Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128828 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhiyasa Darojatun
"Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme berupa hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Salah satu terapi untuk menurunkan hiperglikemia postprandial adalah penghambat aktivitas α-glukosidase yang dapat menghambat pelepasan glukosa dari disakarida sehingga memperlambat penyerapan karbohidrat di saluran usus. Penelitian terdahulu telah dilaporkan bahwa ekstrak etanol 80% daun manggis hutan (Garcinia daedalanthera Pierre) memiliki aktivitas penghambatan yang kuat terhadap α-glukosidase.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh fraksi teraktif dan mengetahui golongan senyawa kimia dari fraksi tersebut. Ekstraksi dilakukan dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol 80%. Ekstrak kemudian dipartisi menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol.
Pengujian aktivitas antidiabetes dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol daun manggis hutan menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 405 nm. Fraksi etil asetat memiliki aktivitas penghambatan terkuat dengan nilai IC50 128,81 μg/mL dengan mekanisme penghambatan secara kompetitif terhadap α-glukosidase. Golongan senyawa kimia yang terdapat dalam fraksi etil asetat daun manggis hutan adalah senyawa flavonoid, tanin, fenol, dan gula sebagai glikon dari glikosida.

Diabetes mellitus (DM) is a hyperglycemia condition which is related to fat, carbohydrate, and protein metabolism. α-Glucosidase inhibitor is one of the diabetes mellitus therapy which delays the releasing of glucose from disaccharides, so the absorption of carbohydrate in gastrointestinal tract delayed. The previous research showed that the ethanolic extract of manggis hutan (Garcinia daedalanthera Pierre) leaves had a good inhibitory activity to α-glucosidase.
This research aims to get the most active fraction and to know what phytochemical compounds within. Reflux was used as the extraction method by using 80% ethanol as the solvent. The fluid extract of ethanol was then partitioned using the following solvents: n-hexane, ethyl acetate, and methanol.
The antidiabetic activity of each fraction of manggis hutan leaves was determined by using a microplate reader instrument at 405 nm wavelenght. The ethyl acetate fraction had the strongest inhibitory activity among others, which had the IC50 value 128,81 μg/mL as a competitive inhibitor to α-glucosidase. Phytochemical screening of ethyl acetate fraction showed that flavonoids, tannins, phenols, and sugars as a glycon subtituent were contained.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nusaibah Zahratunnisa
"Penghambatan α-glukosidase dapat mengatasi kondisi hiperglikemia setelah makan yang terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penambahan antioksidan pada terapi diabetes melitus ditujukan untuk mengurangi komplikasi yang terjadi akibat stres oksidatif. Beberapa tanaman dari marga Garcinia telah terbukti dapat menghambat α-glukosidase dan memiliki aktivitas antioksidan, namun belum ada penelitian terhadap Garcinia fruticosa Lauterb. Pada penelitian ini, kulit batang Garcinia fruticosa Lauterb. diekstraksi dengan cara maserasi bertingkat. Uji penghambatan α-glukosidase dilakukan secara in vitro terhadap ekstrak kental pada suhu 39oC dan pH 6,8. Pengukuran produk dilakukan dengan microplate reader pada panjang gelombang 400 nm.
Pengujian antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode peredaman DPPH dan diukur menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 519 nm. Ekstrak etil asetat merupakan ekstrak teraktif pada kedua uji tersebut. Nilai IC50 yang didapatkan pada uji penghambatan α-glukosidase adalah 20,18 μg/mL. Nilai ini lebih rendah dari standar (akarbose) yang memiliki nilai IC50 141,55 μg/mL. Sementara itu, nilai IC50 yang didapat pada uji antioksidan adalah 8,93 μg/mL. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan standar (kuersetin) yang memiliki nilai IC50 2,51 μg/mL. Hasil penapisan fitokimia pada ekstrak etil asetat kulit batang Garcinia fruticosa Lauterb. menunjukkan bahwa ekstrak ini mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, dan tanin.

