Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184428 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Albert Sedjahteraa
"Kemunculan MDR-TB menghambat program pemberantasan TB dan berakibat pada meningkatnya angka kematian dan beban control TB. Tempat pengobatan TB, termasuk riwayat pengobatan, sangat mungkin merupakan predictor MDR-TB yang kuat. Tujuan dari studi ini ada untuk mengidentifikasi dan menganalisis tempat pengobatan TB primer sebagai salah satu factor yang mungkin berkontribusi dalam perkembangan TB menjadi MDR-TB. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2009 hingga Agustus 2010. Mengguanakan metode cross-sectional, data didapatkan melaui wawancara mendalam dengan 50 pasien MDR-TB yang sedang mendapatkan pengobatan di klinik MDR-TB RS Persahabatan. Dalam jumlah besar pasien MDR-TB mendapatkan pengobatan di puskesmas (38%) dan dokter praktik pribadi (28%). Tidak ditemukan adanya assosiasi antara tempat pengobatan TB pertama dan kepatuhan pasien sedangkan assosiasi terlihat antara tempat pengobatan TB pertama dan peresepan obat gratis.

The emergence of MDR-TB hampers TB eradication program which resulted in high fatality rate and increase burden of TB control. TB treatment place, including history of treatment, might be a strong predictor of MDR-TB. The purpose of this study is to identify and analyze primary TB treatment place as the contributing factor that may lead to the development of TB towards MDR-TB. The data collection was done from December 2009 to August 2010 at Persahabatan Hospital. Using cross-sectional method, data is obtained through thorough interview of 50 MDR-TB patients undergoing treatment in MDR-TB Clinic in Persahabatan Hospital. Large proportion of MDR-TB patient received their primary TB treatment at puskesmas (38%) and private Practice (28%). It is found that there is no association between primary TB treatment place and patient compliance while association appears between primary TB treatment place and free drug prescription."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Pradipta Susanto
"Meningkatnya MDR-TB menambah beban pada kontrol TB. Beberapa faktor resiko dihubungkan dengan insiden MDR-TB pada pasien yang pernah menjalani pengobatan TB, termasuk pemilihan kombinasi obat yang salah oleh dokter. Penilitian ini ditujukan untuk mengetahui pemilihan obat yang diberikan kepada MDR-TB pasien sewaktu pengobatan TB yang pertama kali. Di samping itu, hubungan dengan tempat pengobatan juga diteliti.
Penilitian ini menggunakan metode cross sectional dengan interview pada pasien MDR-TB di RS Persahabatan, Jakarta (n=50) pada periode Desember 2009 sampai Agustus 2010. Hasil menunjukkan mayoritas pasien diberi OAT-KDT/Kombipak (68%) dan regimen kategori 1 (78%). Pengobatan di institusi pemerintah atau swasta membuat perbedaan bermakna pada pemberian OAT-KDT/Kombipak.

The increase of MDR-TB has saddled the TB control. Various risk factors are identified to contribute the development of MDR-TB from previous TB treatment, including mistake in giving drug combination in initial phase (i.e. error in prescription by physician). This study aims to measure the frequency of drug combination given to the MDR-TB patients during their primary TB treatment. In addition, its association with primary treatment place is investigated.
This is a cross-sectional study by interview to MDR-TB patients in Persahabatan Hospital, Jakarta (n=50) from December 2009 to August 2010. Results show that majority of the patients are given FDC/Combipack (68%) and Category 1 (78%) drug. This study suggests that going to public or private treatment place make differences on whether FDC/Combipack is prescribed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicolaus Novian Wahjoepramono
"MDR-TB menjadi masalah yang penting di Indonesia karena besarnya angka kematian dan morbiditas. Dengan mencari tahu alasan perkembangan tuberculosis menjadi MDR-TB, insidensi dari penyakit mematikan ini dapat dikurangi. Pengumpulan data dilakukan di RS Persahabatan dalam jangka waktu dari Desember 2009 sampai Agustus 2010 dan bertujuan untuk mengukur angka kepatuhan dalam pengobatan tuberculosis primer dan efek dari pembagian OAT secara gratis terhadap kepatuhan pasien. Pasien MDR-TB akan diwawancara secara retrospektif untuk mencari tahu derajat kepatuhan mereka saat pengobatan primer dulu. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 46% dari pasien MDR-TB tidak mematuhi regimen pengobatan primer dulu. Angka ini jauh lebih buruk dari data tuberculosis pada umumnya. Hasil juga menyimpulkan bahwa hubungan antara pembagian obat secara gratis dan kepatuhan pasien sebagai non-signifikan.

