Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131965 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jilia Roza
"HIV merupakan penyebab penyakit infeksi yang akan diderita seumur hidup. Tidak semua orang yang terinfeksi HIV memiliki jangka waktu yang sama dalam menunjukkan gejala klinisnya, sehingga transmisi masih dapat terjadi selama penderita dalam periode asimptomatik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan status HIV klien VCT (Voluntary Counselling and Testing) di RSUD Mandau Kabupaten Bengkalis Tahun 2012. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data rekam medis klinik VCT HIV pada 897 orang klien VCT HIV di RSUD Mandau. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi form VCT menggunakan lembar daftar tilik. Hasil penelitian ini mendapatkan 4,2% klien VCT yang terinfeksi HIV dan pekerjaan berhubungan dengan status HIV, dimana klien yang pekerjaannya terkait dengan faktor risiko hampir 16 kali untuk terinfeksi HIV dibandingkan klien yang pekerjaannya tidak terkait dengan faktor risiko. Perlunya perhatian, pencegahan serta penanggulangan dari seluruh pihak baik pemerintahan, tenaga kesehatan maupun masyarakat.

HIV is a cause of disease infection that will be suffered a lifetime. Not all people with HIV have the the same timeframe in the showing symptoms clinicayl, so that the transmission may still occur during the patients in the period of asymptomatic. This research was aimed to determine the factors associated with HIV status VCT clients (Voluntary Counseling and Testing) at RSUD Mandau Bengkalis In 2012. This study is a further analysis of the medical records of HIV VCT clinic at 897 people with HIV VCT clients in RSUD Mandau. The data was collected through observation VCT form using the checklist sheet. Results of this study get 4.2% of VCT clients infected with HIV and work related with HIV status, where clients who work associated with risk factors nearly 16 times for HIV infection than clients who work not associated with risk factors. Need more concern, prevention and suppression of all parties, including government, health workers, and society."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Indriyani
"Partisipasi VCT pada WBP penting untuk diketahui agar dapat melakukan pencegahan penularan dan penanggulangan kasus sedini mungkin. Penelitian bertujuan mengetahui faktor yang berhubungan dengan VCT pada WBP di Rumah Tahanan Negara Klas IIA Pondok Bambu Tahun 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Tingkat partisipasi VCT pada WBP adalah 28,4%, dan faktor yang berhubungan dengan partisipasi VCT pada WBP yaitu jenis tindak pidana (OR=0,085, 95% CI= 0,019-0,387), pengetahuan (OR=2,898, 95% CI = 0,978-8,582), dan dukungan tenaga kesehatan (OR=2,533, 95% CI = 0,997-6,436). Klien VCT yang datang ke klinik VCT rutan sebagian besar atas rujukan dokter. Perlu peningkatan pengetahuan tentang HIV dan VCT untuk meningkatkan partisipasi VCT pada WBP.

