Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116026 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reny Aditia Puspaningrum
"Kepuasan pasien dapat di ukur menggunakan lima dimensi kepuasan (keandalan, ketanggapan, jaminan, empati, produk-produk fisik). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan Pusat Kesehatan Mahasiswa Universitas Indonesia (PKM UI) setelah dilakukan upaya perbaikan pelayanan. Desain penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Teknik pengambilan sampel (n=106) menggunakan consecutive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang puas terhadap pelayanan PKM UI hanya sebesar 45%. Sebesar 57% puas pada dimensi ketanggapan, 52,38% puas pada dimensi jaminan, 42,80% puas pada dimensi kehandalan, 42,40% puas pada dimensi empati, dan 45,30% puas pada dimensi produk-produk fisik.

Patient satisfaction can be measured using five dimensions of satisfaction (reliability, responsiveness, assurance, empathy, tangibles). This research aims to know student satisfaction about service of health care student center of Universitas Indonesia (PKM UI) after service improvement done by PKM UI. Design for this research was simple descriptive. The technique of sampling (n = 106) used consecutive sampling. The research showed that students who were satisfied to PKM UI’s services only 45%. 57% satisfied in dimension responsiveness, 52,38% satisfied in dimension assurance, 42,80% satisfied in dimension reliability, 42,40% satisfied in dimension empathy, and 45,30% satisfied in dimension tangibles."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Maharanti
"Pelayanan primer sebagai gatekeeper dengan managed care dimana suksesnya dinilai dari angka kunjungan dan angka rujukan. Berdasarkan data tahun 2016 Puskesmas Kota Tangerang memiliki rata ndash; rata capaian yang tidak sesuai dengan target yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan, yaitu untuk rate kunjungan sebesar 41 permil; dibawah zona aman < 150 permil; , sedangkan rasio rujukan sebesar 29 yang idealnya adalah 10 . Selain itu, sebagian besar Puskesmas memiliki rasio rujukan non spesialistik diatas 5 dan berada di zona tidak aman. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sistem pelayanan puskesmas sebagai gatekeeper di Kota Tangerang tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan WM, telaah dokumen dan observasi. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pedurenan dan Puskesmas Pabuaran Tumpeng dari bulan Mei sampai dengan Juni 2018. Dari penelitian ini ditemukan bahwa output angka kontak masih rendah dan rasio rujukan non spesialistik di zona prestasi walaupun masih terdapat kasus non spesialistik di rumah sakit. Pada variabel proses yang menyebabkan angka kontak rendah yaitu first contact, continuity, comprehensiveness, proses pendaftaran pasien dan sumber daya manusia pada variabel input. Pada variabel proses yang menyebabkan rasio rujukan non spesialistik masih terjadi karena proses pemberian rujukan dan pada variabel input meliputi peralatan medis, obat-obatan.

Primary care as gatekeeper with managed care where the success is assessed from contact rate and referral ratio. Based on data from 2016, PHC in Tangerang has average achievement that is not in accordance with the target set by BPJS Health, contact rate is 41 permil below the safe zone "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Mhd Indra Gunawan
"Salah satu permasalahan sistem rujukan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik, maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit dalam permasalahan kesehatan hal ini juga terjadi juga di kota Batam. Untuk mengatasi hal tersebut sistem pelayanan kesehatan di era BPJS Kesehatan mengutamakan optimalisasi di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), seperti Puskesmas, klinik pratama, maupun dokter praktek perorangan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam menyediakan layanan kesehatan bagi masyarakat. Namun masih sering kita temui masalah rujukan pelayanan rumah sakit yang terjadia ketidak tepatan dalam rujukan yang dialami oleh IGD Rumah Sakit dan Klinik-klinik di Batam. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahuai penyebab ketidak tepatan atau penyimpangan dalam rujukan FKTP yang terjadi di kota Batam.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa BPJS selalu menghimbau pimpinan dan dokter klinik untuk menahan laju rujukan yang relatif tinggi (berdasarkan asumsi yang banyak beredar di kalangan klinik dan tenaga medis baik di rumah sakit dan klinik). Dan rujukan non spesialistik yang rationya tidak lebih boleh lebih dari 15% agar tidak berdampak pada turunnya jumlah kapitasi (pasien kepesertaan BPJS kesehatan dalam tiap bulannya) yang dimiliki klinik. Disarankan Saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian merupakan peningkatkan kualitas atau mutu tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan, mengadakan sosialisasi terhadap aturan-aturan kebijakan secara berkesinambungan mengingat agar terhindari dari konflik dalam pelayanan, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan. Dan perlu adanya edukasi akan sebuah sistem dan aturan pelayanan untuk mengatasi masalah rujukan dan mengembalikan peran dokter umum sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan tingkat primer.

