Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178257 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Budi Satrio
"Tata letak memiliki perannya sendiri dalam keberhasilan pencahayaan dan ventilasi alami yang berhubungan dengan konsep green, dalam hal pengurangan energi untuk alat penerangan dan AC di dalam rumah. Tidak hanya pada tata letak ruang dalam rumah saja yang menentukan keberhasilan pencahayaan dan ventilasi alami ini, tetapi juga harus didukung oleh tata letak perumahan itu sendiri. Pada studi kasus pada perumahan Greenland Forest Park yang dikembangkan oleh PT. Relife Reality yang mengedepankan Green Development serta panghargaan Green Property Award tahun 2010, tata letak atau perumahannya sebagian besar tidak jauh berbeda dengan perumahan-perumahan pada umumnya yang mengakibatkan pencahayaan dan ventilasi alami optimal pada sebagian kelompok rumah dan kurang optimal pada sebagian yang lain.

Layout has its own role in the successful of natural lighting and ventilation related to the green concept, in terms of energy reduction for lighting and air conditioning equipment in the house. Not only on the the layout room in the house alone that determines the success of the natural lighting and ventilation, but also must be supported by the Housing layout itself. In the case study on Greenland Forest Park residence which is developed by PT. Relife Reality that prioritaze Green Development and recieve Green Property Award in 2010, the housing layout is not much different from most of the estates in general, resulting in optimal natural lighting and ventilation in most group homes and less than optimal in some others."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maidina
"ASBTRAK
Maraknya isu global warming menarik perhatian kalangan umum. Meningkatnya CO2 penyebab gas rumah kaca menjadi pemicu efisiensi energi pada green building. Penelitian ini meninjau proyek bangunan green tersertifikasi oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) berlandaskan greenship v.1.0 dengan target rating GOLD. Hipotesa konstruksi green bulding akan menambah biaya jika dibandingkan dengan conventional. Metode yang digunakan adalah survey dan studi kasus proyek Jasa Marga oleh PT.PP Persero (Tbk) terhadap penerapan aspek Energy Efficiency and Conservation. Pada aspek ini faktor dominan perubahan biaya konstruksi terdapat pada measurement energy dengan desain penurunan nilai OTTV. Total perubahan kenaikan biaya berdasarkan studi kasus adalah 3.24%.

ABSTRACT
The rise of the global warming issue attracted the attention of the public. Increased CO2 causes a greenhouse gas trigger energy efficiency in green building. The research was reviewing a green building project to be certified by the Green Building Council of Indonesia (GBCI) which is summarized in version 1.0 with targeted GOLD rating.its hipotized that gren construction needs additional cost than conventional. The method used in this study is survey and case studies on projects Jasa Marga by PT.PP Corporation (Corporation) on the implementation aspects of the Energy Efficiency and Conservation. This dominant factor changed the construction costs is the energy measurement with decrease the value of OTTV.By the case study cost, its changes about 3.24%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42240
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Oghie M. Purnomo
"Dunia gencar membangun bangunan hijau termasuk Indonesia. Konsep green bukan sekedar penggunaan material dan penghematan energi, namun mengenai kualitas udara dalam ruangan (indoor air health and comfort/IHC). Aspek ini berkolerasi dengan kesehatan dan kenyamanan dari penghuni gedung. Pemenuhan konsep hijau akan mempengaruhi biaya konstruksi.
Skripsi ini bertujuan mengidentifikasi aspek apa yang mempengaruhi biaya konstruksi dan besar pengaruhnya terhadap biaya konstruksi dengan melakukan survey dan studi kasus di proyek kantor pusat Jasa Marga. Penelitian ini mendapatkan faktor yang paling dominan adalah instalasi sensor gas karbon dioksida dan penambahan biaya untuk memenuhi aspek IHC secara keseluruhan adalah sebesar 0,01%.