VCT participation among prisoner is crucial for prevention and care support treatment of HIV in prison. The purpose of this study was to explore related factors to VCT among prisoner in Pondok Bambu Woman Prison Jakarta 2012. Data were collected from 95 prisoner which chosen by random sample at Pondok Bambu Prison, using self-administered questionnaires. Only 28,4% of respondents had participating in VCT. Related factors which have significant correlation with VCT participation are type of criminal act, knowledge, and medical workers support. Meanwhile, there is no significant correlation between education, job status, STD record, perception of VCT service needs, prison support, friends/family support."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lyda Amalia
"HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena terus terjadi peningkatan kasus setiap tahunnya. Berdasarkan Infodatin AIDS 2016, bahwa DKI Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi. Dari tahun 2014 sampai tahun 2016, terjadi peningkatan insiden HIV di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui determinan yang berhubungan dengan status HIV/AIDS pasien di Poli VCT (Voluntary Counselling and Testing) Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari data pasien di Poli VCT yang sudah terinput ke SIHA (Sistem Informasi HIV dan AIDS) pada bulan Januari sampai Desember tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel seluruh pasien di Poli VCT yang memenuhi kriteria inklusi. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel adalah 1229 sampel. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei tahun 2018 di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang. Analisis dalam penelitian ini adalah univariat, bivariat dan stratifikasi. Hasil analisis menunjukan variabel yang berhubungan bermakna dengan status HIV/AIDS adalah jenis kelamin (P= 0,000), tingkat pendidikan (P= 0,007), pekerjaan (P= 0,025), status perkawinan (P= 0,009 dan P=0,022), status penyakit sifilis (P= 0,000), hubungan anal seks berisiko (P= 0,032), dan bergantian peralatan suntik (P= 0,000). Variabel jenis kelamin merupakan variabel confounding pada hubungan vagina seks berisiko dengan status HIV/AIDS (P-Interaksi= 0,371 , Perubahan PR= 11,36%). Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status penyakit sifilis, hubungan anal seks berisiko, bergantian peralatan suntik dengan status HIV/AIDS, dan jenis kelamin merupakan variabel confounding pada hubungan vagina seks berisiko dengan status HIV/AIDS

HIV/AIDS is a serious public health problem because its incidence continues to raise each year. Based on AIDS Infodatin 2016, it is found that DKI Jakarta is the province with the highest number of HIV cases. Since 2014 to 2016, there is an increased of incidence of HIV in Primary Health Center Tanah Abang. The purpose of this study is to know the determinants related to HIV / AIDS patients status at VCT (Voluntary Counseling and Testing) Primary Health Center Tanah Abang in 2017. This study used a secondary data derived from patient data in Polyclinic VCT which had been computed to SIHA (System Information on HIV and AIDS) from January to December 2017. This study used a cross-sectional design with a sample of all patients in VCT Polyclinic who met the inclusion criteria. The sampling method used is total sampling with total sample is 1229 samples. The study was conducted from April to May 2018 at Primary Health Center Tanah Abang. The analysis in this study is univariate, bivariate and stratification. The results of the analysis showed significant variables with HIV/AIDS status were sex (P = 0,000), education level (P = 0.007), occupation (P = 0.009), marital status (P = 0.009 and P = 0.022), syphilis status (P = 0.000), risky anal sex relationship (P = 0.032), and sharing injection equipment (P = 0,000). Sex variables are confounding variables in risky vaginal sex relationship with HIV/AIDS status (P-Interaction = 0.371, PR change = 11.36%). This study concluded that there is a relationship between sex, education level, occupation, marital status, syphilis status, risky anal sex relationship, sharing injection equipment with HIV/AIDS status, and sex is a confounding variable on risky vaginal sex relationship with status HIV/AIDS"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Melinda
"ABSTRAK