One of the problems of the health referral system that regulates the delegation of tasks and responsibilities on a reciprocal basis, as well as the structural and functional aspects of illness in health problems is also happening in the city of Batam. To overcome this the health care system in the era of BPJS Health prioritizes the optimization in first-rate health facilities (FKTP), such as health centers, clinics, and individual practice physicians in collaboration with BPJS Health in providing health services for the community. But still we often encounter the problem of hospital service referral that happened inaccurate in the references experienced by IGD Hospital and Clinics in Batam. The purpose of this research is to know the cause of inaccuracy or deviation in FKTP reference that occurred in Batam city.
The results found that BPJS always appealed to clinical leaders and clinicians to withhold relatively high referral rates (based on widely circulated assumptions among clinics and medical personnel in hospitals and clinics). And non-specialist referrals whose ration is no more than 15% in order not to affect the decrease in the number of capitals (monthly health membership BPJS patients) owned by the clinic. Suggested suggestions that can be submitted in relation to the results of the study is to improve the quality or quality of health personnel in health services, socialization of policy rules continuously in order to avoid the conflict in service, increasing the competence of health workers. And there is need for education of a system and rules of service to overcome the problem of referrals and return the role of general practitioners as the spearhead of primary health care."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Safitri Rachmaningsih
"

Integrasi pelayanan kesehatan primer (ILP) merupakan bagian dari transformasi layanan primer yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesiapan puskesmas dan jejaringnya dalam penerapan ILP. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengambil studi kasus pada puskesmas dengan karakteristik perkotaan, yaitu di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Penelitian mengadopsi kerangka konseptual pemantauan PHC oleh WHO dan teori kesiapan perubahan organisasi oleh Weiner. Hasil penelitian menujukkan bahwa kesiapan ILP di Puskesmas Pamulang belum sepenuhnya siap untuk pelayanan berbasis klaster, pendekatan jejaring, dan penguatan digitalisasi. Ketersediaan sumber daya berupa SDM, infrastruktur, dan sarana prasarana belum memadai, khususnya pada level jejaring puskesmas. Kesiapan teknologi digital masih terkendala dan belum turunnya pembiayaan menjadi faktor yang menghambat persiapan ILP. Terdapat komitmen individu berupa pemahaman informasi dan penilaian positif terhadap ILP, serta komitmen organisasi melalui dukungan tata kelola berupa draft regulasi dan pembiayaan yang telah dialokasikan sebagai inisiasi penerapan ILP sehingga hambatan yang bersifat teknis diharapkan dapat diatasi. Penelitian ini merekomendasikan agar pembiayaan untuk kegiatan persiapan ILP segera diturunkan, dilakukan pemenuhan sumber daya di puskesmas dan posyandu, serta diperlukan dukungan kerja sama dan komitmen semua pihak dalam penerapan ILP. Keterbatasan penelitian ini belum dapat menganalisis lebih detail kecukupan jumlah anggaran yang dialokasikan dan kebutuhan sumber daya sesuai standar pelayanan untuk setiap klaster sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut yang dapat memperkaya analisis terhadap faktor-faktor tersebut.