Inhibition of α-glucosidase can ameliorate postprandial hyperglycemia condition that occurs in patients with type 2 diabetes mellitus. Adding antioxidants in the therapy of diabetes mellitus is intended to reduce complications caused by oxidative stress. Some species of genus Garcinia have been proven to inhibit α-glucosidase and have antioxidant activity, but there is no research on Garcinia fruticosa Lauterb. In this research, Garcinia fruticosa Lauterb. stem bark was extracted by multistage maceration. Inhibition of α-glucosidase test has been done in vitro on concentrated extracts at temperature of 39oC and pH 6,8. Products was measured by microplate reader at wavelength 400 nm.
Antioxidant test has been done using DPPH scavenging method and absorbance was measured by microplate reader in wavelength 519 nm. Ethyl acetate extract is the most active extract for both test. IC50 values from inhibition of α-glucosidase is 20,18 μg/mL that is lower than standard (acarbose) which has IC50 value 141,55 μg/mL. Meanwhile, IC50 value from antioxidant test is 8,93 μg/mL that is higher than standard (quercetine) which has IC50 value 2,51 μg/mL. Phytochemical screening shows that ethyl acetate extract of Garcinia fruticosa Lauterb. stem bark contains alkaloids, flavonoids, glycosides, saponins, and tannins.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Abidin
"Manggis merupakan buah yang banyak ditemukan di daerah tropis, dan sudah lama buah ini menjadi pilihan untuk dikonsumsi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa buah ini memiliki banyak kandungan vitamin dan juga antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh manusia.Pada studi eksperimen ini digunakan ekstrak kulit buah manggis serta bakteri Acinetobacter baumanii.Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis untuk bakteritersebut.
Metode: Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah metode sumuran. Antibiotik serta ekstrak kulit buah manggis dipipetkan pada setiap sumuran dalam satu medium agar yang berbeda, dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-72 jam. Zona hambat bakteri uji diukur dengan mengukur daerah yang bening di sekitar sumuran.
Hasil: Melalui uji Kruskal Wallis didapatkan hasil nilai p= 0,000 yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada data-data tersebut. Dari uji Mann Whitney diperoleh hasil perbandingan antara tetrasiklin dengan aquades dan ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai pengenceran memiliki perbedaan bermakna dengan nilai p < 0,05.
Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa secara statistik ekstrak kulit buah manggis tidak memiliki aktivitas antibakteri. Data ini sesuai dengan hasil percobaan yang menunjukkan tidak terbentuknya zona hambat pada agar yang diberi ekstrak kulit buah manggis.

Mangosteen is a fruit that is found in the tropics area, and has long been a choice of fruit for consumption, some studies have shown that this fruit has alot of vitamins and also antioxidants that are beneficial for human. In the experimental study of the use of mangosteen peel extract and Acinetobacter baumannii. The goal is to determine whether there is the antibacterial activity of mangosteen peel extracts for bacteria.
Methods: The method used to test the antibacterial activity is a method of diffusion. Antibiotics and mangosteen peel extract included in any medium in a different order, with different concentrations. Then incubated at 37 ° C for 24-72 hours. Bacterial inhibition zone test is measured by measuring the clear areas around sinks.
Results: Through the Kruskal Wallis test showed p=0.000 which proves that there are significant differences in the data. Mann Whitney test obtained from the comparison between tetracycline with distilled water and mangosteen peel extracts in differentdilutions havesignificant differences with p<0.05.
Discussion: The conclution that mangosteen peel extract has no antibacterial activity. The data are consistent with the results of experiments that showed no inhibition zone formation at a given order of mangosteen peel extracts.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kumala Putri
"Telah diketahui bahwa Garcinia memiliki aktivitas antioksidan, pada penelitian sebelumnya ekstrak n-heksana kulit batang Garcinia bancana Miq. diketahui memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 17,78 g/mL. Pada penelitian ini, untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada bagian lain dari Garcinia bancana Miq. dilakukan. Fraksinasi dari ekstrak n-heksana daun Garcinia bancana Miq. dan didapatkan sebanyak 10 fraksi, dimana fraksi-fraksi tersebut diuji sevara in vitro menggunakan alat spektrofotometer UV Vis dengan menggunakan dua metode dengan menggunakan radikal bebas DPPH 1,1-Diphenil-2-picrilhydrazyl dan FRAP Ferric Reducing Antioxidant Power untuk mendapatkan fraksi teraktif. Dari fraksi teraktif didapatkan nilai IC50 sebesar 36,24 g/mL dengan metode DPPH dan nilai EC50 sebesar 39,54 g/mL dengan metode FRAP. Fraksi teraktif kemudian diidentifikasi dan didapatkan bahwa fraksi teraktif memiliki kandungan terpenoid.

