Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185737 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atika Noviasti
"Tulisan ini membahas fenomena tas Hermès di Indonesia dan kaitannya dengan paradigma konsumerisme menurut pemikiran Jean Baudrillard. Konsumerisme sendiri merupakan gejala yang terjadi saat tindakan membeli menjadi sebuah kebutuhan. Gejala ini terjadi dalam masyarakat modern yang tersimulasi oleh media massa hingga pusat perbelanjaan. Masyarakat membeli sebuah objek karena dilandasi oleh nilai tanda dan nilai simbol yang terdapat pada objek tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Tulisan ini menunjukkan bahwa nilai tanda dan nilai simbol yang terdapat pada tas Hermès mempengaruhi keputusan masyarakat Indonesia untuk membeli tas tersebut.

This paper is based on a phenomenon of Hermès bag in Indonesia and its relation to Jean Baudrillard’s concept of consumerism. Consumerism is a phenomenon that occurs when the action of buying becomes a need. This phenomenon happens to the modern society which is simulated by mass media up to shopping centre. People have a tendency to buy a thing based on its sign value and symbol value. This paper shows that the sign value and symbol value of Hermès bag can influence the Indonesian’s decision to buy the bag.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Mutmainah
"Studi ini memfokuskan diri pada remaja. Dalam era ekonomi kapitalistik, remaja dengan status sosial ekonomi tinggi adalah segmen pasar penting. Di satu sisi, mereka akan menempati posisi strategis di masyarakat. Di sisi lain, remaja elite kota besar merupakan pasar potensial bagi banyak barang konsumen, sehingga cenderung dirangsang untuk konsumtif. Dalam hal ini, hendak dilihat bagaimana remaja mengalami sosialisasi nilai melalui media yang dekat dengan mereka, yakni majalah remaja. Peneliti mengambil majalah remaja terbesar, Gadis, sebagai objek penelitian. Gadis diperkirakan membangun gagasan konsumerisme karena sejumlah hal. Sebagai majalah yang tumbuh pesat secara bisnis, Gadis berhubungan erat dengan kapitalisme global yang membutuhkan konsumen untuk menyerap barang konsumen produksi mereka. Media ini akan turut memfasilitasi proses penerimaan terhadap produk produk tersebut serta gaya hidup yang mendukungnya melalui pembentukan gagasan "menjadi konsumen yang seharusnya" di mata kaum muda. Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan: (1) bagaimana Gadis membangun gagasan tentang konsumerisme bagi khalayaknya? dan (2) landasan ideologis bagaimana yang melatarbelakangi Gadis dalam memproduksi gagasan tersebut? Penemuan tentang kandungan nilai-nilai konsumerisme serta konteks ideologis yang menyertainya dilakukan melalui analisis wacana kritis Fairdough. Untuk analisis teks digunakan analisis framing dengan konsep Gamson dan Modigliani. Penelitian dilakukan terhadap 16 nomor Gadis edisi 2000, tahun yang mewakili periode 1990-an, saat gagasan perdagangan bebas sudah lebih diterima. Diduga, pada era tersebut, promosi konsumerisme lebih meningkat dibanding waktu sebelumnya. Dari analisis teks terlihat bahwa Gadis mempromosikan gagasan konsumerisme. Majalah ini membangun bingkai-bingkai seperti "belanja", "idola", "materi sebagai ukuran", "instant", dan "koleksi barang", yang semuanya menggambarkan karakterislik budaya konsumer. Majalah Gadis lahir dari perusahaan media besar dan sejak kelahirannya selalu menjadi majalah remaja terbesar (dan segi brand, readership, dan serapan ikian). Gaya penyajiannya khas remaja masa kini, menampilkan keceriaan, banyak menggunakan bahasa Inggris serta menampilkan budaya populer Barat kesukaan remaja (khususnya film dan musik). Karena ditujukan bagi remaja putri, muatannya juga banyak mengulas masalah mode, kecantikan, dan perawatan tubuh. Watak Gadis yang telah menjadi industri bertemu dengan lingkungan tempat majalah ini dan pembacanya tumbuh. Gadis dan pembacanya hidup dalam konteks sosial-ekonomi yang makin kapitalistik dan liberal. Ideologi ini menjadikan tumbuhnya budaya konsumtif dalam masyarakat, budaya yang justru dikembangkan dan dipelihara oleb pemerintah, karena gaya hidup ini menyuburkan watak bisnis dalam sistem ekonomi yang makin liberal dan pragmatis sejak akhir tahun 1980-an. Dengan mempromosikan konsumerisme, Gadis menjadikan remaja pembacanya masuk dalam kondisi yang digambarkan Alan Wells sebagai `konsumerisme parasibk'. Kaum remaja ini "dididik" untuk berpartisipasi dalam `budaya konsumsi' ala negara maju. Dalam hal ini, Gadis mempromosikan gaya hidup elite yang hanya meniru gaya konsumsi negara maju, tanpa mengadopsi sistem nilai yang mendasari konsumerisme itu yang sebenarya mengagungkan nilai-nilai kewiraswastaan. Gadis menjalankan peran sebagai bridgehead (jembatan) yang menjalin semacam "kerja-sama" antara elite negara maju dan elite negara berkembang (yakni remaja pembacanya). Gadis menyajikan apa yang menjadi simbol budaya di Barat. "Kedekatan terhadap Barat" yang diciptakan Gadis, meminjam analisis Galtung, membuat elite Pinggiran (pembaca, remaja kelas menengah ke atas) merasa sejajar dengan kaum elite di negara maju dalam komunitas elite dunia.

