Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212073 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lumban Gaol, Nova M.
"Stres mengakibatkan masalah pada kondisi fisik dan kesehatan psikologis pekerja, bahkan dapat membuat produktivitas pekerja menurun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi perjalanan ke tempat kerja yang tidak kondusif dapat memicu terjadinya stres. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat stres kerja dan jenis mekanisme koping pada pekerja, dan melihat hubungannya dengan karakteristik pekerja yang menggunakan jasa Kereta Listrik dari Bogor-Jakarta setiap hari. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan sampel kelompok pekerja sebesar 106 orang yang dipilih dengan teknik quota sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja (56,6%) mengalami stres kerja dalam tingkat sedang dan memiliki distribusi frekuensi yang hampir sama antara pekerja yang memiliki mekanisme koping adaptif (50,9%) dan maladaptif (49.1%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat penghasilan pekerja (p=0,006) dan lama menjadi pekerja (p=0.006) memiliki hubungan dengan tingkat stres kerja dan status pernikahan pekerja (p=0,022) memiliki hubungan dengan mekanisme koping.

Stress effected physical and psychological problems of workers health, even decreasing worker productivity. Several studies have shown that the un-conducive journey to workplace lead to stress. This study aims to describe stress levels, types of coping mechanism, and both relationship with characteristic’s workers who use the services of Electric Trains at Bogor-Jakarta route every day. This study used cross-sectional design, using a sample group by 106 people that chosen by quota sampling technique.
The results showed that majority of workers (56.6%) experiencing moderate levels of stress work, and have nearly the same frequency distribution among workers who have adaptive coping mechanisms (50.9%) and maladaptive (49.1%). The results also showed that the level of labor income (p = 0.006) and duration become a worker (p = 0.006) had a relationship with the level of work stress, and marital status of workers (p = 0.022) had a relationship with coping mechanisms.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lugina Prativi
"Skripsi ini membahas faktor yang mempengaruhi stres kerja di fungsi Operasi dan Produksi PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Penelitian ini menggunakan teori Cox, Griffith, dan Rial-Gonzales tahun 2000 dengan variabel yang digunakan yaitu Bahaya Fisik berupa kebisingan, Konten Pekerjaan (Beban Kerja dan Desain Kerja) dan Konteks Pekerjaanyaitu (Hubungan Interpersonal, Peran di Organisasi dan Pengembangan Karir). Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam kepada informan dan observasi langsung ke area kerja, sedangkan data sekunder didapatkan dari data perusahaan dan studi literatur terdahulu. Hasil yang didapat, faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah bahaya fisik dari kebisingan, sedangkan bahaya psikososial pada konten pekerjaan yaitu beban kerja dan kontek pekerjaan yaitu hubungan intepersonal.

This research is the factors that influence job stress in the worker of Operations and Production PT. Pertamina Geothermal Energy Kamojang area in 2012. This research is a qualitative case study design. This study using the theory of Cox, Griffith, and Rial-Gonzalez in 2000 with the variable is a Physical Hazards such as noise, Content to Works (Workload and Work Design) and Context to Work (Interpersonal Relationships, Role in Organizations and Career Development). The primary data obtained by the informant in-depth interviews and direct observation to the work area, while the secondary data obtained from the company's data and previous literature. The results, factors affecting job stress is physical hazards of noise, whereas psychosocial hazards on the job content and context of the work load and the intepersonal relationships."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S43975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viesca Ayu Vandila
"Peningkatan kasus COVID-19 menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia khususnya DKI Jakarta sebagai kota dengan kasus terkonfirmasi terbanyak. Lonjakan kasus yang terus bertambah mengakibatkan perubahan pola kerja baru sebagai bentuk pengendalian persebaran virus COVID-19, pekerja menjadi salah satu agregat berisiko yang rentan mengalami masalah psikososial. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara karakteristik dengan tingkat stres pekerja yang work from home (WFH) di Suku Dinas X Jakarta Selatan selama pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian analitik menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan teknik quota sampling melibatkan 74 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner karaktestik pekerja dan tingkat stres dengan instrument Perceived Stress Scale (PSS-10). Hasil analisis dengan menggunakan uji Pearson Chi-Square menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan tingkat stres p value = 0,034; status perkawinan dengan tingkat stres p value = 0,033; serta jumlah beban kerja dengan tingkat stres p value = 0,037. Hasil penelitian ini merekomendasikan pihak institusi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan psikososial yang belum menjadi perhatian pada pekerja yang work from home (WFH).

