Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207234 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambunan, Yulisa Rofaidah
"Konflik bersenjata dengan berbagai latar belakang telah berlangsung di sejumlah daerah di Indonesia selama lima tahun tcrakhir. Kouflik tersebut menyebabkan masyarakat setempat harus mengungsi ke tempat lain yang relatif lebih aman. Bagi anak-anak, konflik bersenjata merupakan pengalaman traumatis yang membekas pada memori mereka dan hampir selalu berdampak destruktif Gambar orang diharapkan dapat memproyeksikan ketakutan-ketakutan sena kecemasan yang ada pada diri anak. Sementara itu, Child Behavior Check List (CBCL) unggul dalam mengidentifikasi kecenderungan penyimpangan perilaku pada anak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai status emosional dan masalah perilaku pada anak-anak yang berada di kamp pengungsian akibat konflik bersenjata melalui tes menggambar orang dan CBCL.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk merangkum dan mentabulasi data, semcntara pendekatan kualitatif digunakan untuk melakukan interpretasi per kasus. Penelitian melibatkan sejumlah I6 anak dari komunitas muslim di kamp pengungsian konflik Poso. 16 anak tersebut terdiri dari 9 anak laki-laki dan 7 anak perempuan, dengan rQ.nt2 g usia 9 - 12 tahun.
Hasil penelitan menunjukkan hal-hal berikut. Status emosional anak-anak pengungsi yang tampak melalui tes menggambar orang antara lain adalah kecemasan tingkat tinggi disertai keluhan-keluhan psikosomatis, kecenderungan impulsit perasaan tidak aman yang sangat besar, kecenderungan menarik diri, perasaaan tertekan, ketidakstabilan, agresivitas, kekakuan dalam mengendalikan dorongan internal, perasaan bersalah, dan perasaan malu. Masalah perilaku yang tampak sangat dominan pada CBCL mereka adalah kecenderungan internalisasi, keluhan psikosomatis, dan kecemasan atau depresi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yapina Widyawati
"ABSTRAK
Konflik yang berkepanjangan di Ambon menimbulkan berbagai macam kerugian baik fisik maupun psikologis. Sampai tahun 2000, akibat konflik dan kekerasan di Maluku tercatat 8000 orang tewas, sekitar 4000 orang luka-luka,ribuan rumah, perkantoran dan pasar dibakar, ratusan sekolah hancur serta terdapat 692.000 jiwa sebagai korban konnik yang sekarang telah menjadi pengungsi di dalam dan luar Maluku (Corputty, 2000).
Kerusuhan dan konflik yang berkepanjangan akan menguras tenaga, pikiran dan harta benda korban Bersamaan dengan itu, trauma dan stress yang diderita akibat adanya konflik akan membekas pada diri manusia yang mengalaminya. Ketakutan dan hilangnya rasa aman menyebabkan mereka merasa Iumpuh dan tak berdaya (Ida Kaplan & Diana Orlando, 1998; Mona
Macksound, 1993 dalam Hadis, 2002).
Pengalaman sosial psikologis tersebut akan membentuk reaksi trauma pada diri panderita Melihat seseorang terluka "atau terbunuh, mengalami bencana dan kecelakaan adalah hal yang paling banyak membuat orang mengaiami trauma (Resick, 2001). Mereka selalu dalam ketakutan, selalu siap siaga tanpa tahu apa yang akan terjadi (Hadis, 2002).
Penanganan penuh dilakukan oleh berbagai pihak yang terkait campur tangan atau intervensi dari pihak Iain diperiukan bagi anak-anak karena dampak dari konflik bersenjata ini mengenal diri mereka. Berkaitan dengan proses penanganan anak-anak korban konflik bersenjata ini, perlu dipahami ape yang terjadi dalam dirinya, dalam hal ini gambaran emosionalnya, agar intervensi yang dilakukan optimal, sesuai dengan keadaan anak tersebut.
