Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83257 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tommy Narotama
"Fenomena penggunaan dan penyalahgunaan zat di Indonesia telah berlangsung sejak awal tahun 70-an, yang mendorong didirikannya rumah sakit yang khusus menangani masalah. Keseriusan masalah ini tampak dari semakin meningkatnya jumlah individu yang menyalahgunakan dan mengalami ketergantungan zat dari tahun ke tahun.
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat sendiri menimbulkan banyak masalah, baik pada individu yang bersangkutan maupun lingkungan sosialnya. Masalah yang umumnya terjadi adalah masalah kriminalitas serta perilaku pemakaian zat yang beresiko tinggi untuk terkena penyakit menular. Diagnosis yang tepat terhadap individu yang mengalami gangguan yang berhubungan dengan zat ini terkadang sulit ditegakkan karena zat yang dikonsumsi dapat menyebabkan sindrom neuropsikiatrik yang sulit dibedakan dengan gangguan psikiatrik umum tanpa penyebab yang jelas.
Dengan melihat tingginya faktor resiko dari penggunaan dan penyajahgunaan zat serta tidak mudahnya penentuan diagnosis yang tepat pada penyalahgunaan zat ini,perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat bemianfaali, khususnya dalam institusi kesehatan. Institusi kesehatan inilah yang umumnya meniadi ternpat pcrtama yang dipilih okh individu yang mengalami gangguan yang berhubungan dengan zat untuk mencari pertolongan.
Dalam usahanya untuk mendapatkan pemahaman mengenai masalah yang dialami oleh penyalah guna zat, para praktisi berusaha mendapatkan data melalui beberapa cara, salah satunya adalah teknik wawancara (interview). Institusi kesehatan yang ada saat ini menuntut pelayanan kesehatan dengan waktu dan biaya minimum namun memperoleh informasi maksimum, dan ini bisa diperoleh melalui teknik Wawancara terstruktur.
Penelitian ini berupaya untuk melakukan konstruksi panduan wawancara terstruktur untuk individu dengan gangguan yang bethubungan dengan zat. Panduan wawancara berstuktur ini pada dasarnya merupakan alat yang berisi sejumlah pertanyaan atau item yang harus direspon oleh individu yang menjadi subyek penelitian. Dengan panduan wawancara terstuktur ini, diharapkan pewawancara mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai gangguan yang dialami oleh individu dalam waktu yang relatif singkat. Pendekatan ini bersumber dari konsep bahwa gangguan psikiatrik menampakkan diri melalui suatu set karakeristik berupa
tingkah laku; penyebab yang dapat diprediksi rcspon terhadap perlakuan terrentu; dan
seringkali adanya pemunculan yang sama dalam suatu keluarga (DSM-IV, 1994 dalam Othmer & Othmer, 1994).
Melalui pcndekatan ini, individu yang mengalami gangguan yang berhubungan dengan zat dimotivasi untuk mendeskripsikan masalah yang dialami dcngan detil. Mereka diminta untuk menerjemahkan persepsi terhadap keluhan, disfungsi serta tingkah laku mereka ke dalam sign dan simtom untuk diagnosis deskriptif yang akan diklasifikasikan ke dalam kategori diagnostik yang telah disusun sebelumnya. Selanjutnya, individu juga dievaluasi riwayat psikososialnya, termasuk penyesuaian diri serta kemampuannya dalam menghadapi masalah.
Hasil akhir dari penelitian ini adalah sebuah instrumen “Panduan wawancara Terstruktur untuk Individu dengan Gangguan yang Berhubungan dengan Zat’, serta sebuah manual instrumen yang dibuat untuk memberi petunjuk pengisian instrumen ini.
Berdasarkan analisis hasil pemeriksaan terhadap 6 subyek di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Fatmawati Jakarta, juga dipcroleh hasil bahwa instrumen memiliki derajat persetujuan antar rafer yang tinggi dalam menegakkan diagnosis untuk gangguan yang berhubungan dengan zat.
