Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185127 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Kartika Untari
"ABSTRAK
Swamedikasi didefinisikan sebagai penggunaan obat tanpa konsultasi dari dokter, diagnosa, serta peresepannya. Prevalensi swamedikasi yang dilakukan mahasiswa cukup tinggi kemudian disertai dengan ditemukannya masalah terkait praktek swamedikasi. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan efektivitas media booklet dengan Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) pada responden mahasiswa non Ilmu Kesehatan yang sebelumnya telah berhasil meningkatkan pengetahuan dan tindakan swamedikasi pada responden ibu-ibu. Desain penelitian yang dilaksanakan adalah pre-experimental dengan pre-test dan post-test pada responden yang terbagi menjadi kelompok yang melaksanakan CBIA dan kelompok yang diberikan booklet. Respoden yang mengikuti penelitian hingga selesai berjumlah 78 orang (n booklet = 41 orang, n CBIA = 37 orang). Skor pengetahuan, perilaku, dan sikap diukur dengan kuesioner sebelum serta 6 minggu setelah intervensi CBIA dan booklet. Hasil pengukuran menggunakan uji non parametrik Wilcoxon (p<0,05) diperoleh kedua intervensi yaitu CBIA dan booklet mempengaruhi secara bermakna tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku. Pada uji regresi logistik didapatkan bahwa variabel perancu yaitu umur, status semester, dan anggota keluarga yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan tidak mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi mahasiswa. Pemberian booklet lebih efektif dibandingkan metode CBIA dalam meningkatkan sikap swamedikasi mahasiswa, namun kedua intervensi tersebut sama efektifnya dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku swamedikasi mahasiswa non Ilmu Kesehatan UNTAN Pontianak.

ABSTRACT
Self-medication is defined as used of medication without obtained diagnose and prescription from physician?s consultation. The prevalence of self-medication at students was high and followed by finding of problems related it practices. This study was conducted to compare the effectiveness of booklet media with Community-Based Interactive Approach method on non Medical students, which previously have been increasing the knowledge and attitude on housewives respondent. This were pre-experimental study by pre-test and post-test design, the respondent were divided into two groups that carry out the CBIA method and given booklet media. Amount of respondent followed the study until finished were 78 people (n booklet = 41, n CBIA = 37). Knowledge, attitude, and behavior score was assessed by questionnaire in pre-intervention immediately and six week after intervention. The questionnaire result was analyzed by using Wilcoxon non parametric test (p<0.05) showed that CBIA and booklet increasing knowledge, attitude, and behavior of self-medication significantly. The results of logistic regression test showed age, year of study, and educational intervention as not factor that influenced self-medication knowledge, attitude, and behavior of student. The influence booklet intervention more effective than CBIA method toward self-medication attitude. However, both of intervention as effective toward self-medication knowledge and behavior of Non Medical Tanjungpura University Students, Pontianak.
"
2013
T36103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Risiko kesalahan penggunaan obat pada praktik swamedikasi untuk pasien anak cukup besar meliputi pemilihan obat hingga regimen dosis yang berdampak negatif pada keselamatan pasien. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku swamedikasi dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan, sikap, terhadap perilaku pelaksanaan  swamedikasi obat batuk, flu, dan demam pada anak-anak di wilayah Jabodetabek. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan metode mixed method tipe embedded design. Data diperoleh dengan teknik consecutive sampling menggunakan kuesioner yang telah memenuhi syarat valid dan reliabel melalui uji validitas dan reliabilitas. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh 239 orang tua di Jabodetabek dan dianalisis menggunakan program IBM®SPSS® versi 26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menunjukkan pengetahuan (70,7%), sikap (84,1%), dan perilaku (94,6%) yang baik terkait swamedikasi anak. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap (p = <0.001; r = 0.494), pengetahuan dan perilaku (p = <0.001; r = 0.278), serta sikap dan perilaku (p = <0.001; r = 0.381) terkait swamedikasi anak. Semakin baik pengetahuan dan sikap orang tua terhadap swamedikasi, semakin baik perilaku mereka dalam melakukan swamedikasi pada anak. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi antara responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendapatan (p <0.05). Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan tingkat pendidikan dan status pekerjaan (p >0.05). Studi ini memberikan pemahaman tentang pola swamedikasi pada orang tua di Jabodetabek, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi.