This study aimed to determine whether garcinia have been known to have antioxidant activity. A previous study of the n hexane of Garcinia bancana Miq. bark showed to have antioxidant activity with an IC50 value of 17.78 g mL. In this study, to know antioxidant activity from other part of G. bancana, fractionation was done. From the fractionation of the n hexane extract of G. bancana Miq. leaves were obtained 10 fractions, in which the fractions were tested in vitro using UV Vis spectrophotometer by two methods using free radical namely, DPPH 1,1 Diphenyl 2 picrilhydrazyl and the FRAP Ferric Reducing Antioxidant Power to obtain the most active fraction. From the most active fraction, it was obtained an IC50 value of 36.24 g mL with the DPPH method and EC50 value of 39.54 g mL with the FRAP method. The most active fraction was then identified and was found that it had contaied terpenoid content."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Hasanah
"Senyawa bioaktif dari kulit manggis yaitu mangostin berpotensi pencegah kanker, mangostin mampu menghambat pembentukan senyawa pencetus kanker usus besar. Masyarakat Indonesia telah banyak mengolah kulit manggis ini secara langsung yaitu menjadi minuman segar dengan cara di jus atau diseduh. Namun untuk mendapatkan kandungan senyawa mangostin yang lebih tinggi perlu dilakukan ekstraksi. Fraksinasi menggunakan etil asetat telah diteliti merupakan fraksi yang mengandung mangostin tertinggi disbanding pelarut etanol dan butanol.
Fraksi etil-asetat ekstrak kulit manggis (F002) ini nantinya akan menjadi bahan aktif obat kanker kolon yang di enkapsulasi menggunakan biopolimer kitosan-alginat. Kegunaan ekstrak yang terjerap dalam sediaan mikropartikel biopolimer kitosan-alginat adalah untuk meningkatkan kerja senyawa bioaktif yaitu dengan sistem pelepasan obat yang terkendali. Pelepasan ekstrak bioaktif mangostin terjerap dalam sediaan mikropartikel dilakukan pada dalam media fluida sintetik yang meniru cairan dalam sistem pencernaan.
Hasil analisa kandungan senyawa mangostin menggunakan spektrofotometer UV dan analisa aktivitas sitotoksistas menggunakan uji Brine Shrimp Test (BST). Dari hasil berbagai olahan jus kulit manggis didapat metode terbaik pengolahan dimana menghasilkan kandungan senyawa mangostin tertinggi dan aktivitas sitotoksistas terbaik yaitu dengan cara direbus dan kemudian di blender. Untuk senyawa mangostin dari fraksi F002 dibandingkan antara sebelum dan setelah enkapsulasi dari hasil rilis dalam media fluida sintetik. Dari hasil rilis didapatkan bahwa enkapsulasi tidak berpengaruh terhadap kandungan dan sitotoksisitas senyawa mangostin sehingga sediaan dalam mikropartikel dapat dikembangkan menjadi sistem pelepasan obat yang terkendali.

Bioactive compound from mangosteen pericarp namely mangostin can be obtained from various kind of process such as juice or tea. The main purpose of this research is to observe antiproliferative (inhibition of cancer cell growth) of mangostin bioactive compound from mangosteen pericarp in chitosan-alginate preparation. Extract in chitosan-alginate preparation improve performance of bioactive compound by controlling the drug release in gastrointestinal tract, until reaching colon.
Mangostin bioactive compound in chitosan-alginate preparation will be observed and tested in synthetic fluid, which is made alike gastrointestinal tract fluid. In vitro cytotoxicity test of mangostin bioactive compound in synthetic gastrointestinal tract fluid is using Brine Shrimp Test (BST). The best method of processing fresh mangostin pericarp is by boiling and blend it.