This study focuses on teenagers. In the era of capitalist economy, teenagers with high socioeconomic status are an important market segment. On the one hand, they will occupy a strategic position in society. On the other hand, elite teenagers in big cities are a potential market for many consumer goods, so they tend to be stimulated to be consumptive. In this case, we want to see how teenagers experience value socialization through media that is close to them, namely teen magazines. The researcher took the largest teen magazine, Gadis, as the object of research. Gadis is estimated to build the idea of ​​consumerism for a number of reasons. As a magazine that is growing rapidly in business, Gadis is closely related to global capitalism that requires consumers to absorb the consumer goods they produce. This media will also facilitate the process of accepting these products and the lifestyle that supports them through the formation of the idea of ​​"being a proper consumer" in the eyes of young people. This study wants to answer the questions: (1) how does Gadis build the idea of ​​consumerism for its audience? and (2) what ideological basis underlies Gadis in producing this idea? The discovery of the content of consumerist values ​​and the accompanying ideological context was carried out through Fairdough's critical discourse analysis. For text analysis, framing analysis was used with the concept of Gamson and Modigliani. The study was conducted on 16 issues of Gadis, edition 2000, a year representing the 1990s, when the idea of ​​free trade was more accepted. It is suspected that in that era, the promotion of consumerism increased more than before. From the text analysis, it can be seen that Gadis promotes the idea of ​​consumerism. This magazine builds frames such as "shopping", "idols", "material as a measure", "instant", and "collection of goods", all of which describe the characteristics of consumer culture. Gadis magazine was born from a large media company and since its birth has always been the largest teen magazine (and in terms of brand, readership, and absorption of information). The presentation style is typical of today's teenagers, showing cheerfulness, using a lot of English and displaying popular Western culture that teenagers like (especially films and music). Because it is aimed at teenage girls, its content also discusses many issues of fashion, beauty, and body care. The character of Gadis, which has become an industry, meets the environment in which this magazine and its readers grow. Gadis and its readers live in a socio-economic context that is increasingly capitalistic and liberal. This ideology has led to the growth of a consumer culture in society, a culture that is actually developed and maintained by the government, because this lifestyle fosters a business character in an increasingly liberal and pragmatic economic system since the late 1980s. By promoting consumerism, Gadis makes its teenage readers enter a condition that Alan Wells describes as `parasibk consumerism'. These teenagers are "educated" to participate in the `consumption culture' of developed countries. In this case, Gadis promotes an elite lifestyle that only imitates the consumption style of developed countries, without adopting the value system underlying consumerism which actually glorifies entrepreneurial values. Gadis plays the role of a bridgehead who establishes a kind of "cooperation" between the elite of developed countries and the elite of developing countries (namely its teenage readers). Gadis presents what has become a symbol of culture in the West. The "closeness to the West" created by Gadis, borrowing Galtung's analysis, makes the elite of the Pinggiran (readers, upper middle class teenagers) feel on par with the elite in developed countries in the world's elite community.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Anggraini
"[ ABSTRAK