More nations including Indonesia tend to develop the green building. The green concept is not only using of materials and energy comsumption saving, but also concerning to indoor air health and comfort (IHC). This aspect has correlation to the health and the comfort of the building occupants. The Application of green building concept will have significant effect on construction cost.
This thesis is aimed to identify the aspect which influences on construction cost and how much it affects the construction cost with survey method and case study on Jasa Marga Main Office project. This research found that the most dominant factor of this aspect is carbon dioxide gas cencor installation and the additional costs to fulfill the whole aspects of IHC is 0.01 percents.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44671
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette Detty Kussumardianadewi
"Pengurangan emisi karbon global menuju net-zero emission pada tahun 2050 terus didorong oleh pemangku kepentingan global. Indonesia berkomitmen untuk mencapai target ini pada tahun 2060 dan meningkatkan Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) menjadi 32 persen atau setara 912 juta ton CO2 pada 2030. Salah satu langkah penting adalah mendekarbonisasi sektor bangunan yang menyumbang 37% dari emisi karbon global. Penelitian ini menitikberatkan pada penerapan Green Retrofitting untuk bangunan eksisting, yang hingga kini 98% belum mengadopsi pedoman ini. Di Indonesia, terdapat dua pedoman utama: Greenship dari GBCI dan BGH dari Permen PUPR No.21 Tahun 2021. Penelitian ini mengembangkan Work Breakdown Structure (WBS) untuk mengintegrasikan kedua pedoman tersebut dalam rangka meningkatkan efisiensi waktu dan biaya bagi pemangku kepentingan, terutama pemilik bangunan.
Tantangan utama adalah kurangnya insentif dan biaya implementasi yang mencapai S$58,27/m2, yang menjadi penghalang bagi pemilik. Meningkatkan akurasi biaya menjadi solusi yang dapat menarik minat untuk penerapan pedoman ini. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan Sistem Informasi berbasis web untuk membantu penilaian Pedoman Integrasi Green Retrofitting, serta metode Building Information Modeling (BIM-5D) Quantity Take-Offuntuk meningkatkan akurasi biaya.
Penelitian ini menghasilkan Pedoman Integrasi Green Retrofitting yang didukung oleh analisis statistik dengan SEM-PLS, mengidentifikasi 10 faktor paling berpengaruh, antara lain Tahap Perencanaan, Risiko pada WBS, Quantity Extraction, Konten Sistem Informasi, Penggunaan Web, Klasifikasi Perkiraan Biaya, dan Akurasi Biaya serta Model Hubungan antara estimasi biaya terhadap akurasi biaya. Validasi melalui studi kasus pada bangunan kantor tipe A, B, dan C menunjukkan peningkatan akurasi sebesar 2,26% hingga 2,58%. Hasil ini menunjukkan potensi peningkatan efisiensi biaya dan dorongan bagi pemilik bangunan untuk menerapkan Green Retrofitting di Indonesia

Reducing global carbon emissions towards net-zero emissions by 2050 continues to be driven by global stakeholders. Indonesia is committed to achieving this target by 2060 and increasing the Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) to 32 percent or equivalent to 912 million tons of CO2 by 2030. One important step is the decarbonization of the building sector which accounts for 37% of global carbon emissions. The study focused on the application of Green Retrofitting to existing buildings, of which to date 98% have not adopted this guideline. In Indonesia, there are two main guidelines: Greenship from GBCI and BGH from the Minister of PUPR Regulation No. 21 of 2021. This study developed a Work Breakdown Structure (WBS) to integrate the two guidelines to improve time and cost efficiency for stakeholders, especially building owners.
The main challenge was the lack of incentives and the implementation cost which reached S$58.27/m2, which was a barrier for the owners. Improving cost accuracy is a solution that can attract interest for the implementation of these guidelines. Therefore, this study uses a web-based Information System to assist in the assessment of the Green Retrofitting Integration Guidelines, as well as the Building Information Modeling (BIM-5D) Quantity Take-Off method to improve cost accuracy.
This study resulted in the Green Retrofitting Integration Guidelines supported by statistical analysis with SEM-PLS, identifying the 10 most influential factors, including Planning Stage, Risk in WBS, Quantity Extraction, Information System Content, Web Use, Classification of Cost Estimates, Cost Accuracy and Model The relationship between cost estimation and cost accuracy. Validation through case studies in type A, B, and C office buildings showed an increase in accuracy of 2.26% to 2.58%. These results show the potential for increased cost efficiency and encouragement for building owners to implement Green Retrofitting in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Puti Angelia
"Mulai maraknya tindakan-tindakan untuk merespon pemanasan global membuat muncul banyaknya ide dan strategi yang digunakan untuk membuat tindakan yang lebih ramah lingkungan dan memiliki manfaat yang dapat berkelanjutan atau sustainable, termasuk di dalamnya arsitektur. Adaptive reuse merupakan penggunaan kembali bangunan lama dengan mengubah fungsi bangunan sesuai dengan kebutuhan manusia di masa yang berbeda. Adaptive reuse memungkinkan bangunan dapat memenuhi kebutuhan penghuninya yang berbeda generasi, sehingga kebermanfaatan bangunan dapat dinikmati tidak hanya oleh satu generasi. Oleh karena itu, adaptive reuse dapat dikatakan sebagai salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuat arsitektur sustainable. Pada skripsi ini, akan dibahas mengenai sustainabilitas yang terdapat pada bangunan adaptive reuse melalui penjabaran mengenai bangunan adaptive reuse, sustainabilitas dalam arsitektur, prinsip sustainabilitas pada bangunan adaptive reuse serta strategi sustainabilitas yang ada pada bangunan adaptive reuse.