The increase in COVID-19 cases has become a major health problem in Indonesia, especially in DKI Jakarta as the city with the most confirmed cases. The increasing number of cases has resulted in changes to new work patterns as a form of controlling the spread of the COVID-19 virus, workers are one of the risk aggregates who are vulnerable to psychosocial problems. This study aims to determine the relationship between characteristics and stress levels of workers who work from home (WFH) in the X South Jakarta Sub-dept. during the COVID-19 pandemic. This research is an analytic study using a cross-sectional research design with a quota sampling technique involving 74 respondents. Data collection is done using a questionnaire on worker characteristics and stress levels with the Perceived Stress Scale (PSS-10) instrument. The results of the analysis using the Pearson Chi-Square test showed a significant relationship between the number of children with stress levels p-value = 0.034; marital status with stress level p-value = 0.033; and the amount of workload with a stress level of p-value = 0.037. The results of this study recommend institutions to improve psychosocial health services that have not become a concern for workers who work from home (WFH). "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zackya Yahya Setiawan
"Latar belakang dan Tujuan
Pekerja redaksi merupakan aset utama bagi suatu perusahaan media cetak. Mereka bekerja dengan deadline yang sangat ketat, etch karena itu mereka harus senantiasa sehat secara fisik, mental dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan stres kerja dan hubungannya dengan kecenderungan gejala gangguan, mental emosional.
Metode
Penelitian ini menggunakan disain potong melintang dengan analisis perbandingan internal. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik sosiodemografi responden, karakteristik lingkungan kerja, data pengukuran stres kerja dengan menggunakan kuesioner Survey Diagnostic Stress, data pengukuran kecenderungan gejala gangguan mental emosional dengan Symptom]) Check List 90 (SCL-90), serta data pengukuran tingkat kebisingan, pencahayaan, dan suhu kelembaban di lingkungan kerja.
Hasil
Dari 100 responden didapatkan prevalensi kecenderungan gejala gangguan mental sebesar 58% dengan kecenderungan gejala terbanyak adalah psikolism 36%, somatisasi dari paranoid masing-masing 33%, serta obsesif-konvulsif 29%. Stres kerja bemakna berhubungan dengan kecenderungan gejala gangguan mental emosional melalui stresor pengembangan karma (p 0.00, OR 13.75, CI 3.69-51.11). Jenis stresor kerja yang dominan terhadap stres kerja adalah beban kerja berlebih kuantitatif 83%. Faktor karakteristik yang bermakna berhubungan dengan stres kerja adalah pendidikan pada stresor beban kerja berlebih kuantitatif (p 0.00, OR 0.17, CI 0.05-0.52), masa kerja pada stresor konflik peran (p 0.04, OR 2 72, CI 1.04-7.09), dan olah raga pada stresor tanggung jawab terhadap orang lain (p 0.00, OR 4.66, Cl 1.66-13.08). Faktor kebiasaan yang bermakna berhubungan dengan sires kerja adalah merokok pada stresor tanggung jawab terhadap orang lain
(p 0.00, OR 4.77, CI 1.37-1L64 ).
Kesimpulan
Stres kerja mcmpunyai hubungan bermakna dengan kecenderungan gejala gangguan mental emosional melalui stresor pengembangan karir. Pendidikan werupakan faktor protektif lerhadap stres kerja pada stresor beban kerja berlebih kuantitatif. Masa kerja pada stresor konflik peran dan olah raga pada stresor tanggung jawab terhadap orang lain berisiko terhadap stres kerja. Responden yang mengalami sires kerja karena stresor tanggung jawab terhadap orang lain berisiko mengkonsumsi rokok empat kali lebih banyak dibanding dengan responden yang tidak stres.

Background and Objectives
The journalist is a valuable asset for publishing company. They work with a very strict deadline and that requires them to have a good state of physical, mental. and social health. This research aims to find out the existance of work-related stress and its relationship with the tendency of acquiring symptom of mental emotional disorder.
