Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34343 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Ayu Prasetyarni
"Kitosan sebagai biomaterial yang memiliki sifat bioaktif, biokompatibel, tidak beracun dan biodegradable menunjukkan aplikasi yang potensial dalam berbagai bidang seperti peningkatan gizi, kosmetik, pengolahan makanan dan bidang medis. Dengan adanya gugus hidroksil dan gugus amina, kitosan bersifat sangant reaktif sehingga dapat digunakan sebagai bahan penghantar obat.
Pada penelitian ini, kitosan digabungkan dengan ion Sm3+ untuk menghasilkan bahan penghantar obat yang memiliki sifat fotoluminesensi sehingga dapat dijadikan sebagai indikator pelepasan obat dengan nifedipine sebagai model obat. Dalam penelitian ini juga dikaji mengenai interaksi kitosan dengan ion Sm3+ serta interaksi material kompleks kitosan-Sm dengan model obat dan pengaruh penambahan ion Sm3+ terhadap kemampuan kitosan dalam menyerap obat.
Karakterisasi kitosan-Sm dilakukan dengan menggunakan FTIR dan SEM-EDX. Kitosan-Sm (2:1)) memiliki efisensi penyerapan yang baik sebesar 2,38%. Saat kitosan-Sm-nifedipine sudah dicampurkan terlihat bahwa ion Sm3+ terserap baik pada 0,3 gram kitosan-Sm (2:1) sebesar 24,8%. Pada proses pelepasan nifedipine dari kitosan-Sm-nifedipine terjadi fotoluminesensi berwarna jingga. Intensitas luminesensi tertinggi pada 0,3 gram kitosan-Sm (2:1) sebesar 452,2 pada panjang gelombang 590 nm.

Chitosan as a biomaterial that has properties of bioactive, biocompatible, non-toxic and biodegradable shows potential applications in various fields such as nutrition, cosmetics, food processing and medical fields. The presence of hydroxyl groups and amine groups, chitosan is reactive so it can be used as a drug delivery.
In this study, chitosan combined with Sm3+ ion conducting material to delivery a drug that has properties fotoluminesensi so it can be used as an indicator of drug release with nifedipine as a model drug. In this study also examined the interaction of chitosan with Sm3+ ion and the interaction of chitosan-Sm complex material with the drug model and the effect of Sm3 + ion on the ability of chitosan to absorb the drug.
Characterization of chitosan-Sm performed using FTIR and SEM-EDX. Chitosan-Sm (2:1) has a good absorption efficiency of 2.38%. When chitosan-Sm-nifedipine has been shown that mixed Sm3+ ion is absorbed well in 0.3 grams of chitosan-Sm (2:1) at 24,8%. In the process of nifedipine release from chitosan-Sm-nifedipine occurred fotoluminesensi orange. Highest luminescence intensity at 0.3 grams of chitosan-Sm (2:1) at 452.2 at wavelength of 590 nm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Andrianti
"Kitosan sebagai biomaterial yang memiliki sifat bioaktif, biokompatibel, tidak beracun dan biodegradable menunjukkan aplikasi yang potensial dalam berbagai bidang seperti peningkatan gizi, kosmetik, pengolahan makanan dan bidang medis. Dengan adanya gugus hidroksil dan gugus amina, kitosan bersifat sangat reaktif sehingga dapat digunakan sebagai bahan penghantaran pembawa obat. Pada penelitian ini, kitosan digabungkan dengan ion Sm3+ untuk menghasilkan bahan pembawa obat yang memiliki sifat fotoluminesensi sehingga dapat dijadikan sebagai indikator pelepasan obat dengan ibuprofen sebagai model obat.