It result the highest mangostin bioactive. Result of comparison between mangostin compound before and after in microparticle chitosan-alginate is there is no effect to cytotoxity activity. So Sequential in vitro release study demonstrated that controlled release of mangostin-loaded microparticles were achievable which lead to potential application in gastrointestinal delivery for anticancer therapy purpose.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Kurniawan
"Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) sebagai pelarut dalam ekstraksi senyawa bioaktif dapat menggantikan pelarut organik konvensional yang bersifat toksik bagi lingkungan dan kesehatan. NADES memiliki volatilitas yang dapat diabaikan pada suhu ruang, solubilitas tinggi, toksisitas rendah dan bersifat biodegradable. Pada penelitian ini, kemampuan NADES dalam mengekstraksi -mangostin dari kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dievaluasi. NADES dibuat dari campuran antara betain dengan donor ikatan hidrogen dari berbagai jenis alkohol dalam berbagai variasi rasio molar. Pada NADES dilakukan analisa struktur kimia, uji polaritas, uji viskositas, dan uji perilaku termal, untuk mengetahui karakteristik fisis dan kimianya. Ekstraksi dilakukan dengan metode pengadukan pada suhu ruang. Kuantitas hasil ekstraksi dianalisa dengan high performance liquid chromatography. Hasil ekstraksi α-mangostin menggunakan NADES berbasis betain dengan 1,4-butanediol (rasio molar 1:3) serta 1,2-propanediol (rasio molar 1:3) mencapai 3,07% massa dan 3,02% massa, lebih tinggi dibandingkan hasil ekstraksi α-mangostin dengan pelarut etanol yakni 2,99% massa. Penelitian ini memperlihatkan potensi yang bagus dari NADES sebagai pelarut alternatif untuk mengekstraksi berbagai senyawa bioaktif dari alam.
Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) as an extraction solvent of bioactive compounds can replace the conventional organic solvents which are toxic for environment and human health. NADES has a negligible volatility at room temperature, high solubility, and low toxicity. In this research, the ability of NADES to extract α-mangosteen from the mangosteen (Garcinia mangostana L.) pericarp is evaluated. NADES is made from a mixture of betaine with hydrogen bond donors of some types of alcohols, and in some varieties of molar ratios. There are chemical structure analysis, polarity test, viscosity test, and thermal behavior test, to determine the physical and chemical characteristics of NADES. The extraction method used is shaking method at room temperature. The quantities of extraction yield were tested by using high performance liquid chromatography. The extraction yield of α-mangosteen using betain based NADES with 1,4-butanediol (1:3 molar ratio) and 1,2-propanediol (1:3 molar ratio) give 3,07% mass and 3,02% mass, higher than the extraction yield of α-mangosteen using ethanol, 2,99% mass. This research shows a good potential of NADES as an alternative solvent for extraction of bioactive compounds from nature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Paramawidya Kirana
"ABSTRAK
Nanoemulsi memiliki peran penting dalam industri kosmetik, farmasi, dan makanan, seperti untuk mengenkapsulasi senyawa bioaktif yang berkhasiat terhadap kesehatan. Salah satu senyawa bioaktif yang bersifat lipofilik dan memiliki solubilitas rendah dalam air adalah mangostin. Mangostin merupakan turunan xanthones yang terkandung pada kulit manggis Garcinia mangostana L. dengan sifat antioksidan, antibakteri, hingga kemopreventif yang baik. Untuk memaksimalkan aplikasi mangostin, maka dibuatlah dalam suatu sistem nanoemulsi, yang berperan sebagai penghantar senyawa bioaktif. Dalam penelitian ini, sediaan nanoemulsi dengan ekstrak mangostin dipreparasi dengan metode energi tinggi ET high shear stirring dan energi rendah ER emulsifikasi spontan yang bertujuan untuk aplikasi topikal. Nanoemulsi yang stabil tercapai saat rasio massa minyak-air-surfaktan adalah 1: 1,42: 6,34 untuk metode energi tinggi dan rendah, serta 1: 2,28: 4,03 untuk metode energi tinggi dan 1: 1,42: 6,34 untuk metode energi rendah dengan penambahan 0,1 xanthan gum. Sampel yang dipreparasi dengan kedua metode tersebut memiliki estimasi stabilitas sebesar 46,7 ndash; 93 , atau kurang dari 1 tahun setelah uji akselerasi. Selain itu, sampel nanoemulsi memiliki ukuran droplet yang berkisar antara 220 ndash; 353nm serta dan efisiensi enkapsulasi mangostin antara 42 ndash; 57 . Untuk aplikasi topikal, pengamatan dilakukan dengan sel difusi Franz untuk mengamati kemampuan sediaan emulsi mempenetrasi lapisan kulit. Hasil menunjukkan bahwa sampel emulsi ET dan ER dengan penambahan xanthan gum memiliki laju dan jumlah mangostin terpenetrasi yang paling tinggi.

