Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114345 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chusnul Chotimah
"Skripsi ini membahas mengenai bentuk dan ciri khas bangunan Mesjid Jami Pesantren Buntet Mesjid Jami Pesantren Buntet terletak di Desa Mertapada Kulon Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Penelitian tentang arsitektur mesjid pesantren bertujuan untuk menggambarkan bentuk dan ciri khas yang terdapat pada mesjid sehingga dapat dilihat bagaimana bentuk kekhasan mesjid pesantren di Cirebon Metode penelitian yang dilaukan adalah analisis bentuk melalui perbandingan dengan mesjid pesantren lain yang terdapat di Cirebon Hasil penelitian menunjukkan bentuk dan ciri khas Mesjid Jami Pesantren Buntet adalah berdenah persegi panjang memiliki mimbar berbahan kayu mempunyai mihrab yang bermotif ragam hias garis tidak terdapat tiang di ruang utama dan memiliki mustaka.

The Focus consist is talk about form and characteristic of Mesjid Jami Pesantren Buntet Cirebon Mesjid Jami Pesantren Buntet located in Pesantren Buntet Astanajapura Cirebon This examination purpose to explain architectural mosque of old boarding school Besides special purpose is to understand the characteristics of mosque in the old boarding school Method that had been used is analyzing method and comparing The result is the characteristic from the mosque of Mesjid Jami Pesantren Buntet Cirebon is have a rectangular floor plan have a mihrab with line ornamentation mimbar made of the wood there is not the pole at the main room and have a mustaka. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aditya Prabowo
"Skripsi ini membahas tentang Tarikat Tijaniyah di Pondok Buntet Pesantren Cirebon. Kemudian yang menjadi pertanyaan, Apakah Pondok Buntet Pesantren Cirebon masih menerapkan ajaran Tarikat Tijaniyah hingga sekarang ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode participant observer, yakni sumber data primer diperoleh penulis dari hasil studi lapangan dengan mengunjungi Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Pondok Buntet Pesantren Cirebon. Selain studi lapangan, penulis memperoleh data sekunder dari pustaka, yaitu dengan mencari serta membaca buku-buku, skripsi dan tesis yang berkaitan dengan tarikat dan juga yang berkaitan dengan Tarikat Tijaniyah dan Syekh Ahmad Al-Tijani.. Tujuan penelitian ini yaitu memaparkan sejarah dan profil Pondok Buntet Pesantren Cirebon, menjelaskan sejarah Tarikat Tijaniyah dan sejarah masuknya Tarikat Tijaniyah ke Indonesia, hingga ke Pondok Buntet Pesantren Cirebon dan menjabarkan zikir Tarikat Tijaniyah yang masih diterapkan di Pondok Buntet Pesantren Cirebon hingga sekarang ini.

The Research focus on Tarikat Tijaniyah in Pondok Buntet Pesantren Cirebon. The Question is whether Pondok Buntet Pesantren Cirebon until now still teaching Tarikat Tijaniyah. The Method of research is uses participant observer, primary source of data obtained writer from result studied in field with the manner visited Institute Islamic Education of Buntet Pesantren Cirebon. Besides field study, writer get secondary source of data from books, journals, skripsi and tesis which is related to Tarikat Tijaniyah and Syekh Ahmad Al-Tijani. The purposes of this research try to explain history of Pondok Buntet Pesantren Cirebon, and biography of Kyai Anas. Furthermore, it describes Tarikat Tijaniyah and how Tarikat Tijaniyah come to Indonesia, Pondok Buntet Pesantren Cirebon Pondok and Buntet Pesantren Cirebon still teaches zikr of Tarikat Tijaniyah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S13303
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fatimahtuzzahro