The risk of medication errors in self-medication practices for pediatric patients is significant, including issues related to drug selection and dosing regimens that can negatively impact patient safety. Several studies have shown that self-medication practices can be influenced by the level of knowledge and attitudes held by patients. This research aims to analyze the knowledge, attitudes, and practices related to self-medication for cough, flu, and fever medications in children in the Jabodetabek area. The design of this research is cross-sectional with a mixed-methods embedded design. Data was collected by using consecutive sampling technique using questionnaire that had fulfilled the validity and reliability test. Primary data was obtained from 239 parents in the Jabodetabek area and analyzed using IBM® SPSS® version 26. The research findings indicate that the majority of respondents demonstrated good knowledge (70.7%), attitudes (84.1%), and behaviors (94.6%) regarding self-medication practices for children. There were significant positive correlation between knowledge and attitudes (p = <0.001; r = 0.494), knowledge and behaviors (p = <0.001; r = 0.278), as well as attitudes and behaviors (p = <0.001; r = 0.381) regarding self-medication practices for children. The better the knowledge and attitudes of parents towards self-medication, the better their behaviors in practicing self-medication. There were significant correlation in knowledge, attitudes, and practices related to self-medication among respondents based on age, gender, and income (p <0.05). However, no significant differences were found based on education level and employment status (p >0.05). This study provides insights into the patterns of self-medication practices among parents in the Jabodetabek area."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juwita Sari
"Pendahuluan: Perilaku swamedikasi adalah penggunaan obat untuk menyembuhkan penyakit sebelum mencari pertolongan tenaga kesehatan. Studi terdahulu menyatakan sebesar 35,2% ibu menerapkan pola swamedikasi pada anak. Hal ini menjadi perhatian besar karena anak memiliki kerentanan terhadap efek samping pengobatan. Beberapa studi menunjukkan bahwa perilaku swamedikasi pengobatan untuk anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk lokasi tempat tinggal. Oleh karena itu, pola swamedikasi pada anak-anak perlu diteliti demi penggunaan pengobatan yang rasional pada masyarakat di daerah urban dan suburban Jakarta. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pola pengobatan rasional masyarakat di daerah urban Kampung Jakarta dan suburban Jakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang analitik dengan menggunakan metode purposive sampling di beberapa lokasi di Jakarta dan sekitarnya dengan memberikan pertanyaan melalui kuesioner terstruktur yang telah divalidasi. Beda proporsi perilaku swamedikasi pada anak dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan program SPSS versi 20. Hasil: Penelitian dilakukan pada responden yang berasal dari masyarakat urban Kampung Jakarta (N=83) dan masyarakat suburban Jakarta (N=125) yang memiliki anak dengan usia <12 tahun. Tidak ditemukan perbedaan proporsi swamedikasi orang tua pada pengobatan anak dan tidak ditemukan pula perbedaan sikap dan pengetahuan dari wilayah urban Kampung Jakarta dan suburban Jakarta. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan proporsi, sikap, dan pengetahuan orang tua mengenai swamedikasi pada anak di urban Kampung Jakarta dan suburban Jakarta.