Method
This research uses a cross sectional design with internal comparison analysis. The data collected were respondent's characteristic of sociodemography, work environment's characteristic, measurement of work-related stress by using Survey iDisgnostic Stress questionnaire, data of the tendencies of acquiring symptom of mental emotional disorder by using Symptomp Check List 90 (SCL-90), and data measurement of noise, lighting, and moisture level within work environment.
Result
From 100 respondents, it was found that the prevalence of the tendency of acquiring symptom of mental emotional disorder is 58% with tendency of phsycotism 36%, somatisation and paranoid symptoms each of 33%, and obsesive-convulsive 29%. There is significant relationship between work-related stress and the tendency of acquiring symptom of mental emotional disorder on stressor of carrier development (p 0.00, OR 13.75, CI 3.69-51.111 The dominant stressor is role of overload quantitative 83%. The significant characteristic relationship to work-related stress is education on stressor of role of overload quantitative (p 0.00, OR 0.17, CI 0.05-0.52), work period on stressor of role of conflict (p 0.04, OR 2.72, CI 1.04-7.09), and time spent on exercise on stressor of responsibility for people (p 0.00, OR 4.66, CI 1.66-13.0a). Smoking has significant relationship to work-rclated stress on stressor of responsibility for people (p 0.00, OR 4. 77, CI 1.37-11.64).
Conclusion
Work-related stress has a significant relationship with the tendency of acquiring symptom of mental emotional disorder on stressor of carrier development. Education is a work-related stress protective factor on stressor of role of overload quantitative. Work period on stressor of role of conflict and time spent on exercise on stressor of responsibility for people have a siginificant relationship to stress at work. Respondent who experiences work-related stress because of stressor of responsibility for people has a greater tendency to smoke four times more than one who does not experience it.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grisdy Mahardikana
"Beberapa tahun terakhir, masyarakat dihadapakan oleh kondisi pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia. Kondisi ini mengganggu seluruh aktivitas di berbagai sektor tak terkecuali sektor informal, seperti ojek online. Hal ini dipicu oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyebabkan terbatasnya pergerakan ekonomi masyarakat tak terkecuali pada sektor informal seperti ojek online. Dengan adanya kebijakan tersebut mengakibatkan menurunnya penghasilan pengemudi ojek online. Hal ini menggambarkan bagaimana tertekananya pengemudi ojek online, dimana kondisi ini dapat memicu terjadinya stres. Stres merupakan gangguan kesehatan mental yang sangat berbahaya karena dapat mengganggu produktivitas, fisik dan psikologis. Pada skripsi ini akan dicari faktor-faktor yang signifikan memengaruhi tingkat stres pada pengemudi ojek online di DKI Jakarta dan untuk mengetahui profil pengemudi ojek online yang mempunyai tingkat stres tinggi berdasarkan faktor-faktor yang signifikan. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dukungan sosial, religiusitas, kepuasan kerja, umur, status nikah, jumlah tanggungan, masa kerja, lama kerja dan pendapatan. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah penelitian ini yaitu metode Partial Least Square (PLS) dan metode Classification and Regression Tree (CART). Data yang digunakan adalah data primer sebanyak 271 pengemudi ojek online di DKI Jakarta yang diambil menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan dukungan sosial, kepuasan kerja, lama kerja, dan masa kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stres. Selain itu, diperoleh pula bahwa profil pengemudi ojek online yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu pengemudi dengan tingkat kepuasan kerja rendah, memiliki lama waktu bekerja >8 jam/hari, serta memiliki dukungan sosial rendah dan juga pengemudi dengan tingkat kepuasan kerja rendah, memiliki lama kerja > 8 jam/hari, memiliki dukungan sosial tinggi, serta memiliki masa kerja > 2 tahun