"Keberadaan Ulama perempuan di Pesantren Buntet adalah bukti konkrit atas kemampuan dalam memimpin dan dalam melakukan kerja sosial untuk mewujudkan harapan dan keinginan masyarakat agar terbentuk kemanusiaan yang adil beradab dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul di masyarakat, seperti permasalahan praktik pernikahan anak. Dalam pandangan keilmuanya, masyarakat bertumpu dalam mengambil keputusan. Tujuan dari penelitian ini yaitu: Menganalisis pelibatan kepemimpianan ulama perempuan dalam permasalahan pernikahan anak di Pondok Pesantren Buntet Cirebon, serta mengetahui sinergitas ulama perempuan dalam permasalahan pernikahan anak di Pondok Pesantren Buntet Cirebon. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang mengolah dan menghasilkan data yang berbentuk penguraian deskritif. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data berupa : observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisa yang digunakan peneliti adalah analisa induktif, yaitu berupa kata-kata, gambar. Dalam wawancara ini penulis telah mewawancarai tujuh Nyai sentral di Pesantren Buntet sebagai informan utama dan para santri putri berjumlah 4 orang. Teori ketahanan berjenjang yang ditulis oleh Berry Buzan dalam buku yang berjudul people states and fear memberikan ruang gerakan untuk memberikan perlindungan pada perempuan dan anak. Gagasan Berry Buzan ini mengambil dari Kenneth N Walzt kemudian dikembangkan kembali oleh Berry Buzan yang membahas masalah keamanan melalui pendekatan ketahanan berjenjang. Dari teori ketahanan berjenjang, dipadukan dengan teori kepemimpinan. Menurut Zaccaro, Kemp & Badder (2004) mengatakan bahwa potensi kepemimpinan terdiri dari Trait yang majemuk. Dimana Trait terdiri dari : kepribadian, motivasi, nilai, kemampuan kognitif, ketrampilan social dan pemecahan masalah, keahlian. Legitimasi kedudukan peran Ulama perempuan pesantren Buntet Cirebon semakin mengakar pada masyarakat dan pemangku Kebijakan Negara, untuk mencegah pernikahan anak. Hal ini dilakukan dalam kegiatan majelis ta`lim, penguatan kurikulum gender, pembuatan regulasi daerah dan negara.

The existence of female clerics in Buntet Islamic Boarding School Cirebon was concrete evidence of the ability to lead and carrying out social work, to actualize the hopes and desires of the people to form a civilized community resolving various problems that arise in the community, such as the practice of child marriage. In scientific view, community rely on decision-making. The objectives of this study are; to analyze the involvement of female clerics in the issue of child marriage and to find out the synergy of female clerics in the matter of child marriage at Buntet Islamic Boarding School. This research is qualitative research that processes and produces data in the form of descriptive elaboration. The methods use in data collection are: observation, interviews, and documentation studies. The analysis technique is inductive analysis, in the form of words, images, and events. For the interviews, the author interviewed seven central Nyai in Buntet Islamic Boarding School as the main informants and four female students. The tiered resilience theory written by Berry Buzan in his book People States and Fear, provides a space for movement to provide protection for women and children. The idea was taken from Kenneth N Walzt and later redeveloped by Berry Buzan, which discussed security issues through a tiered endurance approach. This research would combine the theory of tiered resilience with leadership theory. According to Zaccaro, Kemp & Badder (2004) leadership potential consists of multiple traits, such as personality, motivation, values, cognitive abilities, social skills, and expertise in problem solving. The legitimacy of cleric role in Cirebon`s Buntet Islamic boarding school was increasingly rooted in the community and stakeholders in state policy to prevent child marriage. This was done in activities of the majelis ta`lim, strengthening the gender curriculum, making regulations on regions and state.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T52546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Agus Iswar
"Penelitian mengenai manajemen perpustakaan pesantren ini telah dilakukan pada bulan September 2007 hingga April 2008 di Pesantren Darun Najah, Ulujami, Jakarta Selatan, terhadap 3 (tiga) orang informan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah manajemen perpustakaan pesantren di Pesantren Darun Najah. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap informan, observasi lapangan, dan kajian dokumen. Perpustakaan merupakan salah satu perangkat penting bagi dunia pendidikan, khususnya pesantren. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perpustakaan Pesantren Darun Najah telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Begitu pula dengan unsur-unsur manajemen, seperti manusia, dana, fasilitas, koleksi, metode, dan pasar dalam manajemen perpustakaan telah tersedia. Manajemen perpustakaan yang dilakukan secara profesional pada Perpustakaan Pesantren Darun Najah dapat membantu pencapaian visi dan misi Pesantren Darun Najah. Permasalahan yang ada pada Perpustakaan Pesantren Darun Najah adalah pelaksanaan manajemen perpustakaan yang tidak optimal karena tidak seluruhnya sesuai dengan teori manajemen perpustakaan. Pemanfaatan fungsi manajemen yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sudah ada, tapi belum optimal, karena belum seluruhnya sesuai dengan teori manajemen perpustakaan. Unsur manajemen yang mencakup manusia, dana, fasilitas, koleksi, metode, dan pasar sudah tersedia, tapi juga belum optimal, karena belum seluruhnya sesuai dengan teori manajemen perpustakaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S15418
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan
"Gapura Bersayap Pada Kompleks Kepurbakalaan Islam di Cirebon: Kajian Bentuk Sayap, Guna, dan Penempatannya Pada Kompleks Keraton, Makam, Mesjid, dan Taman. (Di bawah bimbingan Isman Pratama Nasution M. Si.). Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005. Penelitian terhadap gapura bersayap pada kompleks kepurbakalaan Islam di Cirebon dilakukan antara tahun 2002 hingga tahun 2005. Tujuannya adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk sayap pada gapura bersayap, penempatan, dan kegunaannya pada kompleks bangunan. Gapura bersayap merupakan gapura yang muncul dan berkembang pada masa Islam. Gapura bersayap yang paling populer adalah Gapura Bersayap Sendang Duwur. Namun, gapura bersayap juga ditemukan pada peninggalan Kesultanan Cirebon. Bentuk sayap pada gapura-gapura bersayap di Cirebon leblh sederhana jika dibandingkan dengan bentuk sayap Gapura Sendang Duwur.
Objek penelitian ini meliputi seluruh gapura bersayap yang terdapat pada kompleks keraton, kompleks maknm, kompleks mesjid, dan kompleks taman pada kompleks kepurbakalaan Islam di Cirebon. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan melihat objek secara langsung di lapaugan. Berdasarkan hasil deskripsi awal, ditemukan 20 buah gapura bersayap dari 41 buah gapura yang ditemukan pada kompleks kepurtrakalaan Islam di Cirebon.
Analisis penelitian dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi, yaitu dengan cars membandingkan dan melihat adanya persamaan serta perbedaaan antara gapura yang satu dengan gapura yang lainnya. Selain itu juga dilakukan pemetaan untuk melihat ada tidaknya pola penempatan gapura bersayap.
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka didapat beberapa kesimpulan, yaitu: (1) Bentuk sayap pads gapura-gapura bersayap di Cirebon dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe. (2) Penempatan gapura bersayap pada kompleks bangunan tidak mempunyai pola tertentu dan umumnya ditempatkan menyebar. Masing-masing tipe sayap pads gapura ditempatkan menyebar pada kompleks bangunan tidak hanya terbatas pada satu kompleks saja. (3) Kegunaan gapura bersayap umumnya hanya sebagai pembatas antara halaman yang satu dengan halaman yang lainnya. Berdasarkan basil penelitian yang terbatas ini dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai makna sayap pada gapura, dan mengenai kemunculan gapura bersayap pada jenis candi bentar maupun paduraksa yang kemungkinan dipengaruhi oleh fungsi gapura atau bangunan (ruang) yang ada pada kompleks tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Yazid
"Adalah suatu hal yang menarik jika kita amati masjid-masjid zaman wali yang ada di pulau Jawa. Masjid-masjid ini sangat berbeda dengan masjid-masjid yang ada di tanah Arab, tempat Islam pertama berasal. Perbedaan ini tentunya bukan sesuatu yang tidak disengaja. Dengan hypotesa bahwa penampilan masjid-masjid ini merupakan bagian dari strategi dakwah Walisongo. Tulisan ini mencoba mengkaji lebih jauh bagaimana strategi dakwah itu diterjemahkan ke dalam bentuk masjid serta faklor apa saja yang ikut mempengaruhinya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Isman Pratama
