Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73101 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Viona Sari
"Lingkar pinggang merupakan pengukuran antropometri yang dikaitkan dengan risiko berbagai penyakit degeneratif. Skripsi ini bertujuan untuk mencari faktor dominan ukuran lingkar pinggang pegawai Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2013. Skripsi ini juga membahas gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan ukuran lingkar pinggang pegawai Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional.
Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas fisik merupakan faktor dominan lingkar pinggang pegawai Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (B = -0.241). Rata-rata lingkar pinggang pada pegawai perempuan adalah 81,0 cm ±8,9 dan 91,9 cm ±10,32 pada laki-laki.
Hasil penelitian juga menunjukkan ukuran lingkar pinggang berhubungan secara signifikan dengan usia, golongan, asupan zat gizi (asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein), dan aktivitas fisik.

Waist circumference is one of anthropometric measurements, which is correlated with various risks of degenerative diseases. This study was aimed to find the predominant factor of waist circumference of Jakarta Health Provincial Office employees in 2013. This study also discussed the description and the relationships between waist circumference and its factors. Quantitative method and crosssectional design were used to conduct this study.
The result of this study showed that Physical activity was the predominant factor of waist circumference of Jakarta Health Provincial Office employees in 2013 (B = -0,241). This study found waist circumference in woman employees was 81,0 cm ±8,9 and 91,9 cm ±10,32 in man employees.
The result also found waist circumference was significantly correlated with age, employee ranks, nutrients intake (energy intake,carbohydrate intake, fat intake, protein intake), and physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuzulvia Damayanty
"Penelitian dengan desain studi cross-sectional dilakukan pada bulan April-Mei 2013. Penelitian di Kementerian Perindustrian RI melibatkan 122 pegawai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan lingkar pinggang sebagai indikator obesitas sentral. Variabel dependen pada studi ini ialah obesitas sentral berdasarkan pengukuran lingkar pinggang. Variabel independen ialah jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pengetahuan gizi, riwayat genetik, Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan asupan gizi (energi, protein, lemak, dan karbohidrat). Data dikumpulkan melalui pengukuran lingkar pinggang, persen lemak tubuh, antropometri, kuesioner, dan wawancara asupan makanan 2x24 jam. Analisis bivariat, didapatkan hubungan yang signifikan antara umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Perbedaan yang signifikan juga ditunjukkan antara jenis kelamin dan kebiasaan merokok dengan lingkar pinggang. Para pegawai diharapkan mulai mengontrol asupan makanan dan gaya hidup.

This cross sectional study was held in April-Mei 2013 comprised 122 employee at Ministry of Industry. The objective of study was to determine the association of some risk factors in waist circumference as an abdominal obesity indicator. Dependent variables of this study was abdominal obesity that was measured by waist circumference and the independent variable consist of sex, age, aducational background, nutritional knowledge, genetic history, Body Mass Index (BMI), Body Fat Percentage (BFP), smoking status, physical activity, and nutrient intake (intake of energy, protein, fat, and carbohydrate). Data were collected through waist measurement, Body Fat Percentage, anthropometry, questionnaires, and food models as supporting tools for 2x24 hours food recall. Bivariate analyses showed that age, BMI, BFP, intake of energy, protein, fat, and carbohydrate were correlated with a statistically significant in was circumference. Meanwhile, this study also indicated a significant difference between the sex and smoking status with circumference. It is suggested to employees to start controlling food intake and lifestyle."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Yanci
"Obesitas adalah faktor risiko penyakit kardiovaskular. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian obesitas berdasarkan asupan gizi, aktivitas fisik, dan faktor lainnya. Penelitian ini melibatkan 104 responden yang merupakan PNS di Kantor Dinas Kesehatan kota Depok. Obesitas diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh. Sebanyak 50% PNS mengalami obesitas (IMT > 25 kg/m2). Dari beberapa variabel yang diuji, terdapat perbedaan bermakna kejadian obesitas berdasarkan asupan energi, karbohidrat, dan lemak, serta kebiasaan makan di luar rumah baik pada pria maupun wanita. Setelah dikontrol oleh jenis kelamin, perbedaan tersebut hanya bermakna pada wanita. Berdasarkan hasil penelitian, PNS disarankan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang berlebihan, serta mengurangi frekuensi makan di luar rumah untuk mencegah obesitas.