The problem of Multi-Drug Resistant Tuberculosis in Indonesia is of high importance due to its high mortality and morbidity rate. Finding clues as to how MDR-TB develops from susceptible strains of TB will help Indonesia in eliminating the menace that is MDR-TB. Data collection is done in RS Persahabatan, Jakarta during the period of December 2009 until August 2010, and aims to measure the rate of compliance in the primary TB treatment of confirmed MDR-TB patients. The study also looks at the effect of free medication on patient compliance. Interview sessions will be set for MDR-TB patients to look in retrospect towards their primary TB treatment. Results show that 46% of patients did not comply in their primary treatment, a lot higher than normal. It also proves of the relationship between compliance and the accessibility of free drugs to be non-significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fikri Arianda
"Kepatuhan pasien tuberkulosis menjadi faktor paling penting dalam mencapai keberhasilan pengobatan. Keberhasilan dalam mengidentifikasi pasien TB di Indonesia saat ini hanya mencapai 39% dan angka keberhasilan pengobatan mencapai 74%, sedangkan target kementerian kesehatan dalam mengidentifikasi dan keberhasilkan dalam pengobatan sebesar 90% dari total pasien. Tujuan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien dalam pengobatan TB MDR di Puskesmas Kecamatan Cengkareng. Pelaksanaan pengambilan data pasien TB-MDR dilakukan secara retrospektif dengan data berupa data medik pasien dan data terapi obat yang diperoleh dari sistem SITB Puskesmas Kecamatan Cengkareng. Penilaian terhadap kepatuhan didasarkan pada jadwal penebusan resep. Jika pasien selalu menebus resep setiap bulan maka dikatakan patuh. Dari 18 pasien dalam pengobatan TB MDR 16 diantaranya merupakan pasien yang patuh dalam pengobatan. 2 Pasien tidak patuh dalam pengobatan sehingga dinyatakan sebagai pasien gagal dalam pengobatan. Regimen terapi yang diberikan untuk pasien TB-MDR di Puskesmas kecamatan Cengkareng sudah sesuai dengan pedoman nasional tatalaksana tuberkulosis yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan. Dari 18 pasien yang menjalani terapi TB-MDR terdapat 2 orang yang tidak patuh dalam pengobatan, sedangkan 16 orang masih menjalankan terapi, sehingga persentase pasien yang patuh dalam pengobatan adalah mencapai 89%.

Patient adherence to tuberculosis treatment is a pivotal factor in achieving treatment success. Currently, the success rate in identifying tuberculosis patients in Indonesia stands at only 39%, and the treatment success rate reaches 74%, while the Ministry of Health's target for both identification and treatment success is set at 90% of the total patient population. The purpose of this specialized task is to ascertain the level of patient adherence to multidrug-resistant tuberculosis (TB MDR) treatment at the Community Health Center (Puskesmas) of Cengkareng Subdistrict. Retrospective data collection for TB-MDR patients was conducted utilizing medical records and drug therapy data obtained from the SITB (Tuberculosis Information System) of the Cengkareng Subdistrict Community Health Center. Assessment of adherence was based on prescription redemption schedules, whereby patients who consistently redeemed prescriptions each month were classified as adherent. Among the 18 patients undergoing TB MDR treatment, 16 exhibited adherence to their treatment regimen, whereas 2 patients were non-adherent, resulting in treatment failure. The therapeutic regimen provided to TB-MDR patients at the Cengkareng Subdistrict Community Health Center adhered to the national tuberculosis management guidelines issued by the Ministry of Health. Out of the 18 patients undergoing TB-MDR therapy, 2 individuals demonstrated non-adherence, while 16 continued their treatment, leading to a commendable 89% adherence rate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alberta Jesslyn Gunardi
"Kemunculan dari MDR-TB telah menjadi masalah kesehatan yang penting dan mengancam kontrol TB sedunia. Beberapa faktor resiko dihubungkan dengan perkembangan MDR-TB pada pasien yang pernah menjalani pengobatan TB, termasuk kepatuhan pasien meneruskan pengobatan. Penilitian ini ditujukan untuk mencari bagaimana kepatuhan pasien MDR-TB meneruskan pengobatan sewaktu pengobatan TB yang pertama kali. Selain itu hubungan dengan kepatuhan pasien makan obat sesuai jadwal juga diteliti. Penilitian ini menggunakan metode cross sectional dengan mewawancarai pasien MDR-TB di RS Persahabatan, Jakarta selama bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010 (n=50). Hasil menunjukan bahwa mayoritas pasien patuh meneruskan pengobatan terhadap pengobatan TB yang pertama kali. Penelitian ini menemukan bahwa tidak adanya hubungan antara kepatuhan pasien meneruskan pengobatan dan kepatuhan pasien makan obat sesuai jadwal sewaktu pengobatan TB yang pertama kali.