Sebagai generasi yang tumbuh dalam era kemajuan internet dan digital, generasi milenial merupakan generasi yang selalu terhubung satu sama lain (always connected generation). Tingginya tingkat penggunaan media sosial pada generasi tersebut membuat mereka menjadi kelompok yang paling terpapar oleh apa yang dilakukan teman-teman, kerabat dan keluarganya. Hal tersebut memicu mereka untuk terus terhubung dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain melalui dunia maya sehingga menimbulkan kegelisahan pada diri mereka dan berujung pada sebuah ketakutan, yaitu ketakutan untuk tertinggal. Fenomena tersebut disebut dengan FoMO (Fear of Missing Out). Makalah ini meneliti bagaimana fenomena FoMO yang terjadi pada generasi milenial dapat dikaji dengan teori motivasi konsumen dan elemen-elemen yang terdapat dalam teori tersebut. Dengan analisis kualitatif dalam fenomena FoMO, makalah ini berargumen bahwa FoMO merupakan salah satu bentuk motivasi konsumen milenial dan ketakutan yang mereka alami merupakan bentuk kebutuhan psikologis yang mampu memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu agar mereka mampu untuk meredam ketakutan tersebut. Dalam makalah ini, ditemukan bahwa fenomena FoMO memang kerap terjadi pada konsumen milenial. FoMO merupakan jenis motivasi emosional yang didasari oleh adanya kebutuhan psikologis yang belum terpenuhi yaitu kebutuhan akan pengakuan dan penerimaan dari kelompoknya.
ABSTRACT As a generation who grows up in digital era, millennial generation becomes the people who are always connected to each other (always connected generation). The high level of their social media usage has made them to be the most exposed group by the activity of their friends in social media. That often builds anxiety and the fear of missing out. This phenomenon is called by FoMO (Fear of Missing Out). By using qualitative analysis on FoMO, this paper argues that FoMO can be categorized as one of Millennial consumer’s motivation. The fear that they have is one of psychological need that motivates them to do something so they can heal the anxiety. This paper found that the FoMO phenomenon often happens in millennial generation. FoMO is a form of emotional motivation that is formed by the unsatisfied psychological need, which is the need of acceptance by their social group., As a generation who grows up in digital era, millennial generation becomes the people who are always connected to each other (always connected generation). The high level of their social media usage has made them to be the most exposed group by the activity of their friends in social media. That often builds anxiety and the fear of missing out. This phenomenon is called by FoMO (Fear of Missing Out). By using qualitative analysis on FoMO, this paper argues that FoMO can be categorized as one of Millennial consumer’s motivation. The fear that they have is one of psychological need that motivates them to do something so they can heal the anxiety. This paper found that the FoMO phenomenon often happens in millennial generation. FoMO is a form of emotional motivation that is formed by the unsatisfied psychological need, which is the need of acceptance by their social group.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Saleh
"Meningkatnya permasalahan lingkungan seperti pemanasan global, limbah, dan polusi memaksa individu untuk memperhatikan lingkungan. Adanya efek negatif dari kerusakan lingkungan ini mengharuskan konsumen untuk menggunakan green product. Untuk dapat memahami lebih baik mengenai perilaku pembelian konsumen pada green product, penelitian ini menggunakan theory of planned behavior (TPB) dan meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk meneliti pengaruh dari social media marketing, crisis awareness, product knowledge, attribution of responsibility, subjective norm, perceived behavioral control, dan attitude terhadap perilaku pembelian green product. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner online dengan jumlah sebesar 393 responden di Indonesia dan data dianalisis menggunakan metode structural equation modeling (SEM) dengan software SmartPLS 4. Hasil penelitian menyatakan bahwa sikap positif terhadap green product, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan memiliki pengaruh positif terhadap niat pembelian green product. Di sisi lain, crisis awareness memiliki pengaruh negatif pada sikap dan niat pembelian green product. Pengetahuan konsumen tentang green product secara positif mempengaruhi sikap dan niat pembelian mereka. Social Media Marketing memiliki pengaruh positif pada Product Knowledge, crisis awareness, dan norma subjektif. Selain itu, niat pembelian green product berdampak positif pada perilaku pembelian konsumen. Selanjutnya, Attribution of Responsibility dapat memperkuat hubungan antara niat pembelian dan perilaku pembelian green product konsumen. Temuan-temuan ini memiliki implikasi penting bagi strategi keberlanjutan perusahaan dalam mempromosikan perilaku pembelian hijau konsumen. Penelitian ini memberikan manfaat bagi marketer di sektor industri green product untuk membuat strategi pemasaran yang lebih efektif agar memiliki keunggulan kompetitif dan dapat bersaing dengan kompetitor.