Introduction: Self-medication behavior is the use of drugs to cure diseases before seeking help from health workers. Previous study has stated that 35.2% of mothers applied self-medication patterns to their children. This is of great concern because children have susceptible to the side effects of treatment. Several studies show that self- medication behaviour for children is influenced by various factors, including the location of residence. Therefore, the pattern of self-medication in children needs to be investigated in order to improve the rational use of medicine in urban and suburban areas. Objective: This study was aimed to improve the rational drug use in parents located in urban and suburban areas of Greater Jakarta. Methods: This was a cross-sectional analytical study design using the purposive random sampling method in several locations in Jakarta and its surrounding by providing questions through a structured validated questionnaires. The difference in the proportion of self-medication behavior in children was analyzed using Chi-square test with the SPSS program version 20. Results: The study was conducted on respondents from the urban community of Kampung Jakarta (N=83) and suburban communities around Jakarta (N=125) had children under 12 years of age. There were no differences in the proportion of parents' self-medication in the treatment of children and there were also no differences in attitudes and knowledge of the urban areas of Kampung Jakarta and suburbs in Jakarta and its surroundings. Conclusion: There is no different in the proportions, attitudes, and knowledge of parents’ self-medication on the treatment of children in urban Kampung Jakarta and suburbs in Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvina Apriani
"Tingginya persentase swamedikasi batuk dibandingkan dengan penyakit lain dapat menjadi pemicu timbulnya swamedikasi yang tidak rasional sehingga menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap pasien dewasa terhadap perilaku swamedikasi batuk di Jabodetabek. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode mixed method tipe embedded design. Metode perolehan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling menggunakan kuesioner yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas. Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan total 139 responden dan dianalisis menggunakan IBM®SPSS® versi 25. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 53,96% responden memiliki pengetahuan yang cukup, 81,29% responden memiliki sikap yang baik, dan 64,03% responden memiliki perilaku yang baik. Terdapat korelasi positif berkekuatan lemah antara pengetahuan swamedikasi batuk (p=0,000; r=0,285) dan sikap serta korelasi kuat positif antara sikap dan perilaku swamedikasi batuk (p=0,000; r=0,403). Namun tidak terdapat korelasi antara pengetahuan dan perilaku swamedikasi batuk responden (p=0,138; r=1,105). Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap faktor sosiodemografi menunjukkan korelasi yang tidak bermakna (p>0.05). Oleh sebab itu, dapat disimpulkan semakin baik pengetahuan swamedikasi batuk responden maka semakin baik pula sikap swamedikasi batuk responden dan semakin baik sikap swamedikasi batuk responden maka semakin baik pula perilaku swamedikasi batuk yang ditunjukkan responden. Pada profil swamedikasi responden melakukan swamedikasi karena sudah mengetahui obat yang harus digunakan berdasarkan pengalaman dengan frekuensi swamedikasi dalam 3 bulan terakhir 1-2 kali. Responden memperoleh obat dari apotek dan mengandalkan pengalaman penggunaan obat pribadi/keluarga sebagai informasi obat mereka. Pada penggunaan obat batuk ditemukan responden yang menggunakan obat batuk kering untuk mengobati batuk berdahak

The high percentage of cough self-medication compared to other diseases can trigger irrational self-medication, causing serious health consequences. This study aims to analyze the effect of adult patient's knowledge and attitudes on cough self-medication practice in Jabodetabek. The research design is cross-sectional with mixed method type embedded design. The data was collected by using consecutive sampling technique using questionnaire that had fulfilled validity and reliability test. Primary data were collected with 139 samples and analyzed by IBM®SPSS® 25. The results showed that 53.96% of respondents had enough knowledge, 81.29% of respondents had a good attitude, and 64.03% respondents have good practice. The results of the correlation test showed that there was a positive weak correlation between self-medication knowledge (p=0,000; r=0,285) and attitudes and a positive strong correlation between self-medication attitudes and practice (p=0,000; r=0,403). There was no correlation between self-medication knowledge and practice (p=0,138; r=1,105). The relationship between knowledge, attitudes, and practice towards sociodemographic factors showed no significant correlation (p>0.05). Therefore, it can be concluded that the higher respondent's self-medication knowledge, the better the self-medication attitude of respondents and the better self-medication attitude, the better self-medication behavior shown by respondents. In self-medication profile, respondents did self-medication because they already knew drug they used based on experience and self-medication frequency in last 3 months is 1-2 times. Respondents obtained drugs from pharmacies and relied on their personal/family drug use experience as their drug information. It was found that respondents used dry cough medicine to treat coughs with phlegm."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shita Dharmasari