Obesity is an independent risk factor for cardiovarcular disease. The purpose of this cross-sectional study is to identify the difference in the incidence of obesity based on dietary intake, physical activity, and some other factors. A total of 104 civil servants of Depok Health Department were included in this study. Obesity was measured using Body Mass Index. The prevalence of obesity (BMI > 25 kg/m2) was 50%. From the tested variables, there were significant differences in proportion of energy, carbohydrate, and protein intake, as well as eating out of home on the prevalence of obesity in both men and women. After controlled by sex, the differences were only significant in women, but not in men. The results suggest that civil servants to reduce energy, carbohydrate, and fat intake, as well as the frequency of eating out of home."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maeza Windyarti
"Kebugaran adalah suatu kondisi dimana seseorang memiliki energi dan vitalitas yang cukup untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari dan berekreasi secara aktif tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai proporsi tingkat kebugaran serta mengetahui perbedaan antara status gizi, asupan gizi yang berkaitan dengan tingkat kebugaran pada pegawai satuan polisi pamong praja di wilayah kerja kota administrasi Jakarta Timur tahun 2015. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi kuantitatif dengan desain cross sectional dengan metode simple random sampling dan tes kebugaran dengan 3 menit YMCA Step Test dan pengukuran denyut nadi. Jumlah sampel yang digunakan adalah 124 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 69% responden memiliki status tidak bugar dan faktor-faktor yang berhubungan antara lain IMT (p value 0,019) , asupan karbohidrat (p value 0,221), asupan protein (p value 0,609), asupan lemak (p value 0,020), asupan vitamin C (p value 0,565), dan asupan zat besi (Fe) (p value 0,326) dan kebiasaan merokok (p value 0,029). Namun diperlukan penelitian lanjutan yang dapat mengkur hubungan kausalitas pada faktor-faktor tersebut.

Fitness is a condition where a person has enough energy and vitality for everyday chores and active recreation without experiencing significant fatigue. The purpose of this study was to assess the proportion of fitness levels as well as knowing the difference between nutritional status, nutrition-related fitness levels in the civil service employees of the police force in the Satuan Polisi Pamong Praja in Working Area of East Jakarta 2015. The study was conducted using a quantitative study with cross sectional design with simple random sampling method?s and fitness test with 3 minutes YMCA Step Test and measurement pulse.
The results showed that as many as 69% of respondents have no fitter status and related factors among others BMI (p value 0,019), carbohydrate intake (p value 0,221), protein intake (p value 0,609), fat intake (p value 0,020), vitamin C (p value 0,565), and the intake of iron (Fe) (p value 0,326) and smoking (p value 0.029). However, further research is needed to mengkur causality on these factors."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T42753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Annisa
"Kegemukan adalah salah satu masalah gizi. Kegemukan memiliki berbagai dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak serta kondisi kesehatan jangka panjang. Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya faktor dominan yang berhubungan dengan indeks massa tubuh pada siswa SD Islam As- Syafi’iyah 02 Kota Bekasi.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 155 siswa. Adapun pengambilan data dilakukan pada bulan April 2013. Variabel yang diteliti yaitu indeks massa tubuh, kebiasaan sarapan, durasi tidur, asupan zat gizi makro, frekuensi konsumsi makanan cepat saji, aktivitas fisik, dan durasi menonton televisi. Analisis yang digunakan adalah uji korelasi (analisis bivariat), serta regresi linear ganda (analisis multivariat).
Hasil analisis akhir didapatkan bahwa kebiasaan sarapan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan indeks massa tubuh setelah dikontrol faktor frekuensi konsumsi makanan cepat saji, durasi menonton televisi, asupan karbohidrat, asupan lemak, dan asupan protein.