The increasing environmental issues such as global warming, waste, and pollution have compelled individuals to pay attention to the environment. The negative effects of environmental degradation have necessitated consumers to embrace green products. In order to gain a better understanding of consumer purchasing behavior towards green products, this research employs the Theory of Planned Behavior (TPB) and investigates additional factors that can influence consumer behavior. Thus, the study examines the impact of social media marketing, crisis awareness, product knowledge, attribution of responsibility, subjective norm, perceived behavioral control, and attitude towards green purchasing behavior. Data collection was conducted through an online questionnaire with 393 respondents in Indonesia, and the data were analyzed using structural equation modeling (SEM) with SmartPLS 4 software. The findings of the study indicate that a positive attitude towards green products, subjective norms, and perceived behavioral control have a positive influence on the intention to purchase green products. On the other hand, crisis awareness has a negative impact on attitudes and intentions to purchase green products. Consumer knowledge about green products positively affects their attitudes and purchase intentions. Social media marketing has a positive influence on product knowledge, crisis awareness, and subjective norms. Furthermore, purchase intention for green products positively influences consumer purchasing behavior. Additionally, the attribution of responsibility strengthens the relationship between purchase intentions and green purchasing behavior. These findings have significant implications for sustainability strategies of companies in promoting green consumer behavior. This research provides valuable insights for marketers in the green product industry to develop more effective marketing strategies that create a competitive advantage and enable them to compete with competitors."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Murdisari Kartika
"Perilaku konsumsi berlebihan khususnya dalam menggunakan sabun non-organik menjadi salah satu kontributor besar dalam menyebabkan krisis iklim. Kini, eco-anxiety banyak dialami oleh masyarakat akibat krisis iklim yang menjadi anteseden dari ramainya perilaku membeli sabun organik sebagai langkah mitigasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara eco-anxiety dan perilaku membeli produk sabun organik pada dewasa muda dari status sosio ekonomi sosial menengah ke atas pada warga negara Indonesia. Hubungan dilihat dengan melakukan uji korelasi Pearson pada alat ukur Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13) dan Green Purchase Behavior (GPB) yang telah ditranslasi ke Bahasa Indonesia pada payung penelitian pertama (Abhiwangsa, 2022; Fitrianisa, 2022; Setiawan, 2022) dan disesuaikan dengan konteks produk sabun organik. Populasi penelitian ini adalah warga negara Indonesia berusia 20 hingga 40 tahun dengan kisaran pengeluaran individual per bulannya sebesar Rp 1.000.000 sampai dengan lebih dari Rp 7.500.000 menggunakan convenience sampling (N = 236). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara eco-anxiety dan perilaku membeli produk sabun organik pada dewasa muda dari status sosio-ekonomi menengah ke atas di Indonesia (r(236) = 0.62, p < 0.01, two-tailed). Hal ini membuktikkan bahwa eco-anxiety mendorong perilaku praktikal dengan membeli produk sabun organik untuk menanggulangi kerusakan lingkungan dalam rangka memitigasi kecemasan yang dirasakan khususnya pada dewasa muda dari status sosio-ekonomi menengah ke atas di Indonesia.

