Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuki Yunansih
"ABSTRAK
Fenomena SHAM (stay at home mothers) merupakan fenomena yang akhir-akhir ini semakin meningkat (Clark, 1997). Setelah pada periode sebelumnya, wanita gencar mencari pekerjaan untuk memperoleh kesetaraan dengan pria, saat ini banyak wanita yang memilih untuk berhenti bekerja dan memprioritas anak dan keluarganya. Kondisi ini terjadi bukan tanpa alasan. Walaupun pekerjaan memberikan berbagai dampak positif seperti kontribusi pada keuangan keluarga, meningkatkan harga diri, menjalin hubungan interpersonal, serta mengembangkan pengalaman dan kompetensi (Donelson, 1999), disisi lain pekerjaan juga menempatkan tekanan yang tinggi pada wanita bekerja yang telah memiliki anak. Pekerjaan seolah-olah tidak memberikan peluang untuk komitmen pribadi. Masyarakat juga menuntut wanita untuk mengkontribusikan seluruh waktu kepada anaknya, Selain itu, menjadi seorang ibu merupakan momentum penting dalam hidup wanita, sehingga cenderung membuatnya lebih mengedepankan anaknya diatas kepentingan lain (Wallis, 2004). Tekanan dari berbagai pihak akhirnya membuat sebagian wanita memutuskan untuk berhenti bekerja guna memprioritaskan keluarganya.
Kondisi setelah berhenti bekerja tidak selalu sesuai dengan harapan yang dimiliki wanita sebelumnya. Mereka mulai merasa kehilangan pekerjaannya dan bosan dengan rutinitas rumah tangga yang monoton (Clark, 1997). Adanya pembahan peran tidak bekerja, justru menuntut wanita untuk menyesuaikan diri dengan kondisi barunya sebagai ibu rumah tangga Menurut Lazarus (1976), penyesuaian diri merupakan suatu proses terus-menerus yang memahami individu untuk bertahan dalam lingkungan fisik dan sosialnya Perbedaan individu yang terdapat dalam proses ini menimbulkan variasi waktu dan karakteristik dari satu individu ke individu lainnya, sehingga membuat fenomena penyesuaian diri menarik untuk diteliti.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat proses penyesuaian diri wanita yang berhenti bekerja, sesuai dengan tahap penyesuaian diri (Dupay, 2000)karakteristik penyesuaian diri yang terkait, serta faktor-faktor yang membantu proses tersebut (Haber & Runyon, 1994; Powell, 1983). Hal ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif terhadap empat wanita dewasa muda, antara 20 sampai 30 tahun, karena dalam tahap perkembangan mereka memiliki tugas untuk menikah, memiliki anak, dan bekerja (Papalia & Olds, 2001). Selain itu, subyek yang dipilih memiliki anak infant (O sampai 3 tahun) karena pada usia tersebut,
anak bergantung pada ibunya untuk perawatan total.
Dari penelitian ini terlihat bahwa proses penyesuaian diri setelah berhenti bekerja merupakan sesuatu yang sulit. Akan tetapi, proses tersebut dapat terlewati secara adekuat bila wanita telah mampu mencapai tahap terakhir dari tahap penyesuaian diri. Pada tahap puncak tersebut pola hidup sebagai ibu rumah tangga sudah menyatu dengan diri mereka, sehingga mereka sulit membayangkan untuk bekerja kembali. Penyesuaian diri justru terhambat bila wanita masih berada pada tahap ketiga (tahap perenungan) dimana mereka masih sering membandingkan kondisi sehari~hari sebagai ibu rumah tangga dengan pekerjaannya dimasa lalu. Hal ini membuat mereka sulit untuk memiliki persepsi yang akurat terhadap kenyataan, yang merupakan salah satu karakteristik penyesuaian diri yang efektif. Dari karakteristik dan sumber penyesuaian diri, hubungan interpersonal dan keyakinan
religius merupakan faktor-faktor yang paling membantu mereka dalam menyesuaikan diri. Disisi lain, kemampuan untuk mengékspresikan emosi dan kondisi fisik yang sehat merupakan karakteristik dan sumber yang kurang dimiliki subyek, sehingga lcurang membantu mereka dalam menyesuaikan diri. Penemuan lain yang menarik adalah lamanya waktu setelah berhenti bekerja tidak menjamin keberhasilan penyesuaian diri. Hal ini terkait dengan adanya perbedaan individual dalam proses tersebut, sehingga terdapat faktor individu yang mempengaruhi penyesuaian diri.
