Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183276 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Parlindungan, Aditya
"Pedikulosis merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak yang tinggal di lingkungan padat dengan tingkat kebersihan yang kurang. Pengetahuan mengenai pedikulosis penting dimiliki masyarakat agar dapat melakukan pemberantasan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan mengenai pemberantasan pedikulosis. Penelitian dilaksanakan di pesantren X Jakarta Timur pada tanggal 22 Januari 2012. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-post study, dengan kuesioner mengenai pemberantasan pedikulosis yang diisi oleh responden sebelum dan sesudah penyuluhan.Data diuji menggunakan uji marginal homogeneity dengan program SPSS versi 11.5. Hasilnya menunjukkan responden terdiri atas 88(58,3%) orang santri laki-laki dan 63(41,7%) santri perempuan,santri tsanawiyah (50,3%) dan aliyah (49,7%) yang berada dalam rentang umur 13-18 tahun. Sebelum penyuluhan,terdapat 70 responden (46,7%) yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan 81 responden (53,3%) rendah. Setelah penyuluhan, terdapat 88 responden (58,3%) yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan 63 (41,7%) rendah. Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,01) pada tingkat penyuluhan sebelum dan sesudah penyuluhan. Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai pemberantasan pedikulosis.

Pediculosis is a disease that commonly infest childrens that live in crowded and poorly hygiened environment. Knowledge about pediculosis is an important factor to combat this disease. This study aims to identify the effectiveness of health promotion inpromotingknowledge about pediculosis eradication. The experiment was conducted on islamic boarding school (pesantren) X in East Jakarta, January 22, 2012. The method used in this study is pre-post study, using questionnaires about pediculosiseradication. Respondents aswered the questionnaires before and after the health promotion held. Data were tested using the marginal homogeneity test with SPSS version 11.5. Demographic data showsrespondents consisted of 88 (58.3%) male students and 63 (41.7%) female students, that spread in junior high (50.3%) and senior high (49.7%) within the age range of 13 -18 years. Before the health promotion held, there were 70 respondents (46.7%) with moderate knowledge rate and 81 respondents (53.3%) with lower knowledge rate. After the health promotion held, there were 88 respondents (58.3%) having moderate knowledge rate and 63 (41.7%) lower knowledge rate. Marginal homogeneity test showed significant differences (p<0.01). It was concluded that the health promotion is effective in improving students’spediculosis knowledge rate."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Permatasari
"Pengetahuan mengenai pedikulosis kapitis yaitu penyebab dan gejala yang ditimbulkannya penting untuk diketahui masyarakat supaya kasus pedikulosis bisa dideteksi dan ditangani secara dini Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan responden mengenai pedikulosis kapitis Bentuk penelitian ini adalah studi pre post Data penelitian diambil pada 22 Januari 2011 di Pesantren X Jakarta Timur Seluruh santri diikutsertakan dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai penyebab dan gejala pedikulosis Survei dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan Data diolah menggunakan program SPSS versi 11 5 dan diuji dengan marginal homogeneity Responden terdiri atas 151 orang berusia 11 18 tahun Responden laki laki 88 orang 58 3 dan perempuan 63 orang 41 7 Sebelum penyuluhan 13 orang 8 6 responden memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 138 orang lainnya 91 4 memiliki tingkat pengetahuan kurang Setelah penyuluhan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik menjadi 3 orang 2 0 sedang 47 orang 31 1 dan tingkat pengetahuan kurang menjadi 101 orang 66 9 Melalui uji marginal homogeneity didapatkan nilai p.