Dalam penelitian ini juga dikaji mengenai interaksi kitosan dengan ion Sm3+, serta interaksi material kompleks kitosan-Sm dengan model obat dan pengaruh penambahan ion Sm3+ terhadap kemampuan kitosan dalam menyerap obat. Karakterisasi kitosan-Sm dilakukan dengan menggunakan FTIR dan SEM-EDX. Kitosan-Sm dengan konsentrasi ion Sm3+ terbesar yaitu 5 g/L memiliki efisiensi penyerapan ibuprofen tertinggi yaitu 33,04%.
Pada proses pelepasan ibuprofen dari kitosan-Sm-IBU, terjadi perubahan fotoluminesensi berwarna jingga dengan transisi 4G5/2 → 6H7/2 pada panjang gelombang 590 nm. Intensitas luminesensi meningkat seiring dengan jumlah kumulatif ibuprofen yang dilepaskan sehingga pelepasan ibuprofen dari kitosan-Sm dapat dimonitor dengan perubahan fotoluminesensi yang terjadi.

Chitosan as a biomaterial which has the properties of bioactive, biocompatible, non-toxic and biodegradable show potential applications in various fields such as nutrition, cosmetics, food processing and medical fields. In the presence of hydroxyl and amina groups, chitosan is highly reactive so it can be used as drug delivery carriers. In this study, chitosan combined with Sm3+ ion to produce a drug carrier material which has photoluminecent properties so it can be used as an indicator of drug release with ibuprofen as a model drug.
In this study also examined the interaction of chitosan with Sm3+ ion, as well as the interaction of chitosan-Sm complex material with a model drug and the effect of the addition of Sm3+ ion on the ability of chitosan to absorb the drug. Characterization of chitosan-Sm conducted using FTIR and SEM-EDX. Chitosan-Sm with the largest concentration of Sm3+ ion 5 g/L has the highest efficiency of absorption of ibuprofen that is 33.04%.
In the process of release of ibuprofen from the chitosan-Sm-IBU, orange photoluminesence properties changed with the transition 4G5/2 → 6H7/2 at a wavelength of 590 nm. Luminescence intensity increases with the cumulative amount of ibuprofen that are released so that the release of ibuprofen from the chitosan-Sm can be monitored by the changes of photoluminesence properties.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43185
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Astuti
"Lamivudin adalah obat anti retroviral (ARV) yang termasuk dalam kategori inhibitor Nukleosida Reverse Transcriptase (NRTI) yang digunakan dalam pengobatan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan hepatitis B. Kitosan telah digunakan secara luas sebagai matriks dalam sistem pelepasan obat (drug release system) dalam bentuk nanopartikel baik pada ARV yang bersifat hidrofobik maupun hidrofilik. Namun untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengikat lamivudin (yang bersifat hidrofilik), maka diperlukan modifikasi untuk meningkatkan sifat hidrofilisitas kitosan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan modifikasi nanopartikel kitosan menggunakan ektrak daun mengkudu sebagai penghantar obat lamivudin yang memiliki efisiensi enkapsulasi yang tinggi. Modifikasi dilakukan dengan penambahan fraksi air daun mengkudu (FDM) yang mengandung polifenol sehingga mampu meningkatkan hidrofilisitas kitosan dan polietilen glikol (PEG) sebagai penyalut obat. Kitosan yang telah dimodifikasi selanjutnya dimuat dengan lamivudin dan ditambah dengan agen pengikat silang natrium tri polifosfat (TPP) menghasilkan nanodrug lamivudin dalam sistem penghantar kitosan-PEG. Hasil karakterisasi dengan partikel size analyzer (PSA) nanodrug menunjukkan ukuran partikel nanodrug sebesar 12,19 nm. Efisiensi enkapsukasi nanodrug sebesar 93,02 % ± 1,03 % pada kapasitas loading 31,22%. Hasil uji pelepasan obat lamivudin dari nanodrug yang dilakukan secara in vitro dengan alat uji disolusi pada media dapar fosfat pH 3,0 selama 4 jam,  pH 6,8 dan pH 7,4 selama 24 jam berturut – turut adalah 45,79%, 91,31% dan 83,06%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa fraksi air daun mengkudu dapat digunakan untuk memodifikasi nanopartikel kitosan sehingga dapat digunakan sebagai sebagai penghantar obat lamivudin dengan efisiensi enkapsulasi yang tinggi dan bersifat lepas bertahap (sustained release).

