Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93673 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuril Aditya Dewi
"Pada gardu induk sebagai pusat pengaturan pelayanan beban dalam sistem tenaga listrik harus dipasang sistem pentanahan yang handal. Sistem pentanahan pada gardu induk berfungsi sebagai pengaman personil dan peralatan-peralatan listrik pada gardu induk dengan desain yang umumnya digunakan adalah desain sistem pentanahan Grid-Rod yang menggunakan konduktor grid yang ditanam sejajar dengan permukaan tanah pada kedalaman tertentu dan ditambahkan penanaman batang-batang pentanahan secara vertikal. Skripsi ini akan membahas optimalisasi rancangan sistem pentanahan Grid-Rod pada gardu induk 150 kV dalam PLTP Ulubelu berdasarkan standar IEEE 80-2000 dengan menggunakan kalkulator desain Microsoft Excel dan modul Ground Grid Systems ETAP 7.0.0.
Dari hasil simulasi dengan memodifikasi variabel desain terkait konfigurasi konduktor grid, kedalaman penanaman konduktor grid dan konfigurasi batang pentanahan, diperoleh bahwa rancangan sistem pentanahan Grid-Rod yang paling optimal secara teknis dan ekonomis adalah konfigurasi konduktor grid dengan ukuran kisi-kisi (mesh) 6 x 5 meter, kedalaman penanaman konduktor grid sejauh 0,6 meter dari permukaan tanah dan batang pentanahan sebanyak 4 buah. Desain ini menghasilkan nilai tahanan pentanahan sebesar 0,56 Ohm, tegangan sentuh sebesar 639,3 Volt dan tegangan langkah sebesar 497,7 Volt yang telah memenuhi standar aman IEEE 80-2000.

On substation as the center of load service controlling in electrical power system must be installed a reliable grounding system. Grounding system on substation has a function for the protection of personnel and electrical equipments in substation with commonly used design is the design of Grid-Rod grounding system which using grid conductor are planted parallel to the ground surface at a certain grid depth and then added some ground rods. This thesis will research how to optimize design of Grid-Rod grounding system for 150 kV Ulubelu substation based on IEEE Std 80-2000 by using calculator for designing Grid-Rod grounding system on Microsoft Excel and Ground Grid Systems modul on ETAP 7.0.0.
From the result of simulation by modifying the associated design variable of grid conductor’s configuration, grid depth and ground rod’s configuration, founded that most technically and economically optimal design is the grid conductor’s configuration with mesh size 6 x 5 meter , grid depth as far as 0,6 meter from the ground surface, and 4 ground rods. This design will result grounding resistance value 0,56 Ohm, touch voltage 639,3 Volt and step voltage 497,7 Volt which have met the requirements of a safety standard IEEE 80-2000.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rheza Faisal Aristiawan
"

Pada gardu induk sebagai pusat pengaturan pelayanan beban dalam  sistem tenaga listrik harus dipasang sistem pentanahan yang handal. Sistem pentanahan pada gardu induk berfungsi sebagai pengamanan personil dan peralatan-peralatan listrik pada gardu induk. Desain yang umumnya digunakan adalah desain sistem pentanahan Grid-Rod yang menggunakan konduktor grid yang ditanam sejajar dengan permukaan tanah pada kedalaman tertentu dan ditambahkan penanaman batang-batang pentanahan secara vertikal. Skripsi ini akan membahas perancangan desain sistem pentanahan Grid-Rod pada proyek pembangunan gardu induk 150kV Kemayoran II oleh PT.PLN (PERSERO) UIP JBB berdasarkan standar IEEE 80-2000 dengan menggunakan kalkulator desain Microsoft Excel dan modul Ground Grid Systems ETAP 12.6.0.

Desain sistem pentanahan dilakukan dengan memodifikasi variabel yang dibutuhkan yaitu konfigurasi konduktor grid, kedalaman penanaman konduktor grid, dan konfigurasi batang pentanahan. Hasil dari modifikasi variable ini akan didapatkan besar ukuran mesh, jumlah konduktor pentanahan yang digunakan, besar tahanan pentanahan, besar tegangan sentuh, dan tegangan langkah. Dengan didapatkannya nilai-nilai diatas, maka akan dapat diketahui desain sistem pentanahan Grid-Rod yang paling optimal secara teknis dan ekonomis sesuai standar aman IEEE 80-2000.