Overweight is one of nutrition problem. Overweight has various negative impacts in children’s growth, development and long-term health conditions. The objective of this study was to investigate the dominant factor of children’s body mass index in As-Syafi’iyah Islamic Elementary School, Bekasi.
This study used cross-sectional design with a sample size of 155 children. Data collection was conducted in April 2013. Variables studied were body mass index, breakfast habits, sleep duration, macronutrient intake, fast food consumption frequency, physical activity, and watching television duration. The data was analyzed using correlation test (bivariate analysis), and multiple linear regression (multivariate analysis).
The final analysis result showed that breakfast habits was the dominant factor associated with body mass index controlling for fast food consumption frequency, watching television duration, carbohydrate intake, fat intake, and protein intake.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Raudah Putri
"Peningkatan IMT dan lingkar perut dapat disebabkan oleh stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dan hubungan antara stres dengan IMT dan lingkar perut. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan jumlah sample 115. Penelitian ini menggunakan data primer dari pengukuran IMT dan lingkar perut serta kuesioner stres SRQ 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar adalah obesitas 1 (38.3%), lingkar perut tinggi (55,7%),dan tidak memiliki gangguan stres (92.2%). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan stres tidak berhubungan dengan IMT (p=0,569). Uji fisher menunjukkan stres tidak berhubungan dengan lingkar perut (p=0,511).
Disimpulkan bahwa stres tidak berhubungan dengan IMT dan lingkar perut. Hal ini disebabkan oleh variasi respon setiap individu terhadap stres. Sejumlah orang akan makan makanan yang tinggi kalori dengan cara berlebihan. Sebagian lainnya akan kekurangan nafsu makan dan mengurangi asupan makanan.Namun terdapat kecenderungan peningkatan IMT pada orang yang mengalami stres yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti gaya hidup (aktivitas fisik rendah dan diet yang tidak sehat), lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggal. Stres merupakan faktor risiko peningkatan lingkar perut tetapi pengaruhnya sangat sedikit. Stres kronis dapat meningkatkan risiko obesitas abdominal. Faktor yang menjadi penyebab adalah gaya hidup yang tidak sehat dan peningkatan kadar kortisol di dalam darah.

The increase of BMI and waist circumference can be caused by stress. The study purpose was to acknowledge proportion and relationship between stress with BMI and waist circumference. This research wascross-sectional study of 115 as primary data by measuring BMI and waist circumference with SRQ 20 stress quiestionnaire. Research outcome showed that largest proportion was obesity I (38.3%), big waist circumference (55.7%), and no stress disorder (92.2%). Kolmogorov-Smirnov test showed that stress did not correlate with BMI (p=0.569). Fisher test showed that stress did not correlate with waist circumference (p=0.511).
Conclusion was stress had not correlation with BMI and waist circumference. This could be happened due to stress response variances of people. Some people would consume high-calories food excessively. Others would have lack of appetite and reduce food intake.However, there was an increasing trend of BMI in people who experienced stress that was influenced by several factors, such as lifestyle (low physical activity and an unhealthy diet), the working environment, and living environment. Stress was a risk factor for the increase of abdominal circumference but the influence was very small. Chronic stress could increase the risk of abdominal obesity. The factors was an unhealthy lifestyle and increase levels of cortisol in the blood.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Noor Aqilla Maharani
"Latar belakang: Menarke merupakan kondisi ketika seorang remaja putri mengalami menstruasi pertama kali. Di Indonesia, usia menarke diketahui mengalami tren penurunan. Menarke dini dapat meningkatkan berbagai risiko terjadinya masalah-masalah kesehatan, di antaranya masalah reproduktif dan psikologis. Perubahan gaya hidup hingga asupan nutrisi diyakini menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usia menarke baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara indeks massa tubuh, aktivitas fisik, dan konsumsi ultra-processed food dengan usia menarke.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional. Pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengisian kuesioner, dan wawancara 24 hour recall dilakukan dalam pengumpulan data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Uji post-hoc Mann-Whitney juga dilakukan untuk variabel yang signifikan.
Hasil: Didapatkan 91 sampel yang sudah menstruasi dari 3 sekolah dasar dan 1 sekolah menengah pertama di Jakarta Barat. Berdasarkan analisis data, didapatkan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dan usia menarke (p < 0,011). Namun, tidak didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dan konsumsi ultra-ptocessed food terhadap usia menarke (p > 0,05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan usia menarke, sedangkan aktivitas fisik dan konsumsi ultra-processed food tidak berhubungan dengan usia menarke.