Pendahuluan: Di Indonesia setiap 25 menit terdapat satu orang terinfeksi Human ImmunoDefiency virus HIV, satu dari lima orang yang terinfeksi berusia dibawah 25 tahun. Kejadian HIVperlu penanganan yang sangat serius, kesadaran pemanfaatan fasilitas kesehatan diharapkan dapatmengurangi kejadian HIV. Provinsi Kalimantan Timur menjadi 10 provinsi terbanyakpenyumbang angka kejadian HIV di Indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuifaktor risiko status HIV pada pasien di fasilitas kesehatan VCT Rumah Sakit Umum AwahabSyarani Kota Samarinda Kalimantan Timur. Metode: Desain penelitian adalah Case Kontrol.Sampel sebesar 140 orang dengan 70 orang orang pada kasus yang diambil secara Quota Samplingdari pasien di Klinik VCT, sedangkan 70 orang sebagai kontrol diambil dari klinik kulit kelamin.Data dianalisis dengan regresi logistic ganda. Hasil: Faktor risiko dari status HIV di Klinik VCTRSU A Wahab Syarani adalah pekerjaan p=0,004 , Perilaku seksual berisiko p=0,007 , danketersediaan informasi kesehatan p=0,001 sedangkan pengetahuan komperhensif, jenis kelamin,dan pendidikan merupakan counfonding. Pekerjaan yang berisiko tinggi merupakan faktor risikoyang paling dominan terhadap status HIV. Responden yang memiliki pekerjaan risiko tinggiberisiko terinfeksi HIV 20 kali dibandingkan dengan pekerjaan yang tidak risiko tinggi, OR:20,11,95 CI:2,65-152,26 setelah dikontrol oleh perilaku seksual berisiko, ketersediaaninformasi kesehatan, pengetahuan komperhenshif, jenis kelamin, dan pendidikan. Dalammenurunkan angka kejadian HIV, perlu adanya kerja dari berbagai pihak, dengan memberikaninfomasi tentang penularan dan pencegahan di berbagai fasilitas dan layanan umum dan berupayamenghilangkan stigma terhadap orang dengan HIV di lingkungan masyarakat.Kata Kunci : Faktor Risiko, VCT Voluntary Counselling and Testing , HIV/AIDS

ABSTRACT
Introduction In Indonesia every 25 minutes there is one person infected Human ImmunoDeficiency Virus HIV, one in five infected people aged under 25 years. The incidence of HIVneeds very serious treatment, awareness of the utilization of health facilities is expected to reducethe incidence of HIV. East Kalimantan province became the top 10 provinces contributing to theincidence of HIV in Indonesia. Objective This study aims to determine the risk factors of HIVstatus in patients in health facilities VCT Awahab Syarani General Hospital, Samarinda City, EastKalimantan. Method The study design was Case Control. A sample of 140 people with 70 peoplein cases taken by Quota Sampling from patients at VCT Clinic, while 70 people as control weretaken from the genital skin clinic. Data were analyzed by multiple logistic regression. Results Risk factors from HIV status in health facilities VCT Awahab Syarani General Hospital wereEmployments p 0.004 , risky sexual behavior p 0.007 , and availability of health information p 0.001 whereas comprehensive knowledge, sex, and education were counfonding.Employments is the most dominant risk factor for HIV status. Respondents who have high riskjobs are at risk of HIV infection 20 times compared to non high risk jobs OR 20,11,95 CI 2,65 152,26 after being controlled by risky sexual behavior, availability of health information,comprehensive knowledge, sex, and education. In reducing the incidence of HIV, it is required towork from various parties, to provide information on transmission and prevention in publicfacilities and services and not to stigmatize people living with HIV in the community.Keywords Risk Factors, VCT Voluntary Counseling and Testing , HIV AIDS"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Mudanayasa
"Latar Belakang: Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia mengalami peningkatansignifikan setiap tahunnya, termasuk di Bali dan Gianyar, namun pemanfaatan VCTmasih rendah, di Gianyar hanya 28,4 . Rendahnya pemanfaatan VCT berhubungandengan faktor-faktor seperti umur, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,pengetahuan HIV-AIDS dan VCT, persepsi pelayanan kesehatan, stigma,diskriminatif, dukungan pasangan, keluarga dan teman, dukungan petugas kesehatan,dukungan LSM, keterampilan petugas dan akses ke pelayanan kesehatan.
Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatanklinik VCT HIV-AIDS di RSUD Sanjiwani, Gianyar tahun 2017.
Metode: Penelitian ini adalah studi potong lintang, metode kuantitatif. Populasipenelitian adalah seluruh responden yang berkunjung ke klinik VCT RSUDSanjiwani. Sampel adalah seluruh responden yang berkunjung ke klinik VCT bulanOktober sampai November 2017 yang memenuhi kriteria inklusi, bersedia ikut dalampenelitian dan menandatangani inform consent dan sampel diambil secara konsekutif.Pengumpulan data primer dengan wawancara menggunakan kuesioner, data sekunderdiambil dari register kunjungan klinik VCT. Analisis data menggunakan spss danpenyajian hasil dalam bentuk tabel.