ABSTRACT
Nanoemulsions have an important role in cosmetics, pharmaceutical, and food industries, especially for encapsulating bioactive compounds for wellness. An example of a lipophilic bioactive compound with low water solubility is mangostin. Mangostins are derivatives of xanthones, which are isolated from mangosteen rind Garcinia mangostana L. that shows good antioxidant, antibacterial, and chemopreventive properties. To maximize the applications of mangostins, a nanoemulsion acting as a bioactive carrier was made to encapsulate mangotsins. In this research, nanoemulsions containing mangostin extract was prepared by high energy HE method using high shear stirring and low energy LE method using spontaneous emulsification for topical applications. Stable nanoemulsions were obtained when the oil surfactant water mass ratios are 1 1,42 6,34 for high and low energy method as well as 1 2,28 4,03 for high energy method and 1 1,42 6,34 for low energy method, both added with 0,1 xanthan gum. Samples prepared with both methods have an estimated stability of 46,7 ndash 93 , or less than 1 year after evaluated by accelerated stability testing. Moreover, nanoemulsion samples have droplet size between 220 ndash 353nm and encapsulating efficiency between 42 ndash 57 . For topical applications, observations of nanoemulsions rsquo ability to penetrate the skin membrane were performed with Franz diffusion cell. The results show that emulsions prepared with HE and LE method containing xanthan gum have the highest cumulative penetration and flux rates of mangostin. "
2017
S68139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Athaya Kindhi
"Kulit buah tanaman Garcinia mangostana atau manggis dapat dimanfaatkan menjadi produk farmasi, salah satunya sebagai sediaan kosmetik. Salah satu sediaan kosmetik yang disukai oleh pengguna adalah sediaan gel. Kulit buah manggis memiliki manfaat sebagai antioksidan yang dapat mempertahankan tubuh dari radikal bebas. Senyawa antioksidan dengan kandungan terbesar pada kulit buah manggis adalah senyawa xanton. Xanton diformulasikan dengan minyak canola, campuran Tween 80 dan Sugar Monoester (SME) sebagai surfaktan, serta etanol sebagai kosurfaktan. Setelah didapatkan formula yang optimum, SNEDDS ditambahkan ke dalam sediaan gel yang mengandung carbopol 940, trietanolamin, propilen glikol, gliserin, chamomile oil, nipagin, asam sitrat, dan aquademineralisata. Evaluasi secara fisik, pengujian stabilitas berupa cycling test, pengujian mekanik, dan penyimpanan selama 6 pekan, serta pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dilakukan terhadap sediaan gel. Formula SNEDDS yang optimum memiliki komposisi yang terdiri dari 30,00% canola oil; 36,56% Tween 80; 12,19% SME; dan 21,25% etanol. Sedangkan, formula gel yang optimum mengandung 10% SNEDDS. Uji sentrifugasi dan cycling test sediaan memberikan hasil yang baik dan tidak terjadi pemisahan maupun sineresis setelah pengujian. Setelah dilakukan pengujian stabilitas selama 6 pekan, sediaan stabil dalam suhu ruang dan suhu rendah serta tidak memberikan perubahan secara fisik maupun pH. Uji aktivitas antioksidan pada pekan ke-0 diperoleh hasil nilai IC50 sebesar 4.374,717 μg/mL dan pada pekan ke-10 4.645,405 μg/mL. Nilai ini tidak terlalu jauh berbeda sehingga sediaan gel masih dinyatakan stabil dalam penyimpanan selama 10 pekan. Hasil evaluasi menyatakan bahwa sediaan gel dengan 10% SNEDDS merupakan formula sediaan gel berbahan SNEDDS xanton yang optimum.

