Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150063 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuke Adora Iskandar
"Seperti halnya bahasa Indonesia, bahasa Jerman juga mengenal variasi dialek regional yang tersebar tidak hanya di wilayah Jerman sendiri, namun juga sampai ke negara-negara tetangga seperti Swiss dan Austria. Salah satunya adalah dialek Bern-Deutsch, yang digunakan oleh orang-orang dari kanton Bern, Swiss. Bern-Deutsch menarik untuk ditelaah karena letak geografis Bern yang berada di tengah-tengah Jerman dan Perancis turut mempengaruhi aspek budaya dan bahasanya. Bern-Deutsch memiliki khazanah kosa kata dan pelafalan yang unik, yang cukup berbeda jauh dengan bahasa Jerman baku (Hochdeutsch). Bila dilihat secara sepintas, seolah tidak ada aturan baku yang mengatur pola perubahan pelafalannya. Namun, bila dianalisis dengan teori linguistik yang tepat, akan muncul kesimpulan berupa beberapa aturan mendasar. Penelitian ini sendiri dilakukan dengan pendekatan fonetis dan fonologis. Sebagai pengantar untuk menuju penelitian tingkat lanjut, cakupan penelitian ini hanya akan meliputi kosakata sehari-hari yang terbagi dalam beberapa kategori yang telah ditentukan.

Same as Indonesian, the German language is acquainted with various regional dialects. These dialects are widely spread not only inside Germany's territory, but they also reach neighboring countries such as Switzerland and Austria. One of them is Bernese-German (in German : Bern-Deutsch), which is spoken by the people in the Canton of Bern, Switzerland. Bernese-German is an interesting object of study due to the canton's geographical location, right in the middle between France and Germany, which influences the culture and language as well. Bernese-German has a wide range of vocabularies and distinctive way of pronouncing compared to the standard German language (known as Hochdeutsch). In a glance it seems like there is no specific pattern to explain its pronunciation alteration. However, after a suitable linguistic theory was applied, some basic patterns will appear. This research is using phonetical and phonological approach. As an introduction before extending to advanced researches, the scope of this research will at most include daily vocabularies divided in several categories.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Asim Gunarwan
"ABSTRAK
Pandangan yang berterima di kalangan pakar pragmatik (dan juga di kalangan pakar sosiolinguistik) setakat ini ialah bahwa jika kita berbicara atau mengeluarkan ujaran (apakah ujaran itu berupa kalimat, frase atau kata), apa yang keluar dari mulut kita itu dapat dianggap sebagai tindakan. Tindakan itu dapat disebut sebagai tindakan berbicara, tindakan berujar atau tindakan bertutur. Istilah yang sekarang lazim dipakai untuk mengacu ke tindakan itu ialah tindak tutur, yang merupakan terjemahan dari istilah Inggris speech act. Yang lebih penting, yang juga berterima di kalangan pakar pragmatik, adalah pendapat bahwa di dalam melakukan tindak tutur itu, si penutur tidaklah asal buka mulut (kecuali jika ia memang abnormal, gila, sedang mabuk atau tidak radar). Artinya, sebelum melakukan meta tindak tutur, si penutur perlu mempertimbangkan beberapa hal, misalnya bagaimana hubungan sasial di antara si penutur dan si petutur, di mana peristiwa kominikasinya berlangsung, untuk apa tindak tutur itu dilakukan; tentang apa tindak tutur itu; dsb.
Faktor-faktor seperti mitra bicara dan latar komonikasi itulah yang perlu dipertimbangkan penutur sebelum bertutur. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan itu dapat juga bersumber dari prinsip kesantunan bertutur (kesopanan. berbahasa) yang berlaku di dalam masyarakat tutur atau masyarakat bahasa yang si penutur adalah anggotanya Prinsip kesantunan ini tentunya berkaitan dengan nilai-nilai budaya masyarakat itu, dan berdasarkan hal ini dapat kita sebutkan kesamaan pendapat di kalangan sosiolinguis bahwa perilaku berbahasa anggota -anggota suatu masyarakat tutur mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat itu. Dengan perkataan lain, ada hubungan di antara perilaku berbahasa dan nilai budaya atau kebudayaan itu sendiri. Walaupun ini bukan hal yang baru, tampaknya akan menarik untuk mengetahui seberapa jauh hal itu didukung oleh data empiric.