Penelitian lanjutan perlu dilakukan unluk mendapatkan hasil konstruksi instrumen yang lebih baik, dengan mengambil jumlah subyek yang lebih banyak agar bisa dilakukan teknik uji reliabilitas yang lebih baik. Rekonstruksi terhadap bagian diagnosis aksis I sub bagian penyalahgunaan zat (substance abuse) perlu dlakukan. Karenanya, perlu didapatkan subyek penelitian yang didiagnosis mengalami gangguan tersebut. Saran lainnya adalah untuk lebih menganalisa dimensi-dimensi pertanyaan dalam instrument yang lebih baik serta menambah jumlah rater pada penelitian untuk meningkatkan obyektifitas penelitian."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38471
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Vini Sagitha Putri
"Fenomena penyalahgunaan zat telah mempengaruhi anak dan remaja di seluruh dunia baik secara langsung dan tidak langsung, tanpa mempertimbangkan usia jenis kelamin, budaya latar belakang etnik. pendidikan, ras dan status sosial ekonomi. Masalah ini telah ada sejak tahun 60-an dan akan terus ada di masa yang akan datang Untuk itu diperlukan treatment khusus untuk penyalahgunaan zat sehingga berdiri rehabilitasi dengan berbagai pendekatan. Dalam penanganan seorang penyalahguna zat, praktisi membutuhkan pemahaman dan terutama diagnosa untuk treatment selanjutnya Penentuan diagnosis menjadi penting karena menentukan treatment atau terapi untuk individu dengan gangguan yang berhubungan dengan zat. Untuk itu diperlukan penentuan diagnosis yang akurat dan dalam waktu yang relatif cepat. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti berusaha untuk menguji reliabilitas dan validitas Panduan Wawancara Terstruktur untuk individu dengan gangguan yang berhubungan dengan zat. Panduan wawancara Terstruktur untuk individu dengan gangguan yang berhubungan dengan zat disusun oleh Tommy Narotama (2003) dengan menggunakan pendekatan symptom-oriented dan menggunakan DSM IV-TR sebagai konstruk penyusunan Diagnosis Aksis I.
Panduan Wawancara Terstruktur untuk individu dengan gangguan yang berhubungan dengan zat berisi sejumlah pertanyaan yang dibagi menjadi 5 (lima) kelompok besar (Narotama. 2003), yaitu data demokratik (keluhan riwayat penggunaan dan treatment); penjabaran kriteria diagnosis aksis I; riwayat psikososial singkat; status mental; evaluasi multiaksial , prognosis dan rencana terapi. Penelitian ini melakukan uji reliabilitas dan validitas Penjabaran Diagnosis Aksis II pada Panduan Wawancara Terstruktur untuk individu dengan gangguan yang berhubungan dengan Zat secara kuantitatif. Untuk melakukan uji reliabilitas peneliti menggunakan teknik Scorer Reliability interrater. Sedangkan untuk uji validitas, peneliti menggunakan teknik criterion related dengan menggunakan kriteria diagnosis dari dokter atau psikolog.
Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan purposive sampling karena karakteristik sampel penelitian ini terbatas. Penelitian ini hanya dapat dilakukan pada individu yang memiliki keluhan yang berhubungan dengan gangguan zat atau individu pada populasi yang spesifik. Karakteristik subjek adalah individu yang berada dalam rehabilitasi atau rumah sakit dengan gangguan yang berhubungan dengan zat dan individu tersebut merupakan pasien baru di dalam rumah sakit atau rehabilitasi yang bersangkutan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Koefisien Kappa. karena datanya bersifat nominal dan ditujukan untuk menguji kesesuaian antara rer. Hasilnya diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.32 dan koefisien validitas 0,902 pada 32 responden (18 responden RSKO dan I4 responden Yayasan Harapan Permata Hati Kita).