 


At the substation as the center for regulating load services in the electric power system must be installed a reliable grounding system. The grounding system at the substation has a function for the security of personnel and electrical equipment at the substation. The design commonly used is the Grid-Rod grounding system design that uses grid conductors planted parallel to the ground at a certain depth and adds planting grounding rods vertically. This thesis will discuss the design of the Grid-Rod grounding system for the 150kV Kemayoran II substation construction which is one of PT. PLN (PERSERO) UIP JBBs project based on the IEEE 80-2000 standard using the Microsoft Excel design calculator and Ground Grid Systems ETAP 12.6.0.

Grounding system design is done by modifying the required variables, namely grid conductor configuration, depth of planting grid conductors, and grounding rod configuration. The results of the variabel modification, will be obtained by the size of the mesh, the number of grounding conductors used, grounding resistance, touch voltage, and the step voltage. By obtaining the values above, it will be known the most technically and economically design of the Grid-Rod grounding system according to the IEEE 80-2000 safe standard.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cipto
"Setiap gardu induk membutuhkan sistem pentanahan yang handal yang memenuhi standard aman bagi manusia dan peralatan yang berada diarea gardu induk tersebut saat terjadi arus gangguan. Pada umumnya sistem pentanahan yang digunakan adalah sistem pentanahan mesh/grid dengan sudut siku. Dimana diketahui bahwa pada konduktor berbetuk siku terjadi penumpukan muatan listrik pada sudut tersebut sehingga memiliki medan listrik yang cukup banyak, jika dibandingkan dengan konduktor lengkung yang memiliki muatan yang tersebar.
Jumlah medan listrik pada sebuah pentanahan gardu induk berbentuk mesh/grid menunjukkan tingkat keamanan pada gardu induk tersebut. Permasalahan yang yang timbul dari sistem pentanahan yang kurang baik adalah tegangan yang membahayakan bagi manusia seperti, tegangan sentuh, tegangan langkah dan tegangan mesh. Untuk itu dilakukan rekayasa sistem pentanahan mesh/grid dengan konduktor lengkung. Rekayasa dilakukan dengan simulasi menggunakan software CYMgrd.

All substations need a reliable grounding system that meets requirements of safety for both humans and equipments when the short circuit is occuring. Generally, grounding system used is system grounding mesh / grid with sharp corners/elbow. Otherwise, conductor with sharp corners/elbow collects the electricity coulomb hugely. Therefore, the electrical field increases significantly in that kind of conductor. On the other hand, a curve conductor spreads the coulomb alongside the conductor.
The number of electricity magneticity indicates the levels of safety of grounding system. Recently, the issue raised is the bad grounding system for human safety especially for touched voltage, step voltage, and mesh voltage. So, the goal of this research is to engineer the grounding Mesh/grid system by using curved conductor. All simulations were using CYMgrid Software.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53686
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
TA2509
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shigeno, Yasuko Maulina
"Pentanahan pada sistem distribusi diperlukan untuk mengalirkan arus gangguan ke tanah bila terjadi gangguan sehingga kerusakan dapat diminimalisir. Pentanahan yang baik harus memiliki nilai resistansi pentanahan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan perhitungan, sistem pentanahan eksisting gardu beton TB 54 dengan sistem grid dan 5 buah rod diperoleh resistansi pentanahan sebesar 0.9159 Ohm yang dapat dikatakan masih memenuhi standar yang berlaku yaitu 1 Ohm.
Kemudian setelah dilakukan beberapa variasi terhadap disain pentanahan yang ada, rekomendasi perbaikan disain pentanahan adalah dengan menggunakan grid berukuran 4 x 4 dengan total panjang konduktor grid 55 m tanpa menambahkan rod yang menghasilkan resistansi pentanahan sebesar 0.9876 Ohm. Nilai tersebut juga masih memenuhi standar yang berlaku. Dengan menggunakan disain yang direkomendasikan, PT. PLN (Persero) dapat menghemat biaya bahan pembuatan pentanahan gardu betonnya yang berupa konduktor BC 50 mm2 dan pipa galvanis yaitu sebesar Rp. 927.881,7.