Hasil: Terdapat 70 responden yang ikut dalam penelitian ini, didapatkan hubunganbermakna antara umur, pengetahuan VCT, sikap keluarga, sikap pasangan, dukunganLSM, akses pelayanan kesehatan dengan persepsi individu. Adanya hubunganbermakna antara umur, pendidikan, pengetahuan HIV-AIDS, pengetahuan VCT,persepsi pelayanan kesehatan, stigma dan diskriminasi, sikap keluarga, sikappasangan, sikap petugas kesehatan, dukungan LSM, keterampilan petugas kesehatandan persepsi individu terhadap pemanfaatan VCT. Persepsi individu, stigma dandiskriminasi merupakan tiga faktor dominan berhubungan dengan pemanfaatan VCT.
Kesimpulan: terdapat berbagai faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan VCT,pada penelitian ini persepsi individu, stigma, umur dan diskriminasi behubungandominan terhadap pemanfaatan VCT. Adanya stigma dan diskriminatif yang tinggi,serta rendahnya persepsi undividu, perlu dilakukan intervensi untuk mengeliminasihal tersebut.

Background: Prevalence of HIV AIDS in Indonesia has increased significantlyevery year, including in Bali and Gianyar, but VCT utilization is verry low, inGianyar just only 28.4. The low utilization of VCT relates to factors such as age,marital status, education, employment, HIV AIDS knowledge and VCT, healthservice perceptions, stigma, discrimination, partner support, family and friends,health care support, NGO support, access to health services.
Aims: To know the factors related to the utilization of VCT HIV AIDS clinic inRSUD Sanjiwani, Gianyar 2017.
Methods: This research is cross sectional study, quantitative method. The study population was all respondents who visited the VCT clinic RSUD Sanjiwani.Samples were all respondents who visited VCT clinics from October to November2017 who met the inclusion criteria, were willing to take part in the research and signthe informed consent and the sample was taken consecutively. Primary datacollection by interview using questionnaires, secondary data is taken from the VCTclinic visit register. Data analysis using spss and presentation of results in tabularform.
Results: There were 70 respondents who participated in this study, found significantrelationship between age, knowledge of VCT, family attitudes, couples attitude, NGOsupport, access to health services with individual perceptions. There is a significantrelationship between age, education, HIV AIDS knowledge, VCT knowledge, healthservice perceptions, stigma and discrimination, family attitudes, partner attitudes, health officer attitudes, NGO support, health officer skills and individual perceptionsof VCT utilization. Individual perceptions, stigma and discrimination are the threedominant factors associated with VCT utilization.
Conclusions: There are various factors related to the utilization of VCT, in this studyindividual perceptions, stigma, age and discrimination are dominant relation to theutilization of VCT. High stigma and discrimination and low individual perceptions,need to be intervened to eliminate it.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Nurlina
"Perkembangan infeksi Human Imunodeficiency Virus (HIV) di dunia sangat progresif. Sejak ditemukan di dunia tahun 1981 sampai dengan tahun 2016 jumlah penderitanya telah mencapai puluhan juta jiwa. Jumlah penderita baru infeksi HIV di Kabupaten Cirebon memiliki kecenderungan yang sama dengan kondisi dunia. Pada tahun 2017 jumlah penderita baru meningkat 50% dibanding tahun 2009. Penyebaran Infeksi HIV masih terkonsentrasi pada populasi kunci dengan pola transmisi utama melalui hubungan seks tidak aman. Upaya pencegahan primer yang dilakukan adalah deteksi dini status HIV seseorang dan konseling terhadap faktor risiko yang dimiliki melalui kegiatan Voluntary Counselling And Testing (VCT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya hubungan antara perilaku seks berisiko dengan infeksi HIV pada Klien VCT Di Kabupaten Cirebon.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional menggunakan data sekunder kegiatan VCT tahun 2017. Populasi penelitian ini adalah klien yang berkunjung pada kegiatan VCT, melakukan konseling pra test, tes HIV dan konseling pasca menerima hasil tes. Klien yang berkunjung terdiri dari terdiri dari populasi kunci (gay/LSL, penasun, penjaja seks (PS), pelanggan PS, waria, dan WBP) serta pasien TB dan pasangan risti. Dilakukan analisis regresi logistik untuk mendapatkan estimasi besar hubungan antara perilaku seks berisiko dengan infeksi HIV setelah dikendalikan variabel kovariat.