Integrated primary healthcare (ILP) is part of the transformation of primary healthcare aimed at improving access to quality healthcare. This study aims to analyze the readiness of community health centers (puskesmas) and their networks in implementing ILP. This research used a qualitative approach, focusing on a case study of a puskesmas in an urban setting, specifically in the operational area of Puskesmas Pamulang in South Tangerang. Data collection methods include in-depth interviews, observations, and document reviews. This research adopts the conceptual framework of PHC monitoring by WHO and Weiner's theory of organizational change readiness. The findings indicate that the readiness of ILP at Puskesmas Pamulang is not fully prepared for cluster-based services, networking approaches, and digitalization strengthening. Resource availability in terms of human resources, infrastructure, and facilities is inadequate, especially at the puskesmas network level. The readiness for digital technology is still constrained, and the lack of funding hampers ILP preparation. Individual commitment, demonstrated through an understanding of information and positive assessments of ILP, as well as organizational commitment evidenced by governance support such as draft regulations and allocated funding, serve as initiatives for ILP implementation, which is expected to overcome technical barriers. The study recommends prompt allocation of funding for ILP preparation, resource fulfillment in puskesmas and posyandu, and the need for cooperation and commitment from all stakeholders in ILP implementation. The limitation of the study lies in its inability to analyze in detail the adequacy of the allocated budget and resource needs according to service standards for each cluster. Further research is needed to enrich the analysis of these factors.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilma Dewayani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Peraturan Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan pada Puskesmas di Wilayah Jakarta Timur Tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada masalah dalam sisi komunikasi, sumber daya, serta pelaksanaan untuk mencapai indikator kinerja. Peneliti menyarakan agar dilakukan upaya perbaikan dalam hal sosialisasi, peninjauan ulang mengenai beban kerja dan pembagian tugas, membuat SOP khusus untuk kegiatan Prolanis, pelatihan rutin untuk dokter, membuat anggaran khusus Prolanis, serta pembuatan kebijakan khusus terkait pelayanan bagi peserta yang bukan terdaftar di Puskesmas yang dituju.

This research aims to find out the implementation of Performance Based Capitation Regulation in Primary Helalth Care in East Jakarta Region, 2017. This research is a qualitative study with data collection through interviews, observation, and document review. This study shows that there are problems in communication, resources, and implementation to achieve performance indicators. The researcher suggested that improvement efforts should be made in the case of socialization, review of workload and task division, make SOPs for Prolanis activities, routine training for doctors, make allocation budget for Prolanis, and policy making related to services for participants who are not registered in Primary Health Care Addressed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pipit Lestari
"ABSTRAK
Melek kesehatan merupakan determinan status kesehatan utama yang berhubungan dengan kemampuan seseorang mengakses informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk mencapai status kesehatan yang baik. Melek kesehatan dipengaruhi oleh usia, pendidikan, dan kemampuan mengakses teknologi. Mahasiswa merupakan kelompok yang memiliki faktor-faktor tersebut untuk mencapai melek kesehatan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan melek kesehatan antara mahasiswa kesehatan dan non kesehatan dan karakteristik pembanding lainnya. Metode dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan analisis perbandingan. Sampel yang terkumpul adalah 436 mahasiswa Universitas Indonesia. Melek kesehatan diukur menggunakan Health Literacy Questionnaire (HLQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa kesehatan memiliki tingkat melek kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa non kesehatan (p<0,001). Karakteristik pembanding lain yang signifikan secara statistik adalah pendapatan keluarga pada mahasiswa non kesehatan (p=0,04). Frekuensi akses informasi kesehatan online memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat melek kesehatan. Sumber informasi kesehatan juga tampak memiliki peranan dalam melek kesehatan. Peningkatan kemampuan melek informasi kesehatan online pada mahasiswa penting untuk dilakukan oleh Universitas Indonesia. Selain itu, sumber informasi kesehatan online harus ditingkatkan kualitasnya.