Knowledge about pediculosis capitis especially about the causative agent and the symptoms generated are important for public in order to detect and manage pediculosis early if it happened This research is purposed to observe the effectivity of health promotion in increasing respondents rsquo knowledge about pediculosis capitis This research is a pre post study The data was taken on January 22 2011 at lsquo X rsquo Islamic High School East Jakarta All of the students were included in this study by filling the questionnaire about pediculosis capitis causative agent and symptoms The survey was taken before and after the health promotion The data was processed using SPSS program version 11 5 and checked using marginal homogeneity test There were 151 respondents aged between 11 18 years old The respondents consisted of 88 boys 58 3 and 63 girls 41 7 Before the health promotion 13 respondents 8 6 had fair knowledge and the remaining 138 91 4 had poor knowledge After the health promotion the amount of respondents who had good knowledge increase to 3 respondents 2 0 fair knowledge 47 respondents 31 3 and poor knowledge decreases to 101 respondents 66 9 Using marginal homogeneity test the value of p."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifda Luthfi Afina
"Pedikulosis kapitis adalah penyakit kulit yang mudah menular dalam lingkungan padat seperti pesantren. Pemberantasan pedikulosis membutuhkan perilaku yang tepat, sehingga dibutuhkan pengetahuan yang baik yang dapat diperoleh melalui penyuluhan. Karakteristik demografi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan sehingga penyuluhan perlu disesuaikan dengan karakteristik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis dengan karakteristik demografi. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner kepada 151 santri pesantren X yang dipilih dengan metode total populasi. Data diolah dengan program SPSS 11.5.
Hasil penelitian ini menunjukkan responden terbanyak adalah santri berusia 16-18 tahun (47%), laki-laki (58,3%), madrasah Tsanawiyah (50,3%). Tidak ada santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 23,2% santri memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 76,8% santri memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari uji chi-square tidak didapatkan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis dengan usia (p=0,587), jenis kelamin (p=0,814) dan tingkat pendidikan (p=0,358). Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan santri tergolong buruk dan tidak berhubungan dengan karakteristik santri.

Pediculosis capitis is a skin disease that could be transmitted easily in a crowded environment like Islamic boarding school. Eradication of pediculosis needs appropriate behavior which requires good knowledge which can be given through health promotion. Demographic characteristics might influence the knowledge level, therefore health promotion needs to be adjusted according to the characteristic. This study aims to know the relationship between students? knowledge level about transmission and eradication of pediculosis capitis and their demographic characteristic. This study was conducted on January 22 2011 by giving questionnaire to 151 students (total population method). The data was processed using the SPSS 11.5 program.
The result showed that the majority of respondents are students aged 16-18 years old (47%), males (58,3%), Tsanawiyah students (50,3%). No student had good knowledge, 23,2% had fair knowledge, and 76,8% had poor knowledge. Based on chi-square test, there were no significant differences between knowledge level of transmission and eradication of pediculosis and age (p=0,587), sex (p=0,814) and grade of study (p=0,358). It was concluded that the students? knowledge about transmission and eradication of pediculosis was poor and had no association with their characteristics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Ramadhani Putri
"Pengetahuan yang baik dapat menghasilkan perilaku yang baik pula. Pengetahuan yang baik dapat diberikan melalui metode penyuluhan. Metode penyuluhan perlu dievaluasi dalam bentuk survei untuk menilai efektivitasnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan santri mengenai penularan pedikulosis. Penelitian ini menggunakan metode pre-post study. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 Januari 2011 dengan cara pemberian kuesioner. Kuesioner diberikan pada santri Tsanawiyah (50,3%) dan Aliyah (49,7%) yang terdiri atas 88 (58,3%) orang santri laki-laki dan 63 (41,7%) santri perempuan. Santri-santri tersebut berada dalam rentang umur 13-18 tahun. Sebelum penyuluhan, jumlah santri yang memiliki pengetahuan baik mengenai penularan pedikulosis sebanyak 9 orang (6,0%), santri dengan pengetahuan cukup sebanyak 37 orang (24,5%), dan santri dengan pengetahuan kurang sebanyak 105 orang (69,5%). Setelah penyuluhan, santri yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai penularan pedikulosis sebanyak 39 orang (25,8%), yang memiliki pengetahuan yang sedang sebanyak 51 orang (33,8%), dan sebanyak 61 orang (40,4%) memiliki pengetahuan yang kurang. Uji yang digunakan adalah uji marginal homogenity pada program SPSS versi 11.5 dengan nilai (p<0,01) yang berarti terdapat perbedaan bermakna tingkat pengetahuan santri sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.