In recent years, society has been faced with the COVID-19 pandemic that is sweeping the world. As a result of this condition, it disrupts all activities in various sectors, including the informal sector, such as online motorcycle taxis. This is triggered by government policies that limit the economic movement of the community, including the informal sector such as ojek online. This is the pressure experienced by ojek online which can trigger stress. Stress is a mental health disorder that is very dangerous because it can interfere with productivity, physically and psychologically. In this research, the researcher wants to know the factors that significantly affect the stress level of online in DKI Jakarta and to find out the profile of ojek online who have high stress levels based on significant factors. The factors used in this research are social support, religiosity, job satisfaction, age, marital status, number of dependents, years of service, length of work and income. The methods used in solving this research problem are Partial Least Square (PLS) method and Classification and Regression Tree (CART) method. The data that are used in this research is primary data as many as 271 ojek online in DKI Jakarta taken using purposive sampling. The results showed that social support, job satisfaction, length of work, and year of service had a significant effect on stress levels. In addition, it was also found that the profiles of online who have high stress levels are drivers with low levels of job satisfaction, have a long working time of > 8 hours/day, and have low social support and are also drivers with a low level of job satisfaction, have long working hours/day, have high social support, and have a year of service > 2 years"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trinzi Mulamawitri
"ABSTRAK
Masuknya tenaga kerja asing (TKA) ke Indonesia adalah suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi apalagi dengan semakin maraknya globalisasi. Namun bertugas di luar negeri apalagi jika negara tersebut memiliki latar belakang budaya berbeda adalah hal yang tidak mudah. Selama tinggal di luar negeri, TKA akan mengalami akulturasi psikologis yaitu perubahan yang terjadi pada diri individu akibat kontak dengan budaya lain yang berlangsung secara terus menerus (Graves dalam Berry & Kim, 1988). Selama proses akulturasi inilah acap kali muncul berbagai sumber stres yang diakibatkan adanya perubahan tersebut (Berry, 1994). Adanya nilai-nilai budaya yang bertentangan antara negara asal dan negara yang didatanginya juga meningkatkan stres akulturatif yang dihadapinya (Adler, 1991). Penelitian ini akan melihat gambaran sumber stres akulturatif serta strategi coping yang dilakukan TKA Amerika ketika bekerja di Indonesia. Negara asal Amerika dipilih sebab jumlah ekspatriat terbanyak dari negara Barat berasal dari negara ini (Depnaker, 2002).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui wawancara dan observasi. Subyek yang diperoleh adalah 3 orang manajer Amerika yang telah tinggal di Indonesia selama 1,5 tahun hingga 2,8 tahun. Berbagai masalah dalam pekerjaan yang diakibatkan perbedaan budaya yang dikemukakan oleh Shuetzendorf (1989 dalam Ruky, 2000) serta permasalahan lainnya ternyata dialami oleh semua subyek. Sumber stres utama yang ditemukan pada ketiga subyek adalah adanya penekanan pada hubungan baik dan harmonitas kelompok saat bekerja daripada kinerja individu. Sumber stres lain adalah masalah kurangnya keterbukaan karyawan dalam berkomunikasi, kurangnya inisiatif karyawan dan kurangnya rasa tanggung jawab personal karyawan.
Berdasarkan analisis dengan menggunakan teori Hofstede (1995), Ruky (2000) dan Koentjaraningrat (1997 dalam Ruky, 2000) maka memang terbukti bahwa masalah-masalah tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dimensi nilai dalam budaya kerja Amerika dan Indonesia yang mengganggu TK A saat melaksanakan pekerjaannya. Perbedaan utama terlihat dari dimensi individualisme dan kolektivisme antara dua negara yang saling bertentangan. Kemudian adanya kesenjangan power distance juga kerap menimbulkan berbagai masalah. Dalam penelitian ini berdasarkan strategi coping yang dikemukakan oleh Carver, Scheier & Weintraub (1989) ditemukan bahwa strategi coping yang sering digunakan semua subyek untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah strategi active coping.- Strategi emotion focused coping berbentuk acceptance juga sering digunakan secara bersamasama dengan active coping.