Lamivudin is an antiretroviral drug (ARV) which belongs to the category of Nucleoside Reverse Transcriptase (NRTI) inhibitors used in the treatment of Human Immunodeficiency Virus (HIV) and hepatitis B. Chitosan has been widely used as a matrix in drug delivery systems in nanoparticles which is good in both hydrophobic and hydrophilic ARV drugs. However, to improve its ability to bind lamivudin (which is hydrophilic), modification is needed to improve the hydrophilicity properties of chitosan. This study aims to modify chitosan nanoparticles using noni leaf extract as a drug delivery system for lamivudin and give high encapsulation efficiency. Modification was carried out by addingwater extracts of noni leaf containing polyphenols to increase the hydrophilicity of chitosan, and poly ethylene glycol (PEG) as drug coating. The modified chitosan was then loaded with lamivudin and coupled with sodium tri polyphosphate (TPP) crosslinking agent to produce lamivudine nanodrug in a chitosan-PEG drug delivery system. Characterization by particle size analyzer (PSA) showed that nanodrug particle size is 12.19 nm. The efficiency of nanodrug encapsulation is 93.02% ± 1.03% on 31.22% loading concentration. The results of drug release test of lamivudin by dissolution tester on phosphate buffer pH 3.0 for 4 hours; 6.8 and 7.4 for 24 hours are 45.79%, 91.31% and 83.06% respectively. It can be concluded that the water extracts of noni leaf can be used to modify chitosan nanoparticles so that it can be used as a nanocarrier or drug delivery system for lamivudin with high encapsulation efficiency and sustained release.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifia Wulandari
"Modifikasi perlu dilakukan pada CNT agar dapat digunakan dalam aplikasi penghantar obat. Modifikasi permukaan CNT dilakukan dengan surfaktan CTAB dan minyak zaitun. Tahapan modifikasi CNT melalui sonikasi, pencucian, pengeringan, hingga karakterisasi. Variasi yang digunakan pada CNT-CTAB adalah 100mg CNT dengan penambahan 80, 90, 100, 110, dan 120mg CTAB. Sedangan variasi untuk CNT-minyak zaitun adalah 100mg CNT dengan 60, 80, 100, 120, dan 140ml minyak zaitun. Setelah tahap sonikasi, kecenderungan CNT untuk beragregasi dapat menurun dan mampu terdispersi lebih stabil.
Hal ini ditunjukkan dari hasil Zeta Potensial (ZP) CNT-CTAB dan CNT-minyak zaitun yang memiliki nilai ZP lebih tinggi dari CNT murni. CNT-CTAB dan CNTminyak zaitun juga dapat terdispersi 68 jam lebih stabil dibandingkan CNT murni. Setelah sampai pada tahap akhir modifikasi, melalui uji SEM dihasilkan CNTCTAB dan CNT-minyak zaitun dengan morfologi permukaan yang tidak mengalami kerusakan secara struktural dan telah berhasil memecah partikel CNT hingga memiliki ukuran diameter 31% lebih kecil.
Berdasarkan hasil EDX, CNTCTAB dan CNT-minyak zaitun menunjukkan sifat hidrofilik dengan meningkatnya persentase massa unsur O sebesar 137%. Selain itu, unsur Ni sebagai pengotor yang bersifat toksik juga mengalami penurunan rata-rata 68%. Interaksi antara gugus kepala surfaktan CTAB (N+) dengan permukaan CNT yang terjadi pada panjang gelombang 1221 cm-1 (C-N). Sedangkan gugus hidroksil muncul pada CNT-minyak zaitun pada 2340 cm-1. Kondisi optimum untuk modifikasi dengan CTAB adalah CNT-110mg CTAB dan untuk minyak zaitun adalah CNT-120ml minyak zaitun.