Selain itu, peneliti juga melakukan revisi pada Panduan Wawancara Terstruktur untuk individu dengan Gangguan yang Berhubungan dengan Zat dan didapatkan koefisien Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,dengan menguji reliabilitas dan validitas Panduan Wawancara Terstruktur untuk individu dengan Gangguan yang Berhubungan dengan Zat secara kualitatif dan kuantitatif dengan menambah jumlah responden. Selain itu. perlu untuk mendapatkan responden dengan diagnosis yang berbeda-beda sehingga bagian Penjabaran Diagnosis Aksis I semakin teruji."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Sarasvita
"Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini mengalami peningkatan penderita penyalahguna zat yang cukup pesat. Bukan hanya di kota-kota besar saja, melainkan
juga sudah merambah pada kota-kora kecil. jenis zat yang disalahgunakan sejak 1994
pada umumnya adalah jenis Heroin, yang dikenal sebagai zat yang bigh addiit (Fisher
& Harrison, 1997). Risiko kesehatan dan sosial yang ditimbulkan akibat
menyalahgunakan zat adalah sangat besar, mulai dari penurunan fungsi otak, kelainan
jantung, abses, tertularnya penderita dengan berbagai macam virus seperti HIV dan
Hipatiris C, hingga berbagai kemungkinan tindak kriminal yang dilakukan untuk
dapat mempertahankan pola pengunaan zatnya. Berbagai macam studi di berbagai
negara menunjukkan bahwa proses intervensi untuk memulihkan penderita bukanlah
hal yang mudah (Fisher & Hanison, 1997). Angka kekambuhan di RS
Ketergantungan Obat satu-satunya rumah sakit pemerintah yang khusus menangani masalah GBZ- secara kualitatif juga tergolong tinggi. Untuk itulah perlu kiranya
pengkajian yang leblh dapat mengarah pada usaba-usaha prevensi, agar dapat
menekan laju penumbuhan penderita baru. Salah satu faktor yang secara teoritis turut
menyumbang pada perilaku penyalahgunaan zat pada seorang anak adalah
pengasuhan orangtua (Patterson ct al dikudp oleh Fedman & Weinberger, 1994).
`Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengasuhan orangtua yang seperti apakah yang terjadi pada keluarga yang anaknya terlibat GBZ dan
sekaligus membandingkannya dengan apa yang terjadi pada keluarga yang anaknya tidak terlibat GHZ. Dengan demikian dapat diperoleh gabungan yang lebih detil atas
pola asuh yang cenderung memiliki risiko lebih besar terhadap penyalahgunaan zat yang dilakukan oleh anak.
Penelitian dilakukan dengnn metode kualitatif Responden keluarga yang
anaknyn terlibat GBZ adalah klien peneliti sejak beberapa tahun yang lalu. Pemilihan responden dengan kriteria ini dimaksudkan agar rapport yang telah terbina sebelumnya
dapat mempermudah perolehan data, mengingat beherapa tema penelitian termasuk
sensitif Sementra respunden keluarga yang anaknya tidak terlibat GBZ adalah relasi
peneliti yang juga telah cukup lama dikenal. Pemilihan responden dengnn kriteria ini
dimaksudkan agar dapat lebih menjamin bahwa tidak satupun anak pada keluarga
tersebut terlibat pnda masalah GHZ, mengingat diagnosa bebas (SBK tidak mudah ditegakkan dalm waktu singkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antarn pola asuh keluarga
yang anaknya telibat GBZ dengan keluarga yang anaknya tidak terlibat GHZ.
Perbedaan antnfa lain terlihat pada struktur keluarga, dimana keluarga yang anaknya
terlibat GBZ cenderung memiliki struktur patogcnik, yang berarti memiliki risiko
lebih bcsnr untuk mcnghasilkan individu yang rentan terhadap stres. Struktur patogcnik yang dimaksud antara lain adalah disrupted, disardanl ataupun distrubed
(Coleman, 1986). Sementara keluarga yang anaknya tidak tenlibat GBZ cenderung bersifat non-patogenik.