"ABSTRAK. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek mihrab mesjid kuna yang ada di kota Benten, Jakarta, dan Cirebon, dengan memperhatikan segi-segi arsitektur, arah hadap dan ragam hiasnya. Rentang waktu yang digunakan adalah mihrab mesjid yang berasal dari abad 15 hingga 19. Tujuannya adalah untuk mengenali komponen yang terdapat pada mihrab-mihrab mesjid kuna, keragamannya dan frekwensi pemakaiannya. Juga untuk melihat unsur-unsur yang mempengaruhi ragam hiasnya, apakah ada unsur dari pra Islamnya atau dari Islamnya. Penelitian hanya dilakukan pada 16 obyek mihrab yang terdapat di ketiga kota tersebut di atas. Metode yang digu_nakan adalah deskripsi dan perbandingan hasil deskripsinae. Komponen yang diperhatikan adalah bentuk, ruangan, tiang, lengkungan, lalu arah hadap dan ragam hiasnya. Hasilnya me_nunjukkan adanya keragaman komponen dan frekwensi pemakaian_nya. Hal ini dapat digunaken sebagai dasar penelitian untuk mengenali gaya yang terdapat pada mihrab mesjid kuna, dan mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi ragam hiasnya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sovia Nur Khalida
"Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri bagaimana santri perempuan di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy, Cirebon membentuk identitas mereka melalui pengalaman mereka dalam tumbuh sebagai anak perempuan. Sejumlah pengalaman pribadi ini dianalisis mealui konstruksi narasi yang mencakup narasi sosial, komunal, dan personal. Dengan menggunakan konsep identitas naratif oleh McAdams dan McLean, temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman para santri perempuan dalam tumbuh sebagai anak perempuan dimaknai dengan cara yang berbeda-beda meskipun mereka tinggal dalam satu institusi pendidikan yang sama. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengalaman tersebut bergantung pada narasi-narasi yang ada dan terbentuk di sekitar mereka. Dalam proses ini, agensi kritis dan berbasis agama (pious critical agency) yang diajarkan dan secara intens digaungkan oleh pemimpin di pesantren tersebut secara khusus memainkan peran penting dalam merekonstruksi pandangan para santri perempuan ini dalam mengejawantahkan bagaimana menjadi seorang perempuan  muslim yang ‘ideal’.

This research aims to explore how female students of Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy, Cirebon form their identity through their girlhood experiences. These experiences are analyzed through the construction narratives, ranging from social, communal, and personal narratives. By using the concepts of narrative identity from McAdams and McLean, the research suggests that the girlhood narratives differ on each individual student despite the fact that they are in the same educational institution. The research also finds that their narratives of girlhood are drawn heavily from the many prevailing narratives they encounter in life. In this process, mainly, the pious critical agency offered by the pesantren and actively promoted by its leader seems to play a crucial role in re-constructing their understanding of what being and becoming an ‘ideal' Muslim woman is."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniadi
"Televisi sebagai media massa mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
audiensnya, banyak renelitian yang telah membuktika hal tersebut. Gerbner (1956)
melakukan studi tentang efek televisi terhadap individu yang terkena terpaan televisi dan
yang tidak terkena terpaan, dari hasil J?enelitiannya dihasilkan Cu?tivation Theory. Di san
ia menjelaskan bahwa terpaan tayarigan televisi yang berkesinambungan mempengaruhi
pola pikir seseorang. T elevisi sebagai media, menampilkan realitas yang dibentuk · oleh
pekerja media. ealitas ini akan tert am dalam benak audien yang lambat laun akan
menjadi realita s0sial. Penanaman ini terjadi dalam kurun waktu tertentu. Banyak lagi
penelitian yang telah membuktikan pengaruh elevisi.
Penelitian ini pu masih.. dalam rangkaian pembuktian pengaruh televisi terhadap
individu, hanya saja jenis pengaruh yang menjadi fokus perhatian adalah pengaruh
terhadap nilat-nilai religius yang dimiliki oleh . individu. Banyak anggapan bahwa
televisimempunyai andil terhadap turunnya nilai-nilai masyarakat dewasa ini, namun
pembuktian dari an gapan tersebut ja ang sekali ditemukan. Penelitian ini mencoba
menjawab tantangan tersebut.