Modification is needed on CNTs to be used in drug delivery applications. CNT surface modification with CTAB surfactant and olive oil. Stages of CNT modification through sonication, washing, drying, to characterization. The variation used in CNT-CTAB is 100mg CNT with the addition of 80, 90, 100, 110, and 120mg CTAB. The variation for CNT-olive oil is 100mg CNT with 60, 80, 100, 120, and 140ml olive oil. After the sonication stage, tendency of CNTs to aggregate may decrease and be dispersed more stable.
The result of Zeta Potensial (ZP) CNT-CTAB and CNT-olive oil which has a higher ZP value than pristine CNT. CNT-CTAB and CNT-olive oil can also dispersed 68 hours more stable than pristine CNT. At the final stages of modification, SEM tests are produced by CNT-CTAB and CNT-olive oils with undamaged surface morphology and have succeeded in breaking CNT particles into 31% smaller diameter sizes than pristine CNT.
Based on the EDX results, CNT-CTAB and CNT-olive oil exhibit hydrophilic properties with the mass saving element of 137% O. In addition, the Ni element as a continuous toxic impurities also decreases 68%. The interaction between the CTAB surfactant head group (N +) with the CNT surface occurring at a wavelength of 1221 cm-1 (C-N). While the hydroxyl group appears on the CNTolive oil at 2340 cm-1. The optimum condition for modification with CTAB is CNT-110mg CTAB and for olive oil is CNT-120ml olive oil.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47964
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozana
"Efavirenz merupakan obat anti HIV yang sukar larut dalam air dengan bioavailabilitas lebih kecil dari 45%. Kelarutan dan bioavailabilitas obat merupakan faktor penting yang mempengaruhi efektivitas terapetik. Saat ini nanoformulasi  menggunakan sistem penghantar berbasis nanopolimer banyak dikembangkan untuk meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas obat, salah satunya adalah kitosan yang merupakan polimer alami bersifat biokompatibel, biodegradabel dan non toksik.  Pada penelitian ini nanopartikel kitosan  sebagai sistem penghantar efavirenz dimodifikasi dengan fraksi etil asetat ekstrak daun mimba (Azadirachta indica) untuk meningkatkan sifat hidrofobik dan kapasitas pemuatan,  selanjutnya proses pemuatan efavirenz dilakukan dengan metode gelasi ionik  menggunakan tripolifosfat sebagai agen pengikat silang dengan bantuan tween 80 untuk mencegah penggumpalan. Berdasarkan optimasi proses sintesis, kondisi optimal diperoleh pada sintesis  nanopartikel yang menggunakan kitosan, ekstrak daun mimba, tween 80 dan tripolifosfat sebagai agen pengikat silang, dengan konsentrasi tween 80 0,321 mg/mL dispersan, rasio konsentrasi kitosan dan tripolifosfat 1:1, rasio konsentrasi kitosan dan efavirenz 1:1,5 yang mempunyai ukuran partikel dibawah 100 nm. Nanopartikel yang dihasilkan mempunyai efisiensi dan pemuatan sebesar 93,40% dan kapasitas pemuatan sebesar 39,92%, persen berat perolehan 91,06% dan nilai potensial zeta sebesar -42,1 mv. Hasil uji pelepasan efavirenz dalam media larutan dapar fosfat menunjukkan pelepasan maksimum pada pH 7,8 sebesar 63,93% hingga 48 jam, sedangkan dalam media larutan natrium dodesil sulfat 1% pelepasan efavirenz mencapai 90,74% hingga 24 jam. Studi spektra infra merah menunjukkan interaksi antara ekstrak daun mimba dan kitosan adalah interaksi kimia, sedangkan interaksi antara kitosan dan efavirenz adalah interaksi fisik.

