Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186608 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Nur Aini
"Dalam teori Psikologi Perkembangan dinyatakan bahwa setiap manusia memiliki tugas-tugas perkembangan dalam hidupnya. Pada masa usia dewasa muda, salah satu tugas perkembangan yang panting adalah membangun hubungan yang intim dengan orang lain (Erikson dalam; Papalia & Olds, [998). Dalam membangun suatu hubungan intim, pencarian pasangan merupakan hal yang tidak terpisahkan di dalamnya. Umumnya perempuan cenderung memilih pasangan laki-laki yang memiliki tingkat intelegensi yang lebih tinggi dan pekerjaan yang lebih mapan sebagai pasangan ideal. Sebalikuya, laki-laki cenderung memilih perempuan yang berusia lehih muda dan memiliki daya tarik fisik yang lebih sebagai pasangan ideal (Peplau, 1983; dalam Tumor & Helms, l995).
Namun kenyataannya, preferensi seorang perempuan dewasa muda untuk memilih pasangan laki-laki yang berusia lebih muda bukanlah hal yang aneh lagi pada kehidupan saat ini. Meskipun mendapat pro dan kontra dari lingkungan terdekat, terutama keluarga dan masyarakat luas, terbukti bahwa jumlah pasangan perempuan dengan laki-laki berusia lebih muda se makin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menandakan adanya pengalaman khusus yang menyertai mereka, khususnya bagi perempuan dewasa muda, baik pada masa pra pacaran maupun masa pacaran yang sedang dijalani.
Jika ditinjau secara teori, beberapa tokoh yang mengemukakan bahwa hubungan pacaran yang demikian cenderung rentan terhadap konflik, baik konflik yang berkaitan dengan faktor intenal (masalah di antara pasaingan) maupun konflik yang berkaitan dengan faktor eksternal (melibatkan orang di luar pasangan). Namun dengan semakin banyaknya perempuan dewasa muda yang menjatuhkan pilihan mereka pada pasangan yang berusia lebih muda, maka mungkin saja konflik-konflik tersebut menjadi berkurang atau bahkan berubah menjadi suatu hubungan yang menyenangkan dan langgeng hingga ke jenjang pernigkahan, Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan studi lebih jauh mengenai hubungan pacaran ini. Hal khusus yang ingin diteliti oleh penulis adalah mengenai gambaran konsep pacaran dan pengalaman berpacaran (terdiri dari alasan untuk berpacaran, konflik yang dihadapi, tanggapan orang tua dan significant athers keuntungan dan kerugian, dan perencanaan dalam kehidupan mendatang) dilihat dari sudut pandang perempuan dewasa muda. Penulis tertarik untuk memperoleh informasi dari sudut pandang perempuan, berkaitan dengan adanya pendapat bahwa perempuan cenderung memilih pasangan pria yang lua dan lebih mapan.
Tinjauan pustaka yang digunakan antara lain teori mengenai hubungan pacaran (delinisi dan konsep. alasan dan tujuan. tahapan, faktor yang mempengaruhi proses menuju hubungan pacaran, dan konflik-konflik yang dialami), perempuan dewasa muda, dan keterkaitan semua aspck tersebut.
Penulis menggunakan metode kualitatif dalam upaya memperoleh data. Hal ini dikarenakan konsep hubungan pacaran dan pengalaman berpacaran tidak terlepas pada penghayatan masing-masing individu, sehingga menjadikan mereka unik dan tidak dapat digeneralisasikan. Lewat pendekatan kualitatif juga, penulis dapat memahami hal-hal yang diteliti sebagaimana penghayatan individu yang bersangkutan. Penelitian kualitatif mengungkapkan data dari perspektif subyek yang diteliti, berusaha memahami gejala tingkah laku manusia menurut penghayatan si pelaku atau melalui sudut pandang subyek penelitian (Dooley, dalam Poerwandari, 1998). Dalam hal ini penulis menggunakan teknik wawancara sebagai teknik utama dalam memperoleh informasi dari subyek yang bersangkutan.
Untuk membantu menggali hal-hal khusus tersebut secara lebih jelas dan menangkap kompleksitas dari penghayatan tersebut secara utuh, penulis menggunakan tes kepribadian sebagai salah satu alat diagnostik tambahan dalam memperoleh data. Tes yang dipilih penulis adalah Thematic Appercepzion Test (TAT) sebagai salah satu tes kepribadian yang bersifat proyektif. TAT merupakan teknik untuk menginvestigasi dinamika kepribadian yang terrmanifestasikan dalam hubungan interpersonal dan dalam interpretasi bermakna terhadap Iingkungan. Kekuatan TAT terletak pada kemampuannya dalam mencetuskan isi dan dinamika hubungan interpersonal serta pola-pola psikodinamik yang tercakup di dalamnya (Bellalc, 1993).Sementara hubungan pacaran tidak terlepas dari ikatan hubungan interpersonal antara dua orang individu, di mana di dalamnya terkandung pandangan, dorongan, emosi, sentimen, konflik, serta kompleks pribadi. Karenanya, selain menggunakan teknik wawancara untuk menggali hal-hal yang secara sadar diungkapkan oleh subyek, penulis menilai pentingnya melakukan TAT untuk dapat membantu menggali hal-hal yang tidak disadari sehubungan dengan hal-hal yang dapat terukur dari TAT itu sendiri. Kartu-kartu TAT yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 5 kartu (kartu 4, 6GF, 9GF, 10, dan l3MF).