"Penanganan gejala penyakit tanpa melalui sumber pelayanan medis telah menjadi kegiatan rutin sehari-hari bagi penduduk. Tindakan pertama yang dilakukan untuk mengatasi penyakit adalah dengan pengobatan sendiri (self-medicated). Di Provinsi Lampung sebesar 66,48% masyarakatnya melakukan pengobatan sendiri dan sebesar 87,33% dari masyarakat Kota Bandar Lampung melakukan pengobatan sendiri dengan menggunakan obat modern. Pengobatan sendiri oleh masyarakat tersebut jika dilakukan secara aman, tepat dan rasional akan membantu mengatasi masalah kesehatan ringan atau membantu masyarakat yang tinggal jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan sedangkan penggunasalahan obat (drug misuse) justru dapat mengakibatkan ketidakefektifan pengobatan, obat menjadi tidak berguna atau bahkan membahayakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional pada masyarakat Kota Bandar Lampung tahun 2003. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan unit analisa rumah tangga, data primer didapatkan dari responden dengan wawancara menggunakan pedoman kuisioner. Sampel penelitian adalah 170 rumah tangga yang melakukan pengobatan sendiri dalam 3 bulan terakhir di Kota Bandar Lampung pada tahun 2003 yang diambil secara cluster.
Variabel dependent adalah perilaku pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional dan sebagai variabel independent adalah faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan tentang pengobatan sendiri, keyakinan sakit dan keyakinan pengobatan), faktor pemungkin (pengeluaran), dan faktor penguat (keterpaparan iklan). Analisa data meliputi univariat dengan distribusi frekuensi, mean, median, standar deviasi, dan nilai minimum-maksimum, bivariat dengan uji t independent, uji anova dan regresi tinier sederhana dan multivariat menggunakan regresi liner berganda.
Ditemukan bahwa responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga, berusia antara 23 tahun sampai 65 tahun, sebagian besar berpendidikan tamat SLTA, dan sebagian besar kepala rumah tangga yang bekerja sebagai wiraswasta dengan pengeluaran keluarga rata-rata Rp. 828.088; (95% C1765.517 - 890.659).
Dari interval nilai skor perilaku pengobatan sendiri yang aman, tepat-dan rasional yaitu 24 - 72, basil penelitian menunjukan bahwa tidak satupun masyarakat mencapai skor tertinggi clan perilaku pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional dan sebanyak 49,5% dad masyarakat Kota Bandar Lampung mempunyai skor perilaku pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional dibawah rata-rata. Variabel yang masuk dalam model setelah dikontrol dengan variabel lain, yang berhubungan dengan perilaku pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional adalah tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran, pengetahuan tentang pengobatan sendiri dan keyakinan pengobatan dengan variabel yang paling dominan adalah tingkat pendidikan.
Dengan hasil penelitian ini dapaf disarankan tentang perlunya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengobatan sendiri melalui kampanye (pemasaran sosial) pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional secara lebih meluas dengan lebih memperhatikan tingkat pendidikan terutama pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, dan masyarakat dengan pendapatan yang rendah. lnformasi yang disertakan dalam kemasan obat (patient package insert) hendaknya berisi informasi yang bisa dimengerti oleh masyarakat bukan merupakan istilah medis.
Daftar Pustaka: 59 (1971-2002)
Factors Related to the Safe, Accurate, and Rational Self Medication Within Community Bandar Lampung City in The Year 2003 Self-medication for symptoms has become common behavior among the member of community. The first health seeking action undertaken by most people to overcome disease is through self-medication. In the Province of Lampung about 66,8% of household undertake self medication and about 87,33% at Bandar Lampung City has used modern medicine as self medication. This self-medication, if performed safely, accurately, and rationally, would help to overcome mild health problems or help the people who live far from the health facilities. The misuse of drugs could cause ineffective medication; drugs become useless and could even become dangerous.