Setakat ini, tampakaya di Indonesia belum ada kajian yang membandingkan perilaku berbahasa dua (atau lebih) kelompok etnis dengan mengaitkannya dengan nosi kebudayaan. Ini dugaan. Yang tampaknya memang benar adalah bahwa setakat ini di Indonesia balum ada tulisan yang dipublikasikan yang melaporkan hasil penelitian mengenai topik tersebut (yakni perbandingan perilaku berbahasa sebagai cerminan perbedaan pandangan hidup) dengan pendekatan pragmatik. Jika asumsi ini benar, penelitian tampaknya mempunyai kemaknawian (significance) yang cukup.
Dipilihnya kelompok etnis Jawa dan Batak sebagai objek penelitian bukanlah tanpa alasan. Pemilihan itu berdasarkan pendapat awam bahwa, pada umumnya, di dalam perilaku berbahasa orang Batak itu lebih langsung (dalam anti lebih berterus terang) daripada orang Jawa Bahwa pendapat itu sudah "berterima" di kalangan masyarakat awam tidak berarti bahwa topik ini tidak boleh Jika kita bersikap ilmiah, pendapat itu perlu dibuktikan dengan mencari data empiris. Yang juga perlu didukung oleh data empiris ialah apakah perbedaan perilaku berbahasa orang Jawa dan orang Batak itu signifikan atau tidak dan, jika signifikan, berapakah derajat signifikansinya lagipula, perlu diketahui kemungkinan adanya keterpengaruhan budaya, yang dapat diinferensikan dengan membandingkan perilaku-perilaku berbahasa kelompok-kelompok Jawa Jakarta vs Batak Jakarta, Jawa Jakarta vs Jawa Semarang & Yogyakarta, Batak Jakarta vs Batak Medan, misalnya Di samping itu perlu dicari data empiris yang mungkin mendukung dugaan bahwa ada penibahan perilaku berbahasa menurut dimensi umur pada kedua kelompok etnis ini.
1.2 Permasalahan
Seperti halnya istilah perkampungan mengacu ke sejumlah kampung (jadi bukan satu kampung), istilah permasalahan di dalam penelitian ini diartikan sebagai merujuk ke sejumlah masalah, yakni sejumlah masalah penelitian. Di dalam hal ini, sesuai dengan uraian di dalam buku-buku penelitian yang baik, permasalahan dibagi menjadi beberapa masalah tambahan, yang kesemuanya berkaitan dengan masalah utama tersebut.
Masalah utama dalam penelitian ini, di dalam bentuk pertanyaan, ialah: adakah perbedaan realisasi tindak tutur melarang di antara orang Jawa dan orang Batak pada umuinnya seperti yang tersirat dari pendapat awam bahwa orang Batak cenderung lebih berterus terang dalam mengungkapkan pikiran mereka daripada orang Jawa? Dengan menggunakan istilah pragmatik, pertanyaan itu dapat diparafrasekan .menjadi: adakah perbedaan di dalam hal kelengkungan/kelurusan garis ilokusi melarang di kalangan orang Batak dan di kalangan orang Jawa?
Masalah (utama) itu dapat dijabarkan menjadi sub-submasalah, yaitu:
1. Jika memang ada, seberapa signifikankah perbedaan itu?
2. Di mana letak perbedaannya (dan juga kesamaannya, jika ada)?
3. Apakah perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan di dalam world view yang wujud di dalam perbedaan struktur sosial?
4. Adakah indikasi yang mengisyaratkan adanya pergeseran atau perubahan perilaku berbahasa? "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ohoiwutun, Paul
Jakarta : Kesaint Blanc, 1997
306.44 OHO s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Julkifli
"De Wereld Draait Door merupakan acara yang paling banyak ditonton di Belanda. Terbukti dari penghargaan-penghargaan yang diberikan untuk acara ini, seperti salah satunya adalah penghargaan Zilveren Nipkowschijf di tahun 2011. Penghargaan Zilveren Nipkowschijf merupakan penghargaan televisi yang bergengsi di Belanda. Acara ini dibawakan oleh Matthijs van Nieuwkerk dan tayang perdana pada tanggal 10 Oktober 2005. Sampai saat ini De Wereld Draait Door yang selanjutnya akan disingkat DWDD masih menjadi tontonan yang paling digemari oleh penonton Belanda.