Efavirenz is an anti-HIV drug with low solubility and variable bioavailability less than 45%. Solubility and bioavailability of the drug are important factors that influence therapeutic effectiveness. Nanoformulation using a nanopolymer-based delivery system is widely developed to improve the solubility and bioavailability of drugs, one of the extensively used is chitosan which is a natural polymer that is biocompatible, biodegradable and non toxic. In this study, chitosan nanoparticles as the delivery system of efavirenz were modified with the ethyl acetate fraction of mimba leaf extract (Azadirachta indica) to improve hydrophobic properties and loading capacity, then the process of loading efavirenz was carried out by ionic gelation using tripolyphosphate as a crosslinking agent and tween 80 to prevent aggregation. Based on the optimization of nanoparticle synthesis, the most satisfactory composition was obtained by nanoparticle using chitosan, neem leaf extract, tween 80 and tripolyphosphate, with tween 80 concentration 0.321 mg/mL dispersant, chitosan and tripolyphosphate concentration ratios 1: 1, chitosan and efavirenz concentration ratios 1: 1.5, because the drug nanoparticles size range was obtained as required for the nanoparticle drugs. The resulting nanoparticles have efficiency and loading capacity of 93.40% and 39,92%, practical yield percentage was 91.06%, zeta potential value was -42.1. Drug release test was carried out in vitro using paddle type dissolution test equipment in buffer phosphate solution media showed maximum drug release at pH 7.8 of 63.93% up to 48 hours, while in the medium a solution of 1% sodium dodecyl sulfate drug release reached 90.74% up to 24 hours. Thereafter, there was no further significant release seen. The FTIR spectral studies showed the interaction between mimba leaf extract and chitosan was chemical interaction, while interaction between efavirenz and chitosan was physical interaction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Lestari
"Poli(asam laktat-ko-glikolat) merupakan polimer sintetis biocompatible dan biodegradable, memiliki sifat mekanik dan laju degradasi yang dapat diatur, dan menghasilkan pelepasan obat terkontrol. Nanopartikel poli(asam laktat-ko-glikolat) termodifikasi karboksimetil kitosan disintesis untuk menahan pelepasan natrium diklofenak di lambung dengan pelepasan di usus halus meningkat secara terkontrol sehingga mengurangi efek samping pemberian natrium diklofenak berulang seperti iritas lambung dan kerusakan ginjal. Metode penguapan pelarut tipe emulsi ganda (water/oil/water) digunakan dalam sintesis dengan poli(vinil alkohol) sebagai pengemulsi. Studi menggunakan spektrofotometer infra merah dan differential scanning calorimeter menunjukkan interaksi antara natrium diklofenak dan polimer pada nanopartikel merupakan interaksi non kovalen dengan nanopartikel berbentuk spherical berdasarkan hasil pengukuran scanning electron microscope dan transmission electron microscope. Berdasarkan hasil optimasi, kondisi optimum diperoleh pada formulasi nanopartikel dengan rasio karboksimetil kitosan/poli(asam laktat-ko-glikolat)/natrium diklofenak sebesar 2:20:2 dengan ukuran partikel 233 nm berdasarkan pengukuran dengan particle size analyzer dan berukuran 300 nm berdasarkan pengukuran dengan transmission electron microscope. Formulasi ini menghasilkan kapasitas pemuatan dan efisiensi pemuatan sebesar 8,02 % dan 89,33 %, dengan pelepasan natrium diklofenak pada pH 1,2 yang rendah sebesar 0,2% dan pelepasan pada pH 6,8 yang tinggi mencapai 90,9% dalam waktu 24 jam.