Gambaran emosional anak-anak dapat diketahui dengan alat bantu. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan adalah alal tes psikologi berupa teknik proyeksi dengan menggambar. Salah satu tes menggambar yang dapat digunakan adalah human Hgure drawings (HFDS). Dari penelitian ini ingin dilihat bagaimana gambaran emosional anak-anak berusia 10 - 12 tahun yang menjadi korban konfiik di Ambon dan sekitamya dilihat dari tes menggambar orang.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa hasil gambar orang dari anak-anak korban konflik di Ambon dan sekitarnya berjumlah 45 anak.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa anak-anak korban konfllk di Ambon dan sekitarnya menunjukkan adanya perasaan tidak aman dan tidak mampu serta depresi. Dari gambar menunjukkan juga adanya kecemasan pada diri mereka. Anak-anak mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan Iingkungan serta cenderung menarik diri Mereka juga tampak impulsif dan kurang kontrol diri. Terlihat juga adanya ketegangan seria kecenderungan acting-out dan berorientasi pada masa lalu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Francisca
"ABSTRAK
Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) didefinisikan sebagai suatu gejala ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian dan/atau hiperaktivitas-impulsivitas yang berlangsung terus menerus pada taraf yang maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Anak-anak ADHD mempunyai resiko yang tinggi untuk mengalami masalah akademis maupun sosial. Lingkungan sering memarahi, menghukum, menolak atau memberikan label negatif, kepada mereka. Kegagalan yang dialami, terutama dalam bidang akademis, dan reaksi negatif ini dapat memperburuk keadaan dan menimbulkan masalah karena anak-anak ADHD sangat sensitif baik secara emosional maupun neurologis. Oleh karena itu, penelitian ini berlujuan untuk melihat permasalahan emosi, perilaku dan keadaan atau reaksi lingkungan terhadap anak-anak ini, melalui tes Human Figure Drawing’s (HFDS), Child Behavior Checklist (CBCL) dan alloanamnesa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana fokus perhatiannya untuk mendapatkan informasi yang mendalam mengenai masalah yang diteliti_ Data yang digunakan berasal dari kasus-kasus yang ada di Klinik Bimbingan Anak Fakultas Psikologi UI. Kriteria subyek penelitian adalah didiagnosa ADHD, IQ berada pada rata-rata dan berusia 6 tahun 0 bulan sampai dengan 9 tahun 0 bulan. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah 5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan emosi yang paling menonjol
adalah kesulitan dalam mengontrol impuls-impuls dan dalam membina hubungan
dengan orang lain. Sedangkan permasalahan tingkah laku yang paling menonjol adalah masalah konsentrasi. Pola asuh yang menonjol dalam keluarga adalah adanya pemberian hukuman fisik, seperti memukul, mencubit, dalam menerapkan disiplin. Guru juga memberikan hukuman yang berupa penambahan tugas atau jam belajar di sekolah. Dalam pergaulan, mereka biasa dijauhi oleh teman-temannya.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etienne Wijaya-Kaidir
1976
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelin Saulinggi
"Latar belakang: Provinsi Maluku dilanda konflik berkekerasan sejak awal tahun 1999. Hal ini mendorong ribuan orang untuk mengungsi mencari tempat yang Iebih aman. Tinggal di tempat pengungsian sering menimbulkan ketidaknyamanan dan dapat menimbulkan trauma berkepanjangan. Menurut kepustakaan timbulnya gangguan mental pada pengungsi berhubungan dengan faktor risiko dan pengalaman traumatik yang pemah dialami, serta masalah psikososial yang dihadapi selama di pengungsian. Penelitian dilakukan untuk melihat prevalensi gangguan mental pada pengungsi yang tinggal di lokasi pengungsian di Kota Ambon.
Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan rancangan potong lintang dengan sampel sebanyak 214 pengungsi berusia 18 - 65 tahun yang tinggal di lokasi pengungsian di Kota Ambon selama bulan Februari - Maret 2006. Data sosiodemografik dan data pengalaman traumatik dan pengungsian diperoleh melalui kuesioner. Data mengenai gangguan mental diperoleh dengan menggunakan instrumen MINI-ICD-10. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS-13.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 30,4% responden mengalami gangguan mental, dengan prevalensi terbanyak ialah gangguan yang berhubungan dengan penggunaan alkohol, diikuti gangguan depresi, gangguan cemas menyeluruh, gangguan distimia, episode manik, episode manik yang berkomorbid dengan ketergantungan alkohol, gangguan stres pascatrauma, dan gangguan depresi yang berkomorbid dengan gangguan lainnya. Saat dilakukan analisis bivariat dan multivariat, ditemukan hubungan yang bermakna antara usia dan jenis kelamin dengan terjadinya gangguan mental. Untuk analisis multivariat diperoleh p: 0,07 dan OR: 2,4 untuk variabel usia dan untuk variabel jenis kelamin p: 0,08 dan OR: 0,4.