The emergence of MDR-TB has become an important health issue and threatens TB control worldwide. Various risk factors are identified to contribute the development of MDR-TB from previous TB treatment, including patient adherence. This study aims to find out how the MDR-TB patient adherence during their primary TB treatment. In addition, the association with patient compliance is analyzed. This is a cross-sectional study by interview to MDR-TB patients in Persahabatan Hospital, Jakarta during December 2009 until August 2010 (n=50). Results show that majority of the patients adhere to their primary TB treatment. This study finds there is no association between patient adherence and compliance during primary TB treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Katarina Damayanti
"Latar Belakang: Target angka keberhasilan pengobatan TB MDR/TB RR 2015 adalah ≥ 75 %. Angka keberhasilan pengobatan menurut WHO tahun 2013 adalah 52%. Kesenjangan antara target dan pencapaian masih sangat besar.
Metode: Penelitian cross sectional/potong lintang berdasarkan data rekam medis pasien TB MDR yang sudah ada hasil pengobatan sejak Januari 2013 sampai dengan Desember 2016. Hasil: Dari 409 pasien TB MDR di RSUP Persahabatan keberhasilan pengobatan 61,4% dengan hasil akhir pengobatan sembuh 243 subjek (59,4%), pengobatan lengkap 8 subjek (2%), meninggal 44 subjek (10,8%), loss to follow up 106 subjek (25,9%) dan gagal 8 subjek (2%). Pada penelitian ini 243 subjek (59,4%) laki-laki dengan rerata umur 38,79 ± 11,887 tahun, mayoritas gizi kurang dan terdapat pengobatan TB sebelumnya, resistensi terbanyak RHES dan efek samping terbanyak efek samping sedang (kelompok 2). Faktor umur, riwayat penggunaan alkohol dan komorbid DM mempunyai hubungan bermakna terhadap hasil akhir pengobatan (p<0,05). Riwayat penggunaan alkohol merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil akhir pengobatan.
Kesimpulan: Keberhasilan pengobatan TB MDR di RSUP Persahabatan adalah sebesar 61,4% dan faktor yang berhubungan bermakna adalah umur, riwayat penggunaan alkohol dan terdapatnya komorbid DM.

Background: The target of treatment success rate of MDR TB/RR TB in 2015 is ≥ 75 %. The success rate in WHO 2013 is 52%. The gap between target and achievement is still very large.
Method: A cross sectional design based on medical record data of MDR TB patients who have been treatment outcomes from January 2013 to December 2016.
Result: Of a total 409 MDR TB patients at Persahabatan Hospital succes rate of treatment is 61,4% with the final outcome consist of cured 243 subjects (59,4%), complete treatment 8 subjects (2%), death 44 subjects (10,8%), loss to follow up 106 subjects (25,9%) dan failed 8 subjects (2%). Patients in this study were male 243 subjects (59,4%) with mean age of subjects 38,79 ± 11,887 years old, majority is malnutrition and had previous TB treatment, the most resistance is RHES and the most side effects is moderate. The age, alcohol user and comorbid DM were found to have significant relationship to treatment outcomes (p<0,05). The alcohol user is the most influential factor to the treatment outcomes.
Conclusion: The success rate of treatment outcome of MDR TB in Persahabatan hospital is 61,4% and associated factors is the age, alcohol user dan comorbid DM. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tissy Fabiola
"Penyakit tuberculosis (TB) telah dinyatakan sebagai salah satu permasalahan kesehatan dunia oleh WHO semenjak tahun 1993, danjumlahpenderita tuberkulosis kian meningkat setiap tahunnya. Mycobacterium tuberculosis, agen penyebab dari penyakit tuberkulosis telah bermutasi menjadi strain resistant erhadap lebih dari satu obat antituberkulosis, yang melahirkan sebuah penyakit yang disebut Multidrug-resistant Tuberculosis (MDR-TB). Studi ini bermaksud mengetahui pengaruh usia dan status pekerjaan pada pasien MDR-TB selama pengobatan inisial TB terhadap kepatuhan pasien dalam pengobatan. Data diambil di RS Persahabatan Jakarta (n=50), pada bulan Desember 2009 hingga Agustus 2010 dengan metode cross sectional. Sample diperoleh dengan metode convenient sampling method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34% pasien berusia 16-20 tahun dan 70% pasien memiliki pekerjaan saat pengobatan TB pertama, serta baik usia pasien maupun status pekerjaan pasien tidak ada hubungan yang signifikan dengan kepatuhan pasien.