Subyek penelitian berjumlah 3 orang, dengan rentang usia sekitar 30 sampai 31 tahun, yang memiliki latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial yang berbeda satu sama lain. Kriteria yang dibatasi oleh penulis adalah subyek beradapada rentang usia dewasa muda (20-40 tahun) dan memiliki pasangan minimal 5 tahun lebih muda darinya.
Dalam hasilnya, ditemukan bahwa ketiga subyek memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap konsep pacaran maupun pengalaman berpacaran yang mereka alami. Dari sekian karakteristik mengenai konsep pacaran yang mereka kemukakan, dua diantaranya sama-sama menyebutkan pacaran sebagai proses menuju pemikahan dan pacar mendapatkan prioritas utama dibandingkan dengan teman dan 0rang-orang lainnya. Meskipun demikian, pernikahan tersebut bukanlah merupakan sesuatu hal yang bersifat urgent untuk dilakukan, sehingga dua di antara tiga subyek saat ini belum juga memikirkan mengenai pernikahan secara serius dengan pasangan mereka masing-masing.
Dalam hal alasan, ketiga subyek pun memiliki pendapat yang berbeda-beda. Dua dari tiga subyek sama-sama mengalami konflik yang cukup besar, berkaitan dengan pihak eksternal, yakni ketidaksetujuan orang tua mereka dan juga orang tua pasangan terhadap hubungan yang sedang jalan saat ini. Rupanya konflik ini cukup mempengaruhi kepuasan mereka terhadap hubungan yang mereka jalin. Hal ini bisa dibandingkan dengan seorang subyek lainnya, yang mendapat dukungan penuh dari kedua pihak keluarga, bahwa ia memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih besar. Namun konflik dengan pasangan dan konflik internal pun kerap mewamai kehidupan berpacaran mereka, meskipun ketiganya memiliki rentang keparahan yang berbeda-beda, serta pola penyelesaian konflik yang berbcda-beda pula. Keuntungan dan kerugian juga dirasakan oleh ketiga subyek secara unik dan subyektif. Mengenai perencanaan ke depan, satu orang subyek sudah memiliki kemantapan sehingga berani untuk memutuskan akan menjalani kehidupan pernikahan lewat pertunangan yang telah dilakukan beberapa waktu silam. Sementara dua subyek lainnya, yang masih dihadapkan seputar konflik dengan keluarga, masih mcrasa ragu untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Bahkan salah seorang diantaranya berpikir untuk mencari pasangan lain yang lebih mapan sesuai dengan harapan kedua orang luanya.
Penggunaan TAT sebagai alat bantu sekundar dalam penelitian ternyata dapat memperkaya penemuan, karena TAT terbukti mampu memberikan gambaran mengenai subyek secara lebih mendalam dan dapat membantu penulis dalam memahami subyek secara lebih utuh dari sekedar yang diperoleh dalam anamnesa. Pengalaman serta penghayatan subyek, khususnya yang bersifat tidak sadar, terhadap hubungan pacaran yang tidak terungkap dalam anamnesa ternyata terproyeksikan melalui TAT, Kelengkapan informasi yang diperoleh melalui TAT meliputi stmktur serta dorongan atau kebutuhan tidak sadar dari subyek, konflik yang sedang dialami serta bagaimana subyek mempersepsikan dan berelasi dengan orang lain serta lingkungannya.
Sebagai bahan diskusi, ditemukan bahwa ternyata tingkat kepuasan hubungan seorang perempuan dewasa muda sangatlah dipengaruhi oleh tanggapan orang tua mereka ataupun orang tua pasangan. Selain itu ketiga subyek ternyata tidak sedikitpun mempermasalahkan mengenai kondisi finansial pasangan pasangan mereka yang cenderung lebih rendah dari mereka. Hal ini dipahami oleh mereka secara baik dan penuh rasa maklum, sehingga masalah keuangan tidak terlalu menjadi masalah yang berarti bagi diri mereka-secara pribadi. Selanjutnya ditemukan bahwa kartu 9GF pada TAT terbukti kurang efektif digunakan dalam penelitian ini.