One of the major factors contributing to the climate crisis is excessive consumption behavior, particularly the use of non-organic soap. Due to the climate crisis, many people are experiencing eco-anxiety which is an antecedent of the popular behavior of purchasing organic soap as a mitigation measure. This study aims to investigate the relationship between eco-anxiety and the purchase behavior of organic soap among young adults from middle to upper socio-economic status among Indonesian citizens. The relationship was determined by using the Pearson correlation test on the Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13) and Green Purchase Behavior (GPB) measuring instruments, which had been translated into Bahasa Indonesia in the first research umbrella (Abhiwangsa, 2022; Fitrianisa, 2022; Setiawan, 2022) and adapted to the context of organic soap products. The population of this study were Indonesian citizens aged 20 to 40 years old with a monthly individual expenditure range of Rp 1.000.000 to more than Rp 7.500.000 using convenience sampling (N = 236). The findings showed that there was a positive and significant relationship between eco-anxiety and purchase behavior of organic soap products amoung young adults from middle to upper socio-ecomomic status in Indonesia (r(236) = 0.62, p < 0.01, two-tailed). This demonstrates how eco-anxiety encourages practical behavior by buying organic soap products to address environmental destruction in order to mitigate anxiety, particularly among young adults from middle to upper socio-economic status in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Arry Susanto
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli kendaraan listrik (EV) di Indonesia, mengingat rendahnya tingkat pembelian EV saat ini. Dengan menggunakan metode kuantitatif dan survei terhadap 957 calon pengguna EV, penelitian ini menguji hubungan antara variabel-variabel seperti kemudahan penggunaan, manfaat yang dirasakan, risiko yang dirasakan, pengetahuan tentang EV, keterlibatan publik, dan niat beli, serta anteseden dari variabel-variabel tersebut. Data diolah menggunakan metode SEMPLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi positif terhadap manfaat EV tidak secara otomatis meningkatkan niat beli, dan persepsi risiko juga tidak berpengaruh langsung terhadap niat beli. Temuan ini mengindikasikan adanya faktor-faktor lain yang menghambat niat beli EV di Indonesia. Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi literatur tentang adopsi EV, terutama dalam konteks Indonesia, dan menawarkan implikasi praktis bagi produsen, pemasar, dan pembuat kebijakan EV. Selain itu, penelitian ini juga memiliki nilai orisinalitas karena mengidentifikasi variabel-variabel penting yang sebelumnya diabaikan dalam penelitian-penelitian terdahulu.

This study aims to analyze the factors influencing the intention to purchase electric vehicles (EVs) in Indonesia, considering the current low purchase rate of EVs. Utilizing quantitative methods and a survey of 957 potential EV users, this research examines the relationships between variables such as perceived ease of use, perceived benefits, perceived risks, EV knowledge, public involvement, and purchase intention, as well as the antecedents of these variables. Data were processed using the SEMPLS method. The findings show that a positive perception of EV benefits does not automatically increase purchase intention, and perceived risks do not directly affect purchase intention. These findings suggest the presence of other factors inhibiting EV purchase intentions in Indonesia. This study makes a significant contribution to the EV adoption literature, especially in Indonesia, and offers practical implications for EV manufacturers, marketers, and policymakers. Additionally, this research has originality value as it identifies essential variables previously overlooked in earlier studies."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhan Muhammad Naufal
"Maraknya femonena hijrah di kalangan para selebriti di Indonesia dewasa ini memberikan pengaruh yang kuat kepada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman agama Islam, salah satunya transaksi jual beli emas yang sesuai dengan ketentuan syariah. Semakin maraknya fenomena tersebut membuat lembaga jual beli emas berbasis syariah dapat menerapkan strategi pemasaran influencer baru yang menyasar kepada kalangan muslim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh fenomena hijrah di kalangan para selebriti terhadap niat masyarakat untuk melakukan transaksi jual beli emas sesuai syariah di lembaga jual beli emas berbasis syariah dengan fokus fisik emas berupa emas batangan. Penelitian ini melibatkan 175 responden dan dianalisis menggunakan metode PLS-SEM dengan model penelitian yang mengadopsi Theory of Planned Behavior (TPB) serta hasil teoretis dari literatur sebelumnya yang berkaitan dengan pemasaran influencer yang mempengaruhi intensi. Hasil penelitian menemukan bahwa trust, perceived expertise, dan perceived congruence dapat memberikan pengaruh terhadap transaction intention secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui attitude toward the celebrity dan brand attitude.