Good knowledge delivers a good behavior. Good knowledge can be given by the method of seminar. Seminar needs to be avaluated by doing survey.The aim of this study is to know the effectiveness of health promotion in improving Islamic Boarding School Students’ knowledge on the spreading of pediculosis. This study used pre-post study method. This study was held on January 22th, 2011 and data was collected by giving questionnaire. The questionnaire was given to students of Tsanawiyah (50,3%) and Aliyah (49,7%) which consisted of 88 (58.3%) male students and 63 (41.7%) female students. All the students was in the range of 13-18 years old. Before health promotion seminar, students that have good knowledge level about the spreading of pediculosis were only 9 students (6,0%), number of students with fair knowledge level were 37 students (24,5%), and number of student with poor knowledge level were 105 students (69,5%). After health promotion, students that have good knowledge level were 39 students (25,8%), 51 students (33,8%) have fair knowledge level, and 61 (40,4%) students have poor knowledge level of the spreading of pediculosis. Statistic test which is used on this study is marginal homogenity test on SPSS version 11.5 with p<0,01, means that there is significant knowledge improvement before and after health promotion seminar was given."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah
"Diperkirakan 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi oleh S. scabiei. Tingginya prevalensi skabies terutama di pesantren disebabkan santri tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang skabies yaitu siklus hidup, gejala, penularan, pengobatan, dan pencegahannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan mengenai manifestasi klinis skabies pada santri di Pesantren X Jakarta Selatan sebelum dan sesudah penyuluhan. Penelitian menggunakan desain penelitian eksperimental dengan metode pre-post study. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 9 Mei 2013 terhadap 100 orang santri yang diminta untuk mengisi kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan. Kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai manifestasi klinis infeksi skabies. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebelum penyuluhan santri yang mempunyai tingkat pengetahuan baik adalah 6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 42% berpengetahuan sedang, dan 52% berpengetahuan kurang. Hanya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan usia. Setelah penyuluhan, sebanyak 77% memiliki tingkat pengetahuan baik, 9% berpengetahuan sedang, dan 14% berpengetahuan kurang, perubahan ini sangat signifikan (p<0,05). Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai manifestasi klinis skabies.

About 300 million people infected by S. scabiei.. Founded high prevalence of scabies, especially in boarding schools because students do not have sufficient knowledge about the life cycle of scabies, symptoms, transmission, treatment, and prevention. The purpose of this study was to determine the level of knowledge about the clinical manifestations of scabies at X boarding school students in South Jakarta before and after counseling. Research using experimental research design with pre-post study method. Data collection was conducted in Jakarta on May 9, 2013 to 100 students who were asked to fill out questionnaires before and after counseling. The questionnaire contained five questions regarding the treatment of scabies infection. Results of this study showed that prior to counseling students who have a good knowledge level is 6% of respondents, 42% were knowledgeable moderate, and 52% less knowledgeable. Only there is a relationship between knowledge level and age. After counseling, 77% had a good level of knowledge, knowledgeable moderate 9%, and 14% less knowledgeable, this change was highly significant (p <0,05). Concluded that counseling is effective in improving students knowledge about the clinical manifestations of scabies"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahar Salim Saleh Alatas
"Pedikulosis kapitis sering dijumpai di lingkungan padat penghuni seperti di pesantren. Pengobatan pedikulosis mudah dilakukan, tetapi reinfeksi mudah terjadi jika setelah pengobatan tidak diikuti dengan perilaku hidup bersih sehat (PHBS). Agar dapat melakukan PHBS dengan baik dan benar diperlukan survei pengetahuan terlebih dahulu sehingga jika tingkat pengetahuan kurang dapat diberikan penyuluhan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan santri mengenai pedikulosis kapitis dengan karakteristik demografinya (usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan). Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan metode total populasi berupa pengisian kuesioner yang dilakukan pada tanggal 22 Januari 2011 dengan jumlah sampel 151 santri. Data diolah dengan program SPSS versi 11,5. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 9,9% santri memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 90,1% santri memiliki pengetahuan kurang. Pada uji chi-square, terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan santri dengan jenis kelamin (p=0,019), tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan santri dengan usia (p=0,566) dan tingkat pendidikan (p=0,806). Disimpulkan tingkat pengetahuan santri tergolong kurang dan berhubungan dengan jenis kelamin tetapi tidak berhubungan usia dan tingkat pendidikan.