Kesimpulan: Prevalensi gangguan mental pada pengungsi yang tinggal di lokasi pengungsian di Kota Ambon sedikit lebih tinggi dari populasi normal, namun lebih rendah dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan pada pengungsi di tempat lain. Hal ini disebabkan keterbatasan instrumen yang digunakan, serta pelaksanaan penelitian jauh setelah kerusuhan terjadi.

Background: Maluku province had riot and conflict since early of 1999 which encouraged thousand of people to move and find a safer place. Living in refugee wards often cause uncomfortable feeling and extended trauma. According to literature source, mental disorders in refugees are related to risk factors, suffered traumatic experiences, and psychosocial problems during their daily live in refugee ward. This study was conducted to recognize the prevalence of mental disorder in adult refugees who lived in refugee wards of Ambon city.
Methods: This study was a descriptive study with cross-sectional design. The sample were 214 refugees aged 18 - 65 years old who lived in refugees wards of Ambon city during February - March 2006 period. Sosiodemographic data and data of traumatic experiences and refugee were obtained from questioners. Data of mental disorder was obtained by using MINI-KO-10 instrument. Results were analyzed by using program of SP55-13.
Results: The study results indicated there were 30.4% subjects with mental disorder. The most common prevalence was mental disorder related to alcohol abuse and followed by depression disorder, generalized anxiety disorder, dystimia disorder, manic episodes, manic episodes with co morbidity of alcohol dependence, post-traumatic stress disorder, and depression disorder with co morbidity of other disorders. By using bivariate and multivariate analysis, there was significant association between age and gender with mental disorder. For multivariate analysis, there were p: 0.07 and OR: 2.4 for the age variable and p: 0.08 and OR: 0.4 for gender variable.
Conclusions: The prevalence of mental disorder in refugees who lived in refugee wards of Ambon city is slightly higher than normal population, but it is lower than previous studies in other refugee wards. This is caused by limitation of instrument utilized and timing of study, i.e. the study was conducted long after the riot and conflict occurred.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shandy Stewart Narpati
"Anemia pada anak-anak dapat menghambat pertumbuhan serta menyebabkan prestasi yang berkurang. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu propinsi yang memiliki paling banyak anak-anak dengan gizi buruk di Indonesia. Survey sebelumnya menemukan bahwa prevalensi STH pada populasi mencapai 30%. Studi ini bertujuan mengetahui prevalensi dan hubungan antara infeksi cacing tambang dan anemia pada anak-anak yang tinggal di Kecamatan Nangapanda, NTT. Desain studi adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari Departemen Parasitologi, FKUI pada April 2011.
Data untuk analisis diperoleh dengan mengambil sampel tinja dan darah dari anak-anak sekolah berusia dibawah 18 tahun pada Mei 2010. Infeksi cacing tambang ditentukan dengan metode konsentrasi formol-ethyl asetat. Pemeriksaan kadar haemoglobin menggunakan mesin Sysmex KX21. Jumlah partisipan adalah 262 anak, dan 10.3% termasuk dalam kategori anemia. Dari 94.7% yang mengumpulkan sampel tinja, 10.0% anak terinfeksi oleh cacing tambang, dan dari anak-anak yang terinfeksi, 20.0% persen tergolong anemia, dibandingkan dengan 9.0% dari yang tidak terinfeksi oleh cacing tambang.
Hasil analisa multivariat yang disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada kasus anemia antara anak-anak yang terinfeksi cacing tambang dibanding dengan yang tidak terinfeksi cacing tambang (OR= 0.387, 95% CI= 0.131-1.149). Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara infeksi cacing tambang dan status anemia pada anak-anak yang tinggal di Kecamatan Nangapanda, NTT. Pengobatan cacing dan anemia harus diberikan untuk semua anak yang menderita. Edukasi perlu diberikan kepada semua orang mengenai infeksi cacing dan anemia.

Anemia in children could lead to stunted growth and intellectual retardation. East Nusa Tenggara is one of the provinces with the highest percentage of ‘very thin’ children in Indonesia, and the hygienic behavior was also very low. A preliminary survey showed that the prevalence of STH was as high as 30%. This study aimed to explore the prevalence of hookworm infection and anemia in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara, and to investigate the relationship between those two variables. This was a cross sectional study using secondary data provided from the Department of Parasitology, FKUI on April 2011.