Adanya kesamaan latar belakang budaya Amerika dan budaya perusahaan asing tempat mereka bekerja kemungkinan mempengaruhi stressor akulturatif yang dihadapi. Untuk mendapatkan gambaran stressor akulturatif yang lebih kaya maka penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan subyek yang berasal dari berbagai negara dan bekerja untuk perusahaan dalam negeri. Saran terutama diberikan pada perusahaan agar memberikan informasi lebih lanjut tentang budaya kerja Indonesia pada TKA untuk mendorong keterbukaan terhadap budaya lain. Kegiatan konseling bagi TKA untuk mengatasi stres akulturatif juga akan sangat bermanfaat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henri Murti Prabowo
"Gambaran Stres Kerja pada Karyawan di Perusahaan PerbankanPT. Bank X Tahun 2016Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran stres kerja karyawan danmelihat faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stres kerja. Penelitianini adalah penelitian survei deskriptif. Pengumpulan data melalui kuesioner denganjumlah responden 52 orang. Hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan tingkatstres kerja didominasi karyawan yang mengalami tingkat stres tinggi 46,2, tingkatstres menengah 40,4, tingkat stres rendah 11,5, dan tingkat stres sangat tinggi1,9. Perlu adanya strategi manajemen stres atau coping untuk mengelola stres yangterjadi pada karyawan PT. Bank X pada tahun 2016, sehingga dapat meningkatkanmotivasi karyawan, produktivitas kerja, lebih siap menghadapi stres, dan menurunkanangka absensi karyawan.Kata kunci:Stres kerja, Tingkat Stres, Coping.

Purpose of this research is to see description of work stress on employees andto get risk factors that related with work stress occurrence. This study is a descriptivesurvey research. The collecting data of this research through questionnaires with totalof respondents 52 people. Result of this research shows work stress levels dominatedby employees that have high stress level 46,2, medium stress level 40,4, lowstress level 11,5, and very high stress level 1,9. There is a need about stressmanagement strategies or coping to manage stress that occurs on employees PT.Bank X year 2016, so that increasing employee motivation, work productivity,prepared to deal with stress, and decrease employee absence number.Keywords Work stress, Stress level, Coping.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Piniji Lestari
"Stres merupakan hal yang sudah menjadi fenomena di masyarakat pada saat ini. Stres dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, termasuk pekerjaan. Dalam pekerjaan itu sendiri terdapat istilah yang disebut beban kerja. Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode NASA-TLX dan SWAT. Di sisi lain juga dibuat modifikasi kuesioner stres untuk mengukur tingkat stres pekerja. Kemudian dari kedua hasil tersebut, yaitu pengukuran beban kerja dan stres pekerja dilakukan uji ANOVA untuk mengetahui adanya pengaruh beban kerja NASA-TLX terhadap stres pekerja dan pengaruh beban kerja SWAT terhadap stres pekerja.

Stress is a matter that has become a phenomenon in society at this time. Stress can be caused by a variety of things, including work. In the work itself there is a term called workload. In this study, measurement of workload have been done by using the NASA-TLX and SWAT. On the other side, stress questionnaire modification also made to measure the stress level of workers. Then from the results, that is the measurement of workload and stress workers have been done ANOVA test to determine the influence of workload NASA-TLX on worker stress and the influence of workload SWAT on worker stress."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irnamia Sugianti
"Penelitian ini membahas tentang stress dan strategi coping pada tenaga kerja komuter (penglaju) pengguna transportasi busway TransJakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada 7 tenaga kerja komuter, 9 orang informan pendukung seperti keluarga, teman dan rekan kerja, 1 orang petugas busway dan 1 orang supervisor tiketing busway serta observasi di lokasi penelitian. Hasil penelitian ini didapat Bahwa hampir semua tenaga kerja komuter mengalami stress dalam menjalani aktifitas penglajunya dikarenakan permasalahan manajemen transportasi Busway TransJakarta yang masih buruk dan kemacetan yang dianggap sebagai sumber pembangkit stress (stressor). Disamping itu, adanya perbedaan karakteristik dan persepsi invidu saat berinteraksi dengan stressor yang ada, menyebabkan pula adanya perbedaan pada respon stress dan pemilihan strategi coping yang dilakukan oleh tenaga kerja komuter dalam mengatasi stress mereka.