The rise of the hijrah phenomenon among celebrities in Indonesia today gives a strong influence on society to increase understanding of Islam, one of which is gold transactions in accordance with sharia principles. The increase of this phenomenon has made sharia-based gold buying and selling institutions able to implement a new influencer marketing strategy that targeting Muslims. This study aims to analyze how the influence of the hijrah phenomenon among celebrities on consumer intention to carry out sharia-compliant gold transactions at sharia-based gold institutions with gold bullion as the focused form of gold. This study involved 175 respondents and was analyzed using the PLS-SEM method with a research model that adopted the Theory of Planned Behavior (TPB) as well as theoretical results from previous literature related to the influencer marketing that affects intention. The results of the study found that trust, perceived expertise, and perceived congruence can influence transaction intentions directly or indirectly, which is through attitudes toward the celebrity and brand attitude."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Il Mahnun
"ABSTRAK
Cerita bergambar yang kini lebih dikenal dengan sebutan komik telah
berkembang dengan pesat. Produk ini kini menjadi suatu alternatif bacaan bagi
masyarakat dan merupakan produk yang sudah diperdagangkan secara internasional. Di
Indonesia sendiri, komik?komik terjemahan tersebut sudah sangat akrab dengan
konsumen, bahkan sebagaimana disebutkan dalam Wirausaha edisi February 1998,
sebesar 70 % pangsa pasar komik di Indonesia diisi oleh komik?komik terjemahan
tersebut.
Perkembangan komik Jepang sebagai salah satu komik terjemahan menarik
untuk diamati, mengingat umur keterlibatan komik Jepang ke dunia komik Indonesia
yang masih relatif muda, namun sangat disukai dan mampu meraih pangsa pasar yang
tinggi.
Di Indonesia, komik-komik Jepang ini awa!nya ditujukan penerbit bagi anak-anak
dan remaja, karena segmen ini dinilai merupakan pasar yang sangat potensial bagi produk
komik Jepang. Target merupakan usia sekolah dasar sampai sekolah menengah tingkat
atas. Hal ini sesuai dengan cara penyajian dan tema cerita yang menarik dan ringan untuk
dibaca. Namun kini, mulai terlihat adanya kecenderungan pembaca dewasa mulai turut
mengkonsumsi komik-komik Jepang sebagai alternatif bacaan.
Penulisan karya akhir ini bertujuan untuk: (1) menganalisa bagaimana proses
pengambilan keputusan pembelian komik Jepang pada segmen dewasa dan (2)
menganalisa tingkat kepentingan atribut komik Jepang yang berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan konsumen dewasa.
Penelitian menggunakan metode pengambilan sampel convenience sampling
dengan responden adalah konsurnen komik Jepang berusia diatas 18 tahun. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisa deskriptif, analisa asosiatif dan analisa
inferensial.
Dari hasil penelitian, didapat kesimpulan bahwa motivasi utama konsumen
membeli komik Jepang adalah (1) untuk rnelengkapi koleksi yang telah mereka miliki
dan (2) ingin mencoba judul baru.
Seleksi yang paling banyak dilakukan adaiah dengan cara membaca Sinopsis
cerita yang terdapat pada cover belakang kornik dan melihat gambar dari komik tersebut.
Penelitian juga menunjukkan bahwa ada beberapa atribut yang dianggap sangat
penting dan penting dalarn rnemilih komik Jepang.