Tema yang sedang banyak diperbincangkan dan kontroversial merupakan faktor pendukung dari keberhasilan acara yang dipandu oleh Matthijs van Nieuwkerk. Latar belakang Matthijs yang dulunya sebagai jurnalis dan presentator acara olahraga menjadikannya seorang pembawa acara yang menarik dan membantu DWDD untuk meraih rating yang tinggi.
Paper ini bertujuan untuk memaparkan faktor-faktor khas yang termasuk ke dalam idiolek yang dimiliki Matthijs van Nieuwkerk yaitu bahasa tubuh, gaya bahasa, ciri kalimat, dan juga ciri topik yang diangkat dalam acara ini. Penulis melakukan studi pustaka yang diikuti dengan pencarian pengertian idiolek dan kemudian mengamati gaya Matthijs van Nieuwkerk dalam membawakan acara tersebut. Setelah dilakukan pengamatan dan analisis lebih lanjut, terlihat bahwa latar belakang Matthijs sangat berpengaruh dalam profesi yang ia jalani saat ini.

De Wereld Draait Door is one of the most watched television programs in The Netherlands. It is proven by the awards, which the program has received. One of the awards is Zilveren Nipkowschijf, a prestigious award in The Netherlands. This program is presented by Matthijs van Nieuwkerk and had its first broadcast on October 10 2005. De Wereld Draait Door or DWDD remains the most watched television program until today.
Trending and controversial topics are supporting factors behind the success of the talkshow, hosted by Matthijs. He was a sport journalist and hosted a sport program. His experiences played a big role in making him an interactive host and helping DWDD to achieve its high rate.
This paper aims to explain the typical elements of idiolect that Matthijs possesses such as body language, style, sentence structure and also topics of discussion. The literature study is used in this paper. The steps were 1. looking for the meaning of the term idiolect and 2. observing the styles of Matthijs van Nieuwkerk in presenting the show 3. analyzing his background which plays a big role in his profession today.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
Mk-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Kurniasari
"Pemilihan bahasa (language choice) merupakan fenomena yang lazim terjadi pada masyarakat multibahasa. Dalam interaksi sosial pemilihan bahasa merupakan tindakan dalam menggunakan bahasa terpilih pada situasi tertentu. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan pemilihan bahasa. Makalah ini akan memaparkan hasil penelitian dari pemilihan bahasa yang dilakukan oleh mahasiswa Kabupaten Kebumen yang ada di UI. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek pemilihan bahasa pada mahasiswa Kebumen di UI. Sumber data diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan pada 25 orang mahasiswa. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa responden memilih dan menggunakan bahasa yang berbeda untuk situasi dan kondisi yang berbeda.

Language choice is a common phenomenon that occurs in a multilingual society. In the social interaction, language choice is an act of using a selected language in certain situations. There are various factors that affect a person in committing language choice. This article will present the findings of the language choice on UI students from Kebumen Regency. This study was intended to find out the aspects of the language choice on the UI students from Kebumen. The data were collected through a questionnaire administered to 25 students. The findings of this study show that the respondents choose and use different languages ​​for different situations and conditions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Rahyono, 1956-
"ABSTRAK
Bahasa Jawa yang memiliki tingkat tutur merupakan ranah penelitian bahasa yang selalu menarik. Tingkat tutur bahasa yang juga merupakan kekayaan ragam yang dimiliki Bahasa Jawa, telah banyak diteliti baik secara sinkrenis maupun diakronis. Kaidah pemakaian ragam tutur yang rumit sehubungan dengan aspek sosial penutur dan dalam kaitannya dengan sifat bahasa yang selalu berubah dari waktu ke waktu, menyebabkan penelitian tentang ragam bahasa Jawa ini tetap diperlukan.
Lajunya penyebaran informasi dan lajunya penyebaran masyarakat penutur Bahasa Jawa ke berbagai pelosok masyarakat bahasa lain, menyebabkan Bahasa Jawa, khususnya ragam tuturnya, berubah secara cepat. Interferensi Bahasa lain, terutama Bahasa Indonesia, ke dalam Bahasa Jawa membuat batas-batas ragam tutur Bahasa Jawa tidak mudah lagi dikenali dengan mudah. Oleh karena itu, perlu diupayakan penyederhanaan baik yang menyangkut pengelompokan ragam tutur maupun istilah atau penamaan ragam-ragam itu.