Introduction: Menarche is a condition when a young woman experiences menstruation for the first time. In Indonesia, the age of menarche is known to experience a downward trend. Early menarche can increase the risk of various health problems, including reproductive and psychological problems. Changes in lifestyle and nutritional intake are believed to be factors that can affect the age of menarche either directly or indirectly. Therefore, this study aimed to analyze the relationship between body mass index, physical activity, and consumption of ultra-processed food and age at menarche.
Methods: This study was conducted with cross-sectional design study. Measurement of weight and height, filling out questionnaires, and interview using 24 hours recall were carried out in data collection. Data analysis in this study used the Kruskal-Wallis and Mann-Whitney tests. Post-hoc test using Mann-Whitney test was also performed for significant variable.
Results: There were 91 samples who had menstruated from 3 elementary schools and 1 junior high school in West Jakarta. Based on data analysis, it was found that there was a relationship between body mass index and age at menarche (p < 0.011). However, there was no relationship found between physical activity and consumption of ultra-processed food on the age of menarche (p > 0.05).
Conclusion: There is a relationship between body mass index (BMI) and age at menarche, while physical activity and consumption of ultra-processed food are not associated with age at menarche.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Dwi Prabandari
"ABSTRAK
Gizi lebih merupakan faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit tidak
menular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan terhadap gizi
lebih pada karyawan administrasi kantor pusat PT. Pos Indonesia Jakarta tahun
2016. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan pada
108 responden usia dewasa 19-55 tahun. Status gizi lebih didapatkan dengan
pengukuran antropometri dan pengkategorian Indeks Massa Tubuh (IMT)
menurut WHO, serta persen lemak tubuh diukur menggunakan Bioelectrical
Impedance Analysis (BIA). Metode yang digunakan untuk memperoleh data
karakteristik individu dan gaya hidup adalah dengan menggunakan kuesioner
mandiri dan wawancara. Data asupan
zat gizi diperoleh dengan melakukan wawancara recall 3x24 jam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 55,6% karyawan mengalami gizi lebih. Variabel yang
memiliki hubungan signifikan dengan gizi lebih adalah persen lemak tubuh
(p=0,000). Sedangkan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, indeks
glikemik pangan, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi,
aktivitas fisik, stres, kualitas tidur, dan kebiasaan sarapan tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan gizi lebih. Uji regresi logistik ganda
menghasilkan persen lemak merupakan faktor dominan gizi lebih.

ABSTRACT
Over nutrition is a risk factor for various types of non-communicable
diseases. This study aims to determine the dominant factor of over nutrition on
employee?s administration headquarters of PT. Pos Indonesia Jakarta in 2016.
This study used cross sectional study conducted in 108 adult respondents aged 19-
55 years. Nutritional status obtained by anthropometric measurements and
categorization of Body Mass Index (BMI) according to WHO. As well as the
percent of body fat was measured using bioelectrical impedance analysis (BIA).
Questionnaire and interview used to obtain data on individual characteristics and
lifestyle. Recall 3x24 hours obtained to getting data of macro nutrition, dietary
fiber, and glycemic index of food. The results showed that 55.6% of employees
are over nutrition. Variables that have a significant relationship with over nutrition
is percent body fat (p = 0.000). While the intake of energy, protein, fat,
carbohydrates, dietary fiber, glycemic index food, age, gender, level of education,
knowledge of nutrition, physical activity, stress, sleep quality, and the breakfast
habit does not have a significant relationship with over nutrition. Multiple logistic
regression percent body fat is the dominant factor to produce over nutrition."
2016
S63755
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan Hadi Kusuma
"Pemahaman citra tubuh yang keliru tentang ?kurus itu indah? menjadi idaman bagi remaja puteri. Hal ini sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuhnya dan ketakutan menjadi gemuk mendorong remaja untuk menerapkan pembatasan makanan yang berlebihan, sehingga kebutuhan gizinya tidak terpenuhi yang nantinya akan berakibat terjadinya kurang gizi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh citra tubuh terhadap perilaku makan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada siswi SMA Negeri 12 Jakarta Timur kelas X dan XI tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2014 dengan desain cross sectional, sampel penelitian adalah 238 siswi.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis jalur menyimpulkan bahwa terdapatnya pengaruh citra tubuh terhadap IMT melalui perilaku makan dan aktivitas fisik, membuktikan bahwa citra tubuh tidak langsung berpengaruh terhadap IMT, namun masih harus dilihat bagaimana perilaku makan serta aktivitas fisik yang dilakukan oleh responden. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya untuk membangun keyakinan hidup sehat berkaitan dengan berat badan, bentuk tubuh, perilaku makan yang baik serta gizi seimbang. Selain itu, perlu diadakan kegiatan penyuluhan gizi secara berkala kepada remaja dengan materi penyuluhan tentang citra tubuh dan perilaku makan terutama tentang makanan yang seimbang dan berat badan yang ideal bagi remaja putri.

