penegak hukum. Selama beberapa dekade, mayoritas film bergenre kriminal menggambarkan agen laki-laki sebagai karakter utama dalam film sedangkan karakter perempuan jarang muncul sebagai karakter utama dan peran mereka mayoritas merupakan karakter pendukung yang mengalami stereotip dan diskriminasi di tempat kerja mereka. Namun, The Heat menjadi sebuah terobosan dalam film bergenre kriminal sebab film ini menggambarkan karakter wanita sebagai karakter utama. Artikel ini akan menganalisis resistensi karakter utama wanita terhadap tokoh-tokoh pria menggunakan teori resistensi sehari-hari. Hasil penelitian menunjukan kedua karakter utama melakukan resistensi sepanjang alur film dengan menggunakan berbagai cara seperti menggunakan sarkasme, penerimaan, dan penghindaran. Sebagai hasilnya, resistensi yang dilakukan oleh karakter utama wanita menyebabkan dampak yang berbeda pada masing-masing karakter.

Media has important role of shaping society's perception toward law enforcement agent. For decades, crime movie genre mostly shows male agents as the main character of the movie while women characters rarely appear as the lead character and their role are mostly as supporting characters who suffer some stereotypes and discriminations in their workplace. However, The Heat becomes a breakthrough in crime genre movie since it portrays women characters as the leading characters. This article will explore the main female characters' resistance toward male characters using everyday resistance theory. The result shows that both main characters have done resistance along the movie by using some ways, for example, using sarcasm, acceptance, and avoidance. As the result, the resistance which is done by the main female characters cause different impact to the ending of each character."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzana Admi
"ABSTRAK
Artikel ini meneliti perkembangan agensi perempuan dari tokoh utama perempuan pada film Joy dan Selena yang berhubungan dengan perkembangan moral mereka yang pada akhirnya berkrontribusi pada tingkat agensi yang mereka miliki. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menemukan tipe perkembangan dan perubahan agensi dan moral seperti apa yang harus mereka alami sehingga mereka dapat memiliki agensi yang seutuhnya. Selain itu, artikel ini juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua tokoh wanita tersebut memiliki tingkat agensi yang sama. Melalui analisis percakapan dari kedua film, artikel ini akan menunjukkan kuat dan lemahnya agensi dari tiap karakter di saat mereka menghadapi cobaan hidup. Untuk itu tahap-tahap kehidupan kedua tokoh tersebut, masa kanak-kanak dan saat mereka dewasa dibahas. Karena memiliki latar belakang dan kondisi keluarga yang sangat berbeda, Joy dan Selena harus menghadapi tekanan-tekanan hidup yang berbeda pula. Ketika dihadapkan dengan masalah, dua tahap perkembangan moral pada diri tiap karakterlah yang mempengaruhi cara mereka mengambil keputusan. Hal ini memiliki efek yang berbeda pada kualitas agensi mereka walaupun pada akhir cerita hidup mereka, mereka sama-sama menjadi wanita yang sukses meraih mimpi.

ABSTRACT
This article examines the development of female agency related to the stages of moral development happening in the main female characters of Joy 2015 and Selena 1997 , which later is contributed to their level of agency. It aims at finding out what kind of change in the agency and moral development of each characters that they have to experience in order to have their full agency, and whether the agency are of the same level or not. Through a conversation analysis from the two films, this article will show the highs and lows of the characters rsquo; agency as they face obstacles in their life. In an effort to identify this, the research is focusing on Joy rsquo;s and Selena rsquo;s stages of life: childhood and adulthood. Coming from a completely different family background and condition, Joy and Selena must face different suppressions in their life. At this point, the two stages of moral development from each characters influence the way they solve the problems. This means it can affect their agency rsquo;s quality differently even though in the end, both can successfully reach their dreams."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Hana Hanifah
"Representasi wanita dalam industri perfilman menunjukkan bahwa penggambaran karakter perempuan masih erat kaitannya dengan peran yang kurang signifikan sebagai karakter minor. Sebagai konsekuensi dari karakterisasi gender antara perempuan dan laki-laki, karakter perempuan seringkali digambarkan melalui karakterisasi yang cenderung lemah dan tidak berdaya, yang dalam hal ini berpengaruh terhadap degradasi citra perempuan di industri perfilman. Namun, sebuah serial televisi fiksi ilmiah berjudul Orphan Black, berhasil mewakili perempuan melalui kualitas feminin dan maskulin melalui karakter-karakter perempuan yang tampak mendefinisikan kembali ideologi gender. Akan tetapi, ideologi gender dalam serial televisi tersebut menunjukkan beberapa isu gender yang kontradiktif. Oleh karena itu, melalui konsep gender dan maskulinitas, makalah ini akan menganalisis karakter-karakter dalam serial televisi Orphan Black untuk menelaah aspek pemberdayaan perempuan dengan menggunakan teori gender dan maskulinitas dalam menganalisis karakter-karakter klon wanita, serta narasi film guna menyingkap ideologi gender yang cenderung direpresentasikan ambivalen dalam film Orphan Black.