Perbedaan berikutnya juga ada pada pola asuh orangtua Sekalipun dua
kategori keluarga di atas memiliki figur ayah yang cendcrung tidak tenlibat dan pasif,
namun figur ibu dari keluarga yang anaknya tidak telibat GHZ lebih menampilkan
gaya pengasuhan yang bersifat otoritatif Sedangkan figur ibu dari keluarga yang anaknya telibat GBZ,lebih cenderung bersifat permisif atau otoriter. Perbedaan juga
terdapat pada pola komunikasi antara orangtua-anak. Pada keluarga yang anaknya
tidak terlibat, pola komunikasi lebih bersifat dua arah, intensif dan mendalam,sebaliknya pada keluarga yang anaknya terlibat, pola komunikasi lebih bersifat dua
arah dan kurang menggali pengetahuan dan kemampuan anak. Pada umumnya
keluarga yang anaknya terlibat GBZ kurang memiliki konsep pengasuhan yang jelas,
kurang memasukkan unsur spiritualitas dalam arti yang luas pada kehidupan sehari~-harinya, dan kurang dapat mengelola konflik suami-istri secara konstruktif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pola pengasuhan yang
sempurna, yang ada hanyalah upaya. untuk terus menerus memperbaiki diri dan
bcrcermin pada kekeliruan atau kegagalan di masa lalu. Oleh karenanya perlu sikap optimis bagi setiap orangtua dalam menjalankan perannya sebagai orangtua.
Penelitian lanjulan yang bersifat kuantitaif perlu dilakukan, agar
dapat memberikan gambaran yang lebih kaya,1uas dan representif. hasil penelitian ini diharapkan juga dapar digunakan sebagai landasan pembuatan program prevensi
yang komprehensif bukan hanya melibatkan orangtua, melainkan juga melibatkan dunia sekolah dan pemerintah secara umum. Apapun juga, mencegah jauh lebih baik
daripada mengobati.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T38221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isrizal
"Masalah penelitian adalah : (I) Bagaimanakah proses pelaksanaan ToTu? ; (2) Adakah peningkatan pengetahuan terhadap materi (ToTu) antara sebelum dan sesudah mengikuti ToTu? (3) Adakah hubungan antara peningkatan pengetahuan materi ToTu dengan taraf fungsi menyeluruh subyek kelompok eksperimen? ; (4) Apakah ada pengaruh treatment yang berorientasi pada tugas (ToTu) dalam memperbaiki fungsi menyeluruh pasien GBZ ?
Subyek penelitian ialah pasien yang sedang menjalani program rawat inap di Unit Rehabilitasi Medik RSKO, kriteria : (a) Dengan diagnosis penggunaan heroin yang merugikan dan ketergantungan heroin dalam keadaan remisi.; (b) Pendidikan pasien minimal SMA; (c) Pendidikan orangtua tidak ditentukan, (d) Bersedia untuk berpartisipasi di dalam ToTu.Subyek diambil secara insidental dan ditempatkan ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara non random assignment.
Disain penelitian ini tergolong ke dalam evaluation research (Hawe,1994); quasi-experimental design, nonequivalent control group design (Craig &Metze,1986) dan models of combined designs - the dominant-less dominant design (Cresswel,1994:177); termasuk juga ke dalam.
Untuk mengumpulkan data penelitian ini akan digunakan instrumen-instrumen berikut: (1) Skala yang digunakan untuk mengevaluasi taraf fungsi menyeluruh yaitu Addiction Severity Index (AdSeI,McLellan dkk,1980; McLellan, dkk.1980 dalam Wanigaratne,S.dkk ,1995); (2) Pertanyaan untuk mengukur pengetahuan terhadap materi ToTu setelah belajar, dibuat berdasarkan materi setiap tugas dan tugas yang hams dilakukan subyek; (3) Kuesioner evaluasi terhadap proses terdiri dari, perubahan yang dibutuhkan terhadap materi ToTu , form kepuasan pasien, form penilaian diskusi kelompok, form penilaian pasien. (Linney, 7.A & Wandersman,A.1991), ToTu terdiri dari sepuluh tugas pasien dan sepuluh tugas keluarga pasien. Tujuan ToTu adalah (I) meningkatkan pengetahuan pasien tentang ketergantungan zat, (2) membantu pasien mendiagnosa diri sendiri yang berarti mengakui bahwa pasien mempunyai penyakit ketergantungan, (3) memperkenalkan dan memudahkan keterlibatan pasien di dalam program treatment yang efektif terus-menerus, (4) menolong pasien mengambil tanggung jawab pribadi untuk mempertahankan atau memelihara program `kesembuhan'. Bagi keluarga pasien, diharapkan dapat mengambil tanggung jawab sebagai pendukung utama pasien dalam mencapai `kesembuhan'.