Untuk penelitian selanjutnya pada topik yang sama, disarankan menggali karakteristik dan sumber penyesuaian diri yang paling signifikan pada setiap tahapan penyesuaian diri, guna memperoleh gambaran proses penyesuaian diri yang lebih mendalam. Selain itu, penelitian sebaiknya juga dilakukan terhadap orang-orang terdekat wanita yang berhenti bekerja. Dengan demikian, akan diperoleh informasi dan penghayatan yang lebih kaya tentang fenomena
penyesuaian diri yang terjadi pada mereka. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Dwi Larasati
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran stres dan penyesuaian diri pada wanita dewasa muda yang baru pertama kali menjadi ibu. Stres didefinsikan sebagai respon fisik dan psikis seseorang yang berasal dari tuntutan internal maupun eksternal, juga dari masalah-masalah sulit lainnya. Penyesuaian diri didefinisikan ketika seorang individu terbiasa hidup terhadap suatu situasi, atau belajar untuk hidup pada situasi tersebut (Haber & Runyon, 1984). Pendekatan kuantitatif dipilih dalam melaksanakan penelitian ini. Alat ukur yang digunakan adalah Meeasure of Transition Difficulty untuk mengukur variabel penyesuaian diri, dan Perceived Stress Scale-14 untuk mengukur variabel stres. Sebanyak 140 responden berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan kriteria wanita dewasa muda usia 20 - 40 tahun, sudah menikah, dan memiliki satu anak dengan usia 0 - 18 bulan. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa wanita dewasa muda yang pertama kali menjadi ibu tidak mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Di samping itu, tingkat stres yang dialami juga rendah.

This study aimed to see the description of stress and adjustment among first-time mothers. Quantitative research is chosen in this study, by using Measure of Transition Difficulty for measuring adjustment, and Perceived Stress Scale-14 for measuring stress. As much as 140 respondents completed those questionnaires, which are women age 20 – 40 years old, married, and have one child age 0 – 18 months old. This study showed that there were no difficulties to made an adjustment among first-time mothers. In addition, there were low degree of stress experienced by the first-time mothers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hania Alifa Adzhani
"Memasuki era industri modern, perempuan mulai memiliki kesempatan untuk masuk dunia kerja. Hal tersebut sedikit banyak telah mempengaruhi kondisi keluarga, dimana keluarga akan berubah sejalan dengan perubahan di lingkungan sekitarnya. Saat ini keluarga modern memiliki bentuk yang bervariasi, salah satu contohnya adalah keluarga stay-at-home dad (SAHD) atau dapat pula kita sebut dengan keluarga bapak rumah tangga. Dalam keluarga SAHD, suami dan istri akan mengalami perubahan peran. Suami dapat bertanggungjawab atas tugas domestik serta pengasuhan anak dan istri dapat berperan sebagai pencari nafkah. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, skripsi ini memberikan gambaran tentang fleksibilitas dalam melakukan negosiasi dan pembagian peran antara suami istri pada keluarga SAHD. Ditemukan bahwa di Indonesia, suami yang menjadi SAHD disebabkan karena tersisih dalam pasar kerja. Sehingga belum dapat dikatakan sebagai SAHD yang penuh waktu seperti di negara barat, belum ada komitmen untuk sepenuhnya menjadi SAHD.

Entered the modern industrial era, women have the opportunity to enter the world of work. This has affected family condition in which the family will adapt with the environment changes arround them. Today, there are various types of modern family, one of those is the stay-at-home dad (SAHD), or in other word is a family where the father is the family household. In SAHD family, husband and wife will have to change their roles. Husband is responsible for domestic tasks while wife’s responsibility is to earn fo their family living. By using a qualitative approach, this thesis provides an overview of flexibility in negotiating and division of roles between husband and wife in SAHD family. It found that in Indonesia, a husband who becomes SAHD due eliminated in the labor market. So it can’t be said as a fully SAHD as in the western countries, there’s no commitment to fully become a SAHD.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqomah Nurul Fauziah
"Anak usia prasekolah merupakan masa kritis dalam proses perkembangan seorang individu. Orang tua, terutama ibu memiliki peran yang penting dalam tercapainya perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Saat ini, banyak ibu bekerja diluar rumah sehingga ibu memiliki peran ganda didalam kehidupannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perkembangan anak usia prasekolah pada ibu yang bekerja. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan analisis univariat. Responden merupakan anak usia prasekolah yang memiliki ibu bekerja di PAUD/TK pada Kelurahan Tanah Baru Beji Depok n=93 diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP. Hasil penelitan menunjukkan perkembangan anak sebagian besar 62,4 sesuai dengan tahap tumbuh kembang. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan promosi kesehatan tentang pentingnya pemantauan perkembangan anak terutama pada ibu bekerja.