"
2001
T4827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Herdiani
"Pesatnya pertumbuhan industri fashion dinilai menjadi penyebab utama munculnya era fast-fashion yang membawa eksternalitas negatif berupa kerusakan lingkungan di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Indonesia, sebagai negara yang nilai-nilai keagamaan melekat pada masyarakatnya, telah menarik perhatian penulis untuk meneliti tentang bagaimana pola konsumsi produk fashion yang dilakukan oleh masyarakatnya. Hal ini dikarenakan tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk membuat kerusakan, termasuk dalam hal kegiatan pembelian produk fashion yang dalam proses pembuatannya banyak mengorbankan orang lain maupun lingkungan. Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh religiositas, green thinking, dan green altruism terhadap intensi mengonsumsi produk sustainable fashion di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis Structural Equation Modelling (SEM) dan melibatkan 522 responden di Indonesia. Dengan mengadopsi model Theory of Planned Behavior, hasil penelitian menunjukkan bahwa religiositas berpengaruh positif signifikan terhadap intensi pembelian produk sustainable fashion melalui variabel attitude towards behavior dan perceived behavioral control, sementara subjective norms terbukti tidak signifikan. Lebih lanjut, green thinking ditemukan berpengaruh positif signifkan terhadap intensi pembelian produk sustainable fashion, sedangkan green altruism terbukti tidak signifikan. Berdasarkan hasil koefisien determinasinya, penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memfokuskan pada penggunaan variabel independen yang lebih bervariatif, serta dapat menghimpun responden dengan latar sosio-demografis yang lebih seimbang agar dapat membuka analisis lainnya dan menambah khazanah pengetahuan pembaca.

The rapid growth of the fashion industry is considered to be the main cause of the emergence of the fast-fashion era which brings negative externalities in the form of environmental damage in the world, including in Indonesia. Indonesia, as a country that has religious values attached to its people, has attracted the author to examine how the consumption pattern of fashion products is carried out by them. It is because there is no religion that teaches its adherents to cause damage, including in terms of buying fashion products, which in the manufacturing process sacrifice other people and the environment. Against this background, this study aims to analyze the effect of religiosity, green thinking, and green altruism on the intention to consume sustainable fashion products in Indonesia. This study used a quantitative approach with the Structural Equation Modeling (SEM) analysis method and involved 522 respondents in Indonesia. By adopting the Theory of Planned Behavior model, the research results show that religiosity has a significant positive effect on purchase intentions of sustainable fashion products through the attitude towards behavior and perceived behavioral control, while the subjective norms proves to be insignificant. Furthermore, green thinking was found to have a significant positive effect on the purchase intention of sustainable fashion products, while green altruism proved to be insignificant. Based on the results of the coefficient of determination, further research is expected to focus more on the use of a more varied independent variable, and to gather respondents with a more balanced socio-demographic background in order to open up other analyzes and add insight to the reader's knowledge."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrawan
"Persaingan yang ketat antar perusahaan dalam melayani pasar durable products di Indonesia membuat perolehan market share merek asli durable products Indonesia masih rendah. Untuk pasar notebook sendiri, Zyrex sebagai merek asli Indonesia tidak dapat mengalahkan merek luar seperti Acer, Toshiba, dan Asus.
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis preferensi konsumen untuk pengembangan produk notebook di Indonesia dengan menggunakan conjoint analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat faktor yang paling menentukan preferensi konsumen terhadap notebook yaitu merek, kapasitas memori , ukuran layar, dan kapasitas harddisk. Dengan memfokuskan pengembangan produk notebook pada empat faktor ini, Zyrex dapat meningkatkan market share sebesar 6,7%.

The intense competition among firms in serving durable products market in Indonesia makes market share of Indonesia durable products brand is still small. For the notebook market itself, Zyrex as the Indonesia brand can not defeat international brand like Acer, Toshiba, and ASUS.
This thesis aims to analyze consumer preferences for development of notebook in Indonesia by using conjoint analysis. Result indicates that there are four most determined factors in consumer preferences for the notebook product which are brand, memory capacity, size, and harddisk capacity. By focusing this factors in new product development, Zyrex can increase market share of 6.7%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43279
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>