Grounding in distribution system is needed to drain the ground fault current in the event of distruption so the damage can be minimized. Good grounding should have a grounding resistance value in accordance with applicable regulations. Based on calculations,the grounding resistance for the existing grounding system in TB 54 concrete substation with a grid system and 5 rods is 0.9159 Ohm that meets the applicable standard which is 1 Ohm.
Then after a few variations to the design of the existing grounding system, recommendation for its grounding system design is a 4 x 4 grid with a 55 m for total length of conductor grid without adding rod that produces 0.9876 Ohm of grounding resistance. This value is also still meets the applicable standards. By using the recommended design, PT. PLN (Persero) is able to save Rp.927.881,7 from the cost of BC 50 mm2 and galvanized pipe for grounding construction in concrete substation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartadhi
"Gangguan adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari pada sistem transmisi dan distribusi listrik. Gangguan yang paling sering terjadi adalah gangguan tanah, baik itu satu fasa maupun dua fasa ke tanah yang disebabkan fenomena alam sepeti pohon dan petir. Gangguan ini biasanya bersifat sementara sehingga akan sangat merugikan kalau terjadi pemutusan suplai daya pada beban yang bertujuan mengisolasi gangguan. Sistem pentanahan peralihan bekerja dengan memutuskan hubungan netral transformator ke tanah selama satu atau dua detik selama terjadi gangguan. Sistem ini akan bekerja sebagai proteksi tingkat pertama pada gangguan tanah yang bersifat sementara sehingga pemutusan suplai daya tidak perlu dilakukan.

Faults in transmission system are inevitably exist. Faults that occur are mostly ground fault, either one phase or two phase to ground. This type of fault is usually temporary due to natural phenomenons such as trees and lightnings. It would be so inefficient to disconnect the load from the power source just in order to isolate the fault. Ground Fault Path Clearance (GFPC) system will disconnect the connection between the transformator neutral and ground for one or two second(s) during the fault occurence. This system will be the preliminary protection against ground fault so it would not be necessary to disconnect the load from the power source."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51390
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Fajar S. M.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Syaza Amanina Salma
"Salah satu peralatan sistem distribusi yang berperan penting dalam proses penyaluran listrik dari pembangkit listrik hingga dapat digunakan oleh pelanggan adalah transformator. Transformator distribusi menurunkan level tegangan dari tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah(220 V), sehingga dapat langsung didistribusikan ke pelanggan tegangan rendah. Pada umumnya, pengoperasian transformator distribusi tidak memiliki beban yang seimbang, hal ini dikarenakan kepadatan penduduk dan kebutuhan listrik setiap daerah yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan peninjauan pengaruh ketidakseimbangan beban tersebut terhadap pengoperasian sistem transformator itu sendiri. Dengan demikian pengopersian suatu transformator, dalam hal ini transformator distribusi 630 kVA pada gardu TGR27 penyulang Fatanah Gardu Induk New Tangerang sistem distribusi Banten, perlu dievaluasi dengan melakukan pengukuran beban setiap fasa baik beban siang maupun beban malam. Dengan dilakukannya pengukuran ini, dapat diambil langkah selanjutnya untuk menjaga kinerja dan mencegah kerusakan pada transformator. Metode yang diterapkan dalam studi ini berupa mengevaluasi operasional actual transformator dalam kondisi normal, serta mensimulasikan kondisi beban tidak seimbang yang mungkin terjadi. Hasil analisis dan simulasi menunjukkan bahwa kondisi optimum terjadi ketika ketidakseimbangan beban sebesar 21% dengan arus pada penghantar netral sebesar 300 A dan rugi daya yang disebabkan oleh arus netral sebesar 47 kW dengan efisiensi transformator sebesar 92,5 %.