Proporsi infeksi hiv pada klien VCT di Kabupaten Cirebon tahun 2017 sebesar 3,0%, sedangkan proporsi perilaku seks berisiko sebesar 80,4%. Didapatkan besar hubungan (POR) antara perilaku seks berisiko dengan infeksi HIV pada klien VCT di Kabupaten Cirebon sebesar 2,23 (95% CI ; 1,019-4,899) setelah dikendalikan jenis kelamin. Proporsi perilaku seks berisiko pada klien VCT sangat tinggi, klien VCT yang melakukan perilaku seks berisiko berpeluang terinfeksi HIV sebesar 2,23 kali dibandingkan dengan klien VCT yang tidak melakukan perilaku seks berisiko.
Direkomendasikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon agar dapat meningkatkan kegiatan promotif dan preventif yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan pencegahan infeksi HIV kepada masyarakat, melakukan pelatihan petugas lapangan dalam hal tehnik advokasi dan regulasi, meningkatkan frekuensi kegiatan VCT pada populasi kunci dan meningkatkan durasi serta kualitas konseling dalam kegiatan VCT.

The progression of Human Immunodeficiency Virus (HIV) infection in the world is very progressive. Since found in 1981 until 2016 the number of cases has reached tens of millions of lives. The number of new HIV infections in Cirebon Regency has the same as the condition of the world. In 2017 the number of new cases increased by 50% compared to 2009. The spread of HIV infection is still concentrated in the key population with the main transmission pattern through unsafe sex. Primary prevention undertaken are early detection of a HIV status and counselling of risk factors through Voluntary Counseling and Testing (VCT) activities. This study aims to determine the magnitude of the association between risky sexual behavior with HIV infection on VCT Clients in Cirebon Regency.
This was cross sectional study using secondary data of VCT in 2017. The population is clients who visit VCT clinic, doing pre-test counselling, HIV test and post-test counselling. Clients are key populations (gay / MSM, customer sex workers, IDUs, sex workers, transgender, and prisoners), TB patients and legaly sex partner. Logistic regression analysis was used to estimate association between risky sex behavior and HIV infection after controlled covariate variables.
Nearly 3.0%. (85/2,858) of tested clients were positif HIV and 80.4% (2,299/2.858) client had risky sexual behavior. There was a significant association between risky sex behavior and HIV infection on VCT clients in Cirebon Regency (Adjusted POR=2.23 (1.019-4.899) after controlling to gender. The proportion of risky sex behaviors in VCT clients is very high, VCT clients who engage in sex-risk behaviors had a risk of 2.23 times for HIV infection compared to VCT clients who do not engage in risky sexual behavior.
It is recommended to the Cirebon Health Office to improve promotive and preventive programs to enhancing community knowledge and skills in preventing HIV infection, conducting outreach training in terms of regulatory and advocacy techniques, increasing the frequency of VCT and improving the duration and quality of counselling in VCT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wulan Anggraini
"Pola penularan HIV berdasarkan faktor resiko tidak mengalami perubahan. Bahkan berdasarkan kajian kajian paruh waktu Strategi dan Rencana Aksi Nasional (SRAN), salah satu kelompok dengan prevalensi HIV meningkat yaitu kelompok LSL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada LSL (lelaki berhubungan seks dengan lelaki) di Poli IMS/VCT Puskesmas Pasar Rebo Jakarta Timur tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, rancangan yang dipakai yaitu crossectional, menggunakan data sekunder yang diperoleh dari form VCT dan form register IMS. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas berkaitan dengan perilaku beresiko, digunakan data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam pada 3 orang LSL. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh LSL yang merupakan klien VCT di Poli IMS/VCT Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo yang baru berkunjung pada bulan Januari ? Desember 2014. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2015.