Berdasarkan atas data-data yang berhasil diperoleh selama penelitian ini, menurut sudut pandang situasi hubungan antar partisipan tindak tuturan ditemukan tiga ragam tutur, yaitu: (1) ngoko, (2) madya, dan (3) krama. Lebih lanjut ragam ngoko bisa dikelompokkan lagi menjadi dua sub ragam, yaitu (1) ngoko lugu dan (2) ngoko alas atau ngoko andhap.
Ditinjau dari sudut pandang bidang wacana, dalam hal ini yang menyangkut situasi formal dan informal, dapat ditemukan produktif tidaknya kata-kata pinjaman maupun peristiwa alih kode yang ada dalam wacana. Keproduktifan kata-kata pinjaman maupun peristiwa alih kode ini ternyata juga mencerminkan sikap masyarakat Bahasa Jawa dalam menghadapi lajunya interferensi bahasa lain, khususnya Bahasa Indonesia, ke dalam Bahasa Jawa. Segi kepraktisan dan keinformatifan Bahasa Indonesia sangat mempengaruhi masyarakat Bahasa Jawa untuk menghindari kaidah-kaidah yang rumit dalam pemakaian ragam tutur. "
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Khaidir Anwar
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1984
401 KHA f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fathur Rokhman
"This sociolinguistic study focuses on language attitudes among santries. This research aims to describe language attitudes among santries in Al-Ihsan Pondok Pesantren, Beji, Banyumas on the languages they are able to speak, such as: Indonesian, vernacular languages, Arabic language, and English.
There are three approaches used in this research: sociological approach, psychological approach, and anthropological approach, as ordinarily used in sociolinguistic researches. Data are collected through distributing questionnaires, matched-guise, interviews, and participatory observations. The main data obtained are respondents' self-report about their language attitudes. The data obtained through questionnaires and matched-guise are analyzed quantitatively using one-way analysis of variance (Anova) in order to get the santries' language attitudes based on social variables, such as: gender, age, education, and mother tongue. The data obtained through interviews and observations are analyzed qualitatively using categorical analysis.
This research finds out three basic attitudinal aspects of santries' language attitudes, those are: cognitive, affective, and conative. Santries language attitudes, in this case, are categorized into four groups: santries' language attitudes on Indonesian, santries' language attitudes on vernacular languages, santries' language attitudes on Arabic language, and santries' language attitudes on English. Beside those things, this research also finds out that language attitudes are related to social factors to analyze which cover gender, age, education, and mother tongue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Dyah S.
"Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Selain itu, bahasa juga kerap digunakan dalam mengekspresikan perasaan seseorang dan salah satu unsurnya adalah melalui penggunaan interjeksi, seperti interjeksi untuk menggambarkan kesedihan, kekaguman atau kekesalan. Penelitian ini membahas penggunaan interjeksi salah satu tokoh komik yaitu Kapitein Haddock dalam salah satu seri komik Belgia terkenal De Avonturen van Kuifje 'Het Geheim van De Eenhoorn' atau lebih dikenal dalam bahasa Indonesia Petualangan Tintin.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui golongan interjeksi yang diserukan oleh Kapitein Haddock. Hasil penelitian ini memaparkan bahwa interjeksi yang digunakan oleh Kapitein Haddock terbagi dalam beberapa golongan yang unsur pembentuknya berhubungan dengan pelanggaran aturan kelautan, binatang, dunia kriminal dan interjeksi bidang lain seperti sifat buruk atau alat musik.

Language is an instrument of communication among the society in a form of sound symbolism which is produced by speech organ. Language is also often used to express someone’s feeling. And partly through the usage of interjections, which states the feeling of sadness, admiration or vexation. This study identifies the interjection applied by Captain Haddock, a character of the famous Belgian comic series De Avonturen van Kuifje 'Het Geheim van De Eenhoorn', better known as Petualangan Tintin in the Bahasa.
The purpose of this qualitative study is to find out the categories of interjection which are used by Captain Haddock. The result explains that interjections used by Captain Haddock can be divided into several categories associated with the breaking of the rules, marine-, animals-, criminal world and the other interjection such as bad behaviours or music instruments.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>