One of the distribution system equipment that plays an important role in the process of distributing electricity from power plants to being used by customers is a transformer. The distribution transformer lowers the voltage level from medium voltage (20 kV) to low voltage (220 V), so it can be directly distributed to low voltage customers. In general, the operation of distribution transformers does not have a balanced load, this is due to the different population density and electricity needs of each region. Therefore, it is necessary to review the effect of the load imbalance on the operation of the transformer system itself. Thus, the operation of a transformer, in this case a 630 kVA distribution transformer at the TGR27 distribution substation, Fatanah feeder, New Tangerang substation, Banten distribution system, needs to be evaluated by measuring the load for each phase, both day load and night load. By taking these measurements, further steps can be taken to maintain performance and prevent damage to the transformer. The method applied in this study is to evaluate the actual operation of the transformer under normal conditions, as well as to simulate unbalanced load conditions that may occur. The results of the analysis and simulation show that the optimum condition occurs when the load imbalance is 21% with a current in the neutral conductor of 300 A and power loss caused by a neutral current of 47 kW with a transformer efficiency of 92.5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhannisa Dinda Az Zahra
"Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung merupakan salah satu lapangan panas bumi dengan manifestasi permukaan panas bumi seperti hot spring, fumarole, mud pools, dan steaming ground. Adanya aktivitas hidrotermal panas bumi menunjukkan adanya persebaran mineral alterasi dengan tipe alterasi hidrotermal, serta zona permeabel sebagai indikasi adanya patahan atau rekahan untuk jalur fluida panas bumi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persebaran mineral alterasi dan tipe alterasi hidrotermal, serta potensi permeabilitas secara primer maupun sekunder. Penelitian dilakukan melalui penginderaan jarak jauh yang divalidasi dengan data lapangan berupa sampel batuan, data manifestasi, dan struktur. Metode penelitian jarak jauh yang digunakan adalah metode Fault Fracture Density (FFD) dan Principal Component Analysis (PCA). Lalu penelitian ini juga menggunakan data sampel batuan permukaan dan bawah permukaan yang dianalisis dengan petrografi untuk mengetahui persebaran tipe alterasi dan kandungan porositas primer dalam batuan. Hasil analisis petrografi menunjukkan bahwa tipe alterasi di daerah penelitian adalah Argilik dan Filik, sedangkan berdasarkan PCA menunjukkan tipe alterasi Argilik dan Propilitik. Kemudian, berdasarkan metode FFD menunjukkan kelurusan dengan orientasi tenggara – barat laut yang mengindikasikan bahwa permeabilitas sekunder daerah penelitian dikontrol oleh Sesar Semangko. Selain itu, metode FFD ini dapat mengidentifikasi bahwa densitas kelurusan tertinggi berada di formasi Qprd (Piroklastik Gunung Rendingan; Tuf, lapili, dan breksia) dan Tpl (Lava andesit Gunung Kukusan; basaltik andesit) sebagai formasi yang memiliki zona lemah. Kemudian, berdasarkan integrasi metode FFD dan PCA menghasilkan zona permeabel yang berada pada formasi Qprd dan Tpl sebagai formasi yang memiliki struktur patahan atau rekahan yang dapat mengalirkan fluida panas bumi. Selanjutnya, berdasarkan analisis mikroskopik dapat diketahui bahwa potensi porositas primer terdapat pada litologi breksi tuf dengan persentase porositas 15% sehingga cukup baik sebagai batuan penyimpan fluida panas bumi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah area yang berpotensi untuk pengembangan panas bumi lebih lanjut, yang mana berada ±10 km dari Gunung Rendingan dan seluas ±46 km2