Poly(lactic-co-glycolic acid) is a biocompatible, biodegradable synthetic polymer, has tunable mechanical and degradation rate properties, and capability for controlled drug release. Carboxymethyl chitosan-modified poly(lactic-co-glycolic acid) nanoparticles were synthesized to enhance gastric retention of diclofenac sodium followed by a controlled release in the small intestine to reduce the side effects due to frequent administration, such as gastric irritation and renal damage. Synthesis of nanoparticles was carried out using a double emulsion (water/oil/water) solvent evaporation method with poly(vinyl alcohol) as the emulsifier. Studies using infrared spectrophotometer and differential scanning calorimeter show that the interaction between diclofenac sodium and polymer on nanoparticles is a non-covalent interaction with a spherical shape based on scanning electron microscope and transmission electron microscope characterization. Optimum conditions were obtained in the formulation with the ratio of carboxymethyl chitosan/PLGA/diclofenac sodium of 2:20:2, with the particle sizes of 233 nm and 300 nm based on particle size analyzer and transmission electron microscope measurements. The optimum formulation resulted has loading capacity and loading efficiency of 8.02% and 89.33%, with low release at pH 1.2 of 0.2% and controlled release at pH 6.8 of 90.9% up to 24 hours."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esza Hardiya
"Kitosan adalah polisakarida alami yang memiliki sifat yang ideal sebagai polimer nanopartikel karena mudah disintesis, murah, bikompetibel, biodegradable, non immunogenic dan tidak beracun sehingga dapat digunakan sebagai sistem penghantar obat. Nanopartikel kitosan dipreparasi menggunakan kalium persulfat (KPS) dan teknik microwave dengan variasi waktu, daya microwave dan berat kitosan. Daya microwave dan waktu optimum untuk penelitian ini adalah pada daya microwave low dengan waktu 5 menit yang diulang sebanyak 2 kali. Karakterisasi nanopartikel kitosan dengan PSA (Particles Size Analizer) menghasilkan distribusi ukuran partikel terkecil yaitu 480,1 nm dan karakterisasi dengan FE SEM menghasilkan ukuran partikel sebesar 12,25 - 18,59 nm pada berat kitosan sebanyak 2 gram dan 1,5 mmol KPS. Dalam penelitian ini juga dikaji mengenai interaksi nanokitosan dengan ion Sm3+, nanokitosan yang digunakan merupakan hasil nanokitosan dengan ukuran terkecil. Karakterisasi nanokitosan-Sm dilakukan dengan spektrofotometer flurosensi menghasilkan intensitas sebesar 585 (a.u).

Chitosan is a natural polysaccharide that has ideal properties as polymer nanoparticles synthesized as easy, cheap, bikompetibel, biodegradable, non- immunogenic and non-toxic so it can be used as a drug conductor system. Chitosan nanoparticles were prepared using potassium persulfate (KPS) and microwave techniques with time variation, temperature and weight of chitosan. Time and temperature optimum in this study is the low temperature with 5 minutes were repeated 2 times. Characterization of chitosan nanoparticles with PSA (Particles Size analyzer) produces the smallest particle size is 480.1 nm and characterization with FE SEM showed particles size between 12,25 - 18,59 nm chitosan on weight as much as 2 grams and 1.5 mmol of KPS. In this study also examined the interaction of chitosan nano with Sm3+ ions, nano chitosan used is the result of chitosan nano with the smallest size. Characterization of chitosan nano-Sm performed with a spectrophotometer flurosensi produces an intensity of 585 (au)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46725
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairu Nuzula
"Lantanida banyak diaplikasikan sebagai sistem penghantaran obat. Ini disebabkan sifat flourosensinya yang baik. Selain itu lantanida diduga memiliki aktivitas antijamur. Sementara Kitosan adalah matriks yang umum digunakan dalam sistem penghantaran obat. Matriks Kitosan sebagai penghantar obat berkoordinasi dengan lantanida memiliki potensi yang penting dalam studi penghantaran obat. Dalam studi pengantaran obat, sifat toksisitas menjadi pent ing karena obat yang digunakan tidak boleh membahayakan tubuh. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui toksisitas dari sistem penghantaran obat komposit kitosan termodifikasi lantanida dan Fe3O4. Selain itu penelitian ini juga bermaksud untuk mengetahui potensi lantanida sebagai obat antijamur. Dari penelitian didapatkan bahwa komposit obat yang didapatkan memiliki toksisitas LC50 pada Artemia salinia sebesar 3600-3900 ppm yang masih memenuhi standar toksisitas. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa lantanida ketika berkoordinasi dengan model obat ataupun dengan kitosan sebagai ligan dapat meningkatkan aktivitas antijamurnya dibanding dengan lantanida ataupun ligan tanpa koordinasi.