Hasil penelitian ini diketahui 37,1% LSL klien VCT terinfeksi HIV. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan dan pekerjaan terhadap status HIV pada LSL. Untuk itu perlunya kerjasama lintas sektoral untuk menekan angka kejadian HIV, khususnya pada kelompok LSL.

ABSTRACT
HIV transmission patterns based on risk factors did not change. Even based studies part-time studies Strategy and National Action Plan (SRAN), one of the groups with increased HIV prevalence is MSM. This study aims to determine the factors associated with HIV status in MSM (men having sex with men) in Poli STI / VCT Puskesmas Pasar Rebo 2014.
This study is a quantitative research, design used is cross-sectional, using secondary data obtained from the form VCT and STI register form. To get a broader picture relating to risky behavior, used primary data obtained from in-depth interviews on 3 MSM. The population in this study is the entire MSM who are clients of VCT in Poli STI / VCT Puskesmas Pasar Rebo new visit in January to December 2014. The study was conducted in December 2015.
The results of this study are known for 37.1% of HIV-infected MSM VCT clients. Statistical analysis showed a significant relationship between the variables education and work against HIV status in MSM. Therefore the need for cross-sectoral cooperation to suppress the incidence of HIV, particularly in MSM."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyo Prastowo
"Penelitian ini mencoba untuk mendeskripsikan alasan apa saja yang mendorong klien untuk mengikuti program VCT yang dilaksanakan oleh Unit Pelayanan HIV Terpadu RSUPN-CM. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, maka digunakan metode penelitian kualitatif yang akan membantu memberikan gambaran secara mendalam mengenai alasan yang mendorong klien untuk mengikuti program VCT tersebut. Untuk keperluan penelitian, maka dipilih lima orang informan yang dianggap dapat memberikan jawaban mengenai pertanyaan penelitian.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebelum mengikuti VCT para informan tidak menyadari bahwa perilaku mereka rentan terhadap penularan HIV/ AIDS. Pemahaman informan mengenai keseriusan masalah penularan HIV juga dapat dikatakan masih rendah. Informan banyak memperoleh informasi mengenai HIV setelah mengikuti program VCT. Selain itu, efektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan dalam program VCT juga baru diketahui oleh informan ketika mereka sudah menjalani program tersebut. Mengenai masalah biaya yang harus dikeluarkan, mayoritas informan merasa bahwa biaya yang harus dikeluarkan tersebut cukup mahal. Salah satu kegiatan dalam program VCT adalah konseling, yang diyakini dapat memberikan manfaat bagi klien terutama dalam pemahaman mengenai pengobatan dan perawatan ODHA.

The focus of this study is to describe the reason that pushed client to be a part of VCT program which is held by Unit Pelayanan HIV Terpadu RSUPN-CM. To reach the goal of this research, this study use the Qualitatif Research Methods which will help to describe more specific about the reason that pushed client to be a part of VCT program. This research, use five informans that represent the whole of the client in this program.
The result from this research is known that before the client follow the VCT program, they do not realize that their behavior is closed to HIV infection. The knowledge of those informans about how serious this disease was very low. Those informans get their knowledge about VCT and HIV after they follow the VCT program. Besides that, the efectivity of VCT treatment, just known after they follow the VCT program. The cost that those client had to pay is relatively expensive. One of the VCT program was counceling, which they believe it can be usefull for them.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Erma Rini
"Voluntary Counseling and Testing (VCT) merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk menangani penyebaran HIV/AIDS. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemanfaatan layanan VCT oleh populasi berisiko tinggi HIV/AIDS di Indonesia. Banyak populasi berisiko tinggi HIV/AIDS yang belum pernah melakukan VCT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan VCT pada populasi berisiko tinggi HIV/AIDS di Provinsi Banten tahun 2013. Penelitian menggunakan desain studi kuantitatif dengan desain crossesctional.