Blood and stool samples were collected from children aged below 18 years old living in Nangapanda Subdistrict on May 2010. Hookworm eggs examination in the stool was performed using the formol-ethyl acetate concentration method. Haemoglobin levels were measured using the blood analyzer Sysmex KX21.There were 262 children participated in this study. 10.3% were anemic. 94.7% of the participants collected their stool samples, and 10.0% of them were infected with hookworms. 20.0% of those infected with hookworms were also anemic, compared to 9.0% of those with no hookworm infection.
Multivariate analysis showed that (OR= 0.387, 95% CI= 0.131-1.149). No significant association was found between hookworm infection and anemia in the children living in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara. Treatment of hookworm infection and anemia should be done for those who are infected. Health promotion regarding hookworm infection and anemia should be given to everyone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Wahyunandi
Surakarta: Yayasan kakak bekerjasama dengan kinderen in de knel & pustaka pelajar, 2004
306.745 ARI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pricyla Trimeilinda
"ABSTRAK
Beberapa tahun terakhir terjadi konflik bersenjata yang tidak berkesudahan di
daerah Poso. Banyak orang yang mengalami trauma karena konflik bersenjata ini
membuat mereka kehilangan tempat tinggal, orang-orang yang disayangi, harta
benda, dan lingkungan yang aman dan nyaman. Remaja merupakan salah satu
populasi yang paling mudah terkena dampak negatif konflik bersenjata.
Penelitian ini mencoba. menggali gambaran kepribadian remaja yang mengalami
konflik bersenjata di Poso melalui tes menggambar bebas. Beberapa ahli meyakini
tes menggambar bebas dapat membantu individu untuk memproyeksikan diri
mereka, yang tidak dapat diekspresikan melalui bahasa verbal.
Penelitian ini menggunakan data sekunder tes menggambar bebas remaja yang
mengalami konflik bersenjata di Poso, dengan bantuan Pusat Krisis Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
menggunakan panduan umum untuk interpretasi berdasarkan aspek struktural,
yaitu kualitas garis, ukuran, penempalan gambar, detail, perspektif shading, dan
penggunaan warna. Pada tahap pertama akan dideskripsikan gambaran
kepribadian secara umum 37 remaja yang mengalami konflik bersenjata di Poso
yang diperoleh melalui profil tes menggambar bebas. Pada tahap berikutnya akan
dideskripsikan gambaran kepribadian secara individual terhadap lima remaja yang
mengalami konflik bersenjata di Poso guna mendapatkan gambaran kepribadian
yang lebih utuh dan mendalam.
Profil tes menggambar bebas pada remaja yang mengalami konflik bersenjata di
Poso menunjukkan kecenderungan subjek menggambar dengan tekanan garis
bervariasi, ukuran gambar sedang, pcnempatan gambar di bagian sentral, detail
yang kurang, perspektif jauh dan bawah-jauh, melakukan shading pada objck
tertentu, dan menggunakan warna hitam.
Dari gambaran kepribadian secara umum diperoleh hasil sebagian besa.r subjek
penelitian memiliki kecenderungan gambaran kepribadian yang ragu-ragu, kurang
pcrcaya diri dan merasa inferior, memiliki ketegangan dan kecemasan, perasaan
insecure, kecenderungan berperilaku acring-our, menarik diri dan membatasi
kontak interpersonal, depresi, tertutup, dan merasa tidak bahagia.
Dari gambaran kepribadian secara individual terhadap lima subjek penelitian,
semua subjek cenderung mengalami depresi, memiliki kecemasan, ketegangan,
dan kemarahan yang intens karena kemsuhan di Poso, yang menyangkut
perjuangan hidup-mati dan masalah/bahaya kebakaran.
Interpretasi tes menggambar bebas dalam penelitian ini terbatas pada aspek
struktural, oleh karena, itu saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya
adalah memperluas penilaian dan interpretasi terhadap tes menggambar bebas,
terutama dari aspek content.
Implikasi praktis ditujukan bagi para ahli psikologi perkembangan, Pusat Krisis,
Trauma Cenrer, dan pihak-pihak terkait yang ingin menggunakan tes
menggambar bebas sebagai alat bantu untuk melihat gambaran kepribadian remaja
yang mengalami konflik bersenjata di Poso."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>