Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risha Novriana T.
"Sebagai salah satu komponen sistem transportasi, terminal merupakan titik simpul dalam jaringan transportasi. Terminal merupakan tempat dimana penumpang masuk dan meninggalkan lokasi serta mempunyai peran penting untuk pengendalian dan pengaturan sistem pelayanan angkutan umum. Permasalahan yang terjadi di terminal adalah terjadinya kondisi antrean bus yang sedang menunggu penumpang pada lajur bus terminal. Dampak yang diakibatkan oleh kondisi antrean tersebut adalah meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor. Salah satu emisi gas buang kendaraan bermotor yang berbahaya dan sulit dikendalikan adalah polutan NOx yang terdiri dari polutan NO dan polutan NO2. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap konsentrasi NOx pada udara ambien di sekitar lajur bus terminal. Metode yang digunakan untuk pengukuran konsentrasi NOx adalah metode Griess Slatzman sesuai dengan SNI 19-7119.2-2005. Hasil penelitian menunjukkan jenis kendaraan berbahan bakar gas memiliki kontribusi terkecil dalam mempengaruhi besarnya nilai konsentrasi NOx yang terukur di lajur bus terminal blok-m. Nilai korelasi hubungan antara volume bus terhadap konsentrasi NOx sebesar 0,055 – 0,856. Hasil tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara volume bus dengan konsentrasi pencemar udara (NO dan NO2) bernilai sangat lemah hingga kuat. Nilai konsentrasi NOx yang terukur berada di bawah baku mutu 400 μg/m3. Nilai RQ hasil perhitungan menunjukkan para pemilik kios yang berada di lajur bus masih berada dalam tingkat risiko yang cukup aman.

As one component of the transportation system, terminal represents a nodal point in transportation network. Terminal is a place where passengers enter and leave the site as well as having an important role for the control and regulation of public transport service system. The problems that occur in the terminal is the condition of the bus queue for waiting the passengers at the bus lanes. Impact caused by the condition of the queue is increasing exhaust emissions of motor vehicles. One of the exhaust emissions of motor vehicles which is dangerous and difficult to control is NOx pollutants, consisting of NO and NO2. Therefore, it is necessary to study the NOx concentration in the ambient air around the terminal bus lanes. The method used for measuring the concentration of NOx is Griess Slatzman method in accordance with SNI 19-7119.2-2005. The results showed the type of gas-fueled vehicles have the smallest contribution in influencing the value of the NOx concentration measured in bus lanes Terminal Blok M. Value of the correlation relationship between the volume of buses and NOx concentration is 0,055 – 0,856. The results showed that the correlation between the volume of buses with air pollutant concentrations (NO and NO2) is worth very weak to strong. NOx concentrations measured values were well below the standards 400 μg/m3. RQ value calculation results indicate that the stall owners were in the bus lane is still in a fairly safe level of risk."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nilam Sari
"Rumah Sakit, yang merupakan salah satu fasilitas kesehatan bagi publik, tentu akan menghasilkan limbah, salah satunya adalah limbah cair. Limbah cair tersebut tentu harus diolah terlebih dahulu di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit agar sesuai dengan baku mutu air limbah rumah sakit dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 58 Tahun 1995. Namun demikian, dalam proses pengolahan air limbah, tidak dapat dihindari kemungkinan terlepasnya pencemar udara mikrobiologis (bioaerosol) ke udara sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh proses pengolahan pada unit pengolahan penghasil bioaerosol serta parameter fisik udara terhadap konsentrasi bioaerosol, khususnya bakteri dan fungi, selama proses pengolahan air limbah. Hasil pengukuran yang didapatkan menunjukkan bahwa di IPAL Terpadu 1, konsentrasi bakteri tertinggi terdapat di bak aerasi, yaitu 17.385±10.044 CFU/m3 sedangkan konsentrasi fungi tertinggi terdapat di bak ekualisasi yaitu 2.968±1.349 CFU/m3; dan di IPAL Terpadu 2, konsentrasi bakteri tertinggi terdapat di bak ekualisasi, yaitu 6.784±4.198 CFU/m3 sedangkan konsentrasi fungi tertinggi terdapat di bak sedimentasi yaitu 2.544±899 CFU/m3. Hasil pengukuran tersebut melebihi ambang batas konsentrasi bioaerosol pemukiman yang digunakan sebagai acuan baku mutu lingkungan, yaitu konsentrasi bakteri sebesar 1.272 CFU/m3 dan fungi sebesar 388 CFU/m3. Tingginya konsentrasi bioaerosol dipengaruhi oleh beberapa parameter fisik udara. Parameter yang paling dominan memengaruhi mikroba tumbuh dan bertahan hidup di udara, yaitu temperatur dan Kelembaban udara. Untuk mencegah penyebaran bioaerosol yang berlebihan yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar, diperlukan jarak penyangga IPAL RS dari lingkungan sekitar, yaitu lebih dari 50 meter. Selain itu, upaya pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah menanam tanaman pagar atau pepohonan di sekitar IPAL RS.