This research discusses stress and coping strategies of commuters using public transportation “Busway TransJakarta”. This study used qualitative method such as in-depth interviews with 7 commuters, 9 supporter informans like family, friends and co-workers, 1 officer and 1 supervisor of busway ticketing and observations at the sites. The results are obtained that almost all commuters feel stress in doing their commuting activities due to problems of transportation management of Busway TransJakarta that is still bad and congestion are considered as a source of stress. In addition, the differences of individual characteristics and perceptions when interact with the existing stressors, also leading to the differences of response stress and coping strategies that choosen by commuter to overcome their stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taman Prasi
"Kesehatan jiwa dan kesehatan tubuh tidak dapat dipisahkan, karena berkaitan dengan kemampuan dasar manusia. Salah satu masalah kesehatan jiwa yang dihadapi pekerja adalah stres kerja. Stres kerja berhubungan erat dengan timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung, stroke, kecelakaan kerja, menurunnya produktifitas dan meningkatnya pengeluaran suatu perusahaan dalam hal kompensasi pekerja, kecelakaan kerja dan ketidakmampuan, gangguan stres kerja dapat mengenai pekerja dimana saja, juga pekerjaan sebagai seorang masinis kereta api. Keselamatan operasional dan kinerja perusahaan angkutan kereta api tidak terlepas dari peran penting para masinis, sehingga diperlukan masinis yang sehat baik fisik maupun mentalnya.
Penelitian ini meninjau masalah bahaya psikososial dalam kaitannya dengan stres kerja dikalangan para masinis di Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek PT. Kereta Api (Persero), dengan pendekatan cross-sectional, menggunakan cara pengukuran life event scale menggunakan tehnik self report measure melalui kuesioner, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat stres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres kerja pada masinis. Populasi penelitian berjumlah 153 orang dengan sampel penelitian sebanyak 101 orang.
Ditemukan tingkat stres kerja ringan sebesar 82,2 %, stres kerja sedang 17,8 %, sedangkan tingkat stres kerja berat tidak ada ditemukan. Uji statistik yang dilakukan adalah Chi-Square, untuk melihat hubungan asosiasi antara faktor yang diperkirakan sebagai stressor dengan stres kerja. Adapun faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan tingkat stres kerja para masinis adalah kebisingan (nilai p = 0,03) dan rutinitas kerja (nilai p = 0,02).
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data awal untuk pelaksanaan penaggulangan stres kerja, akan tetapi untuk langkah selanjutnya perlu dilakukan penelusuran lebih jauh terhadap timbulnya stres kerja serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan metoda yang lain. Untuk mencegah, dan mereduksi stres kerja pada masinis dan seluruh karyawan perusahaan dapat dilakukan dengan pendekatan organizational change, yaitu merubah kondisi kerja ke arah yang lebih baik, dikombinasikan dengan pendekatan stress management, yaitu memberikan training manajemen stres dan employee assistance program (EAP).
Daftar bacaan : 27 (1973 - 2001)

Study about Job Stress of the Train Drivers at PT. Kereta Api (Persero) in Jabotabek Commuter Division, 2002Physical and mental health can't separate, because it's related with the human basic ability. One of the mental health problems that the worker is the job stress. Job stress are close related with the appearance of various illness like cardiovascular disease, stroke, working accident, decreasing of the productivity and increase the company spend of the matter worker compensation, working accident and inability. The job stress can affected the worker anywhere, also the training drivers. The operational safety and the performance of the train transportation company are hold from an important part of the train drivers, with result of that; it's a need a train driver which are the mentality and physically in good health.
This research are observe the social psychology hazards in related with job stress at the circle of train drivers at PT. Kereta Api (Persero) in Jabotabek Commuter Division, with the cross-sectional approach, using the life event scale measurement with self report measure by questioner, which have purpose to gain a illustration of the job stress level and the factors which related with the job stress level on the train drivers. Research population total are 153 people with the research sample total are 101 people.
The low level of job stress is founded 82, 2 %, medium level 17, 8 %, while the high level are not found. The valid statistic test are Chi-Square, to see the associate relation within the suppose factor as the stressor with job stress. There is relating factors according to the train drivers job stress levels are noise (p value = 0, 03) and working routines (p value = 0,02 ).
The research result can be an early data to handling the job stress, but for the next step are need to do more investigation concerning the appearance of job stress with the influence factors with the different method. To prevent and reduction the job stress on the train drivers and the whole company employees can do with the organizational change approach, that is to improve working conditions, with the combination of stress management approach, that is providing a stress management training and an employee assistance program (EAP).
References: 27 (1973 - 2001)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>