Lanthanides applied mainly in drug delivery system because of its good flourosence property. Furthermore, lanthanides is considered as an active antifungal agent. Chitosan matrices to bind a coordinated lanthanides-drug composite have great potential in terms of controlled release in vivo study. In drugs release, the drugs may not inhibit a potential toxicity because of clinical reason. This research is to determine the toxicity o a samarium and iron-oxide modified chitosan composite. From the research it is determined that the toxicity LC50 of composite is ranging from 3600 to 3900 ppm in Artemia salina which is still acceptable toxicity. The antifungal activity of the composite also determined better than the precursor and ligands when not coordinated complex.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55053
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulya Fauziah
"Amoksisilin trihidrat memiliki waktu tinggal yang singkat di dalam lambung. Penghantaran obat dengan sistem mengapung dikembangkan agar sediaan dapat dipertahankan di lambung dalam waktu yang lama. Pada penelitian ini, disintesis hidrogel full-IPN kitosan-PNVP sebagai sediaan penghantar obat amoksisilin trihidrat dengan sistem mengapung yang mengandung agen pembentuk pori NaHCO3 dan CaCO3 dengan komposisi kitosan:PNVP 70:30 (% b/b), 2% asetaldehida 0,1 M, 1% inisiator amonium persulfat (APS), 1% MBA, waktu polimerisasi 0,5 jam, dan variasi konsentrasi 0%; 1%; 5%; 10%; dan 15% NaHCO3 dan CaCO3. Karakterisasi hidrogel dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer FTIR, dan mikroskop stereo optik. Pengujian yang dilakukan diantaranya adalah uji porositas, uji daya apung in vitro, efisiensi penjerapan serta pelepasan amoksisilin trihidrat pada pH 1,2. Hidrogel full-IPN NaHCO3 menunjukkan porositas yang lebih besar dengan waktu awal mengapung yang lebih singkat daripada hidrogel full-IPN CaCO3 dan keduanya dapat membuat matriks mengapung lebih dari 12 jam. Hidrogel full-IPN CaCO3 menunjukkan pola pelepasan yang terkontrol dan efisiensi penjerapan amoksisilin yang lebih tinggi daripada NaHCO3. Konsentrasi agen pembentuk pori yang menghasilkan penjerapan dan pelepasan amoksisilin trihidrat yang optimum dari matriks hidrogel yaitu 5% NaHCO3 dan 10% CaCO3.