Tuberculosis (TB) disease has been declared as a global emergency according to WHO since 1993 and the number of the people who become infected with this disease keeps increasing throughout the year. Mycobacterium tuberculosis, the causative agent of tuberculosis disease has mutated to be resistant to more than one antituberculosis drug, leading to a disease called Multidrug-resistant Tuberculosis (MDR-TB). This study aims to measure the influence between age and employment status during primary TB treatment and the development towards MDR-TB in relation to patient compliance. Data is collected in Persahabatan Hospital, Jakarta (n=50) on December 2009 until August 2010, using cross sectional method. Samples are obtained using convenient sampling method. The result shows that 34% patients were 16-20 years old and 70% patients were employed during their primary TB treatment, and neither age nor employment status has a significant association with patient compliance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Ramdaniati
"Hingga saat ini Tuberkulosis TB masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan di dunia kesehatan. Menurut data WHO pada tahun 2014 Indonesia merupakan peringkat ke-2 penyumbang kasus TB terbesar didunia dengan jumlah 9,6 juta kasus. Menurut data Riskesdas 2013 prevalensi TBdi Provinsi Banten yaitu 0,4 dari jumlah penduduk. Upaya pengendalian TB memerlukan peran serta masyaraat dan pasien yang perlu diberdayakan melalui paguyuban TB.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pengobatan pasien TB terkonfirmasi bakteriologis di Puskesmas Unyur yang melaksanakan paguyuban TB dan Puskesmas Kilasah yang tidak melaksanakan paguyuban TB, Kota Serang tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang dilakukan selama bulan November 2016. Sampel penelitian ini berjumlah 79 pasien baru TB terkonfirmasi bakteriologis yang sedang menjalani pengobatan minimal 1 bulan di Puskesmas Unyur dan Puskesmas Kilasah. Hasil analisis univariat menunjukkan tingkat kepatuhan pengobatan pasien TB di Puskesmas Unyur lebih tinggi dari Puskesmas Kilasah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan pasien TB p = 0,024; OR = 10,3; 95 CI = 1,4 to77,8 . Variabel lainnya yang bermakna yaitu dukungan keluarga p = 0,023; OR =7,7; 95 CI = 1,3 to 44,5 . Selain itu juga didapat hasil bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan TB setelah dikontrol oleh variabel sikap, jarak, penyuluhan dan dukungan sosial. Kepatuhan Pengobatan merupakan kunci keberhasilan pengobatan TB yang menjadi tujuan utama dalam program pengendalian penyakit Tuberkulosis. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan peranserta masyarakat agar program pengendalian TB dapat lebih optimal.