The objectives of this study are to find out the factors related to safe, accurate, and rational self-medication behaviors. This study employed cross sectional approach design with households as the unit of analysis. Primary data are acquired from the respondents through interviews using questionnaire as the guidelines. The sample of this study are 170 households who perform self medication in the recent three months in Bandar Lampung City in 2003 which are taken through cluster sampling method.
The dependent variable is safe, accurate, and rational self-medication behaviors and as the independent variables are: predisposing factors (age, sex, marital status, family members' number, education level, job, knowledge of self medication, perceived illness and medication assurance), enabling factors (i.e., household expenditure), and reinforcing factors (i.e., advertisement influence). Data analysis consist of statistics distribution of frequency, mean, median, standard deviation, and minimum and maximum values, bivariat analysis is using independent t test, ANOVA test, and simple linier regression, and multivariate analysis is using multiple limier regression.
It is discovered that most of the respondents are mothers, aged between 23 to 65 years old, most with high school educational background, and most are head of the families working in the public sectors with average household expenditure around Rp. 828.088, - (95% CI between 765.517-890.659).
Behavior score interval of the safe, accurate and rational self-medication is 24 -72. The result of the study shows that none of the respondent acquired the maximum score of safe, accurate, and rational self-medication and about 49,5% of the respondent have the score below the average. The variables which enter the model after being controlled by other variables, which relates to safe, accurate, and rational self medications are educational level, knowledge of self medication, and medication belief The level of education has been found to be the most determinant factor.
From the result of this study it could be advised of the needs to improve the public knowledge of self medication through a safe, accurate, and rational self medication campaign (social marketing) by giving more attention to those of lower educational level and the with low income. The information embedded on the patient package insert should better consist of information that could be understood by the public, using common terminology/language.
Bibliography List: 59 (1971-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The self-medication is an effort conducted by the community to cure theirselves using medicine, traditional medicine or others without health proffesional advice. The aims of this study are to know healthy ? illness concept, to know local language,symptoms, cause, prevention and curation of headache, fever, cough and common
cold, and the self- medication practice on the village community.
This study using qualitative design and data was collected by depth interviewing from 12 key informans at Ciwalen village, Warungkondang sub-district, Cianjur district, West Java, in 1998. Key informans are the chief of RT, the chief of RW, the teachers of elementary school, the health cadres, and the housewives. Data were analyzed
using triangulation methode and confirmating the interview result to the key informans. The conclussion of this study are : The healthy-illness concept does not only physical aspect, but also social culture
aspect. The light illness - heavy illness concept depends on the physical condition of patient, the daily activity and the medication.
The community use generally local language nyeri sirah for the headache, muriang for the fever, gohgoy for the cought and salesma for the common cold. The cause of illness is commonly their physical environment, include bacteria for the cought. The prevention of illness is generally conducted by avoiding its cause. The self medication practice generally use the medicine that were bought from the retail at their village, some of them use the traditional medicine. Reason of self-medication practice are light illness, inexpensive, time eficiency, and as a first aid before going to the health proffesional or health center. The selfmedication practice is improperly done, because the community mostly bought a small amount of medicine, so that the brochure of the medicine can not be read."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI], 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Bharata