Dari segi teknis, ditemukan kesulitan dalam memperoleh subyek dan adanya pemikiran mengenai pentingnya memperoleh infonnasi dari pihak pasangan agar hasil dapat diperoleh secara menyeluruh dan lengkap. Untuk itu disarankan untuk ikut memasukkan pasangan sebagai significant other yang penting dalam melihat dinamika suatu hubungan pacaran, apapun temanya. Selain itu perlunya melakukan uji coba terlebih dahulu terhadap kartu-kartu TAT yang akan digunakan, agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan secara lebih efektiti Meskipun demikian, secara umum TAT terbukti efektif digunakan dalam penelitian serupa dan sebagai acuan bagi psikolog dalam proses konseling nantinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wesmira Parastuti
"Tingkah Iaku yang ditampilkan individu salah satunya ditentukan oleh motif yang ada dalam dirinya. Tidak semua motif disadari oleh individu, bahkan sebagian besar motif tidak disadari individu. Motif intimacy merupakan salah satu dari sejumlah motif yang dimiliki individu. Motif intimacy merupakan dorongan intemal individu dalam berbagi keterbukaan, kontak, komunikasi timbal balik, kesenangan Kasih saying dan perhatian pada orang lain. Intimacy semakin stabii saat inividu memasuki tahapan usia dewasa muda Pada S881 temebut motif dan kebutuhan untuk intimacy menjadi hal yang disadari penuh. Karena ini, individu mulai mencari pasangan yang tetap untuk mempersiapkan dalam tugas perkembangan selanjutnya, yaitu berkeluarga.
Adanya perbedaan stereotipi gender yang mengatakan bahwa wanita memiliki karakteristik yang lebih bisa menampilkan intimacy dibandingkan pria Untuk mengukur perbedaan motif intimacy ini dapat digunakan sistem skoring dari McAdams (1980) melalui suatu asesmen yang diesebut dengan Hiemaric' Apperception Test, yang berusaha mengungkap motif yang sifatnya beium tentu disadari sepenuhnya Sistem skoring ini terdiri dari 10 kategori motif intimacy. Dalam penelitian ini penulis berusaha melihat apakah motif intimacy yang terungkap pada TAT juga dapat terungkap dalam bentuk lapor diri (wawancara) yang bentuknya lebih disadari individu dan juga sebaliknya, apakah basil wawancara yang temngkap mendukung apa yang telah idapatkan berdasarkan TAT.
Penulis juga ingin mlihat apakah benar bahwa wanita pada umumnya memiliki motif intimacy yang lebih tinggi daripada pria Sesuai penelitian yang dilakukan McAdams, penulis memakai 7 kartu TAT, dan ditambah dengan metode kualitatif (wawancara) untuk mengungkapkan motif intimacy yang bentuknya iebfih disadari individu Jumlah subyek sebanyak 8 orang, yang terdiri dari pasangan pacaran pria dan wanita kelompok usia dewasa muda (4 orang wanita, dan 4 orang pria). Hal ini ditujukan untuk dapat sekaligus melihat dinamika keinginan untuk intimacy yang berbeda pada wanita dan pria pasangan yang sedang pacaran.
Hasil yang didapatkan sesuai dengan pandangan umum gender, yaitu rata-rata skor motif inrimacy berdasarkan TAT pada pasangan pacafan usia dewasa muda menunjukkan bahwa subyek wanita memiliki skor motif intimacy yang Iebih tinggi darioda subyek pria Ini menunjukkan bahwa pada subyek wanita umumnya memiliki dorongan intemal (yang bentuknya kurang/tidak disadari) yang lebih besar dalam berbagi keterbukaan, kontak, komunlkasi timbal balik., kesenangan, kasih sayang dan perhatian pada orang lain. Motif intimacy berdasarkan wawancam secara umum terungkap bahwa pada setiap subyek wanim secara sadar mengemukakan keinginan untuk lebih banyak menikmati kebersamaan dengan paaangannya (union) dan daiam bentuk escape to im'fmak.y.
Hal ini tidak terungkap pada subyek laki-Iaki pasangannya. Hampir seluruh kategori motif intimacy yang muncul pada TAT juga muncul pada wawancara Ini menunjukkan bahwa pada umumnya semua motif intimacy yang sifatnya tidak disadari dapat terungkap secara disadari. Sedangkan, ada banyak kategori motif intimacy yang hanya muncul pada wawancara, namun tidak muncul berdasarkan TAT. Ini menunjukkan bahwa wawancara mengungkapkan kategoli motif intimaqf yang tidak terungkap melalui TAT- Hal ini dapat te|jadi karena biasanya dalam bentuk laporan biografi dari individu (wawancara) banyak muncul Iapor diri yang diterima secafa sosial dan terlihat "normal". Sehingga keinginan/dorongan inrimacy -yang merupakan keinginan yang sangat diterima secara sosial dan terlihat "normal"~ lebih banyak muncul dari wawancara yang diperoleh Terlebih lagi subyek penelitian yang digunakan adalah kelompok usia dewasa muda yang memiliki kebutuhan untuk intimaqy yang disadari penuh.
Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan agar memperbanyak jumlah sampel agar dapat lebih digeneraiisasikan, membuat standarisasi motif intimacy dari McAdams, sehingga dapat ditentukan motifintimaqy yang tergolong tinggi, sedang atau rendah, dan mélihat perbedaan tingkah laku antara individu yang bermotif tinggi, sedang dan rendah melalui setting yang menyerupai kehidupan sehari-hari (misalnya psikodrama). Penulis juga menyarankan agar memperdaiam pertanyaan wawancara yang diberikan pada subyek penelitian, dengan menambahkan butir pertanyaan mengenai pandangan subyek wanita terhadap pasangannya, dan sebaliknya. Hai ini ditujukan unmk lebih memahami dinamika motif intimacy pada pasangan, sehingga hasil yang diperoleh lebih kaya dan mendaiam Penulis menyarankan agar melakukan penelitian ini pada berbagai kelompok usia, untuk mengetahui apakah motif intimacy (seperti juga motif-motif lainnya yang dapat diterima secara sosial) memang biasanya lebih banyak terungkap melalui wawancara (lapor diri yang disadari) dibandingkan melalui TAT. Iuga disarankan untuk penyekor scoring dengan memakai beberapa pemeriksa, sehingga reliabilitas penyekoran lebih sahih (dengan menggunakan inter rarer reliability), dan mempertimbangkan jangka waktu pacaran pada subyek penelitian. Terakhir, penulis menyarankan melakukan penelitian pada sejumlah kelompok yang dinilai memiliki sifat androgini untuk mengetahui apakah pada umumnya wanita dalam kelompok tersebut juga memiliki motif imimacy yang lebih tinggi daripada pria."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Darmawan Hidayat
"Penelitian ini bertujuzm mengetahui gambaran pekerja seks yang memiliki suami rnelalui analisa Thematic Apperception T est (TAT). Penelitian ini 1nenggu.na.kan pendekatan kulitatif dengan metode analisis dokumen yang didapat dari laporau kepaniteraan mahasiswa klinis. Subjek terdiri dari 6 orang yang semuanya bekerja sebagai pekcrja seks dan memiliki suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masuknya istri dalam Iingkungan pelacuran dikarenakan perasaan tertolak dan tidak mendapatkan perhatian dari sosok suami, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang merupakah kebutuham yang utama. Mereka cenderung merasa tidak mampu, menilai diri mereka Iemah dan juga kurang memiliki pengendalian dorongan yang baik. Konflik dominan yang dialami adalah kebutuhan untuk disayangi naman ternyata mereka ditinggalkan. Mereka memiliki keoemasan ditinggalkan, kehilangan kasih sayang dan menjadi tidak berdaya. “Hukuman” yang diberikan pun sering kali terlalu parah dan juga terlalu lembut serta tidak tepat. Hal ini yang dapat mernperkuat perilaku mereka untuk tetap melgiadi pekerja seks.

The aim of this research is to find out image of sex worker who has a husband with analysis of Thematic Apperception Test (TAT). This research use qualitative approach by analysis document method, which got from case report of clinical student. The subjects including six female seks worker who has a husband. From research using TAT as a instrument, indicating that a wife entry into prostitution because of feeling refused and attentionless from husband, this show that needs of love is the most dominant needs to all sex workers. They tend to feel disable, assessing their self weaks, and less control of drive. Dominant conflict which they experience is need to be loved but they get left by their couple. They feel anxious when they are dread len, loss of affection and become disable. A "Punishment" that they get is too hard as well as too bland and also incorrect. So they can’t learn &om the punisment that they got. This matter which can strengthen their behavior to remain to be worker seks."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34028
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Ramayani
"Pacaran biasanya digunakan untuk menggambarkan bentuh hubungan interpersonal anatara seorang laki-laki dan perempuan yang melibatkan perasaan romantis dan adanya kedekatan emosional diantara keduanya. Penghayatan seorang perempuan dewasa muda yang belum pernah berpacaran, termasuk didalamnya gambaran tentang konsep dirinya, kebutuhan-kebutuhannya, interaksinya dengan lawan jenis dan persepsinya tentang laki-laki, hubungannya dengan keluarganya, persepsinya terhadap lingkungan, konflik-konflik yang dialami, gambaran kecemasannya, serta defens-defens yang digunakan membuat peneliti tertarik untuk mengetahui secara lebih mendalam dengan menggunakan tes proyeksi TAT.
Menurut Bellak (1993), fungsi utama TAT adalah untuk mengungkapkan dinamika kepribadian dan fungsi ego. Tes ini menggunakan metode yang sifatnya idiografik, dimana individu terlihat sebagai makhluk yang unik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif terhadap lima orang perempuan dewasa muda lajang yang belum pernah berpacaran. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ayu Ramadhani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran respon Thematic Apperception Test (TAT) pada pelaku perselingkuhan yang mencakup kebutuhan-kahutuhan utama, pandangan atau konflik-konflik yang dirasakan, kecemasan dan defense, terutama yang berkaitan dengan relasi interpersonal dengan lawan jenis, Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rnenggunakan TAT sebagai alat utama dan wawancara, serta observasi. Metode anatisis hasil TAT yang digunakan adalah metode Bellak (1993). Hasil penelitian terhadap 3 orang subyek (28-42 tahun) memperlihatkan bahwa tema yang banyak muncul dalam respon adalah mengenai kekecewaan, kesedihan, serta ketidakpuasan yang dirasakan terutama kepada pasangan. Mereka memiliki pandangan yang negatif terhadap pasangan, dimana pasangan dilihat sebagai orang yang tidak dapat rnemenuhi dan memahami kebutuhan dirinya. Lingkungan dianggap sebagai tempat yang menekan, mengabaikan dirinya serta mengecewakan. Konflik yang banyak muncul adalah antara harapan dan kenyataan dimana pelaku ingin rnemenuhi kebutuhan mereka tetapi terbentur oleh situasi yang tidak memungkinkan mereka memenuhi kebutuhannya tersebut. Kebutuhan-kebutuhan yang banyak muncul adalah kebutuhan akan cinta dan kasih sayang perhatian, dan komunikasi. Ketidakmampuan untuk mengatasi konflik membuat mereka merasa tidak berdaya. Mekanisme pertahanan diri yang rnenonjol adalah rasionalisasi dan represi yang menandakan kurangnya kemampuan mereka untuk memecahkan permasalahan.

