Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121020 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Feny Kusumadewi
"ABSTRAK
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang sering terjadi pada masa
anak-anak dan masa bayi. Peradangan tersebut menyebabkan sputum terkumpul di
paru, yang membuat sulit untuk bernafas. Salah satu cara untuk mengeluarkan
sputum adalah CPT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
chest physiotherapy (CPT) terhadap status pernafasan anak balita pnemonia. Desain
penilitan ini menggunakan quasi eksperiment post test only dengan grup kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh CPT terhadap suara nafas (p
value= 0,008), retraksi dada (p value= 0,008), frekuensi pernafasan (p value= 0,001)
dan saturasi oksigen (p value= 0,01) pada balita. Penelitian ini merekomendasikan
CPT sebagai intervensi keperawatan untuk memperbaiki status pernafasan anak.

ABSTRACT
Pneumonia is an inflammantory condition of the lung. Child and infant included a
group that have risk to get pneumoni. The inflammantion causes pulmonary sputum
collection and this make difficult to breath. One of the ways to take out the sputum is
by doing chest physiotherapy (CPT). The purpose of this research was to find out the
effect of chest physiotherapy (CPT) toward respiratory status of children pnemonia.
Design of this study used quasi eksperiment post test only non equivalent group. The
result of the study showed there was significant effect of CPT againts breath sounds
(p value= 0,008), chest retraction (p value= 0,008), respiratory rate (p value= 0,001)
and oxygen saturation (p value= 0,010) on children. This research recommend CPT
as a nursing intervention to recover children respiratory status."
2013
T35979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Eni Lestari
"Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada bayi dan balita. Pneumonia berdampak terhadap status pernapasan karena terjadi obstruksi jalan napas akibat peningkatan produksi sekret. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas nebulisasi dan fisioterapi dada terhadap status pernapasan pada balita dengan pneumonia. Rancangan penelitian ini menggunakan quasi eksperiment pre and post test non equivalent control group design dengan 34 responden yang diambil secara consecutive sampling. Analisis data menggunakan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan selisih rata-rata HR, RR, dan SpO2 antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p=0.000). Karakteristik responden (status gizi, status ASI eksklusif, status imunisasi, lama sakit, dan jenis obat nebulisasi) tidak berpengaruh terhadap HR, RR, dan SpO2 namun usia memberikan pengaruh terhadap HR. Tindakan nebulisasi yang dilanjutkan fisioterapi dada lebih efektif dibandingkan dengan tindakan nebulisasi saja. Tindakan ini juga dapat dijadikan kebijakan yang perlu dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak pneumonia.

Pneumonia is the second leading cause of death in children under age five in Indonesia. It affects respiratory status due to airway obstruction caused by increased secretions. This study aimed to determine effectiveness of nebulization and chest physiotherapy on respiratory status of children under age five with pneumonia. This study was quasi-experimental with pre and post test nonequivalent control group design with 34 respondents choosen by consecutive sampling. Analysis result using independent t test showed differences in the average gaps in HR, RR and SpO2 of control group and intervention group (p=0.000). The characteristics of respondents (nutritional status, breastfeeding, vaccination history, length of illness and type of nebulization medication) had no effect on HR, RR and SpO2. However, age affects the HR. Nebulization followed by chest physiotherapy is more effective than nebulization. It can be used as a policy in providing nursing care for children with pneumonia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa Melati
"Manifestasi klinis anak dengan pneumonia adalah peningkatan produksi sputum yang kental, dan sulit dikeluarkan. Salah satu terapi suportif yang diberikan adalah fisioterapi dada. Fisioterapi dada diberikan untuk mengalirkan, mengeluarkan sekresi pada saluran pernapasan. Tujuan penelitian ini mengetahui dampak fisioterapi dada terhadap status pernapasan (RR, HR, SpO2) anak balita pneumonia. Desain penelitian yang digunakan kuasi eksperimen dengan pre test dan post test without control. Methode consecutive sampling, dengan 35 jumlah responden di RSUD Wilayah Jakarta. Hasil analisis penelitian menunjukkan adanya perbedaan sebelum dan sesudah intervensi pada RR, HR dan SpO2 dengan signifikansi p = 0.001. Hasil penelitian merekomendasikan penelitian selanjutnya memakai sampel lebih banyak dan menggunakan desain time series pada fisioterapi dada.