The advent of actions to respond the global warming becomes a reason of many ideas and strategies appearing. that are used to make the action more environmentally friendly and has benefit that can be sustained or sustainable, including architecture. Adaptive reuse is the reuse of old buildings by changing the building functions in accordance with human needs at different times. Adaptive reuse allows building occupants can meet needs of different generations, so the usefulness of the building can be enjoyed not only by one generation. Therefore, adaptive reuse can be considered as one of the ways that can be used to create sustainable architecture. In this paper, we will discuss sustainability contained in the building of adaptive reuse through the elaboration of adaptive reuse building, sustainability in architecture, sustainability principles in adaptive reuse buildings and sustainability strategies that exist in adaptive reuse building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Matin
"Energi pada bangunan memiliki kebutuhan energi yang sangat besar, yang berarti untuk memenuhi energi tersebut diperlukan sumber daya yang besar. Dengan demikian penghematan energi pada bangunan akan menurunkan dampak terhadap lingkungan juga. Membuat bangunan hijau atau bangunan berkinerja tinggi menjadi salah satu langkah yang tepat untuk menurunkan kebutuhan energi pada bangunan. Melakukan pengamatan lingkungan sekitar merupakan hal yang penting dalam merancang sebuah bangunan hijau. Dalam pengamatan tersebut hal-hal yang perlu diperhatikan adalah temperatur, kelembaban, radiasi matahari, keadaan bangunan sekitar, keadaan langit,dan banyak lagi. Hal-hal tersebut akan sangat berguna untuk menentukan rancangan bangunan berkinerja tinggi. Tahap selanjutnya yang perlu dilalu dalam mendesain bangunan hijau adalah tahap pembuatan konsep bangunan, sehingga dapat terlihat bentuk bangunan tersebut. Dengan adanya bentuk bangunan sudah dapat dilakukan penentuan material pada selimut bangunan ataupun hal-hal berpengaruh lainnya untuk menurunkan kebutuhan energi. Selanjutnya akan dicari hal yang paling mempengaruhi penurunan energi pada bangunan dengan menggunakan metode Taguchi. Pada akhirnya akan didapatkan pengoptimalan energi tertinggi dari hasil penggunaan metode Taguchi tersebut.

Energy in a building requires a considerable amount of energy which is fulfilled by great resource. Thus, energy saving in building will also reduce the environmental impact. Creating green building or high-utilization building is one of proper solution to reduce energy needed in building. Observation about surrounding environment is significant while designing green building. Things to be concerned while doing observation are temperature, humidity, sunlight radiation, surrounding building condition, sky condition and others. Those abovementioned are also useful for consideration of high-utilization building design. The next stage for designing green building is concept generation of the building to determine the material needed or other particular things that reduce energy needed. The most influencing factor for reducing energy in building will be found by Taguchi method. Finally, the most optimized energy solution can be obtained by Taguchi Method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurio Provandi Sholichin
"Salah satu usaha untuk mengurangi konsumsi energi adalah melalui penggunaan material dinding yang mampu mengurangi transmitansi termal dari luar ke dalam bangunan. Dalam SNI 03-6389-2000 dijelaskan bahwa Overall Thermal Transfer Value (OTTV) bertujuan untuk mengidentifikasi dan mencari peluang penghematan energi dari selubung bangunan. Dalam hal ini ditentukan nilainya tidak boleh melebihi 45 W/m2. Penelitian ini mengambil sampel bangunan sederhana tipe 36 yang dianggap mampu mewakili kebutuhan masyarakat menengah kebawah.
Metode penelitian yang digunakan adalah testing out dengan pendekatan kuantitatif. Dalam riset ini banyak melibatkan perhitungan kinerja dinding terhadap nilai OTTV. Software OTTV v2.01 digunakan untuk memudahkan penghitungan. Rumah sederhana yang diteliti disimulasikan dengan menggunakan material yang berbeda, yaitu batu bata merah, batako dan beton ringan aerasi. Variabel lain yang turut mempengaruhi adalah peneduh dan nilai absorbtansi radiasi matahari bahan.
Hasil perhitungan OTTV menunjukkan bahwa material dinding yang paling memenuhi kriteria konservasi energi adalah beton ringan aerasi dan yang paling boros energi adalah bata merah.