The aim of this study is to have a profile of persons who's engaged in extramarital relationships through Thematic Apperception Test (TAT) analysis. It consist their main needs) conception about the world, conflicts, anxiety dan defences especially in their relation with their spouse. This study use qualitatitative method with TAT as a main tools. The analysis of TAT use Short Fonn method from Bellak. Responses from three participants (28-42) who's engaged in extrrunarital relationship shows that dominant theme of their stories are about their dissapointment and dissatisfaction with their spouse and their life. They have a negative conceptions about the world, where spouse is seen as a person who can not fulfill and understand their needs. The world is seen as a place that ignoring, pressing, and disappointing. The main conflict is conflict between expectancy and reality, where a person who's engaged in extramarital relationships can not fulfill their needs because of the situation. They all have main needs, such as need for love, attention) and communication. Their inability to cope with the conflict create a situation that lead them to state of anxiety. They show helplessness and despair. The main defences are rationalization and repression, that show their inability to cope with the problems."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T33686
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Taganing Kurniati
"Angka penyalahgunaan narl-coba di Indonesia menunjukkan peningkatan yang tajam. Jenis zat yang paling banyak dipakai dan mempunyai efek yang paling merusak adalah heroin. Berbagai studi dan literatur menunjukkan adanya pola khas baik pada penyalahguna maupun keluarganya. Di samping penyalahguna sendiri, keluarga juga mempunyai kontribusi terhadap penyalahgunaan zat dan hams menyesuaikan diri terhadap penyalahgunaan zat oleh anak. Oleh karena itu, dalam evaluasi psikologis, diperlukan alat tes yang tidak hanya mengungkap kepribadian atau keadaan klien, tetapi juga hubungan klien dengan orang tua. Salah Satu alat tes yang memungkinkan hal tersebut adalah Thematic Apperception Test (TAT).
Masalah dalam penelitian ini adalah [1] Bagaimana gambaran pola keluarga yang memiliki anak ketergantungan heroin?, [2] Bagaimana penyesuaian keluarga terhadap penggunaan heroin oleh anak?, dan [3] Bagaimana gambaran TAT pada subjek dengan ketergantungan heroin? Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengkaji [1] Pola keluarga yang meliputi kedekatan, adaptabilitas, dan komunikasi keluarga, [2] Penyesuaian keluarga berdasarkan katagori enmeshmen!-derachment, [3] Nada emosi dalam cerita TAT, [4] T ema-tema berkaitan dengan pelaku-pelaku tertentu, dan [5] Gambaran tentang tolcoh pahlawan.
Pendekatan yang digunakan adalah analisis kualitatif terhadap poia keluarga [berdasarkan teori Olson], penyesuaian keluarga [berdasarkan teori Kaufrnann], dan hasil TAT [berdasarkan Telmik Interpretasi Bentuk dan Isi dari Henry dengan berfokus pada Isi Positif]. Kartu yang dipakai adalah 1, 2, 3BM, 4, 6BM, 7 BM, I0, 11, 12M, l3MF. Data penelitian dikumpulkan dengan metode tes, wawancara, dan dokurnen. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode kasus tipikal dengan karakteristik subjek: laki-laki berusia antara 21 hingga 29 tahun yang mengalami ketergantungan terhadap heroin sejak remaja. Jumlah subjek adalah 4 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola keluarga pada tiga subjek [Riz, Dod, dan Rand] cenderung negatii Namun ada satu subjek, yakni lv, yang walaupun pola keluarganya tergolong baik tetapi tetap mengalami ketergantungan terhadap heroin. Penyesuaian yang dilakukan olh keluarga dari tiga subjek [Riz, Dod, dan Rand] tergolong negatii sementara penyesuaian yang dilalcukan keluarga dari sam subjek, yakni lv, tergolong positif Tampak ada kaitan antara pola keluarga dengan penyesuaian keluarga terhadap penggunaan narkoba.
Analisis terhadap hasil TAT menunjukkan bahwa Riz cenderung menghasilkan respon dengan nada emosi negatii sernentara Iv cenderung menghasilkan respon bernada positif dan mampu mengubah nada negatif menjadi positiii Kartu yang oenderung menghasilkan nada negatif adalah 3 BM, 6BM, ISMF, sementara kartu bemada positif adalah 4 dan 10. Sebagian besar subjek menghasilkan respon dengan nada aktifl Nada pasif urnumnya muncul pada kartu 1 dan 3BM. Nada konflik paling banyak muncul pada Dod. Hubungan serasi paling banyak muncul pada Riz yang memunculkan tokoh teman dan pasangan.