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian, adalah (1) ToTu dapat diterapkan dan dianggap sangat diminati, berguna dan relevan dengan kebutuhan pasien dan keluarga serta berhasil memperbaiki taraf status medis dan penggunaan zat pada kelompok eksperimen; (2) Ada peningkatan pengetahuan yang signifikan terhadap materi ToTu pada kelompok eksperimen setelah mengikuti program; (3) Bila dilihat secara keseluruhan tidak ada hubungan yang kuat antara peningkatan pengetahuan materi ToTu dengan taraf fungsi menyeluruh kelompok eksperimen. Namun, bila dilihat per aspek, ada hubungan yang cukup kuat antara peningkatan pengetahuan materi ToTu dengan status medis dan status penggunaan zat kelompok eksperimen. Pada aspek fungsi menyeluruh - status pendidikan/pekerjaan, status legal, status social/eluarga, status psikologis tidak terdapat hubungan yang kuat dengan peningkatan pengetahuan materi ToTu. Bila dilihat secara keseluruhan ,tidak ada pengaruh ToTu dalam memperbaiki fungsi menyeluruh pasien GBZ pada tindak lanjut tiga sampai enam bulan setelah selesai dari treatment. Namun bila dilihat dari aspek-aspek taraf fungsi menyeluruh terdapat pengaruh yang signifikan ToTu dalam memperbaiki status medis dan status penggunaan zat.
Pada aspek fungsi menyeluruh : status pendidikan/pekerjaan, status legal, status sosial/keluarga, status psikologis tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari ToTu. Penyebab pertama mungkin karena pelajaran pada tugas sembilan dan sepuluh yang membicarakan pengegahan kambuh dan mewujudkan rencana ke dalarn tindakan belum sempat dilatihkan kepada subyek kelompok eksperimen.
Hal kedua yang menjadi penyebab adalah terhentinya tugas-tugas ToTu untuk keluarga pasien pada tugas kedua dan kurangnya dukungan keluarga dan sosial kepada pasien dalam berjuang mencapai kesembuhan. Saran atau implikasi dari penelitian ini adalah: program dapat diterapkan di RSKO dan pusat pelayanan pasien GBZ lain, baik secara rawat inap maupun rawat jalan. Materi ToTu perlu dimodifikasi dan diperkaya dengan pengetahuan tentang aspek hukum dan etika, dunia kerja dan perencanaan karir di masa datang.
Penelitian mendatang perlu memusatkan perhatian pada perbaikan metode. penelitian terutama disain penelitian, kesulitan logistik berhubungan dengan subyek pasien GBZ (misal sering berpindah, kekurangan konsistensi dalam jaringan sosial), penempatan subyek pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara random assignment to treatment. Untuk tes pemahaman materi ToTu, perlu dibuat kumpulan soal tes secara integratif yang mencakup materi kesepuluh tugas. Pendidikan bagi keluarga berupa pelatihan intensif dalam beberapa hari untuk mengatasi kesibukan anggota keluarga yang terlibat dalam proses treatment pasien."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T3250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Proklamasi, 1986
992.07 ARI w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Tekstur menyimpan atau menyediakan karakteristik-karakteristik yang penting untuk usaha pengidentifikasian permukaan dan objek pads berbagai macam citra. Untuk mempelajari tekstur tersebut, dir a sebagian besar tekstur alami mempunyai frekuensi dominan yang terletak pada saluran frekuensi menengah, diperlukan metode multisaluran atau analisa multiresolusi, untuk mencapai frekuensi tertentu. Wavelet adalah sebuah fungsi matematika yang memotong-motong data ke dalam frekuensi-frekuensi yang berbeda-beds, sehingga data tersebut dapat dipelajari dengan resolusi yang berbeda-beds. Sebuah metode transformasi wavelet yang disebut Transformasi Wavelet Berstniktur Pohon (Tree Structured Wavelet Transform) memungkinkan untuk memilih daerah frekuensi yang akan dipelajari. Segmentasi citra merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam analisa citra Ada berme.cam-macam kriteria, seperti rata-rata tingkat keabuan (mean gray level), warns (color) dari citra yang dapat disegmentasilan Dengan melakukan segmentasi pads suatu citra, stivktur dan informasi yang tersimpan pada citra dapat dianalisa dan dipelajari lebih lanjut. Skripsi ini bertujuan untuk membuat perangkat lunak yang dapat mensegmentas&m teks-s-tur pada suatu citra dengan dengan menggunakan Transformasi Wavelet Berstruktur Pohon dap- algoritma pengkelasan fuzzy c-means (fuzzy c-means clustering algorithm). Hasil uji coba menunjukkan bahwa citra tekstur berukuran 256 x 256 piksel yang dicoba untuk disegmentasikan dapat dzbedakan teksturnya dengan baik oleh program."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S39420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dityo Kuntjoro
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T41158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dityo Kuntjoro
"ABSTRAK
Pada perancangan pandu gelombang berstruktur taper dengan material LiNbO3
untuk koping cahaya telah dilakukan simulasi karakteristik ? karakteristiknya dan
mengunakan metoda konformal BPM (gabungan pemetaan konformal dan Beam
Propagation Method ) yang memperhitungkan kurva muka fase. Muka fase yang dapat
ditransfrmasikan ke dalam bentuk planar yang ekivalen dengan struktui yang
dikehendaki.