One attempt to reduce energy consumption is by using wall material that able to reduce thermal transmittance from outside into the building. SNI 03-6389-2000 stated that Overall Thermal Transfer Value (OTTV) aims to identify and seek for opportunity to conserve energy by means of building skin. In this case the value should not exceed 45 W/m2. This research takes sample of type 36 simple house which is believed to represent medium to low income people's needs.
The research method used here is testing out with quantitative approach. In this research a lot of calculations of wall's performance involved towards OTTV value. OTTV v2.01 software used to aide the calculations. The investigated simple house is simulated with different materials, which is red brick, hollow concrete block and autoclaved aerated concrete. Other variables affecting are shade and material's absorbtance value.
The OTTV calculations result suggests that building material that fulfills energy conservation criteria is autoclaved aerated concrete and red brick being the most consumptive material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30059
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Prasetya
"ABSTRAK
Peneduh pada selubung bangunan tinggi sangat berperan dalam
membentuk penampilan dan keberlanjutan bangunan. SC peneduh sebagai
komponen perhitungan OTTV cukup sulit diaplikasikan dalam proses desain.
Sudut bayangan dapat menggantikan SC peneduh dalam proses dan eksplorasi
desain peneduh sekaligus mengendalikan perolehan nilai OTTV. Setiap orientasi
memerlukan sudut bayangan peneduh yang mempertimbangkan posisi matahari.
Hubungan sudut bayangan peneduh, SHGC kaca dan orientasi terhadap nilai
OTTV diteliti menggunakan perangkat lunak EnergyPlus V7.2. Peneduh
horisontal memiliki kemampuan yang lebih baik daripada peneduh vertikal pada
semua orientasi. Semakin kecil sudut bayangan peneduh maka semakin besar
perbedaan nilai OTTV. Menurunkan sudut bayangan di orientasi dengan sumber
radiasi tinggi (Barat/Timur) efektif mengurangi nilai OTTV. Kombinasi sudut
bayangan dan SHGC memberikan variasi bentuk peneduh dan spesifikasi kaca.
Peneduh horisontal yang miring 30o dan 45o mempunyai nilai OTTV yang lebih
kecil 16,86% dan 24,64% daripada peneduh horisontal lurus. Memiringkan
peneduh vertikal ke arah kanan di orientasi Utara dan Timur dan ke arah kiri di
orientasi Selatan dan Barat efektif mengurangi nilai OTTV. Desain peneduh
mampu membawa bangunan menjadi lebih berkelanjutan.

ABSTRACT
Shading on a high building envelope is important instrumental in forming the
appearance and sustainability of the building. Shading Coefficient (SC) as a
component of calculate the OTTV is quite difficult to be applied in the design
process. Shadow angle can replace SC in design exploration process and
controlling OTTV. Each orientation requires shadow angles that consider to
position of the sun. Relationships between shadow angle, orientation and SHGC
to OTTV investigated using EnergyPlus V7.2. Horizontal shade has a better
capability than vertical shade at all orientations. The smaller the shadow angle, the
greater differences of OTTV. Lowering shadow angle on orientation with high
radiation source (West/East) effectively reduces OTTV. Combination of shadow
angle and SHGC provide shade variations and glass specifications. Sloping
horizontal shade 30o and 45o decrease OTTV up to 16.86% and 24.64% than
straight horizontal shade. Shade vertical tilt to the right on the Northern and
Eastern orientation and to the left on the Southern and Western orientation
effectively reduce OTTV. Shade design is able to bring the building more
sustainable."
2013
T35801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Ariyanto
"Konsumsi energi pada bangunan pada era sekarang ini telah mencapai porsi 41% dari konsumsi energi dunia, jauh melebihi energi bagi transportasi dan aktifitas manusia lainnya. Hal ini mendorong Green Building Council Indonesia melakukan terobosan standard bagunan hemat energi dikawasan Indonesia. Standardisasi yang dilakuakan melewati beberapa tahapan dan salah satunya melaui tahapan simulasi. Pada tugas akhir ini, reka simulasi dilakukan sebagai sebuah metode audit konsumsi energi pada bangunan, dengan bantuan sistm komputer yakni perangkat lunak EnergyPlus dan perangkat optimasi GenOpt, sehingga didapatkan hasil simulasi optimal penggunaan energi bagi sebuah bagunan. Variable envelope bangunan berupa overhang dan kacafilm dipilih sebagai objek teroptimasi untuk menurunkan beban energi operasi pada bangunan tersebut. Parameter pencahayaan bagunan, struktur material bangunan, pengkondisian udara, data cuaca, okupansi bagunan dengan sejumlah orang didalamnya serta berbagai peralatan elektronik menjadi parameter yang mendukung simulasi ini. Hasil simulasi dan optimasi menunjukkan bahwa, penggunaan overhang secara optimal dapat menurunkan beban energi operasi sebesar 19,82% sementara penggunaan kaca film secara optimal dapat menurunkan beban energi operasi sebesar 27,10%. Akan tetapi, penggabungan keduanya yang memiliki guna yang sejalan justru hanya mampu menurunkan beban energi operasi sebesar 25,63%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa sangat penting malakukan optimasi dan simulasi konsumsi energi pada bangunan sebagai langkah penghematan energi yang optimal dan profitable.