Preschoolers is a critical period in the development of an individual. Parents, particularly mothers have an important role in the achievement of development in accordance with the stages of child development. Today, mothers have work so mother has a double role in her life. This study aims to describe the development of preschool children of working mothers. This study design is descriptive univariate analysis. Respondents are preschoolers whose mothers work in early childhood kindergarten in Tanah Baru, Beji, Depok n 93 were taken by purposive sampling technique. The instrument used to measure the child 39 s development is Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP. The results showed a large majority of child development 62.4 according to the stage of growth and development. This research is expected to be used as consideration of the importance of health promotion monitoring child development, especially on working mothers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S69501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumayyah
"ABSTRAK

Saat ini, fenomena ibu bekerja di luar rumah sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat saat ini. Seorang ibu yang bekerja kini memiliki peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai seorang pekerja di bidang kerjanya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, ibu yang bekerja memiliki dampak pada beberapa aspek perkembangan remaja perempuan, diantaranya adalah autonomy dan kematangan karir. Autonomy terdiri dari tiga dimensi yaitu attitudinal autonomy, emotional autonomy, dan functional autonomy., sedangkan kematangan karir terdiri dari dimensi sikap dan dimensi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara autonomy dan kematangan karir pada perempuan remaja akhir dari ibu yang bekerja. Partisipan penelitian ini terdiri dari 63 mahasiswi Universitas Indonesia dengan rentang usia 18 – 21 tahun. Penelitian kuantitatif ini menggunakan Adolescent Autonomy Questionnaire (Noom, Dekovic, Meeus, 2001) untuk mengukur Autonomy pada remaja perempuan, dan Career Development Inventory – Short Form (Creed & Patton, 2004) untuk mengukur kematangan karir. Hubungan korelasi antara autonomy dengan kematangan karir menunjukkan hasil yang signifikan pada beberapa dimensi. Hasil akan didiskusikan lebih lanjut.


ABSTRACT

The phenomenon of working mothers have become a commonplace in today's society. A working mother has a double role as a housewife as well as a worker in the field of work. Based on previous research, mothers who work have an impact on several aspects of child development, especially in adolescent girls, such as autonomy and career maturity. Autonomy is composed of three dimensions, namely attitudinal autonomy, emotional autonomy, and functional autonomy, while the dimensions of career maturity consist of attitudes and cognitive dimensions. This study aimed to determine the correlation between autonomy and career maturity among late adolescent girls with working mother. Participants of this study consisted of 63 female students of University of Indonesia with an age range 18 – 21 years. This quantitative study using the Adolescent Autonomy Questionnaire (Noom, Dekovic, Meeus, 2001) to measure Autonomy in adolescent girls, and Career Developmnet Inventory – Short Form (Creed & Patton, 2004) to measure career maturity. Correlation between autonomy with career maturity showed significant results in several dimensions. The results will be discussed further.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulansari
"Dengan adanya berita-berita iinengenai kasus penganiaya an pembantu rumah tangga ( disingkat raenjadi PRT ) oleh majikan raereka dimana PRT tersebut bekerja pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja, serta adanya ungkapan dari seorang psikolog ( Sartono Mukadia, 1987 ) yang mengatakan bahwa ibu rumah tangga yang tidak pernah bekerja sering sangat kasar terhadap PRT, raaka tirabul dua pertanyaan dalam diri peneliti, Pertama, apakah ada perbedaan perlakuan terhadap PRT antara ibu rumah tangga yang bakerja dengan ibu rumah tangga yang tidak bekerja? Kedua, faktor-faktor apakah yang ibu rumah tangga rasakan berpengaruh dalam memperlakukan PRT? Kedua pertanyaan ini lah yang hendak diteliti lebih lanjut. Penelitian dilakukan terhadap ibu rumah tang ga yang bekerja pada inatansi pemerintah atau swasta dan ibu rumah tangga yang tidak bekerja dalam jumlah sama melalui teknik sample yang inaidental. Alat yang dlgunakan adalah kuesioner yang dianalisa dengan teknik point bisprial disertai satu pertanyaan timggal. Metode analisa yang digunakan adalah t test.