Pediculosis capitis is often found in a crowded environment such as in boarding school. Eradication of pediculosis capitis is easy, however reinfection easily occurs if treatment is not followed by healthy living habit. A survey to determine the knowledge level is needed; if the level is low, health promotion can be given. This study aims to find the relationship between students? knowledge on pediculosis capitis and their demography characteristic (age, sex, and grade of study). This cross-sectional study with total population method was conducted on January 22nd, 2011 by giving questionnaires to all 151 students of X islamic boarding school, East Jakarta. Data from questionnaires were analyzed using SPSS version 11,5. The result showed that no student had good knowledge, 9,9% had fair knowledge, and 90,1% had poor knowledge. Based on chi-square test, there was significant difference between the knowledge level of characteristics and symptoms of pediculosis capitis and sex (p=0,019), but there were no significant differences between the knowledge level and age (p=0,566) and the knowledge level and grade of study (p=0,806). It was concluded that the students? knowledge about pediculosis capitis was poor, was associated with sex but not associated with age and study grade."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Eltapama Landika
"Skabies adalah penyakit kulit yang sering terjadi di pesantren. Untuk mencegah skabies, santri perlu diberikan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan santri mengenai penularan dan pencegahan skabies. Desain penelitian adalah pre-post study. Data diambil tanggal 10 Juni 2012 menggunakan kuesioner berisi 10 pertanyaan tentang penularan dan pencegahan skabies. Data diolah menggunakan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji chi-square dan marginal homogeneity. Hasilnya menunjukkan jumlah responden 181 orang; terbanyak pada usia ≤ 15 tahun (64,6%), laki-laki (60,8%) dan pendidikan tsanawiyah (60,8%), informasi skabies dari 3 sumber informasi (43,1%) dengan sumber informasi paling berkesan adalah dokter (76,8%). Sebelum penyuluhan tentang penularan 30,9% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 47,5% sedang, dan 21,6% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan 56,3% berpengetahuan baik, 39,8% sedang, dan 3,9% berpengetahuan kurang. Sebelum penyuluhan tentang pencegahan 32,6% responden berpengetahuan baik, 48,6% dan 18,8% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan 60,8% memiliki pengetahuan baik, 32,6% sedang, dan 6,6% berpengetahuan kurang. Sebelum penyuluhan, tingkat pengetahuan berhubungan dengan umur, tingkat pendidikan, dan jumlah sumber informasi (p<0,05). Uji marginal homogeneity terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan responden mengenai penularan dan pencegahan skabies.