"Latar Belakang Gejala common cold pada COVID-19 dan penyakit respirasi lain menyerupai satu sama lain sehingga seseorang yang mengalami gejala sering kali tidak melakukan perilaku preventif yang sesuai. Untuk mengatasi gejala tersebut, perilaku kesehatan yang sering diterapkan di masa pandemi COVID-19 adalah swamedikasi (self-medication). Swamedikasi ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap karena perilaku kesehatan yang baik umumnya didahului oleh pengetahuan dan sikap yang baik juga. Akan tetapi, belum banyak studi yang meneliti hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap COVID-19 dengan swamedikasi common cold. Metode Penelitian dilakukan secara cross-sectional dengan data primer yang diperoleh melalui kuesioner yang sudah divalidasi oleh penelitian sebelumnya. Kuesioner yang digunakan menilai pengetahuan dan sikap terhadap COVID-19, serta perilaku swamedikasi masyarakat ketika mengalami gejala common cold. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Panjunan, Cirebon, dan sekitarnya sebagai wilayah binaan Pengabdian Masyarakat FKUI. Data dianalisis dengan uji Fisher dan dihitung rasio odds dengan interval kepercayaan 95%. Hasil analisis signifikan apabila p<0,05. Hasil Dari 94 responden, 86,2% memiliki pengetahuan baik, dan 95,7% memiliki sikap positif terhadap COVID-19. Sebanyak 95,7% responden mempraktikkan swamedikasi common cold. Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai COVID-19 dengan swamedikasi common cold di Kelurahan Panjunan, Cirebon dan sekitarnya. Kesimpulan Pengetahuan dan sikap terhadap COVID-19 di Kelurahan Panjunan, Cirebon dan sekitarnya sudah tergolong baik. Selain itu, swamedikasi untuk gejala common cold merupakan perilaku kesehatan yang sering dilakukan oleh masyarakat di daerah tersebut. Maka dari itu, pengaturan kebijakan dan peningkatan kesadaran masyarakat melalui edukasi mengenai swamedikasi yang tepat perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah dan stakeholder kesehatan lainnya.

Introduction Symptoms of the common cold in COVID-19 and other respiratory diseases resemble each other so someone who experiences these symptoms often do not carry out appropriate preventive behavior. In an attempt to alleviate these symptoms, the health behavior that is often practiced in the COVID-19 pandemic is self-medication. This selfmedication behavior can be influenced by knowledge and attitudes because good health behavior is generally preceded by good knowledge and attitudes as well. However, not many studies have examined the relationship between knowledge and attitude towards COVID-19 and self-medication for the common cold. Method The research was done with a cross-sectional design with primary data obtained through questionnaires that had been validated by previous research. The questionnaire used assesses knowledge and attitudes towards COVID-19, as well as people's self-medication behavior when experiencing symptoms of the common cold. The research was done in Kelurahan Panjunan, Cirebon, and surrounding areas as it is one of the areas supported by FKUI. Data were analyzed using Fisher's exact test and odds ratios with 95% confidence intervals were calculated. The results are significant if p value <0.05. Results Of the 94 respondents, 86,2% had good knowledge, and 95,7% had a positive attitude towards COVID-19. 95,7% of respondents practiced self-medication towards common cold. No significant differences were found between knowledge and attitudes about COVID-19 and self-medication for the common cold in Kelurahan Panjunan, Cirebon and its surrounding areas. Conclusion Knowledge and attitude towards COVID-19 in Kelurahan Panjunan, Cirebon and its surrounding areas are good. Self-medication for the common cold is a health behavior that is often carried out by the community in those areas. Therefore, setting regulations and increasing public awareness through education regarding proper self-medication for the common cold needs to be a concern for the government and other health stakeholders."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Aryawan Putra
"Akhir-akhir ini terdapat prevalensi swamedikasi yang tinggi terkait penggunaan obat over the counter (OTC) di kalangan mahasiswa. Swamedikasi tanpa pengetahuan yang tepat dapat berbahaya. Penelitian ini mengevaluasi tindakan tersebut di kalangan mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia dikarenakan mereka dibekali kemampuan literasi informasi dalam memilah informasi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai tingkat pengetahuan dan praktik swamedikasi mahasiswa serta untuk mengidentifikasi perilaku pencarian informasi mahasiswa terkait obat OTC. Kuesioner online didistribusikan kepada seluruh mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia angkatan 2020 sampai 2023. Dengan teknik stratified sampling di tiap angkatan, terjaring total responden berjumlah 180 orang. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang memadai tentang obat OTC dan mengakses informasi dari sumber yang dianggap kredibel. Selain itu, ditemukan 91,2% responden melakukan swamedikasi, dan 90,6% di antara mereka secara proaktif memeriksa informasi pada kemasan obat. Fenomena ini menandakan kesadaran yang tinggi, namun juga menunjukkan kecenderungan swamedikasi yang kuat di antara mahasiswa. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Ilmu Perpustakaan UI memiliki tingkat prevalensi swamedikasi yang tinggi dan sebagian besar memiliki pengetahuan dan praktik yang baik terkait obat OTC. Penelitian ini diharapkan berkontribusi dalam meningkatkan literasi kesehatan untuk mengurangi praktik swamedikasi berisiko dan mendukung penggunaan obat OTC yang lebih aman.