Telah diperoleh bahwa nilai intensitas medan output terhadap besar sudut pada
perhitungan konformal BPM Iebih tinggi daripada dengan perhitungan BPM. Hal ini
disebabkan oleh adanya perhitungan muka fase pada program konformal BPM
Dengan menggunakan perhitungan konformal BPM, niaka diperoleh peningkatan
interval propagasi geLombang sepanjang pandu gelombang berstruktur taper.
Pola distribusi intensitas medan dekat dengan besar sudut taper 10°, masih dapat
digunakan sebagai kopling cahaya pada rangkaian optika terpadu.
Pola distribusi intensitas medan jauh mengalarni pelebaran akibat pengaruh
divergensi anguler dengan bertambahnya besar sudut taper.
Untuk 1os radiasi sebesar 3 dB sudut maksimum pemanduan yang diperbolehkan
adalah 12,7° pada transformasi rasio dimensi input / output taper 1,25.
Taper ini dapat dimanfaatkan dalam integrasi dengan kopler berbentuk star yang
berskala besar, Iebih dan 8x8.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T3769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Kamal Abdullah
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1997
899.23 AHM r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Syahreni
"Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien gangguan jiwa. Sesuai dengan fungsinya yaitu fungsi perawatan, keluarga merupakan perawat utama bagi klien gangguan jiwa selama dirumah. Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan kemampuan keluarga ini akan berdampak pada proses adaptasi klien gangguan jiwa di lingkungannya. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara faktor-faktor resiko dengan kemampuan keluarga merawat klien gangguan jiwa di rumah.
Penelitian ini dilakukan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo dengan jenis penelitian studi deskriptif. Penelitian dilakukan terhadap 20 keluarga yang sedang mengunjungi anggota lgeluarganya yang dirawat dengan gangguan jiwa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data demogafi, faktor-faktor resiko, dan kemampuan keluarga. Pada data demografi didapatkan jenis kelamin terbanyak pada laki-laki (65%) sedangkan usia terbanyak 40 tahun (75%), tingkat pendidikan terbanyak SMA (65%), dan hubungan keluarga yang terbanyak adalalah saudara kandung (45%). Pada Faktor risiko di dapatkan skore tertinggi adalah keterlibatan keluarga dalam perawatan (100%). Pada kemampuan keluarga didapatkan skore teringgi adalah kemampuan menciptakan lingkungan yang sehat (30%).
Data di analisis dengan distribusi frekuensi menggunakan sentral tendensi kemudian dilanjutkan dengan uji statistik non parametrik Fisher Exact test untuk menguji hubungan antara faktor-faktor risiko dan kemampuan keluarga merawat klien gangguan jiwa di rumah yang muncul dari penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara support system dengan kemampuan keluarga menciptakan lingkungan keluarga yang sehat bagi klien gangguan jiwa selama dirawat di rumah. Dari hasil penelitian ini diharapkan pelayanan keperawatan dapat lebih meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan yang sehat bagi klien sehingga adaptasi klien gangguan jiwa di rumah dapat lebih optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5193
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>