ABSTRACT
Health literacy is a major determinant of health status associated with a person's ability to access health information and health services to achieve good health status. Health literacy is influenced by age, education, and technology access ability. Students have these factors to achieve high health literacy level. This study aimed to compare the health literacy among health stuent and non-health student and identify other comparative characteristics. This study used cross sectional design and used comparative analysis. Samples collected are 436 students at the Unversitas Indonesia. Health literacy was measured using the Health Literacy Questionnaire (HLQ). The results showed that health students higher health literacy level compared to non-health students (p <0.001). Other comparative characteristic that statistically significant influencing health literacy level is the family income of non-health students (p = 0.04). Frequency of access to online health information has a significant relationship with the level of health literacy. Sources of health information also appears to have a role in health literacy. Universitas Indonesia should increase the online health information literacy skills in students. In addition, the quality of online health information sources must be improved.
"
2016
S63102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aty Astriyani
"Skripsi ini membahas mengenai kualitas pelayanan pengajuan bantuan kegiatan mahasiswa di pusat pelayanan mahasiswa terpadu (PPMT) Universitas Indonesia, dalam hal ini pelayanan pengajuan bantuan kegiatan mahasiswa melayani pengajuan bantuan pada lembaga kemahasiswaan di tingkat universitas dan kegiatan level nasional atau internasional. Penelitian ini dilakukan terhadap pengurus lembaga kemahasiswaan di tingkat universitas untuk menganalisis bagaimana kualitas pelayanan menurut persepsi pengurus lembaga kemahasiswaan ditingkat universitas sebagai mahasiswa penerima layanan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini daalah teori Parasuraman et.al (SERVQUAL). Teori Parasuraman et.al (SERVQUAL) dalam penelitian ini terdiri dari lima dimensi yaitu reliability, responsiveness, assurance, emphaty, dan tangibility. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melaui kuesioner dan wawancara mendalam.
Kesimpulan hasil penelitian ini didapatkan bahwa menurut persepsi pengurus lembaga kemahasiswaan ditingkat universitas kualitas pelayanan pengajuan bantuan kegiatan mahasiswa pada dimensi tangibility didapatkan skor terbanyak yaitu 136.8, sedangkan skor terendah ada pada dimensi responsiveness dengan skor 129. Dari dimensi tersebut, indikator yang mendapatkan penilaian paling rendah yaitu indikator bantuan dana yang diterima memuaskan, layanan yang diberikan tepat waktu, dan layanan yang diberikan sesuai kebutuhan. Ketiga indikator yang masih mendapat penilaian rendah tersebut menandakan masih adanya masalah dan ketidaksesuaian pelayanan yang seharusnya didapatkan oleh pengguna layanan di pusat pelayanan mahasiswa terpadu, dalam hal ini pengurus lembaga kemahasiswaan ditingkat universitas.

This thesis discusses the quality of service for the submission of student activity assistance at the University of Indonesia integrated student service center (PPMT), in this case the service for submitting student assistance serves the submission of assistance to student organizations at the university level and national or international level activities. This research was conducted on administrators of student organizations at the university level to analyze how the quality of service according to the perceptions of administrators of student organizations at the university level as students receiving services. The theory used in this study is the theory of Parasuraman et.al (SERVQUAL). Parasuraman et.al (SERVQUAL) theory in this study consisted of five dimensions, namely reliability, responsiveness, assurance, empathy, and tangibility. The research method used in this study is a quantitative approach with data collection techniques through questionnaires and in-depth interviews.
The conclusion of this study found that according to the perceptions of management of student organizations at the university level the service quality of submitting student assistance to the tangibility dimension obtained the highest score of 136.8, while the lowest score was in the responsiveness dimension with a score of 129. From that dimension, the indicator that received the lowest rating was indicators of funds received are satisfactory, services provided on time, and services provided as needed. The three indicators that still get low ratings indicate that there are still problems and service mismatches that should be obtained by service users at the integrated student service center, in this case the management of student organizations at the university level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliha Mahsuna
"Puskesmas merupakan penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Kota Tangerang Selatan memiliki 25 Puskesmas yang tersebar di 7 Kecamatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola keruangan Puskesmas di Kota Tangerang Selatan berdasarkan: 1 pola sebaran Puskesmas, 2 kualitas Puskesmas, 3 Kunjungan Puskesmas dan 4 keterjangkauan penduduk mengakses Puskesmas. Metode yang digunakan adalah analisis tetangga terdekat untuk mengetahui sebaran Puskesmas, uji one way ANOVA untuk melihat hubungan antara kualitas Puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien dan Locations Quotient LQ untuk melihat keterjangkauan Puskesmas. Berdasarkan analisa tetangga terdekat terlihat pola sebaran 25 Puskesmas di Kota Tangerang Selatan bersifat seragam atau merata yaitu jarak antara lokasi satu dengan lokasi lainnya teratur dengan nilai NNR 1,407471. Berdasarkan kualitas Puskesmas dan kunjungan pasien menunjukkan adanya kecenderungan penduduk mengunjungi Puskesmas yang memiliki kualitas baik. Hal ini dikarenakan Puskesmas yang memiliki kualitas baik selain didukung oleh sarana prasarana pelayanan kesehatan yang memadai juga didukung oleh kondisi jaringan jalan yang baik yaitu jalan kolektor sekunder dan jalan arteri sekunder. Sehingga keterjangkauan penduduk mengakses Puskesmas lebih tinggi pada Puskesmas dengan kualitas baik yaitu 11 Puskesmas yang banyak dikunjungi oleh penduduk dan 14 Puskesmas yang sedikit dikunjungi oleh penduduk.