Buildings energy consumption in this era has reached 41% share of world energy consumption, far exceeding the energy for transportation and other human activities. It is encouraging Green Building Council Indonesia made a breakthrough energy-efficient buildings standard of Indonesia area. Standardization had been done through several stages and one of them through the stages of the simulation. Overhang of the building envelope and the sunscreen is selected as an object optimized to reduce the energy load on the building operations. Parameter lighting buildings, structural building materials, air conditioning, weather data, occupancy buildings with a number of people inside as well as a variety of electronic equipment to support the simulation parameters. Simulation and optimization results show that the optimal use of the overhang can reduce energy expenses by 19.82% while the optimal use of window film can reduce operating expenses by 27.10% of energy. However, the incorporation of both of which have a line for it is only able to reduce operating expenses by 25.63% of energy. The conclusion of this study is that it is very important to do optimization and simulation of energy consumption in buildings as energy saving for optimal choices and profitable."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42528
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cetra Palupi Rengganis
"Energi listrik sangat penting dalam aktifitas di gedung perkantoran, hal ini sangat menunjang dalam operasional di gedung perkantoran. Peralatan seperti pengkondisian udara merupakan peralatan yang banyak mengkonsumsi energi listrik. Hampir sekitar 57% penggunaan energi listrik digunakan untuk sistem pengkondisian udara. Hal ini merupakan suatu pemborosan energi jika tidak mempergunakan sistem dengan baik dan efisien. Untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan efisiensi energi. Salah satu metode yang sekarang dipakai untuk mengefisienkan pemakaian energi adalah konservasi energi. Konservasi energi adalah peningkatan efisiensi energi yang digunakan atau proses penghematan energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi yaitu suatu metode untuk menghitung intensitas konsumsi energi suatu gedung atau bangunan.
Berdasarkan audit awal terlihat bahwa pemakaian energi listrik lebih besar dipergunakan untuk sistem tata udara (57%) dan sistem pencahayaaan (13%). Berdasarkan hasil audit energi rinci, diperoleh harga IKE untuk system pencahayaan adalah masih lebih besar dari standard yaitu sebesar 15 Watt/m². Peluang Hemat Energi (PHE) pada audit energi di sistem tata udara yaitu dengan cara pembersihan pada unit AHU yaitu meliputi pembersihan saringan udara (filter), sudut kipas, sirip (fin) evaporator dan kisi keluaran (grill) pada unit-unit AHU. Peluang Hemat Energi (PHE) yang kedua adalah dengan Mengatur (setup) temperatur air keluar (Leaving Chilled Water Temperature = LCWT) pada chiller.

The electricity is very important element to support all activities in office building. The equipments like air condition (AC) needs more electricity to be operated. There is almost 57% of elecricity is used to support this system (air condition). This percentage desribes that air condition system is an equipment that needs more electricity in the office and its become inefficiency in using electricity. To take an overcome for this problem, we need to do efficiency in using energy. One of the method that now used to efficient the energy is called 'energy conservation'. Generally, this method is used to saving the energy. There is one thing that must be done in this activity, which is 'energy audit'.
In this process, audit energy is one of method to calculate Intensity Consume Energy (IKE) at on particular building. The first preliminary audit shown that more energy, which is 57% is used to operate the air condition (AC) system and 13% is used to operate the lighting system. Based on details audit, IKE for lighting system is still higher/bigger from the maximum standard, which is 15 Watt/m². The opportunity of saving energy on audit energy in air condition system is done by cleaning up the AHU unit that consist of: cleaning up the filter, the propeller corner, fin, the evaporator and the grill in AHU units. The second Conservation Opportunity of Energy (COE) to saving the energy is done by set up the Leaving Chilled Water Temperature (LCWT).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50957
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>