Recently, there has been a high prevalence of self-medication with over-the-counter (OTC) drugs among students. Self-medication without proper knowledge can be dangerous. This study evaluates such practices among Library Science students at Universitas Indonesia due to their information literacy skills in discerning information. The primary objective of this study is to assess the students' knowledge and self-medication practices and to identify their information-seeking behavior regarding OTC drugs. An online questionnaire was distributed to all Library Science students from the 2020 to 2023 cohorts. Using stratified sampling within each cohort, a total of 180 respondents were obtained. The results indicate that the majority of respondents have adequate knowledge about OTC drugs and access information from credible sources. Additionally, 91.2% of respondents engage in self-medication, and 90.6% of them proactively check information on the drug packaging. This phenomenon indicates a high level of awareness but also shows a strong tendency for self-medication among students. The study concludes that Library Science students at Universitas Indonesia have a high prevalence of self-medication and most possess good knowledge and practices regarding OTC drugs. This research aims to contribute to enhancing health literacy to reduce risky self-medication practices and support safer use of OTC dru"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Elysia Pramesti
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 menyebabkan masyarakat khawatir melakukan perawatan gigi dan mulut di praktik dokter gigi akibat khawatir terpapar virus SARS-CoV-2 sehingga dapat menjadikan swamedikasi sebagai pilihan perawatan.
Tujuan: Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan praktik swamedikasi orang tua serta perbedaan praktik swamedikasi dengan berbagai karakteristik orang tua.
Metode: Studi potong lintang kepada 421 orang tua dengan anak usia 0-12 tahun di DKI Jakarta pada Agustus hingga Oktober 2021 menggunakan kuesioner daring berisi 21 pertanyaan. Digunakan uji Chi-Square dan dilanjutkan uji regresi logistik.
Hasil: Mayoritas orang tua (73,9%) melakukan swamedikasi saat pandemi dengan obat yang utama digunakan adalah analgesik dan antibiotik, serta mayoritas mengetahui mengenai efek samping obat terhadap sistem pencernaan. Terdapat perbedaan bermakna praktik swamedikasi berdasarkan tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi orang tua, kekhawatiran orang tua ke dokter gigi saat pandemi, dan kemauan (willingness) orang tua membawa anak ke dokter gigi saat pandemi. Tingkat pendidikan orang tua dan kemauan orang tua membawa anak ke dokter gigi saat pandemi merupakan prediktor swamedikasi.
Kesimpulan: Swamedikasi orang tua terhadap masalah gigi dan mulut pada penelitian memiliki prevalensi tinggi namun masih terdapat cara serta pengetahuan yang kurang tepat. Sehingga diperlukannya edukasi kepada orang tua untuk mengurangi risiko swamedikasi, terutama dalam penggunaan antibiotik.

Background: The COVID-19 pandemic has caused people to worry about getting dental care at a dentist's practice due to concerns about the SARS-CoV-2 virus, making self-medication a treatment option.
Objective: To describe the knowledge, attitudes, and practices of parents' self-medication towards children's dental problems and to find out the significant differences in the practice of self-medication with various characteristics of parents.
Methods: A cross-sectional study of 421 parents with children aged 0-12 years in DKI Jakarta from August to October 2021 using an online questionnaire containing 21 questions. Chi-Square test was used and continued with logistic regression.