Primary Health Care is responsible for organizing health efforts to the first level. South Tangerang City has 25 health centers spread over in 7 districts. This study aims to determine the spatial pattern of Primary Health Care in South Tangerang City based on 1 the distribution pattern of health centers, 2 the quality of health centers, 3 visit health centers and 4 the affordability of the population access to Primary Health Care. The method is the nearest neighbor analysis to determine the distribution of the health center, one way ANOVA statistic test to look at the relationship between the quality of the health center with a number of patient visits and Locations Quotient LQ to look at the affordability of the health center. Based on the analysis of nearest neighbor distribution pattern seen 25 health centers in South Tangerang City are uniform or evenly the distance between the location of the other locations regularly with NNR value 1.407471. Based on the quality of the health center and visit the patients showed a tendency residents visited the health center which has good quality. This is because the health center which has a good quality in addition be supported by means of adequate health care infrastructure is also supported by the good condition of the road network is a secondary collector roads and secondary arterial roads. So the affordability of the population access to Primary Health Care higher in health centers with good quality with 11 health centers which are visited by residents and 14 health centers were little visited by residents.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Milana Anwar
"Latar belakang: Laju penurunan Angka Kematian Bayi melambat sejak tahun 1991-2017. Enam puluh tiga persen kematian bayi terjadi pada periode neonatal dimana risiko kematian yang terjadi pada bayi yang tidak mendapatkan Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial adalah 18,56 kali lebih tinggi daripada bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut. Puskesmas PONED X merupakan Puskesmas PONED satu-satunya di Kecamatan X, Kota Depok, dimana terdapat kesenjangan terbesar pada indikatorindikator terkait dengan Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial serta memiliki kebutuhan akan layanan yang besar berdasarkan jumlah persalinan, bayi lahir hidup dan pemanfaatan puskesmas untuk melakukan persalinan. Terkait hal tersebut, penelitian ini bertujuan melakukan analisis kualitas penerapan Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial di Puskesmas PONED Kecamatan X.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan desain studi kasus yang dilakukan di Puskesmas PONED X pada bulan April-Mei 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif dan telaah dokumen. Informan penelitian ini terdiri dari Kepala Puskesmas, Bidan Koordinator PONED, Bidan Koordinator KIA dan para Bidan Pelaksana PONED serta para Ibu dari neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal esensial di Puskesmas Kecamatan X.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan jumlah, jenis dan kompetensi tenaga kesehatan yang masih kurang, persiapan alat dan bahan habis pakai yang belum lengkap, serta belum sesuainya pelaksanaan dalam perawatan neonatal esensial pada saat dan setelah lahir dengan standar pelaksanaan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Meskipun hasil indikator output menunjukkan ketercapaian yang sangat baik di 4 bulan pertama tahun 2020, akan tetapi dalam pelaksanaan proses pelayanannya, belum semua standar proses dilakukan sesuai Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Kementerian Kesehatan RI.
Kesimpulan dan Rekomendasi: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas penerapan Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial di Puskesmas PONED Kecamatan X masih kurang karena berdasarkan analisis komponen input, proses dan output, masih terdapat kekurangan baik terkait komponen input maupun proses penerapan layanan yang belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Penguatan pemenuhan komponen input dan penguatan manajemen serta kapasitas tenaga kesehatan dalam memahami dan melakukan proses Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial sesuai standar merupakan hal yang direkomendasikan.