Scabies is skin disease that often occurs in Pesantren. To prevent scabies, students should be given the health promotion about the transmission and prevention of scabies. This study was needed to determine the effectiveness of health promotion in improving students? knowledge about the transmission and prevention of scabies. This study?s design was a pre-post study. Data was taken on June 10th, 2012 using a questionnaire containing 10 questions about scabies. The data processed using SPSS version 20 and analyzed using chi-square and marginal-homogeneity test. The results from 181 people show; highest at age ≤15 years (64.6%), male (60.8%) from tsanawiyah (60.8%), and from 3 sources of information (43.1%) with doctor as the most memorable source (76.8%). Before health promotion about transmission, 30.9% had good knowledge, 47.5% moderate, and 21.6% was poor. After health promotion 56.3% had good knowledge, 39.8% and 3.9% was poor. Before health promotion about prevention, 32.6% of respondents had good knowledge, 48.6% and 18.8% was poor. After health promotion 60.8% had good knowledge, 32.6% and 6.6% was poor. Before health promotion was held, knowledge level is related to age, education level, and number of sources (p<0.05). Marginal-homogeneity test found significant differences in knowledge level before and after health promotion (p<0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aslambotilangih
"Skabies merupakan penyakit kulit yang banyak terdapat di pesantren. Santri yang menderita skabies merasakan gatal di telapak, sela jari, pergelangan tangan, dan tempat predileksi lainnya terutama pada malam hari sehingga prestasinya menurun. Oleh karena itu skabies perlu diberantas dan santri perlu diberikan penyuluhan mengenai skabies lalu dievaluasi. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2011. Metode yang digunakan adalah pre-post study. Responden diambil secara total sampling, sebanyak 140 orang. Hasilnya menjukkan sebaran responden terbanyak pada kelompok usia ≤ 15 tahun (56,4%), sebagian besar laki-laki (57,9%) dan tingkat pendidikan Tsanawiyah (51,4%). Responden paling banyak mendapatkan informasi tentang skabies dari 3 sumber informasi (36,4%) dengan sumber informasi paling berkesan dari dokter (62,8%). Sebelum penyuluhan, sebanyak 2,9% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 71,4% berpengetahuan sedang, dan 25,7% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan, sebanyak 28,6% memiliki tingkat pengetahuan baik, 44,3% berpengetahuan sedang, dan 27,1% berpengetahuan kurang. Uji chi-square dan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tingkat pengetahuan responden tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, sumber informasi, dan sumber informasi paling berkesan sebelum dan setelah penyuluhan (p>0,05). Uji marginal homogeneity menunjukkan hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan santri sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Kesimpulannya adalah tingkat pengetahuan responden mengenai penularan skabies tidak dipengaruhi oleh karakteristik namun dipengaruhi oleh penyuluhan.

Scabies is prevalent among students of pesantren as skin disease. Students who are infected with scabies feel itch in palms, fingers, wrists, and other predilection place especially at night. That condition can decrease student?s achievement . Therefore scabies should be eradicated and students should be given health promotion about scabies and than evaluated. This research was was pre-post studies method. Data was collected on January 22, 2011 with total sampling. Total respondent was 140 students. Result of the study showed distribution of respondent in <15 years (56.4%), mostly male (57.9%), and education level of Tsanawiyah (51.4%). Most respondents took information from 3 sources (36.4%) with the most trace source from a doctor (62.8%). Before health promotion, 2.9% of respondents had good level of knowledge, 71.4% were enough, and 25.7% were less. After health promotion, 28.6% respondents had a good level of knowledge, 44.3% were enough, and 27.1% were less.The chi-square and Kolmogorov-Smirnov tests showed the level of knowledge of respondents was not relate with age, gender, source of information, and the most impressive source of information (p>0.05). The marginal homogeneity tests showed that there was a significant relationship between level of the knowledge before and after health promotion. In conclusion the level of the knowledge of students about transmission of scabies were not influented with their characteristic but related with health promotion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrul Tamrin
"Pesantren merupakan salah satu tempat dengan prevalensi skabies yang cukup tinggi. Dengan demikian, perlu dilakukan peningkatan pengetahuan santri dalam upaya pemberantasan skabies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri pesantren X, Jakarta Timur mengenai pengobatan skabies. Desain penelitian ini adalah pre-post study. Pengambilan data dilakasanakan pada tanggal 22 Januari 2011 dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan mengenai pengobatan skabies kepada 140 sampel (santri) pesantren X, Jakarta timur. Dari data statistik diperoleh hasil, responden terbanyak berusia ≤ 15 tahun (56,4%), laki-laki (57,9%), madrasah tsanawiyah (51,4%), informasi diperoleh dari 3 sumber informasi (36,4%), informasi dari dokter merupakan informasi yang paling berkesan (62,8%). Sebelum penyuluhan terdapat 70,7% santri dengan tingkat pengetahuan kurang, 5,7% santri dengan tingkat pengetahuan baik dan tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan karakteristik responden (chi square, p>0,05). Sesudah penyuluhan, jumlah santri dengan tingkat pengetahuan kurang 55% sedangkan santir dengan tingkat pengetahuan baik 8,6%. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan karakteristik responden (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). Pada uji marginal homogeneity diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan santri mengenai pengobatan skabies sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Disimpulkan bahwa penyuluhan mempengaruhi tingkat pengetahuan responden mengenai pengobatan skabies.