The rind of the Garcinia mangostana or mangosteen is used as a cosmetic. One of the cosmetic preparations that are preferred by users is gel. Mangosteen rind can act as an antioxidant that protects the body from free radicals. The highest antioxidant in mangosteen rind is xanthone. The xanthone molecule was then created into a Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS). Canola oil, a combination of Tween 80 and Sugar Monoester (SME) as surfactants, and ethanol as cosurfactants are used in the formulation of SNEDDS. The chosen SNEDDS formula was then added to a gel preparation including carbopol 940, triethanolamine, propylene glycol, glycerin, chamomile oil, nipagin, citric acid, and aquademineralisata. Physical evaluation, stability testing in the form of a cycling test, mechanical testing, and storage for 6 weeks, as well as antioxidant activity measurement using the DPPH method was also performed. The optimal SNEDDS formula contain 30% canola oil, 36.56% Tweens 80, 12.19% SMEs, and 21.25% ethanol. Meanwhile, the best gel formula includes 10% SNEDDS. The centrifugation and cycling tests yielded positive results, with no separation or syneresis observed after testing. The gel was stable at room temperature and low temperature after 6 weeks of testing. The IC50 value for antioxidant activity was 4.374,717 μg/mL at week 0 and 4.645,405 μg/mL at week 10. This number has not significantly changed; hence the gel formulation will remain stable in storage for 10 weeks. According to the evaluation results, the gel preparation containing 10% SNEDDS was the best xanthone SNEDDS gel preparation formula."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Aulia Alyani
"Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia. Salah satu pengobatan untuk diabetes adalah dengan menghambat enzim alfa-glukosidase sehingga dapat mengurangi kadar glukosa darah post prandial. Garcinia daedalanthera Pierre adalah salah satu tanaman yang berasal dari Famili Clusiaceae yang sebelumnya diketahui memiliki aktivitas penghambatan alfa glukosidase dan antioksidan pada bagian daunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji penghambatan alfa-glukosidase serta uji antioksidan dengan metode DPPH pada ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol dari kulit batang Garcinia daedalanthera Pierre yang sebelumnya diperoleh melalui maserasi bertingkat. Sebelum dilakukan uji, terlebih dahulu dilakukan beberapa optimasi suhu untuk memperoleh kondisi optimum pengujian. Untuk uji penghambatan alfa-glukosidase digunakan λ 400 nm, pH 6,8, suhu 39ºC, substrat 5 mM dan enzim 0,045 U/mL untuk pengujian sesuai hasil optimasi. Sedangkan untuk uji antioksidan, digunakan λ 519 nm.
Hasil menunjukan bahwa ekstrak teraktif yang memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas enzim alfa-glukosidase adalah ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 21,881 μg/mL yang juga merupakan ekstrak teraktif dalam uji antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 14,486 μg/mL. Pada uji penapisan fitokimia menunjukan bahwa, ekstrak etil asetat sebagai ekstrak teraktif memiliki kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, tanin dan antrakuinon.

Diabetes mellitus is a metabolic disorder disease characterized by hyperglycemic condition. One of the medicinal treatment to cure diabetes is to inhibit the alpha-glucosidase enzyme activity, so it will reduce post-prandial blood sugars level. Garcinia daedalanthera Pierre is one of Clusiaceae Family plants which is known having an alpha-glucosidase and antioxidant activity on that leaves part.