Hospital, which is one of health facilities for public, will produce waste, such as wastewater. The wastewater must be processed at Hospital Wastewater Treatment Plant (WWTP) to comply with the hospital wastewater quality standard based on the Indonesia’s Ministry of Health Decree Number 58 at 1995. However, in the treatment process, it is inevitable for the possibility of microbial air pollutants (bioaerosol) released to surrounding air. The objective of this research are to study the effect of treatment processing in the unit where produced bioaerosol and the physical parameters to the concentration of bioaerosol, particularly bacteria and fungi, during the treatment processes. The measurement results show that in the Integrated WWTP 1, the highest concentration of bacteria is found in the aeration basin, which is 17.385±10.044 CFU/m3 while fungi concentration was the highest in the equalization basin which is 2.968±1.349 CFU/m3; and in the Integrated WWTP 2, the highest concentration of bacteria is found in the equalization basin, which is 6.784±4.198 CFU/m3 while fungi concentration was the highest in the sedimentation basin which is 2.544±899 CFU/m3. These measurements exceeds the threshold concentration of bioaerosol at residential area which used as a reference for environmental quality standards, which is the concentration of bacteria is 1.272 CFU/m3 and fungi is 388 CFU/m3. The high concentration of bioaerosol are affected by several physical parameters of air. The most dominant parameters that affect the microbial growth and survival in the air are temperature and humidity. To prevent excessive dispersion of bioaerosol that can cause negative impacts on the surrounding area, it is required some buffer distance from the hospital WWTP to surrounding environment, which is more than 50 meters. In addition, other preventive efforts are planting trees around the fence or surrounding the hospital WWTP area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The Handbook of Sustainable Engineering equips readers with the context and the best practices derived from both academic research and practical examples of successful implementations of sustainable technical solutions."
Dordrecht, Netherlands: Springer Reference, 2013
628 HAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"The Handbook of Sustainable Engineering equips readers with the context and the best practices derived from both academic research and practical examples of successful implementations of sustainable technical solutions."
Dordrecht, Netherlands: Springer Reference, 2013
628 HAN II
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Febrina N.S.L.
"Daur ulang air limbah domestik semakin banyak diterapkan di dunia sebagai salah satu solusi alternatif untuk menangani masalah kelangkaan air. Penelitian ini dilakukan untuk menilai kinerja granular activated carbon dengan diameter bervariasi sebagai pengolahan tersier dalam mereduksi Chemical Oxygen Demand dan NH3-N untuk mencapai standar air daur ulang untuk pembilasan toilet di lokasi Perpustakaan Pusat UI.
Metode yang digunakan adalah uji isotherm Freundlich dengan sistem batch dan uji kolom karbon aktif dengan sistem kontinu. Untuk parameter COD, kapasitas adsorpsi (Kf) dan intensitas adsorpsi (1/n) yang diperoleh dari uji isotherm sebesar 0,1482 dan 0,545 untuk karbon aktif (8 x 16) mesh; 0,2273 dan 0,4743 untuk karbon aktif (8 x 30) mesh. Sementara untuk parameter NH3-N, nilai Kf dan 1/n sebesar 0,0028 dan 1,7135 untuk karbon aktif (8 x 16) mesh; 0,0066 dan 1,4727 untuk karbon aktif (8 x 30) mesh.
Dari penelitian juga diperoleh laju penggunaan karbon untuk menurunkan kadar COD hingga mencapai standar kualitas kelas I PP 82 tahun 2001 yaitu 38,367 gr/l untuk karbon aktif (8 x 16) mesh dan 33,251 gr/l untuk karbon aktif (8 x 30) mesh. Untuk parameter NH3-N, laju penggunaan karbon aktif (8 x 16) mesh sebesar 33,377 gr/l dan 31,313 gr/l untuk karbon aktif (8 x 30) mesh.
Disimpulkan bahwa karbon aktif (8 x 30) mesh lebih baik dalam menurunkan kadar COD dan NH3-N dibandingkan karbon aktif (8 x 16) mesh. Karbon aktif juga memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar COD hingga 0 mg/l dan memenuhi standar kualitas air kelas I pada PP no. 82 tahun 2001, namun kadar NH3-N terendah sebesar 11,75 mg/l belum mencapai standar tersebut.