Background: Decrease in Infant Mortality has slowed since 1991-2017. Sixty-three percent of infant deaths occur in the neonatal period where the risk of death that occurs in infants who do not get Essential Neonatal Health Services is 18.56 times higher than babies who receive these health services. X BEONC Primary Health Centre is the only BEONC Primary Health Centre in X Subdistrict, Depok City, where there is the largest gap of indicators related to Essential Neonatal Health Services in 2017 and has a large need for services based on the number of live births and utilization of childbirth services. This study aims to analyze the application of Essential Neonatal Health Services at BEONC Primary Health Center in X District.
Method: This research is a qualitative study with a case study design, conducted at the X BEONC Primary Health Centre in April-May 2020. Data collection was carried out by in-depth interviews, participatory observations and documents review. The informants of this research consisted of the Head of the Primary Health Centre, the BEONC Coordinating Midwife, the Maternal and Child (MnC) Coordinating Midwife, the BEONC Implementing Midwifes and the mothers of neonates who received Essential Neonatal Health Services at X BEONC Primary Health Centre.
Results: The results showed the number, type and competency of health workers were still lacking, preparation of equipment and consumables were incomplete, and incomplete implementation in essential neonatal care with the implementation standards set by the Indonesian Ministry of Health. Although the output indicator results show that indicators related Essential Neonatal Services have been very good in the first 4 months of 2020, but in the implementation of its services, not all process have been carried out in accordance with the Ministry of Health's Guidelines.
Conclusions and Recommendations: The results showed that the quality of implementation of essential neonatal health services at the PONED Puskesmas District X was still lacking, because based on an analysis of the input, process and output components, there are still shortcomings, related to the input component and the service implementation that do not meet the standards set by the Indonesian Ministry of Health. Strengthening the fulfillment of input components and strengthening management and the capacity of health workers in understanding and conducting the Essential Neonatal Health Service process according to standards is highly recommended.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kustia Anggereni
"Kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia masih kurang. 18.5 bangunan Puskesmas rusak sedang hingga berat dan 26.3 puskesmas memiliki kelengkapan alat kurang dari 40. 40.9 tidak memiliki ruang tunggu, dan 22.3 tidak memiliki air bersih. Penelitian di PKM UI Tahun 2013 menunjukkan hasil 45 puas akan pelayanan kesehatan di PKM UI, yaitu 57 puas pada tangible, 52 pada assurance, 43 pada reliability, 42 pada empathy, dan 45 pada tangible. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap pelayanan kesehatan yang ada di layanan dokter umum Klinik Satelit UI Tahun 2018. Design penelitian ini adalah kuantitatif dengan responden 160 mahasiswa UI yang baru saja menggunakan pelayanan kesehatan di layanan dokter umum Klinik Satelit UI. Diteruskan dengan penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam kepada provider. Hasil penelitian menunjukkan 96 mahasiswa memiliki persepsi baik terhadap kualitas pelayanan kesehatan di layanan dokter umum Klinik Satelit UI, yaitu 86.9 pada tangible, 73.8 pada reliability, 77.5 pada responsiveness, 80.7 pada assurance, dan empathy 73.3. Harapan mahasiswa tertinggi pada reliability, yaitu98.6. Beberapa hal yang belum memenuhi harapan mahasiswa dan memiliki prioritas tinggi adalah prosedur pelayanan, kegiatan administrasi, sikap petugas, dan kecakapan perawat dalam menjalankan tugas. Disarankan untuk mempertegas prosedur pendaftaran terutama bagi mahasiswa yang tidak membawa lengkap syarat pendaftaran awal, membuat sistem registrasi online atau menerima siswa magang, menerapkan budaya pelayanan 5S, dan terus mengusahakan pembuatan sistem antrian monitor atau menerapkan proses pemanggilan pasien seperti sistem monitor antrian.

The quality of health services in Indonesia is lacking. 18.5 of Public Health Center buildings are moderately to severe and 26.3 of public health center has equipment completeness less than 40. 40.9 has no waiting room, and 22.3 has no clean water. Research at PKM UI Student health center about health service in 2013 shows 45 satisfied, which is 57 satisfied on tangible, 52 on assurance, 43 on reliability, 42 on empathy, and 45 on tangible. This study aims to determine students 39 perceptions of health services in the General doktor service at Satelit Clinic UI in 2018. This research design is quantitative with 160 respondents, viz. students of University of Indonesia who has used health services in the general doctor service at Satelit Clinic, University of Indonesia. Then for warded with qualitative research within depth interview method to provider. The result of this research shows that 96 of students have good perception on the quality of health service in general doctor service at Satelit Clinic, which is 86.9 on tangible, 73.8 on reliability, 77.5 on responsiveness, 80.7 on assurance, and empathy 73.3. The highest students expectation is on reliability, 98.6. Some things that has not met the expectations of students and has a high priority are the procedure of service, administrative activities, attitudes officers, and nurses in performing the duties. Therefore, it is advisable to emphasize the registration procedure especially for students who do not carry complete initial registration requirements, create an online registration system or accept internship student to be placed at registration desk, apply 5S service culture, and keep on proposing the queue monitoring system making or implementing patient calling processes such as queue monitoring system."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>