Until now Tuberculosis TB is one of the infectious diseases that has become problems in the health world. According to WHO 2014, Indonesia was ranked as the second largest contributor of TB cases in the world with 9,6 million cases. According to Riskesdas 2013, the prevalence of TB in Banten Province at 0,4 of the population. TB control efforts required participation of communities and patients through TB support groups paguyuban.
This study aimed todetermine the factors aasociates the treatment compliance level for new patients ofTB confirmed bacteriological in Community Health Center Puskesmas inUnyur TB support group and Kilasah Non TB support group , both in Serang City, 2016. This research used quantitative methods with cross sectional study design, conducted in November 2016. The research sample was 79 confirmed bacteriological TB patients who are under treatment minimum 1 month in Puskesmas Unyur and Kilasah. As the result, treatment compliance of TB patients in Puskesmas Unyur was higher than in Kilasah.
The analysis showed that there was a significant relationship between the level of knowledge with compliance treatment of TB patients p 0,024 OR 10,3 95 CI 1,4 to 77,8. Other significant variable was family support p 0,023 OR 7,7 95 CI 1,3 to44,5. In addition, the result was that the family support was the most dominant factor influencing TB treatment compliance after being controlled by variables, i.e.attitude, distance, counseling and social support. Treatment compliance was key for successful treatment of TB and became a major goal in Tuberculosis control programs. Therefore it is necessary for increase community participation to optimize the TB control programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Ayuputeri
"MDR-TB telah menjadi ancaman bagi masyarakat masa kini, dengan demikian, menambah beban akibat penyakit TB. Beberapa faktor resiko dapat menyebabkan kasus TB berkembang menjadi kasus MDR-TB, diantaranya adalah implementasi strategi (DOTS) yang buruk, terutama berkaitan dengan keberadaan Pengawas Minum Obat (PMO) dalam pengobatan TB pertama. Penelitian cross-sectional ini mengkaji 3 dari 5 komponen DOTS dalam pengobatan TB pertama yakni adanya pemeriksaan dahak, PMO, serta distribusi dan cakupan obat anti-TB dari program nasional penanggulangan TB. Penelitian ini membahas hubungan antara PMO dan kepatuhan pasien dalam meminum obat. Data untuk studi ini diambil dari hasil wawancara terhadap 50 pasien di Klinik MDR-TB, RS Persahabatan pada Desember 2009-Agustus 2010. Studi ini menunjukkan bahwa sebanyak 32% pasien mengetahui perlu adanya PMO selama pengobatan TB, namun sebanyak 40% pasien memiliki figur yang menjalankan fungsi sebagai PMO. Meskipun demikian, tidak ada perbedaan signifikan dalam kepatuhan minum obat diantara pasien yang memiliki PMO dan pasien yang tidak memiliki PMO.

MDR-TB poses as a growing threat to present society, further complicating the burden of TB. Various risk factors have been identified to contribute to the development towards MDR-TB from previous TB treatment, one of which is poor implementation of DOTS, especially in relation to the presence of DOTS observer (Pengawas Minum Obat or PMO). This cross sectional study assesses the implementation of 3 out of 5 components of DOTS during primary TB treatment; sputum check, PMO assistance, and coverage of free drug from NTP. Furthermore, this study investigates the association between the presence of PMO and patient compliance. Data is collected by deep interview with 50 patients in MDR-TB Clinic, Persabahatan Hospital during December 2009 to August 2010. This study shows that 62% subjects have their sputum check, and 52% subjects receive free drug. Only 32% subjects acquire the knowledge of PMO, yet 40% subjects are actually observed by PMO. There is no significant difference in patient compliance with the presence of PMO."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakaria
"ABSTRAK
Tingginya angka TB di Puskesmas Dramaga menyebabkan di perlukannya penelitian kualitatif mengenai hal-hal dalam kepatuhan minum obat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan ketidak berhasilan pengobatan TB Paru. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengacu pada teori Health Belief Model (HBM). Pengambilan data dilakukan pada 11 orang dari pasien TB Paru, keluarga, dan petugas kesehatan dengan metode wawancara mendalam. Keberhasilan pengobatan TB dalam kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh persepsi informan terhadap kerentanan, keparahan, manfaat dan hambatan yang dialami selama menjalani pengobataan TB. Selain itu juga pengaruh dari besarnya dukungan keluarga dan pemberian informasi TB yang lengkap kepada pasien dan keluarga.

ABSTRACT
The high rate of TB in Puskesmas Dramaga led to the need for qualitative research on matters in medication adherence. This study aims to see what factors influence the success and failure of pulmonary tuberculosis treatment. This research is a qualitative research that refers to the theory of Health Belief Model (HBM). Data were collected on 11 people from TB patients, family, and health care workers with in-depth interview method. The success of TB treatment in medication adherence is influenced by informants' perceptions of the susceptibility, severity, benefits and constraints experienced during TB treatment. It also influences the extent of family support and the provision of complete TB information to patients and families.
"
2017
S69545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>