Kartu 'hubungan serasi' adalah kartu 10. Analisis terhadap tema menunjukkan bahwa tidak ada tema Iuar biasa Tema berulang rnuncul pada Riz., yang menunjukkan tema ‘kebingungani Tema berkaitan derngan Tokoh Otoritas Wanita diungkap oleh kartu 6BM [iigur ibu]. Tema rasa bersalah muncul pada Iv daan Rand, sementara tema tidak mengabulkan permintaan tokoh pahlawan muncul pada Riz dan Dod. Tema berkaitan dengan Tokoh Otoritas Pria diungkap oleh kartu 7 BM. Tema dari kann ini adalah harapan terhadap tokoh otoritas pria. Tema berkaitan dengan orang tuafkeluarga diungkap oleh kartu 2. Rand menunjukkan keinginan mempunyai keluarga, Iv memunculkan tema keinginan membantu orang tua, Riz menunjukkan perasaan bingung dan kemudian pergi bennain. Frekuensi tema berkaitan dengan keluarga paling banyak muncul pada Dod [1, 2, 3BM]. Tema yang berkaitan dengan lawan jenis sebaya diungkap oleh kartu 10, 4 Lpasangan, pacar] yang diwamai oleh perasaan kasih sayang. Kartu 13 MF mengungkap tema dorongan seksual dan perasaan terhadap seks bebas [`Riz, Iv] dan kekerasan seksual [Rand]. Kartu yang paling baik untuk menjelaskan tokoh pahlawan adalah kartu 3BM [pecandu narkoba, perasaan, keinginan, motivasi untuk sembuh] dan kartul [kondisi internal, motivasi dan daya juang, reaksi terhadap hal baru]. Nada emosi maupun tema yang dikemukakan subjek tampak sesuai dengan keadaan dan kepribadian subjek dan berkaitan dengan pola keluarga serta penyesuaian keluarga.
Kesimpulan tentang gambaran TAT adalah sebagai berikut: Karm 1, BBM mernberi gambaran yang baik tentang keadaan diri, Kartu 2 memberi gambaran tentang hubungan dengan orang tuafkeluarga, Kartu 10 dan 4 mengungkap hubungan dengan pasangan, yang diwamai dengan perasaan cinta dan bahagia, Kartu 6BM mengungkap hubungan, perasaan, keinginan terhadap ibu, Kartu 'IBM memberi gambaran tentang harapan terhadap ayab, dan Kartu 13MF memberi gambaran tentang dorongan seksual dan agresivitas Saks. Penelitian ini menunjukkan bahwa TAT mempunyai nilai proyektif dan diagnostik yang baik pada subjek ketergantungan heroin. Saran untuk penelitian lanjutan adalah agar mencakup dimensi lain dari Metode Henry, rnelakukan wawancara Secara Iebih mendalam atau lebih terstruktur untuk menegakkan pola keluarga secara lebih adekuat, rnengkaji perbedaan respon TAT berdasar pola keluarga, dan mengkaji hubungan antara pola keluarga dengan penyesuaian keluarga. Saran untuk Psikolog yang berkenaan dengan penanganan klien dengan ketergantungan zat adalah bahwa TAT sangat proyektif dan dapat digunakan Lultuk mengeksplorasi nada emosi, hubungan interpersonal, dan keadaan serta motivasi klien untuk sembuh. TAT juga dapat nnemberi garnbaran tentang pola keluarga dan penyesuaian keluarga. Sementara saran untnk Keluarga adalah agar melakukan penyesuaian detachment untuk mendukung kesembuhan anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Aprillany
"Di Indonesia angka perceraian pada pasangan suami istri mengalami peningkatan setiap tahunnya (Kompas, 2003). Walaupun yang mengalami perceraian adalah orangtua, namun anak-anak menyaksikan dan berada di tengah-tengah konflik dan ketidakbahagiaan orangtuanya. Hal ini akan menimbulkan dampak-dampak khusus pada anak-anak. Beberapa penelitian yang dilakukan pada anak-anak yang orangtuanya bercerai menunjukkan bahwa anak-anak tersebut mengalami kebingungan, sedih, ketakutan, turunnya prestasi belajar, marah dan konsep mengenai suatu hubungan yang dapat diandalkan menjadi terganggu (Committee on the Family Group forthe Advancement of Psychiatry, 1988).
Dampak yang dialami oleh anak-anak akibat perceraian orangtuanya masih memberikan pengaruh ketika mereka tumbuh besar dan memasuki masa dewasa muda (WallerSlein St Blakeslee dalam Zachra, 1999). Masa dewasa muda ialah masa dimana mereka memiliki banyak tugas perkembangan yang Salah satunya ialah mencari pasangan hidup. Disaat mereka di hadapkan pada tugas perkembangan ini, mereka juga harus menghadapi konflik-konflik dalam diri mereka akibat dari perceraiarl orangtua mereka. Beberapa penelitian mengenai kontlik-kontlik yang dialami oleh anak-anak tersebut antara Iain adalah takut mengalaml kegagalan dalam perkawinan seperti yang dlalami orangtua mereka (Papalia & Olds, 1994) serta takut membuat komitmen dan selalu merasa khawatir dikhianati (Zachra, 1999).