This research was aimed to test the inhibition of alpha-glucosidase and antioxidant activity using DPPH method from n-heksan, ethyl acetate and methanol extracts of Garcinia daedalanthera Pierre stem barks which obtained from extraction with maceration before. The optimization have been done before the test to get an optimum condition for the tests. A wavelength of 400 nm, pH 6,8, temperature 39ºC, substrat concentration of 5 mM, and unit enzyme concentration of 0,025 U/mL were used for an alpha-glucosidase inhibition test. In the other hand, a wavelength of 519 nm was used for antioxidant test.
The result showed that ethyl acetate extract is both the most active extract that inhibit alpha-glucosidase activity with IC50 21,881 μg/mL and on antioxidant test with IC50 value 14,486 μg/mL. Phytochemical screening showed that ethyl acetate as the most active extract contains alkaloids, flavonoids, glycosides, tannins and anthraquinones.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raka Putera Sudrajat
"Sabun merupakan hasil reaksi antara minyak dan lemak dengan basa. Sabun memiliki nilai lebih jika terlihat transparan sehingga menampilkan kesan mewah. Sukrosa merupakan bahan yang mampu membuat sabun padat menjadi terlihat transparan. Sabun juga lebih memberikan daya tarik bila mampu menghambat efek senyawa radikal bebas. Zat yang mampu menghambat efek tersebut adalah antioksidan. Xanton yang terkandung dalam fraksi ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan antioksidan alami yang kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sukrosa terhadap daya transparansi sabun transparan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorik. Data dikumpulkan dari hasil pengujian. Uji aktivitas antioksidan terlebih dahulu dilakukan dengan metode peredaman DPPH (2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl) terhadap fraksi ekstrak kulit buah manggis untuk mengetahui kekuatan antioksidannya. IC50 yang didapat adalah 13,337 ppm, sedangkan IC50 asam askorbat sebagai pembanding adalah 2,662 ppm. Hasil uji evaluasi sabun menunjukkan sabun berwarna kuning transparan; beraroma citrus aurantifolia; kekerasan 20-33 1/10 mm; kekuatan pembentukan busa 6-7,5 cm; pH 9,52-10,01; titik leleh 42-43ºC; dan persen transmisi (%T) 83,078-89,263%. Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi sukrosa yang semakin tinggi dapat meningkatkan daya transparansi sabun. Hal ini terlihat dari nilai transmisi formula F1, F2, dan F3 yang mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan konsentrasi sukrosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa F3 merupakan formula yang paling baik karena menunjukkan parameter terbaik pada seluruh uji yang dilakukan. Sabun F3 tetap stabil selama masa penyimpanan 12 pekan dalam suhu ruang (25ºC±2). IC50 sabun F3 adalah 20858,025 ppm dan setelah 12 pekan, IC50 mengalami sedikit penurunan menjadi 21330,00 ppm.

Soap is result of a reaction between oil and fat with a base. Soap has more value when it appears transparent, giving a luxurious impression. Sucrose is an ingredient that can make solid soap look transparent. Soap also provides more appealing when it can inhibit effects of free radical compounds. Substances that can inhibit these effects are antioxidants. Xanthones contained in extract fraction of mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) are strong natural antioxidants. This study aimed to determine the effect of sucrose on transparency of transparent soap. This study used laboratory experimental methods. Data was collected from test results. Antioxidant activity test was first carried out using DPPH (2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl) damping method on fraction of mangosteen pericarp extract to determine its antioxidant strength. IC50 obtained was 13.337 ppm, while IC50 of ascorbic acid as comparison was 2.662 ppm. Results of soap evaluation test showed that soap was transparent yellow; citrus aurantifolia scent; hardness 20-33 1/10 mm; foam forming strength 6-7.5 cm; pH 9.52-10.01; melting point 42-43ºC; and percent transmission (%T) 83.078-89.263%. Based on research results, higher concentration of sucrose could increase transparency of soap. This could be seen from transmission values of formulas F1, F2, and F3 which increased as sucrose concentration increased. Results showed that F3 was best formula because it showed best parameters in all tests performed. F3 soap remained stable during a storage period of 12 weeks at room temperature (25ºC±2). IC50 of F3 soap was 20858.025 ppm and after 12 weeks, IC50 decreased slightly to 21330.00 ppm."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>