Hasil penelitian menemukan bahv/a ada perbedaan perlakuan terhadap PRT antara ibu ruraah tangga yang bekerja dengan ibu ruinah tangga yang tidak bakerja dalam hal memberikan kesempatan PRT untuk mengembangkan kemampuannya, Ibu rumah tangga yang bekerja lebih memberikan perhatian dalam hal tersebut dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Kehendak diri sendiri merupakan faktor yang dirasakan sangat berpengaruh, sedangkan mass media merupakan faktor yang dirasakan sangat tidak berpengaruh, Ajaran agama, keluarga, pendidikan dan pengalaman bekerja merupakan faktor-faktor yang dirasakan cukup berpengaruh, Suku bangsa, pengalaman berorgnnisasi dan tetangga meimpakan faktor-faktor yang dirasakan kurang berpengaruh. Ditemukan pula indikasi bahv;a faktor usia, agama, suku bangsa dan tingkat pendidikan mempengarulii pola perlakuan ibu rumah tangga terhadap PRT.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah faktor bekerja mempengaruhi ibu rumah tangga dalam memperlakukan PRT dalam hal memberikan kesempatan PRT untuk mengembangkan kemampuannya. Seberapa jauh hubungan usia, agama, suku bangsa dan tingkat pendidik an serta bagaimana hubungannya dengan jenis perilaku majikan tertentu, belum diketahui. Kiranya hal itu menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jehan Puspasari
"Remaja yang berperan sebagai ibu mempunyai kepercayaan diri yang kurang dalam merawat bayinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga (dukungan informasi, dukungan instrumen, dukungan emosi dan dukungan penghargaan) dan temperamen bayi dengan maternal self efficacy pada ibu remaja. Penelitian cross-sectional ini menggunakan teknik consecutive sampling dengan 100 responden ibu remaja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan informasi (41,9%), dukungan instrumen (92,1%), dukungan emosi (72,4%), dukungan penghargaan (73,1%) dan temperamen bayi easy (67,4%). Dukungan keluarga yang paling dominan memengaruhi maternal self efficacy pada ibu remaja adalah dukungan instrumen dengan nilai Wald 34,720 dan nilai p 0,000. Diperlukan antisipasi seperti konseling bagi calon ibu yang berusia remaja mengenai pentingnya peran seorang ibu bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Adolescent mothers have confidence less in taking care of their baby. The purpose of study was to identify the relationship between family support (information support, instrument support, emotion support and appraisal support) and baby temperament with maternal self-efficacy in adolescent mothers. This research used a consecutive sampling technique with 100 adolescent mothers as respondent.
The results showed of the information support (41,9%), instrument support (92,1%), emotion support (72,4%), appraisal support (73,1%) and baby temperament easy (67,4%). The dominant of family support is instrument support and Wald value 34,720 and p value 0,000. Anticipation such as counseling to adolescent about importance of mother role for growth and their baby developmen.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46228
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyaningrum
"Penelitian ini bertitik tolak dari adanya gejala peningkatan jumlah ibu yang bekerja di luar rumah. Akibatnya adalah timbul kecemasan dari sebagian masyarakat, bahwa ibu yang bekerja akan berpengaruh buruk terhadap pendidikan anak. Hal tersebut disebabkan oleh persepsi masyarakat tentang peranan ibu dalam keluarga sebagai pendidik anak, sehingga bila ibu bekerja di luar rumah dikhawatirkan akan mengganggu tugasnya sebagai pendidik anak.