Scabies is a skin disease that is prevalent among pesantren students. Scabies is very disturbing thus lowering productivity of the infested students. Therefore, scabies must be eradicated by increasing the level of kowledge students. The purpose of this study is to know the influence of scabies health promotion on the knowledge level of scabies treatment of pesantren X, East Jakarta students. Method of the research was pre-post study. Data was conducted on January 22, 2011 by distributed questioner about scabies treatment for 140 students of Pesantren X, East Jakarta. Statistic test showed distribution of respondents <15 years (54.6%), male (57.9%), Tsanawiyah (51.4%). Most respondents got information about scabies from 3 sources (36.4%) with the most impressive source from a doctor (62.8%). Before health promotion, 70.7% respondents had less level of knowledge and 5.7% respondent had good level of knowledge and the level of knowledge was not relate with characteristic respondents (chi square, p>0.05). After health promotion, 55% respondents had less level of knowledge and 8.6% had good level of knowledge and the level of knowledge was not relate with characteristic respondents (Kormogolov-Smirnov, p>0.05). Marginal homogeneity test showed that there is significant relationship between health promotion with level of know ledge about scabies treatment (p<0.05). In conclusion, the scabies treatment knowledge level of the students is not influenced by characteristic but it is influenced by health promotion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titin Dani Martiwi
"Skabies merupakan penyakit kulit yang banyak ditemukan di pesantren dengan gejala rasa gatal yang hebat sehingga mengganggu aktivitas santri. Untuk itu perlu dilakukan pengobatan serentak yang diikuti penyuluhan sebagai upaya pencegahannya.
Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri mengenai gejala klinis skabies di pesantren X, Jakarta Timur. Desain penelitian ini adalah pre-post study menggunakan teknik total sampling sejumlah 140 orang. Pengambilan data pada tanggal 22 Januari 2010 dengan cara responden mengisi kuesioner mengenai gejala klinis skabies sebelum dan sesudah penyuluhan.
Hasilnya menunjukkan 56,4% berusia <15 tahun, 57,9% laki-laki, 51,4% santri tsanawiyah, 36,4% santri mendapatkan sumber informasi kurang sama dengan tiga, dan 62,8% menyatakan dokter sebagai sumber informasi paling berkesan. Sebelum penyuluhan, 2,9% santri tingkat pengetahuannya tergolong baik dan 71,4% kurang. Setelah penyuluhan 28,6% santri tingkat pengetahuannya tergolong baik dan 27,1% kurang.
Uji marginal homogeneity menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan (p<0,001). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan responden sebelum penyuluhan dengan karakteristik santri (p>0,05). Uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan responden setelah penyuluhan dengan karakteristik santri (p>0,05).
Disimpulkan tingkat pengetahuan santri mengenai gejala klinis skabies tidak dipengaruhi karakteristik santri, namun dipengaruhi penyuluhan.

Scabies is skin disease that cause severe itching that disrupts activity of students in pesantren. For that we need to concurrent treatment and health promotion followed as prevention efforts.
The research objective is to determine the effect of education on the level of knowledge for students about the clinical manifestation of scabies. This pre-post study were taken using total sampling(140). Data is collected on January 22, 2010 by respondents fill out questionnaires before and after health promotion.
The results before health promotion showed 2,9% of students classified as good levels of knowledge and 71.4% less. After the health promotion 28,6% students classified as good and 27,1% less. Marginal homogeneity test showed there were significant differences between the level of knowledge before and after health promotion (p<0.001).
Kolmogorov-Smirnov test showed no significant differences between respondents level of knowledge before education with their characteristic. Chi-Square test showed no significant differences between respondents level of knowledge after health promotion with their characteristic.
It was concluded that the students’s knowledge level about clinical manifestation of scabies didn’t influenced by their characteristic, but influenced by the health promotion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>