Clinical manifestations of children with pneumonia is increased production of viscous sputum, and difficult to remove. One of supportive treatment given is chest physiotherapy. Chest physiotherapy is given to drain secretion in the respiratory tract. The purpose of this study to know the effect of chest physiotherapy on respiratory status (RR, HR, SpO2) children pneumonia. The study design used a quasi experimental with pre test and post test without control. Sampling methode is consecutive sampling, with 35 respondents in Jakarta Regional Hospital. Results of the analysis showed that there was a diffrence before and after intervention in RR, HR and SpO2 with significance p = 0.001. the results of the study recommends further research taking more samples and using time series design on chest physiotherapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T43118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roza Indra Yeni
"Fisioterapi dada merupakan tindakan mandiri perawat yang bertujuan melancarkan jalan napas pada anak pneumonia. Tujuan penelitian untuk mengetahui dampak fisioterapi dada terhadap perubahan status pernapasan (Krissjansen Respiratory Score, Spo2, dan HR) anak balita pneumonia. Desain yang digunakan kuasi eksperimen pre test dan post test control group design, melibatkan 32 responden untuk masing-masing kelompok 16 anak dengan teknik consecutive di ruang anak RSUD Pasar Rebo dan Koja Jakarta.
Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan status pernapasan (saturasi oksigen) sesudah fisioterapi dada pada kelompok intervensi (p=0,001), begitu juga pada status pernapasan (saturasi oksigen dan denyut nadi) menunjukkan perbedaan signifikan kelompok intervensi p=0,001 dan p=0,039 daripada kelompok kontrol. Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk penelitian selanjutnya menggunakan desain eksperimen murni dengan tahapan prosedur lengkap fisioterapi dada.

Chest physiotherapy is an independent nursing intervention to loosen the airway in children with pneumonia disease. The aimed is to explore the effect of chest physiotherapy in change of respiratory status (Krissjansen Respiratory Score, Spo2, dan HR) children with pneumonia. The research design is quasi experiment pre test and post test control group design. The respondents are 32 patients which divide into 2 groups: 16 patients for group control and 16 patients for intervention group used consecutive sampling technique in children nursing ward Pasar Rebo hospital and Koja hospital.
Statistical analysis showed the significant differences in respiratory status (oxygen saturation) after chest physiotherapy in intervention group (p=0,001), it also different in respiratory status (oxygen saturation and pulse) in intervention group (p=0,001;p=0,039) respectively compare to control group. Further study the recommendation from this research is need to continue research used experimental method and complete chest physiotherapy procedure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Oktaviani
"Ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak dengan pneumonia. Tindakan fisioterapi dada adalah salah satu tindakan mandiri keperawatan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas tersebut. Studi ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan fisioterapi dada dalam mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada anak dengan pneumonia. Tindakan fisioterapi dada diharapkan dapat membantu meningkatkan pembersihan sekret di jalan napas.
Metode yang digunakan berupa studi kasus pemberian tindakan fisioterapi dada pada anak pneumonia. Hasil yang ditemukan yaitu: terdapat perbaikan status respirasi setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada. Berdasarkan hasil studi ini penulis merekomendasikan untuk dilakukan studi lebih lanjut terkait konsep fisioterapi dada yang dapat memberikan hasil yang lebih optimal dalam mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada anak pneumonia.