Women representation in film industry shows that numerous images of women are still associated with less important role as minor characters. As a consequence of gender characterization of women and men, women charachters mostly suffer from weak and powerless characterization, and it contributes to the degradedation of women 39 s image in film industry. A science fiction TV series called Orphan Black, nonetheless, manages to represent women through their feminine as well as masculine qualities that seem to redefine the gender ideology. However, the tv series also shows some contradicly gender issues. Through the concepts of gender and masculinity, this paper will analyze the characters to see the empowerment aspects by using gender and masculinity theory to analyze the female clone characters and the narrative of Orphan Black to expose its ambivalent gender ideology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Marchelita
"[ABSTRAK
Kemunculan karakter perempuan sebagai seorang pahlawan dalam film-film masa kini tidak dapat diabaikan. Kehadiran pahlawan perempuan mulai menjadi penting seperti pahlawan laki-laki pada umumnya. Pentingnya keberadaan pahlawan perempuan, terutama dalam film mengenai abad pertengahan dan film fantasi, membuat beberapa peneliti melakukan beberapa penelitian untuk menganalisa hal ini. Untuk berpatisipasi dalam studi mengenai pahlawan perempuan di dalam film fantasi dan abad pertengahan, tulisan ini ditulis dalam rangka menganalisa salah satu tokoh pahlawan perempuan dalam film seri yang berjudul Game of Throne, terutama pada seri ke-3. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk melihat posisi pahlawan perempuan tersebut terhadap karakter laki-laki dan posisinya dalam lingkungan dengan menggunakan teori female grotesque, teori dekonstrusi oleh Jacques Derrida, teori relasi kuasa oleh Henry, dan teori mengenai karakteristik pahlawan oleh Hourihan. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwan Brienne of Tarth sebagai pahlawan perempuan dalam seri Game of Thrones belum mendapatkan kesetaraan atau bersikap mandiri terhadap karakter laki-laki.

ABSTRACT
The emergence of female character as a Hero, or it is usually called a Heroine, in movies nowadays cannot be neglected. The presence of the Heroine in movies starts to be as important as Hero characters. The significance of Heroines? existence, especially in medieval fantasy movies, makes some researchers do a lot of studies to analyze this. To participate in the study about Heroine?s position in medieval fantasy movies, this paper is written in order to examine a heroine character in Game of Thrones series, especially in season 3. The purpose of this writing is to see the position of that heroine toward other male characters and surroundings by using theories about female grotesque, deconstruction by Jacques Derrida, power relation by Henry, and hero characteristics by Hourihan. The result of this analysis shows that Brienne of Tarth as a heroine in Game of Thrones series has not got the equality and independency toward male characters.;The emergence of female character as a Hero, or it is usually called a Heroine, in movies nowadays cannot be neglected. The presence of the Heroine in movies starts to be as important as Hero characters. The significance of Heroines? existence, especially in medieval fantasy movies, makes some researchers do a lot of studies to analyze this. To participate in the study about Heroine?s position in medieval fantasy movies, this paper is written in order to examine a heroine character in Game of Thrones series, especially in season 3. The purpose of this writing is to see the position of that heroine toward other male characters and surroundings by using theories about female grotesque, deconstruction by Jacques Derrida, power relation by Henry, and hero characteristics by Hourihan. The result of this analysis shows that Brienne of Tarth as a heroine in Game of Thrones series has not got the equality and independency toward male characters., The emergence of female character as a Hero, or it is usually called a Heroine, in movies nowadays cannot be neglected. The presence of the Heroine in movies starts to be as important as Hero characters. The significance of Heroines’ existence, especially in medieval fantasy movies, makes some researchers do a lot of studies to analyze this. To participate in the study about Heroine’s position in medieval fantasy movies, this paper is written in order to examine a heroine character in Game of Thrones series, especially in season 3. The purpose of this writing is to see the position of that heroine toward other male characters and surroundings by using theories about female grotesque, deconstruction by Jacques Derrida, power relation by Henry, and hero characteristics by Hourihan. The result of this analysis shows that Brienne of Tarth as a heroine in Game of Thrones series has not got the equality and independency toward male characters.]"
2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>