Domestic wastewater recycling is increasingly practiced throughout the world as an alternative solution to deal with water scarcity. This study was conducted to assess the performance of granular activated carbon with varying diameter as tertiary treatment to reduce Chemical Oxygen Demand and NH3-N to reach the standard of recycled water for flushing toilets at Perpustakaan Pusat UI.
The experimental method were Freundlich isotherm test in batch system and activated carbon column test in continuous systems. For COD, the adsorption capacity (Kf) and adsorption intensity (1/n) obtained from the isotherm test were 0.1482 and 0,545 for activated carbon (8 x 16) mesh; 0.2273 and 0,4743 for activated carbon (8 x 30) mesh, while for NH3-N the results were 0.0028 and 1,7135 for activated carbon (8 x 16) mesh; 0.0066 and 1,4727 for activated carbon (8 x 30) mesh.
It was also obtained from this study that the carbon usage rates of COD to reach the first class standard quality of PP 82/2001 were 38,367 g/l for activated carbon (8 x 16) mesh and 33,251 g/l for activated carbon (8 x 30) mesh. For NH3-N parameter, the usage rates of carbon (8 x 16) mesh was 33,377 g/l and 31,313 g/l for activated carbon (8 x 30) mesh.
It was concluded that activated carbon (8 x 30) mesh was better in lowering COD and NH3-N than activated carbon (8 x 16) mesh. Activated carbon also had the ability to reduce COD up to 0 mg/l and meet water quality standards Class I PP 82/2001, but the lowest NH3-N concentration (11,75 mg/l) had not reach that quality standard.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Tattya Lokhita Adnyaswari Kartika
"Kualitas udara di dalam ruangan merupakan masalah yang sangat penting sehingga mulai mendapat perhatian dari masyarakat. Pencemaran udara dalam ruangan menempati peringkat kelima dalam masalah kesehatan di dunia. Salah satu polutan udara di dalam ruang yaitu bakteri dan jamur, yang dapat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara, cahaya matahari dan kecepatan angin. Tingkat kelembaban 25-75% dapat meningkatkan pertumbuhan jamur. Ruang Senat Gedung Rektorat Universitas Indonesia diduga memiliki konsentrasi yang tinggi karena hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi jumlah bakteri dan jamur yang terdapat di udara di ruang senat di lantai sembilan, serta membandingkan kualitas udara di lantai tersebut dengan lantai dibawahnya yaitu lantai delapan.
Metode yang dilakukan adalah dengan menggunakan Single Stage Multi Orifice Bioaerosol Sampler berdasarkan beberapa pedoman dari American Industrial Hygiene Association (AIHA) dan menggunakan media agar Tryptic Soy Agar untuk bakteri dan Malt Extract Agar untuk jamur sebagai tempat tumbuhnya.
Dari penelitian ini didapatkan konsentrasi bakteri dan jamur di lantai Sembilan berturut-turut, yaitu pada rentang 301-3481 CFU/m3 dan 336-1944 CFU/m3. Untuk konsentrasi bakteri dan jamur di lantai delapan yaitu pada rentang 212-778 CFU/m3 dan 248-460 CFU/m3. Oleh karena itu diperlukan adanya pembersihan ruangan setiap harinya secara keseluruhan untuk mengurangi konsentrasi bakteri dan jamur.

Indoor air quality is a very important problem that began to receive attention from the public. Indoor air pollution is ranked fifth in the world in health problems. One of the indoor air pollutants is bacteria and fungi, which can be affected by temperature, humidity, sunlight and wind speed. Approximately, 25-75% humidity levels can increase fungal growth. The Senate Room, in the University of Indonesia Rector Building is suspected of having high levels bacteria and fungi concentration because it is only used at certain times.
This study was conducted to determine the concentration levels of bacteria and fungi in the air contained in the nine floor, and compare the quality of it with the floor below.
The method is the Single Stage Multi Orifice bioaerosol sampler based on a few guidelines from the American Industrial Hygiene Association (AIHA) and using the media of Tryptic Soy Agar for bacteria and Malt Extract Agar for fungi to test growth.