Results: Most parents (73.9%) self-medicated during the pandemic, with the primary drugs used being analgesics and antibiotics. The majority of parents knew about the side effects of drugs on the digestive system. There are significant differences in the practice of self-medication based on parents' education level, parents' economic level, parents' worries about going to the dentist during the pandemic, and the willingness of parents to take their children to the dentist during the pandemic. The level of parental education and the willingness of parents to take their children to the dentist during a pandemic are predictors of self-medication.
Conclusion: In this study, parents' self-medication towards children's dental problems was highly prevalent, but some parents used inappropriate methods and knowledge. Thus, education is needed to reduce the risk of self-medication, especially in antibiotics.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kyra Adiavira
"Latar belakang: Swamedikasi yang dilakukan dengan rasional dan bertanggung jawab dapat memiliki banyak keuntungan, baik dari segi waktu dan biaya, sementara yang tidak rasional dapat menyebabkan kerugian. Swamedikasi yang rasional berhubungan erat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi. Mahasiswa kesehatan kemungkinan mendapatkan paparan informasi mengenai pengobatan yang lebih tinggi dibanding mahasiswa lainnya. Di Indonesia, belum banyak dilakukan penelitian mengenai swamedikasi pada mahasiswa.
Metode: Kuesioner mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi disebarkan kepada 128 mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) dan non RIK di Universitas Indonesia. Data kemudian dianalisis dengan chi square dan dihitung rasio odds dan interval kepercayaan 95%.
Hasil: Dari 128 kuesioner yang disebarkan, seluruhnya memenuhi kriteria eligibilitas dan dapat dianalisis. Didapatkan bahwa dari 116 (90,6%) mahasiswa yang melakukan swamedikasi, 70 (94,6%) adalah mahasiswa RIK dan 46 (85,2%) adalah mahasiswa non RIK. Dari jumlah tersebut, 46 (62,2%) mahasiswa RIK dan 6 (13%) mahasiswa non RIK memiliki pengetahuan baik. M ahasiswa dengan latar belakang kesehatan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi terkait swamedikasi dibandingkan mahasiswa non RIK (OR: 12,7; p: <0,001; CI 95% 4,75 – 34,38), sementara seluruh mahasiswa dari kedua kelompok memiliki sikap yang baik terkait swamedikasi.
Kesimpulan: Mahasiswa Universitas Indonesia, baik dari kelompok kesehatan maupun non kesehatan, sama-sama memiliki prevalensi swamedikasi tinggi. Mahasiswa kesehatan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan mahasiswa non kesehatan. Secara umum, mahasiswa diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan kesadaran terkait swamedikasi yang rasional dan bertanggungjawab.

Introduction: Self-medication, if done rationally and responsibly, would bring a lot of benefits of time and cost, while irrational self-medication would on the other hand prove disadvantageous. Rational self-medication is strongly tied to sufficient knowledge on the matter. Healthcare students are likely to experience more exposure to information related to medication compared to students from other fields of study. In Indonesia, studies regarding self-medication in university students are still limited in number.
Method: Questionnaire which consists of knowledge, attitude, and practice of self- medication were distributed to 128 healthcare and non-healthcare students of University of Indonesia. The responses were then analyzed using chi square and odds ratio was calculated on 95% confidence interval.
Result: Of 128 questionnaires distributed, each fulfilled the eligibility criteria and was therefore analyzed. Among 116 (90,6%) university students practicing self-medication,
70 (94,6%) are healthcare students and 46 (85,4%) are non-healthcare students. Furthermore, 46 (62,2%) of healthcare students and 6 (13%) of non-healthcare students have sufficient knowledge of self-medication. Healthcare students have better knowledge of self-medication compared to non-healthcare students (OR: 12,7; p: <0,001; CI 95% 4,75 – 34,38), however, both groups show equally positive attitude toward self- medication.
Conclusion: Prevalence of self-medication in both healthcare and non-healthcare students of University of Indonesia is high. Healthcare students have significantly higher level of knowledge compared to non-healthcare students. University students are expected to have a role in raising awareness of rational and responsible self-medication in the general public.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>