"Thin is beautiful" is an erroneous understanding of body image that becoming a dream for every teenage girls right now. This is often the cause of problems, because to maintain her slimness and fear of becoming obese encourage teenagers to apply excessive dietary restrictions, so that their nutritional needs are not met which will be result in the occurrence of malnutrition. The aim of this study is to determine the influence of body image against eating behavior and body mass index (BMI) among 10th and 11th grades 12th East Jakarta States Senior High School?s female students in 2014. This study was conducted in April - May 2014, with cross sectional design, the study sample was 238 female students.
The results of this study using path analysis concluded that the presence of the influence of body image against BMI through eating behavior and physical activity, proved that the body image does not directly influence the IMT, but remains to be seen how eating behavior and physical activity undertaken by respondents. Therefore, efforts are required to empower our teenagers by challenging unhealthy beliefs they may have regarding weight, shape, and eating behavior. In addition, there should be regular nutrition counseling activities for teenagers with education material about body image and eating behavior, especially on a balanced diet and ideal body weight for teenage girls.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dance Dita Pranajaya
"Latar Belakang: Sudah diketahui bahwa peningkatan indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator peningkatan profil lipid. Dengan adanya penelitian terbaru dari Ashwell yang menyatakannya bahwa Rasio lingkar perut tinggi badan (RLP-TB) lebih sensitif terhadap kasus dislipidemia dari pada indeks massa tubuh. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui korelasi rasio lingkar perut tinggi badan dan indeks massa tubuh terhadap profil lipid pada pekerja di PT.E yang bergerak di Industri Migas.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi korelasi, menggunakan data sekunder hasil medical check-up pekerja tahun 2013 dan 2014. Berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan data sebanyak 130 orang untuk tahun 2013 dan 69 orang untuk tahun 2014.
Hasil Penelitian: Dari total 199 subyek, didapatkan RLP-TB (r: 0.186 dan r: 0.334) memiliki nilai koefisien korelasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan IMT (r: 0.180 dan r: 0.319) pada parameter metabolik kolesterol dan trigliserid, namun pada HDL, IMT memiliki nilai koefisien korelasi lebih baik (r: -0.328) daripada Rasio Lingkar Perut dan Tinggi Badan (r: -0.291). Namun perbedaan koefisien korelasi tersebut relatif tidak besar sehingga dapat dikatakan Rasio Lingkar Perut-Tinggi Badan tidak lebih baik sebagai prediktor profil lipid dibandingkan dengan Indeks Massa Tubuh.

Background: It is already known that increasing Body Mass Index is an indicator of increasing lipid profile. The latest research from Ashwell has revealed that the Waist circumference – height ratio is more sensitive than body mass index on dyslipidemia. Therefore, the researchers wanted to determine the correlation of Waist circumference – height ratio and body mass index to lipid profile on PT. E workers who running the business in oil and gas.
Methodology: This is a correlation study used secondary data from employee medical check-up data on years 2013 and 2014. Based on the inclusion and exclusion criteria, obtain a 130 subject for year 2013 and 69 subject for year 2013.
Research result: From the 199 subject, obtain a Waist circumference – height ratio (r: 0.186 and r: 0.334) has relative high correlation coefficient to cholesterol and triglyceride compared by Body mass index (r: 0.180 and r: 0.319), but body mass index has good correlation coefficient (r:-0.328) with HDL rather than Waist circumference – height ratio (r: -0.291). But, the differentiation of correlation coefficient between Body Mass Index and Waist Circumference-Height ration is not significant. The conclusion is Waist Circumference-Height Ratio is not better than Body Mass Index as a profile lipid predictor
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>