From this study, the concentration of bacteria and fungi on the ninth floor, is in the range of 301-3481 CFU/m3 and 336-1944 CFU/m3. And the concentration of bacteria and fungi on the eighth floor is in the range of 212-778 CFU/m3 and 248-460 CFU/m3. Therefore, it is necessary to clean the whole room each day as to reduce the concentration of bacteria and fungi.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Dwi Wulandari
"Latar belakang: Air tanah merupakan satu-satunya sumber air bersih di Kelurahan Kukusan, Beji, Depok.Sampel air baku diambil dari sumur sebuah rumah kos di daerah Kukusan yang memiliki kadar besi dan mangan yang melewati standar baku air bersih yang ditetapkan Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010. Penelitian dilakukan dengan biosand filter untuk penyisihan besi dan mangan secara biologis dengan bantuan bakteri pengoksidasi besi dan mangan.
Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui efisiensi penyisihan besi dan mangan serta mengetahui pengaruh waktu tinggal, pH, dan suhu terhadap kinerja biosand filter.
Bahan dan metode: Penelitian dilakukan dengan biosand filter skala pilot plant berbentuk silinder berdiameter 20 cm yang terbuat dari bahan akrilik. Media pasir yang digunakan berdiameter 0,595 - 1,19 mm (d10 = 0,425 mm; UC 1,6) dengan ketebalan 50 cm. Penelitian dilakukan tanpa aerasi dan menggunakan waktu tinggal 24 jam.
Hasil: Dalam 40 hari penelitian, penyisihan besi dan mangan masing-masing mencapai 77,67% dan 25%. Penyisihan mangan belum mencapai steady state sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap penyisihan mangan.

Background: Ground water is tlie only water resource for Kelurahan Kukusan, Beji, Depok. Water samples collected from a board house’s well in Kukusan had relatively higher iron (Fe) and manganese (Mn) than the permissible limits specified in Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010. The study was conducted with biosand filters for biological removal of iron and manganese with the help of iron and manganese oxidizing bacteria.
Objective: The study aims to determine the removal efficiency of iron and manganese as well as determine the effect of residence time, pH, and temperature on the performance of biosand filters.
Materials and methods: The study was conducted at the cylindrical pilot plant scale biosand filter with 20 cm in diameter made of acrylic material. Medium sand used is from 0.595 to 1.19 mm in diameter (d10 = 0.425 mm; UC 1.6) with a thickness of 50 cm. The study was conducted without aeration and the use of 24-hour residence time.
Results: In the 40 days of study, the removal of iron and manganese respectively reached 77.67% and 25%. The removal of manganese has not reached steady state so that further research needs to be done against the removal of manganese.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53120
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Ragina B.
"ABSTRAK
Penggunaan air rumah tangga yang tinggi biasanya terjadi dalam sebuah kota
metropolitan, seperti halnya kota Jakarta. Standar kebutuhan air domestik yang
ditetapkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum adalah sebesar 126,9
liter/kapita/hari sementara standar kebutuhan air yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan adalah 150 liter/orang/hari. Menurut Kajian dan Verifikasi Cakupan
Layanan Air Minum Perpipaan di DKI Jakarta Tahun 2009, tingkat konsumsi air
rata-rata rumah tangga pelanggan PAM adalah sebesar 253,302 liter/orang/hari
sampai 261,496 liter/orang/hari, sementara tingkat konsumsi air rata-rata rumah
tangga yang bukan pelanggan PAM di wilayah DKI Jakarta adalah sebesar
204,698 liter/orang/hari. Penduduk miskin Jakarta mengalami peningkatan dari
51,24 ribu jiwa pada Maret 2011 menjadi 363,42 ribu jiwa, dibandingkan Maret
2010 yang hanya 312,18 ribu jiwa.Jumlah ini sekitar 3,75 % dari total penduduk
Jakarta. Ironisnya di beberapa tempat warga kelas ekonomi menengah bawah
terpaksa membeli air dengan harga mahal ataupun membuat sumur komunal
karena tidak terlayani jaringan pipa air bersih atau PAM. Maka diperlukan data
penggunaan air domestik pada rumah tangga kelas ekonomi menengah ke bawah
dengan harapan dapat dijadikan dasar perbaikan layanan jaringan pipa air bersih.
Melalui metode wawancara dengan menggunakan kuisioner diketahui pola
penggunaan air rumah tangga kelas ekonomi menengah ke bawah kota Jakarta
adalah mandi sebesar 193,89 liter/orang/hari, masak beras sebesar 2,66
liter/orang/hari, merebus bahan makanan sebesar 0,18 liter/orang/hari, minum
sebesar 2,23 liter/orang/hari, mencuci pakaian sebesar 42,39 liter/orang/hari,
mencuci peralatan makan sebesar 19,41 liter/orang/hari, mencuci kendaraan
sebesar 3,87 liter/orang/hari, sehingga total penggunaan air rumah tangga kelas
ekonomi menengah ke bawah di kota Jakarta adalah sebesar 264,64
liter/orang/hari. Dari seluruh data hasil sampling yang diolah dengan dengan
metode korelasi dan regresi pada Ordinary Least Square didapatkan kesimpulan
bahwa tingkat pendapatan tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaan
air rumah tangga. Data dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
penggunaan air rumah tangga yang representatif terhadap kota Jakarta.