The ineffectiveness of airway clearance is a problem that is often found in children with pneumonia. Chest physiotherapy is one of the independent nursing actions to overcome the problem of the ineffectiveness of the airway clearance. This study aims to determine the impact of the application chest physiotherapy in overcoming the problem of ineffective airway clearance in children with pneumonia. Chest physiotherapy is expected to help improve the cleaning of secretions in the airway.
The method used in the form of case studies is the administration of chest physiotherapy in children with pneumonia. The results found are: there is an improvement in respiratory status after chest physiotherapy. Based on the results of this study the authors recommend further studies related to the concept of chest physiotherapy that can provide more optimal results in overcoming the problem of ineffective airway clearance in children with pneumonia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Fadhoil Hanifah
"Pneumonia menjadi salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun. Gejala yang paling umum muncul pada anak dengan pneumonia adalah batuk, berdahak yang sulit dikeluarkan. Menurut beberapa penelitian fisioterapi dada menjadi intervensi keperawatan yang dapat diterapkan pada anak untuk membantu mengeluarkan sekret yang menghambat jalan napas. Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien anak dengan pneumonia yang mengalami masalah bersihan jalan napas tidak efektif melalui penerapan intervensi fisioterapi dada. Terdapat 2 pasien yang diintervensi, masing-masing berusia 1 tahun 5 bulan dan 1 tahun 1 bulan. Intervensi dilakukan selama selama 3 hari. Setiap hari dilakukan fisioterapi dada sebanyak 2 kali (pagi dan sore) dengan durasi masing-masing 15 sampai 20 menit. Dari hasil evaluasi didapatkan adanya perbaikan status pernapasan pada pasien meliputi penurunan frekuensi napas dan denyut nadi, serta peningkatan saturasi oksigen. Selain itu, hasil auskultasi paru juga menunjukkan adanya penurunan suara ronchi.

Pneumonia is one of the most common diseases in children under five years old. Coughing and phlegm that is difficult to expel are the most common symptoms of pneumonia in children. Chest physiotherapy can be applied to children to help expel secretions that block airways, according to several studies. The purpose of this paper is to analyze nursing care in pediatric patients with pneumonia who have problems with ineffective airway clearance through the application of chest physiotherapy interventions. There were 2 patients who intervened, each aged 1 year 5 months and 1 year 1 month. The intervention was carried out for 3 days. The chest physiotherapy was conducted twice a day for 15 to 20 minutes each. According to the evaluation results, the patient's respiratory status improved, including a decrease in respiratory rate and pulse, as well as an increase in oxygen saturation. In addition, the results of auscultation of the lungs also showed a decrease in the sound of rhonchi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tama Benita
"Ketidakefektifan bersihan jalan napas menjadi salah satu masalah respirasi paling umum terjadi pada anak dengan pneumonia akibat terjadinya inflamasi pada alveolus. Pada anak-anak, peningkatan produksi sekret dan ketidakefektifan batuk semakin memperparah kepatenan jalan napas sehingga memerlukan bantuan dalam sekresi sputum. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas fisioterapi dada pada pasien anak dengan pneumonia yang mengalami masalah bersihan jalan napas. Pasien An. D (11 tahun) dengan pneumonia mengalami takipnea dengan frekuensi napas 31x/menit, saturasi oksigen 95-97% dengan nasal kanul 2 liter per menit, frekuensi nadi 128x/menit, ronkhi pada kedua lapang paru, dan tingkat kesadaran stupor GCS E1M2V1. Setelah diberikan fisioterapi dada selama 4 hari, terdapat perbaikan pada frekuensi napas pasien, frekuensi nadi, saturasi oksigen, suara ronkhi yang berkurang, dan sekresi sputum mencapai 60 cc pada hari terakhir intervensi. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi tambahan bagi ners untuk memberikan fisioterapi dada sebagai intervensi keperawatan mandiri pada pasien dengan masalah bersihan jalan napas.