Pengaruh televisi terhadap individu tidak dilihat sebagai proses linear yang kaku,
seakan-akan tidak ada faktor lain yang turut mempengaruhi proses tersebut. Kondisi
lingkugan sekitarnya ataupun bentuk-bentuk pengaruh dari keluarga dan ternan
sepermainan turut membentuk nil i religius p,ada indiviou. Faktor-faktor lain dalam
proses tersebut berusaha diketengahkan dalam penelitian in·, namun penelitian ini tetap
memfokuskan pada kajian efek media tersebut, yakni pengaruh televisi terhadap
religiusitas seseorang. Apakah televisi menimbulkan efek yang mempengaruhi sistem
religius seseorang dengan latar belakang sistuasi religius lingkungan sekitarnya.
Latar belakang kondisi religius ini yang kemudian oleh Geertz dikategorikan
menjadi santri, abangan, dan priyayi ini kemudian banyak digunakan sebagai bahan
acuan dalam pengkategorian masyarakat Jawa. Hanya saja kemudia pengkategorian ini
mendapat banyak bantahan, karena abangan dan santri merupakan pengaktegorian
berdasarkan status religiusnya sedangkan priyayi lebih merupakan pengaktegorian
berdasarka status sosial yang dihubungkan dengan kedekatan pada komunitas keraton Penggunaan santri dan abangan dalam penelitia ini ingin menghindari kerancuan
pengaktegorian tersebut namun masih tetap melihat latar belakang religisu individu.
Santri digunakan untuk menunjuk pada se~orang yapg menuntut ilmu di pesantren
dan bertempat tinggal di sana. Istilah ini juga digunakan untuk menunjuk kelompok salah
satu agama yang berada di Jawa, yang ditandai dengan ketaatan dalam menjalankan
ibadah ritual serta berpegang teguh kepada doktrin agama. Abangan secara harfiah berarti
merahan, istilah ini dignakan untuk menunjuk 'kelompok yang mengaku muslim, tetapi
kurang acuh terhadap doktrin agama dan terpesona oleh detail keupacaraan dan slametan.
Kondisi masyarakat semacam ini masih terlihat di Cirebon. Pengambilan populasi pada
masyarakat Cirebon didasarkan pada latar belakang sejarahnya. Cirebon pernah menjadi
pusa penyebaran Islam pada akhir abad 18, di tempat ini pula pernah tinggal Sunan
Gunung Jati salah satu dari Wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa. Kemudian
masyarakat Cirebon mernitiki karakteristik masyarakat yang dapat digolongkan pada dua
klasifikasi tersebut. perbedaan yang menyolok pada masyarakat tersebut adalah dengan
banyaknya pesantren yang berkembang di Cirebon namun banyak pula masyarakat yang
masih menganut adat peninggalan nenek moyang mereka.
Penggunaan media jika dilihat dari teori uses and effect memiliki tiga unsur ..
Pertama adalah konse uensi, konsekuensi di sini adalah e(ek kehilangan waktu, tidak
melakukan tindakan lain dan segala sesuatunya karena menggunakan media kedua adalah
effect, effect disini adalah pengaruh yang terjadi pada individu ~ena isi media yang
digunakan. Ketiga adalah konsefeks, . konsefeks disini adalah akibat yang dihasilkan
secara bersama-sama antara konsekuensi dan dan effect pada seseorang. Sedangkan
religius sebagai efek dilihat dalam tiga'dimensi efek, kognitif: afektif: dan konati£
Sesuai dengan paradigma positivis, penelitian ini menggunakan teknik analisa
statistik alpha cronbach, t test, pearson correlation, regresi linear, dan z test untuk dua
sampel independen. Sedangkan pengumpulari data primer menggunakan kuesioner,
namun untuk mendukung interpretasi penelitian ini menggunakan data literatur dan
wawancara terhadap tokoh yang kompeten. Pengambilan sampel menggun.ak,an{lustering
. sampling, sampel yang ditarik adalah 30 responden dari masing-masing karakteristik.
Clustering sampling ini mengakibatka hasil penelitian hanya bisa dilihat pada populasi
yang berdekatan dengan sampe~ tidak bisa diterapkan pada kelompok populasi
Analisa data yang melihat sampai hubungan p~ masing-masing dimensi
membuktikan beberapa hipotesis penelif ditolak, nilai signifikansi tidak mencapai
batas maksimum yang diperbOle an. Secara umum kesimputan yang dapat ditarik
adalah pola religius Santri memiliki religiusitas yang kuat. Sedangkan pada masyarakat
abangan po Ia religiusnya cenderung lebih lemah dibandingkan sntri. Nilai-nilai religius
· masyarakat abagan kuat pada level kognitif, tetapi pada level selanjutnya semakin
melemah. Pola menonton televisi santri hanya untuk · mengisi waktu luang saja,
sedangkan pada masyarakat abangan pola menonton televisi masyarakat abangan
merupakan masyarakat yang melakukan pemilihan cara televisi.