Berdasarkan hasil analisis multivariate (final model) terdapat tiga variabel yang berhubungan dengan pemnfaatan layanan VCT yaitu usia (p-value = 0,009), akses ke layanan VCT (p-value=0,039) dan variabel pengetahuan VCT (p-value = 0,0001). Variabel yang paling berpengaruh terhadap pemnfaatan layanan VCT adalah pengetahuan responden tentang VCT dengan nilai OR tertinggi yaitu 4,4 yang artinya responden dengan pengetahuan tentang VCT nya baik cenderung akan memanfaatkan layanan VCT 4,4 kali lebih besar dibanding dengan yang memiliki pengetahuan tentang VCT kurang baik.

Voluntary Counseling and Testing (VCT) is a public health strategy to response of HIV / AIDS . This research is based on the low number of utilization of VCT services by high -risk populations with HIV / AIDS in Indonesia. The most highrisk populations on HIV mostly don’t access to VCT services. This study aims to determine the associated factors with the utilization of VCT services in a population at high risk of HIV / AIDS in Banten province in 2013. The study uses a quantitative study design with cross-sectional design.
Based on the results of multivariate analysis ( final model) , there are three variables relate to the utilization of VCT services , namely age ( p - value = 0.009 ), access to VCT services (p-value = 0.039) and VCT knowledge variables ( p - value = 0.0001 ). The most influence variables on the utilization of VCT services is the knowledge on VCT, with the highest OR value is 4.4 , it is means that the respondent with good knowledge of VCT likely to utilize VCT services 4.4 times greater thanwho has less of good knowledge in VCT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvan Abdi Fajriansyah
"Lelaki yang Seks dengan Lelaki (LSL) berada pada posisi yang rentan untuk tertular dan menularkan HIV melalui hubungan seksual berisiko.Di Indonesia, LSL menyumbang persentase sekitar 44,93% dari keseluruhan kasus baru di 2019. Meskipun akses terhadap Voluntary Counseling and Testing (VCT) sudah dibuka lebar namun pemaanfaatannya masih tergolong rendah. Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi perilaku periksa VCT pada kalangan LSL. Melalui studi potong lintang ini diteliti hubungan antara faktor-faktor berpengaruh diantaranya usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status hubungan, pengetahuan tentang HIV/AIDS, Stigma terkait HIV, dan dukungan sosial serta hubungannya dengan perilaku periksa VCT. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 100 responden dengan metode pengumpulan snowball sampling. Penelitian ini menggunakan beberapa kuesioner diantaranya kuesioner perilaku periksa VCT yang dibuat dan dimodifikasi sendiri, HIV-KQ-18, HIV-Anticipated Stigma, serta Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan terhadap HIV/AIDS dengan perilaku periksa VCT (p = 0,032; α = 0,05). Selain itu, ditemukan terdapat hubungan bermakna antara stigma terkait HIV dengan perilaku periksa VCT (p = 0,014; α = 0,05). Tidak ditemukan hubungan bermakna antara usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status hubungan, dan dukungan sosial terhadap perilaku periksa VCT (p > 0,05).

Men who have sex with men (MSM) are in a vulnerable position to contracting and transmitting HIV through risky sexual intercourse. In Indonesia, MSM accounted for around 44.93% of all new cases in 2019. Even though access to Voluntary Counseling and Testing (VCT) has been widely opened, its utilization is still relatively low. There are many factors that can influence VCT checking behavior among MSM. This cross-sectional study examined the relationship between influential factors including age, education level, employment status, relationship status, knowledge of HIV/AIDS, HIV-related stigma, and social support and its relationship with VCT checking behavior. The number of samples used in this study were 100 respondents with the snowball sampling method. This study used several questionnaires including self-modified VCT checking behavior questionnaires, HIV-KQ-18, HIV-Anticipated Stigma, and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). The results of the bivariate analysis showed that there was a significant relationship between knowledge of HIV/AIDS and VCT checking behavior (p = 0.032; α = 0.05). In addition, it was found that there was a significant relationship between HIV-related stigma and VCT checking behavior (p = 0.014; α = 0.05). No significant relationship was found between age, education level, employment status, relationship status, and social support on VCT checking behavior (p > 0.05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>