Status yang ibu bekerja dan ibu yang tidak bekerja dapat menimbulkan dampak positif atau negatif terhadap pendidikan anak. Hal tersebut tidak terlepas dari persepsi anak itu sendiri tentang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Persepsi setiap anak tentang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja mungkin saja berbeda. Hal ini penting untuk diteliti, mengingat bahwa anak dianggap sebagai pihak yang terkena dampak dari status ibu yang bekerja, maka penelitian ini perlu mengamatinya dari sudut pandang anak itu sendiri, khususnya pada usia remaja. Mengingat bahwa intelektualitas remaja tengah berkembang, maka mereka sudah mampu mempersepsikan ibu bekerja dan tidak bekerja.
Pembahasan teoretis meliputi: 1) peranan ibu dalam mendidik anak, 2) ibu yang berperanan tunggal, 3) ibu yang berperanan ganda, 4) sosialisasi peranan gender di lingkungan keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja, 5) tuntutan sosialisasi masa remaja, 6) persepsi, dan 7) persepsi remaja tentang ibu yang bekerja dan tidak bekerja.
Kesimpulan penting dari penelitian ini terdiri atas empat hal sebagai berikut: Pertama, persepsi anak tentang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja berhubungan dengan status ibunya, bekerja atau tidak bekerja. Anak yang ibunya bekerja mempunyai persepsi positif terhadap ibu bekerja lebih besar daripada anak yang ibunya tidak bekerja. Anak yang ibunya tidak bekerja mempunyai persepsi positif terhadap ibu tidak bekerja lebih besar daripada anak yang ibunya bekerja.
Jenis kelamin ternyata tidak berhubungan dengan persepsi anak tentang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Secara keseluruhan, jumlah anak yang mempunyai persepsi positif tentang ibu bekerja lebih banyak (53%) daripada persepsi positif tentang ibu tidak bekerja (47%). Dengan demikian lebih banyak anak yang memilih status ibu bekerja daripada ibu tidak bekerja.
Kedua, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam prestasi belajar, antara anak yang ibunya bekerja dan yang ibunya tidak bekerja. Selain itu ditemukan pula bahwa prestasi belajar anak tidak berhubungan dengan status ibunya, bekerja atau tidak bekerja.
Ketiga, sosialisasi peranan gender yang dialami anak di lingkungan keluarga ibu bekerja tidak berbeda secara signifikan dengan keluarga ibu tidak bekerja. Selain itu ditemukan pula bahwa tidak ada hubungan antara sosialisasi peranan gender terhadap anak, dengan status ibu yang bekerja atau tidak bekerja.
Keempat, ada hubungan yang signifikan antara persepsi anak tentang peranan gender, dengan jenis kelamin. Remaja perempuan mempunyai persepsi tentang peranan gender yang lebih kenyal daripada persepsi anak laki-laki. Artinya, anak perempuan tidak terlalu memandang perbedaan peranan meaurut jenis kelamin sebagai sesuatu yang membatasi ruang geraknya untuk mengaktualisasikan dirinya.
Akhirnya tulisan ini ditutup dengan saran-saran praktis yang ditemukan kepada: 1) orang tua (khususnya ibu), 2) masyarakat umum, dan 3) peneliti."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T4189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosita Putri Mayliana
"Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penyumbang AKI terbesar di Indonesia dan memiliki angka komplikasi persalinan yang cukup tinggi, yaitu 22,2%. Kejadian komplikasi persalinan banyak terjadi pada ibu yang melahirkan bukan dengan tenaga kesehatan (46%). Penelitian ini merupakan analisis data SDKI 2012 dengan sampel sebanyak 1.609 wanita usia subur (15-49 tahun). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian komplikasi persalinan di Jawa Barat. Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan bukan dengan tenaga kesehatan berisiko 7,948 kali lebih tinggi untuk mengalami komplikasi persalinan dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan tenaga kesehatan setelah dikontrol oleh variabel riwayat komplikasi persalinan, tempat persalinan, kunjungan neonatal, dan akses informasi.

West Java is one of the largest province which contribute to maternal mortality in Indonesia and has a number of labor complications are quite high, 22.2%. Incidence of labor complications common in mothers who gave birth not by health workers (46%). This study is an analysis of data IDHS 2012 with a sample of 1,609 women of childbearing age (15-49 years). This study aimed to determine the relationship between the incidence of labor complications with the birth attendants in West Java. The analysis showed that mothers who give birth rather than by health workers 7.948 times higher risk to develop complications of labor compared with women who gave birth by health professionals after being controlled by a variable history of childbirth complications, place of delivery, neonatal visits, and access to information.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Sugiyanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan fertilitas (anak lahir hidup) menurut ibu bekerja dan tingkat pendidikan dengan memperhatikan umur perkawinan pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur responden.