Ineffective airway clearance is one of the most common respiratory problems in children with pneumonia due to inflammation of the alveoli. In children, increased production of secretions and ineffective coughing further exacerbate airway patency, hence sputum secretion assistance is required. This study aims to analyze the effectiveness of chest physiotherapy in children with pneumonia with airway clearance problems. Patient D (11 years old) with pneumonia had tachypnea with a respiratory rate of 31x/minute, oxygen saturation 95-97% with nasal cannula 2 liters per minute, pulse rate 128x/minute, rhonchi, and LOC stupor GCS E1M2V1. The patient's respiratory rate, pulse rate, oxygen saturation, ronchi, and sputum secretion is improved during 4 days of administered chest physiotherapy. The results of this study are expected to be an additional reference for nurses to provide chest physiotherapy as an independent nursing intervention for patients with airway clearance problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Maharani
"Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan masalah utama yang sering muncul pada anak dengan pneumonia. Tindakan clapping adalah salah satu intervensi mandiri keperawatan untuk masalah bersihan jalan napas. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas clapping dalam penanganan masalah bersihan jalan napas. Intervensi berupa tindakan clapping untuk penanganan bersihan jalan napas diharapkan dapat menggerakkan sekret yang tertahan pada jalan napas. Metode yang digunakan berupa edukasi, pendampingan, memantau status respirasi, serta evaluasi. Hasil ditemukan bahwa ada perbaikan status respirasi setelah pemberian clapping dan terapi jalan napas lainnya. Berdasarkan studi ini diharapkan institusi rumah sakit memaksimalkan peran perawat untuk memberikan edukasi, pendampingan, dan evaluasi mengenai clapping sebagai tindakan penting untuk meningkatkan perbaikan masalah bersihan jalan napas.

Ineffective airway clearance is a major problem that often occurs in children with pneumonia. Clapping chest physiotherapy is one of nursing interventions for improving airway clearance. This study aims to determine the effectivity of clapping chest physiotherapy for improving airway clearance. Clapping chest physiotherapy techniques are expected to move secretion out of the lungs. The methods used are education, assistance, and evaluation of clapping chest physiotherapy, and monitoring status of respiration. The result found that there was an improvement in respiratory status after administration of clapping and other airway clearance therapy. This paper is expected to be the hospitals consideration in maximizing nurses role in education, assistance, and evaluation of clapping as an important measure to improve airway clearance. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pierce, Lynelle N.B.
Philadelphia: W.B. Saunders , 1995
615.836 PIE g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Githa Putri Puspita Sari
"Sakit kritis merupakan suatu kondisi terjadinya gangguan fungsi multiorgan yang menyebabkan homeostasis tubuh tidak dapat dipertahankan tanpa adanya intervensi medis di unit perawatan intensif. Proses hiperkatabolik akibat stres metabolik pada pasien sakit kritis terutama di fase akut sangat tinggi sehingga menyebabkan degradasi protein. Tingkat degradasi ini dapat dilihat salah satunya dengan pemeriksaan kehilangan nitrogen melalui urin 24 jam. Asupan energi dan protein berperan penting dalam memelihara proses metabolisme yang terjadi. Asupan yang tidak adekuat diiringi kehilangan protein yang tinggi akan menghasilkan nilai imbang nitrogen yang negatif. Tujuan penelitian ini untuk melihat korelasi asupan protein selama fase akut terhadap perubahan imbang nitrogen yang dinilai pada hari ke-3 dan ke-7 perawatan. Metode penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang dilakukan di Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Indonesia (ICU RSUI) dengan pengambilan sampel secara consecutive sampling. Kriteria penerimaan adalah berusia 18-60 tahun, mendapatkan asupan protein pertama dalam 48 jam, dan bersedia mengikuti penelitian. Kriteria penolakan adalah produksi urin <0.5 ml/kgBB/jam, gangguan fungsi ginjal dan hati kronis, IMT <18.5 atau ≥30 kg/m2, skor APACHE II>30, hamil, dan mendapat norepinefrin >0.3 mcg. Kriteria pengeluaran adalah mendapatkan rerata asupan protein hari ke-3 hingga ke-7 <0.5gr/kgBB/hari, dan meninggal sebelum hari ke-7. Pemeriksaan kadar nitrogen urea urin 24 jam dan perhitungan imbang nitrogen dinilai pada hari ke-3 dan ke-7 perawatan. Hasil penelitian menunjukkan rerata asupan protein dan energi pada 21 subyek adalah 0.8 gr/kgBB/hari dan 78% dari EE pada hari ke-3, lalu rerata asupan pada hari ke-7 adalah 1.1 gr/kgBB/hari dan 110% dari EE. Rerata kadar NUU dan imbang nitrogen hari ke-3 adalah 8.1 gr dan -5.3 gr. Rerata kadar NUU dan imbang nitrogen hari ke-7 adalah 7.2 gr dan -1.5 gr. Rerata perubahan imbang nitrogen bernilai positif yaitu 3.8 gr. Terdapat korelasi positif antara asupan energi maupun protein terhadap imbang nitrogen hari ke-3 (r=0.5, p=0.01; r=0.6, p=0.003). Walaupun terdapat perbaikan imbang nitrogen yang signifikan pada subyek penelitian namun tidak didapatkan korelasi bermakna antara asupan protein terhadap perubahan imbang nitrogen (p=0.1). Kesimpulan penelitian ini adalah asupan energi dan protein berkorelasi positif dengan imbang nitrogen pada early acute phase. Asupan protein pada late acute phase tidak berhubungan dengan perubahan imbang nitrogen pada penelitian ini