Ulubelu District, Tanggamus Regency, Lampung Province is one of the geothermal fields with geothermal surface manifestations such as hot springs, fumaroles, mud pools, and steaming grounds. The existence of geothermal hydrothermal activity indicates the distribution of alteration minerals with hydrothermal alteration types, as well as permeable zones as an indication of faults or fractures for geothermal fluid pathways. The purpose of this research is to identify the distribution of alteration minerals and hydrothermal alteration types, as well as primary and secondary permeability potential. The research was conducted through remote sensing validated with field data in the form of rock samples, manifestation data, and structures. The remote research methods used are the Fault Fracture Density (FFD) and Principal Component Analysis (PCA) methods. Then this research also uses surface and subsurface rock sample data analyzed by petrography to determine the distribution of alteration types and primary porosity content in rocks. The results of petrographic analysis show that the alteration types in the study area are Argillic and Phyllic, while based on PCA, the alteration types are Argillic and Propylitic. Then, based on the FFD method, it shows lines with a northwest – southeast (NW-SE) orientation which indicates that the secondary permeability of the study area is controlled by the Semangko Fault. In addition, this FFD method can identify that the highest line density is in the Qprd (Rendingan Mountain Pyroclastic; Tuff, lapilli, and breccia) and Tpl (Kukusan Mountain andesite lava; Basaltic andesite) formations as weak zones. Then, based on the integration of FFD and PCA methods, it produces permeable zones located in the Qprd and Tpl formations that have fault or fracture structures that can be fluid pathway. Furthermore, based on microscopic analysis, the potential for primary porosity is found in the tuff breccia lithology with percentage of porosity is 15%, so that it is good enough as a reservoir rock in Ulubelu geothermal system. The result of this research is an area that has the potential for further geothermal development, which is ±10 km from Mount Rendingan and covers ±46 km2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riarsari Meirani Utami
"Penelitian ini membahas tentang pentingnya peran gardu induk dalam transmisi tenaga listrik, dengan fokus pada pentingnya perlindungan sistem tenaga listrik khususnya busbar. Permasalahan penelitian yang diangkat adalah perlunya skema proteksi yang optimal untuk menjamin keandalan sistem dan meminimalkan interferensi. Penelitian bertujuan untuk membandingkan dua sistem proteksi Buspro dan Goosepro dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order Performance by Similiarity with Ideal Solution (TOPSIS) untuk menentukan kriteria prioritas dan sub-kriteria dalam pengambilan keputusan dan  menentukan pilihan alternatif.  Metodologinya melibatkan pendekatan kuantitatif, pengumpulan data melalui kuesioner dari responden.  Hasilnya menyoroti pentingnya kegunaan sistem, keamanan, kemudahan penggunaan, risiko, antarmuka pengguna, interoperabilitas, biaya terkait, dan kepercayaan dalam mengevaluasi dua sistem perlindungan. Temuan menunjukkan bahwa sistem Buspro mengungguli sistem Goosepro dalam beberapa kriteria, seperti keamanan, kemudahan penggunaan, dan dapat dipercaya. Implikasinya menunjukkan bahwa sistem proteksi, khususnya Goosepro, lebih disukai daripada Buspro untuk sistem proteksi. Studi ini menggarisbawahi pentingnya memilih sistem proteksi yang paling sesuai berdasarkan kriteria tertentu untuk meningkatkan keandalan dan efisiensi jaringan listrik.

This research discusses the important role of substations in electric power transmission, with a focus on the importance of protecting electric power systems, especially busbars. The research problem raised is the need for an optimal protection scheme to ensure system reliability and minimize interference. The research aims to compare the two protection systems Buspro and Goosepro using the Analytical Hierarchy Process (AHP) and Technique for Order Performance by Similiarity with Ideal Solution (TOPSIS) methods to determine priority criteria and sub-criteria in decision making and determining alternative options. The methodology involves a quantitative approach, collecting data through questionnaires from respondents. The results highlight the importance of system usability, security, ease of use, risk, user interface, interoperability, associated costs, and trust in evaluating two protection systems. The findings show that the Buspro system outperforms the Goosepro system in several criteria, such as security, ease of use, and trustworthiness. The implication shows that protection systems, especially Goosepro, are preferable to Buspro for protection systems. This study underlines the importance of selecting the most suitable protection system based on certain criteria to improve the reliability and efficiency of the power grid."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>