Hampir semua pengujian yang memasukkkan variabel ketiga tidak signifikan.
Berarti bahwa sosialisasi agama tidak mempengaruhi hubungan antara variabel
independen dan dependen. Ada uji antar hubungan yang ~cara signifikan membuktikan
bahwa variabel ternan dan keluarga ini mempengaruhi hubungan antara televisi dan
religiusitas. Pada masyarakat santri variabel ternan mempengaruhi hubungan televisi dan religiusitas pada hubungan antara konsekuensional dengan religisusitas, konsekuensional
dengan aspek kognitif religiusitas, dan konsekuensional dengan aspek afektif religiusitas.
Hubungan antara isi televisi dan religiusitas temyata berbanding positif. Efek
televisi mempunyai arah positif terhadap religiusitas, semakin besar efek yang terjadi
maka sernakin besar pula religiusitas seseorang. Jadi semakin menggunakan isi televisi
maka sernakin religius. Hal ini karena sampel memiliki penanaman religiusitas yang kuat.
Keinudian hal ini membe~t~ filter pada mereka untuk menerirna pengaruh dari televisi.
Penggunaan pandaiigan active audiens yang melatar belakangi teori uses and effect
. telah dibuktikan pada sampel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini sudah
berusaha membuktikan hubungan antara penggunaan televisi dengan efek religiusitas
audiens. Namun disadari penelitian ini masih tetap memiliki kekurangan"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Taufiek Rahman
"Penelitian mengenai pendidikan Islam. tradisional yang belum tersentuh oleh perubahan-perubahan dan pembaharuan di Pondok Pesantren Bendakerep Cirebon, Jawa Barat, telah dilakukan pada bulan Januari dan Pebruari 1987. Tujuannya ialah untuk menunjukkan bahwa fungsi dan peranan lembaga pendidikan tradisional ini masih berjalan relatif cukup baik, dan telah mengambil peranan yang cukup besar guna perkembang_an umat Islam di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan. Pengumpulan data diperoleh melalui studi perpustakaan, observasi lapangan, dan mengadakan wawancara dengan . pihak yang berwenang atau yang mengetahui tentang pesantren Ben_dakerep Cirebon, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesantren Bendake_rep, sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional masih berjalan cukup baik dengan segala tradisi yang diwarisinya secara turun-temurun tanpa variasi dan perubahan sedikit pun, walaupun perkembangan masyarakat dewasa ini sedang mengalami perubahan-perubahan dan pembaharuan di segala aspek kehidupan, khususnya yang menyangkut aspek pendidikan. Dilihat dari bentuk pendidikan dan pengajarannya, pe_santren Bendakerep masih mempertahankan bentuk pendidikan semula, yaitu terbatas pada pendidikan dan pengajaran aga_ma Islam saja dengan metode wetonan dan sorogan, sedangkan sumber bahan pelajaran merujuk kepada kitab kitab klasik dalam bahasa Arab yang dikenal dengan nama kitab kuning. Faktor-faktor yang mendorong bertahannya pesantren Bendakerep masih memakai sistem tersebut, antara lain ka_rena kecenderungan kiainya secara implisit mempunyai sikap rasa kekhawatiran yang berlebihan atau terlalu berhati -hati terhadap masuknya pengaruh luar. Sikap ini telah tertanam kuat pula ke dalam lingkungan masyarakat sekitaraya me_lalui sistem pendidikan dan pengajaran yang dilakukan di pesantren tersebut. Walaupun demikian, pesantren ini dalam sekala panjang akan terkena pengaruh perubahan sosial masyarakatnya. Hal ini terlihat dari semakin terbukanya jalur transportasi dan komunikasi ke arah pesantren itu. Di samping itu, tidak ada suatu gejala sosial di dunia yang selalu tetap dan tidak berubah."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>