Critical illness is a condition where multiorgan dysfunction occurs which causes body homeostasis that cannot be maintained without medical intervention in the intensive care unit. The hypercatabolic process due to metabolic stress in critically ill patients, especially in the acute phase, is very high, causing protein degradation. This level of degradation can be evaluated by examining nitrogen loss through 24-hour urine. Energy and protein intake plays an important role in maintaining the metabolic processes. Inadequate intake accompanied by high protein losses will result in negative nitrogen balance values. The aim of this study was to analyze the correlation of protein intake during the acute phase with nitrogen balance changes on days 3 and 7 of treatment. The method of this study was cross-sectional with consecutive sampling, conducted in the Intensive Care Unit of the University of Indonesia Hospital (ICU RSUI). Inclusion criteria were 18-60 years old, getting their first protein intake within 48 hours, and willing to take part in the research. Exclusion criteria were urine output <0.5 ml/kgBW/hour, chronic kidney and liver function disorders, BMI <18.5 or ≥30 kg/m2, APACHE II score>30, pregnancy, and receiving norepinephrine >0.3 mcg. Drop out criteria were patients having an average protein intake on days 3 to 7 <0.5 gr/kgBW/day, or dying before the 7th day. Examination of 24-hour urine urea nitrogen (UUN) levels and calculation of nitrogen balance were assessed on days 3 and 7 of treatment. The results of the study showed that the mean of protein and energy intake in the 21 subjects was 0.8 gr/kgBW/day and 78% of EE on day 3, then the mean intake on day 7 was 1.1 gr/kgBW/day and 110% of EE. The mean ​​of UUN levels and nitrogen balance on day 3 were 8.1 gr and -5.3 gr. The mean of UUN levels and nitrogen balance on day 7 were 7.2 gr and -1.5 gr. Mean of nitrogen balance changes was positive, namely 3.8 gr. There was a positive correlation between energy and protein intake with nitrogen balance on day 3 (r=0.5, p=0.01; r=0.6, p=0.003). Although there was a significant improvement in nitrogen balance in the research subjects, there was no significant correlation between protein intake with nitrogen balance changes (p=0.1). The conclusion of this study is that energy and protein intake were positively correlated with nitrogen balance in the early acute phase. Protein intake in the late acute phase was not associated with nitrogen balance changes in this study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>