Large quantities of household water consumption usually occurs in a metropolitan

ABSTRACT
city, as well as Jakarta. Standard domestic water requirements set by Kementrian
Pekerjaan Umum is at 126.9 liters/capita/day while the standard water
requirement established by the Departmen Kesehatan is 150 liters/person/day.
According to the “Kajian dan Verifikasi Cakupan Layanan Air Minum Perpipaan
di DKI Jakarta” in 2009, the average level of household water consumption using
PAM amounted 253.302 liters/person/day to 261.496 liters/person/day, while the
average level of water consumption of households that is not using PAM is equal
to 204.698 liters/person/day. The amount of citizens with middle-low class of
economy in Jakarta has increased from 51,240 in March 2011 to 363,420
inhabitants, compared to March 2010 is only 312.180. This amounts to about
3.75% of the total population in Jakarta. Ironically in some places middle-low
economic class citizens forced to buy water at high prices or make a communal
well as underserved water pipelines or PAM. Through interviews using a
questionnaire method it is known the patterns of water usage in household with
middle-low economic class in Jakarta. Water usage of shower is 193.89
liters/person/day, rice cooking by 2.66 liters/person/day, boiling food by 0.18
liters/person/day, drinking of 2.23 liters/person/day, washing clothes for 42.39
liters/person/day, washing dishes of 19.41 liters/person/day, washing vehicles at
3.87 liters/person/day, so the total water usege in household with middle-low
economic classes in the city is amounted to 264.64 liters/person/day. The entire
data sampling results was processed by the correlation and regression method in
the Ordinary Least Squares. It is concluded that the level of income does not
affect the use of household water significantly. The data in this study is expected
to be a source of domestic water use that are representative of the Jakarta city."
2014
S53118
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osha Ombasta
"Penggunaan transportasi udara di Indonesia selalu meningkat setiap tahun. Antara tahun 2003-2009 terjadi peningkatan jumlah penumpang angkutan udara mendekati 100%. Peningkatan penggunaan transportasi udara berakibat kepada pertambahan beban emisi di sekitar bandar udara oleh aktivitas LTO pesawat.
Pada penelitian ini, parameter pencemaran dari transportasi udara yang diukur adalah oksida nitrogen atau NOx yang terdiri atas NO dan NO2. Digunakan empat titik pengukuran mengelilingi Bandar Udara Soekarno-Hatta untuk memahami karakteristik penyebaran emisi dari tahap-tahap LTO pesawat.
Hasil pengukuran dan pengolahan data menunjukkan emisi fase LTO pesawat mempengaruhi konsentrasi NOx udara ambien yang dibuktikan dengan korelasi r antara 0,211-0,76 dan kontribusi rata-rata 28%. Nilai konsentrasi NOx yang terukur rata-rata berada di bawah baku mutu 400 μg/m3. Namun, pada kondisi cuaca tertentu, nilai ini dapat meningkat sampai kisaran 434,59-962,8 μg/m3. Ditemukan pula bahwa pesawat penyumbang emisi terbesar di Bandar Udara Soekarno-Hatta adalah Boeing B737-900ER, B737-800 and B737-400 dikarenakan jumlahnya yang besar dan seringnya penggunaan tiga varian pesawat tersebut.

The use of air transportation in Indonesia tend to grow every year. An increase to almost 100% was recorded between the year 2003 and 2009. This increasing trend of air transportation lead to an inevitable addition of environmental burden due to aircraft emission during the LTO activities.
In this study, the pollution parameter measured is oxides of nitrogen (NOx) which consist NO and NO2, with four points of measurement circling the Soekarno-Hatta Airport which enabling researcher to understand the characteristic of emission dispersion due to each phases in LTO activities.
The result shows that the emission during LTO phases affects the NOx concentration in ambient air as evidenced by r coefficient between 0,211-0,76 with average contribution of 28%. The NOx values measured were in average below the national standard of 400 μg/m3. Nevertheless, in some wheather condition, it can increase to a range of 434,59-962,8 μg/m3. The study also reveal the aircraft with the highest emission contribution for Soekarno-Hatta Airport, which are Boeing B737-900ER, B737-800 and B737-400 due to their large number and frequent use.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1432
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, 2005
R 628.1 KAT II
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>