Amoxicillin trihydrate has a short residence time in the stomach. Floating drug delivery systems were prepared to prolong the presence of the dosage form within the stomach at the desire period of time. In this research, full-IPN hydrogel chitosan-PNVP as carrier for floating drug delivery of amoxicillin trihydrate containing NaHCO3 and CaCO3 as pore forming agents were synthesized with the composition chitosan: PNVP 70:30 (% w/w), 2% acetaldehyde 0.1 M, 1% initiator ammonium persulfate (APS), 1% MBA, 0.5 hours of the polymerization reaction time, and variation of the concentration 0%; 1%; 5%; 10%; and 15% of NaHCO3 and CaCO3. The hydrogels and microcapsules were characterized by FTIR spectrophotometer and stereo microscope. The effect of pore forming agents on the porosity, in vitro bouyancy, drug entrapment efficiency, and in vitro release were investigated. Hydrogel which contained NaHCO3 showed higher porosity with shorter floating lag time than CaCO3 and both been able to make the hydrogels floating more than 12 hours. CaCO3 incorporated hydrogels showed controlled drug release profile and higher drug entrapment efficiency than NaHCO3. The concentration of pore forming agents which had an optimum drug entrapment efficiency and release were found at 5% NaHCO3 and 10% CaCO3 pore forming agents."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65612
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klanita Sabira
"Sistem penghantaran obat optalmik dalam bentuk obat tetes mata memiliki waktu tinggal dan bioavailibilitas yang rendah. Maka, untuk meningkatkan waktu tinggal obat pada mata, dilakukan pengujian untuk memuat lensa kontak komersial dengan nanopartikel magnetik (Fe3O4) dan nanopartikel disprosium (Dy). Penelitian dilakukan dengan mensintesis nanosphere Fe3O4-PEG-Dy2O3 dan nanorod Dy(OH)3, kemudian memuat kedua jenis nanopartikel pada permukaan lensa kontak hidrogel poly-2-hydroxyethylmethacrylate (p-HEMA).
Hasil karakterisasi XRD dan TEM menunjukkan nanosphere Fe3O4-PEG-Dy2O3 dan nanorod Dy(OH)3 yang disintesis berukuran ±13,67 nm dan ± 96,50 nm dengan diameter ± 19,30 nm. Kedua jenis nanopartikel yang dihasilkan menunjukkan sifat fotoluminesensi yang sesuai dengan sifat fotoluminensi senyawa disprosium yaitu memiliki emisi warna kuning pada panjang gelombang 575 nm.
Hasil karakterisasi SEM menunjukkan perubahan penampakan permukaan lensa kontak sebelum dan sesudah termuat nanopartikel yaitu dengan penampakan agregat partikel pada permukaan lensa kontak. Efisiensi penempelan dan profil pelepasan nanopartikel pada lensa kontak menunjukan hasil efisiensi muatan terbaik yaitu sebesar 36,12 % oleh nanorod Dy(OH)3 pada konsentrasi 0,50 mg/mL, sedangkan efisiensi muatan terbaik oleh nanosphere Fe3O4-PEG-Dy2O3 adalah sebesar 30,72% pada konsentrasi 0,50 mg/mL. Pelepasan nanopartikel dari permukaan lensa kontak terjadi pada jam ke-6 hingga jam ke-10, yang menunjukan potensi kedua jenis nanopartikel untuk sistem penghantaran obat melalui permukaan lensa kontak.

Ophtalmic drug delivery system via eye drops shows low residence time and low bioavailability. This paper proposes an approach to increase residence time of drug, study conducted of loading magnetic and dysprosium nanoparticles to soft contact lenses for ophthalmic drug delivery. Nanospheres Fe3O4-PEG-Dy2O3 and Dy(OH)3 nanorods have successfully synthesized, then the nanoparticles are loaded to the surface of poly-2-hydroxyethylmethacrylate (p-HEMA) contact lenses.
TEM and XRD characterization results showed that Fe3O4-PEG-Dy2O3 nanospheres and Dy(OH)3 nanorods have sizes of ±13,67 nm dan ± 96,5 nm with diameter ± 19,3 nm respectively. Both nanoparticles showed photoluminescence characteristics of dysprosium which shows emission at 575 nm of yellow luminescent.
SEM image of contact lens showed the difference of blank contact lens and the nanoparticle loaded contact lens with the appereance of particle aggregates on the surface of contact lenses. Nanoparticles attachement efficiency and the nanoparticles release profile were measured shows the best loading efficiency is from Dy(OH)3 nanoparticle with concentration of 0.5 mg/mL, while nanospheres Fe3O4-PEG-Dy2O3 shows 30,72% loading efficiency with concentration of 0.5 mg/mL. Complete nanoparticle release from contact lens happens in 6-10 hours, thus shows the potential of this nanoparticles for drug delivery system via contact lens.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63690
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>