Untuk dapat mengungkapkan keterangan tentang perbedaan anak lahir hidup menurut ibu bekerja dan tingkat pendidikan ibu dengan memperhatikan umur perkawinan pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur responden, telah dikemukakan beberapa hipotesis. Analisis data dilakukan dengan analisa deskriptif yaitu dengan menggunakan tabulasi silang dan beberapa teknik, demografi, dan analisa inferensial yaitu dengan menggunakan regresi ganda. Sumber data utama adalah dari hasil Survey Pendudukan Antar Sensus 1985 yang d.ipublikasi oleh Kantor Biro Pusat Statistik.
Penemuan-penemuan dalam studi ini secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut. Melalui metode analisis regresi ganda digunakan untuk mempelajari perbedaan jumlah anak lahir hidup menurut tempat tinggal, ibu bekerja dan tingkat pendidikan ibu dengan memperhitungkan umur kawin pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur ibu. Berdasarkan analisis statistik, diperoleh hasil bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian cenderung mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih rendah dibandingkan dengan responden yang bekerja di sektor non-pertanian baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Ada dugaan sementara bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian tersebut telah memiliki jumlah anak banyak, sehingga kebutuhan keluarganya tidak cukup dipenuhi dari sektor pertanian. Keadaan ini cenderung mendorong mereka untuk pindah ke sektor non-pertanian/sektor informal.
Responden yang bertempat tinggal di perkotaan dan berpendidikan SD kebawah kecuali tidak sekolah mempunyai jumlah anak lahir hidup sedikit lebih banyak dibandingkan responden yang berpendidikan SLTP ke atas. Berarti hubungan pendidikan dengan jumlah anak, lahir hidup mempunyai hubungan negatif. Hal ini mungkin disebabkan faktor latar belakang responden, yaitu responden yang berpendidikan rendah (SD kebawah) pada umumnya kurang memiliki pengetahuan terutama tentang pengaturan jarak kelahiran. Sedangkan responden yang bertempat tinggal di pedesaan, mereka yang berpendidikan SD kebawah mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih sedikit dari pada responden yang berpendidikan SLTP ke atas, berarti hubungan pendidikan dengan jumlah anak lahir mempunyai hubungan positif. Kemungkinan yang dapat dijelaskan, yaitu responden dengan latar belakang pendidikan rendah memiliki pengetahuan tentang gizi yang rendah pula. Sehingga wanita dengan pendidikan rendah secara biologis cenderung kurang subur dan pertama kali mendapatkan haid terlambat serta akhir haid lebih cepat. Menurut semua jenjang pendidikan, responden yang bertempat tinggal di perkotaan mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih banyan dibandingkan di pedesaan. Kenyataan ini tidak seperti yang diharapkan yaitu di perkotaan mempunyai jumlah anak: lahir hidup lebih rendah dibandingkan di pedesaan.
Pengaruh negatif antara umur kawin pertama terhadap jumlah anak lahir hidup baik diperkotaan maupun di pedesaan. Keadaan ini tetap konsisten dengan hasil-hasil temuan sebelumnya. Menurut tempat tinggal, pengaruh negatif aniara umur kawin pertama terhadap jumlah anak lahir hidup lebih besar di perkotaan dari pada di pedesaan. Berdasarkan hasil perhitungan dari SUPAS 1985 rata--rata umur kawin pertama di perkotaan sebesar 22,5 tahun dan di pedesaan sebesar 19,5 tahun. Secara rasional, di pedesaan dengan rata-rata umur kawin pertama yang lebih rendah ada kecenderungan untuk mempunyai anak: lahir hidup lebih banyak.
Berdasarkan pemakaian alat kontrasepsi, baik untuk daerah perkotaan maupun pedesaan, responden yang memakai alat kontrasepsi cenderung mempunyai anak lahir hidup lebih banyak, dibandingkan dengan responden yang tidak memakai alat kontrasepsi. Hal ini diduga, responden yang memakai alat kontrasepsi adalah mereka yang mempunyai jumlah anak lahir hidup sesuai jumlah anak yang diinginkan, dan tidak menambah anak lagi.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>