Salah satu tes proyeksi yang digunakan dalam setting psikologi klinis adalah Thematic Apperception Test (T.A.T). Alat tes ini adalah suatu tes proyeksi yang dapat digunakan untuk mengetahui dinamika kepribadian yang dimanifestasikan dalam hubungan interpersonal seseorang Tes ini terdiri dari satu seri gambar yang dapat memberikan data mengenai bagaimana hubungan interpersonal sesorang terhadap tigur otoritas pria atau wanita, pria dan wanita seusia dan juga hubungan dalam konteks keluarga, Penelitian ini bermaksud untuk melihat bagaimana dinamika hubungan interpersonal subyek dewasa muda yang orangtuanya bercerai, baik terhadap lawan jenis maupun dengan tigur orangtua yang tergambar lewat respon T.A.T. Hasil yang didapat dari respon T_A_T tersebut akan dibandingkan dengan anamnesa untuk mencari kesesuaiannya dengan apa yang sebenamya dialami oleh subyek.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh subyek memproyeksikan hubungan interpersonal mereka ke dalam situasi-situasi yang terdapat dalam kartu T.A.T Analisa respon TAT dan perbandingannya dengan anamnesa juga memberikan bukti bahwa dinamika, konflik-konflik maupun pandangan mereka terhadap lawan jenls dan Hgur otorilas yang ditampilkan dalam respon TAT memiliki kesesuaian dengan yang mereka alami dalam kehidupan nyata. Penemuan ini menunjukkan bahwa penggunaan T.A.T dapat membantu dalam penanganan kasus-kasus klinis yang berkaitan dengan masalah dalam hubungan interpersonal. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti respon T_A_T pada kelompok dewasa muda yang telah meniKah atau kelompok usia dewasa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38138
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roswiyanti
"Konsep diri merupakan hal yang penting artinya bagi kehidupan seseorang karena konsep diri menentukan bagaimana seseorang bertindak dalam berbagai situasi. Melalui pemahaman mengenai konsep diri maka tindakan seseorang lebih mudah untuk dipahami. Fitts (1971) menyebutkan bahwa konsep diri adalah suatu konstruk sentral untuk memahami manusia dan tingkah lakunya.
Konsep diri juga berkaitan dengan penilaian diri pribadi sesuai dengan peran yang dibawakannya dalam masyarakat. Peran tersebut sangat beragam, apakah ia sebagai orang tua dari anak-anaknya, seorang wanita yang berperan sebagai isteri, dan sebagainya. Individu juga menilai diri sendiri dari segi kepribadiannya, apakah ia merasa sebagai orang yang jujur, simpatik atau justru sebaliknya.
Masa dewasa muda adalah masa dimana individu mulai membangun pondasi bagi kehidupan mereka selanjutnya. Seseorang diharapkan telah merefleksikan pengalaman-pengalaman sepanjang masa hidup sebelumnya dan mulai membentuk tujuan-tujuan hidup yang diharapkan bagi kehidupan selanjutnya. Mereka mempelajari kemampuan dalam pengambilan keputusan, pemahaman akan nilai-nilai serta tanggung jawab baru.
Salah satu tanggung jawab dan keputusan yang harus mereka ambil adalah membangun hubungan intim, memilih pasangan hidup serta mengambil keputusan untuk masuk kedalam perkawinan. Mereka dituntut untuk menyiapkan diri bagi kehidupan berkeluarga. (Tumer & Helms; Zanden, 1993).
Dari hasil jajak pendapat yang dilakukan Femina No.27/XXX tahun 2002 terhadap 200 responden tentang pandangan terhadap wanita yang bersedia menjadi isteri kedua dengan perincian persentase sebesar 51% yang pro dan mendukung menjadi isteri kedua, 43% yang kontra, 1% menjawab tidak tahu dan 5% responden tidak menjawab.
Peneliti ingin melihat seberapa baik gambaran konsep diri perempuan dewasa muda dalam perkawinan poligini berdasarkan 4 aspek konsep diri dari Fitts yaitu aspek pertahanan diri, aspek penghargaan diri, aspek integrasi diri dan aspek kepercayaan diri sehingga mereka dapat bertahan dengan kehidupan dipoligini oleh suaminya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus, menggunakan teknik wawancara dan observasi sebagai pendukung pada 4 subjek perempuan dewasa muda yang dipoligini yang terdiri dari isteri pertama dan isteri kedua dari 2 pasangan suami isteri untuk melihat perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah perkawinan poligini antara isteri pertama dengan isteri kedua.
Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa ke 4 orang subjek mempunyai konsep diri yang baik yang meliputi aspek pertahanan diri, aspek penghargaan diri, aspek integrasi diri dan aspek kepercayaan diri yang masingmasing tergolong baik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3344
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Chairani
"Sebagai perempuan yang menjalani hidup dengan identitas lesbian pada masyarakat yang heterosentris dengan dominasi parriarki yang kuai mempakan pilihan yang sulit. Tidak mudah bagi mereka untuk mengartikan identitas secara positif sementara lingkungan mereka masih memberikan penilaian yang negative. Pada kasus tertenlu mereka menginternalisasikan homophobia yang mereka pelajari dari lingkungan sehingga membawa pengaruh yang negatif terlmdap penyesuaian psikologis memka (Greene dalam Greene&I-Ierek, 1994). Permasalahan kesehalan mental yang dialami oleh lesbian bukan konsekuensi langgung dari identitas seksualnya tetapi sebagai konsekuensi dari identilas yang sudah terlanjur terstigma di mala masyarakat yang heterosentris. Dampak siigma yang perlahan terhadap pengalaman lesbian terlihat jelas melalui model teoritis dari pembentukan idenlitas (Bohan, 1996). Gambaran penem aan identitas lesbian diperoleh melalui waaancara dengan panduan model anam tahapan penerimaan identitas dari VC.Cass. Peneliti juga akan menggunakan tes kepribadian sebagai alat diagnostik untuk menangkap kompleksitas dari penghayalan tersebut.
Thematic Apperceprfon Test (T AT) aclalah salah satu alat kepribadian yang memakai prinsip proyeksi Grorh-Mamai (1984) menjelaskan bahwa TAT sangat bergantung kepada metode interpretasi kualitatif dan lebih menilai kekhasan siltuasi kehidupan individual yang bersifat saal ini (here and now) dibandingkan dengan slruktur kepribadian yang mendasar. TAT merupakan teknik unluk menginvesligasi dinamika kepribadian yang termanifestasi dalam hubungan interpersonal dan dalam interprestasi bermakna terhadap lingkungan (Bellak, 1993). Dalarn memaharni individu secara unik dan menyeluruh harus dilihat dari konteks serta pengalaman soslalnya di lingkungan. Semenlara identitas merupakan perasaan unik seseorang terhadap dirinya yang melekal pada dirinya Smara tidak langsung hasrat yang lumbuh selama in.i lmtuk mengekspresikan identitasnya serta membuka diri sepenuhnya kepada publik berkaitan dengan gambaran kepribadian serta keadaannya pada sam ini. Gambaran penerimaan idenlitas yang sudah dijalani oleh lesbian hingga saat ini dapat melengkapi kebutuhan tidak sadar, konsepsi lingkungan orang-orang di dalamnya dan dimensi kepribadian subyek yang terungkap dari TAT.
Pendekatan yang digunakan dalam TAT bersifat idiogralik arau berd arkan keunikan individu. Pada dasar ini pala penelili akan menggunakan pendekaian kualitatif sebagai melode penelitian terhadap tiga orang perempuan yang mengidenliflkasilcan dirinya sebagai lesbian. Hasil penelitian memperlihalkan bahwa secara umurn TAT memb-erikan gambaran subyek yang Iebih mendalam alaupun mempertajam infomaasi dari anamnesa Pengalaman serta penghayatan subyek terhadap identitas lesbian yang tidak terungkap secara mendalam pada gambaran penerimaan idenliias yang diperoleh melalui anamnesa, temyata terproyeksi melalui TAT. Tampalmya derajal dan lingkatan penerimaan identilas liap subyek mernpengaruhi gambaran konsep diri. , persepsi terhadap figur orang tua, penerimaan identitas lesbian, hubungan interpersonal dengan orang Iain, persepsi terhadap lingkungan serta cara mereka menangani konllik secara keseluruhan yang tertangkap baik dan anamnesa dan TAT.
Ketiga subyek merailiki gambaran konsep diri yang berbeda-beda dan unik dan berkailan dengan identitas lesbian yang melelzat pada diri mereka. Dua dari subyek memiliki kebuluhan dalam menjalin aliliasi emosional, dan mengajarkan kelenarikan tersebut secara jelas kepada perempuan yang menonjol. Kebuluhan ini memiliki konflik dengan superego. Salah satu dari mereka memiliki superego yang menglmkum secara parah dengan nuansa agrmi yang ditunjukan kepada dirinya maupun arang lain. Hakikat kecemasan dari lcedua subyek di atas adalah kehilangan kasih sayang dan ditinggalkan. Sementara subyek yang lain merasa bahwa dirinya berbeda dan tidak puas dengan dirinya saat ini. Kebutuhan utamanya adalah dikasihi, dimengerti, bergantung, dan didukung oleh Iingkungannya (N-Succoronce) dan memberikan kasih sayang yang dalam (N-Nurruronce) yang dimanifestasikan dalam bentuk yang ekslrim dan hal ini memberikan tendensi masokis pada dirinya. Kedua kebutuhan mama ini mempakan sumber konflik yang bermakna dari dalam dirinya. Keeemman dari subyek ini adalah penolakan dari lingkungan. Semua subyek memiliki hubungan yang tidak dengan kedua orang tua mereka dalam derajat yang berbeda-beda. Sikap mereka lerlihat melalui penolalian, ambivalensi, hingga kebencian tahadap figur orang tua.
Secara umum, dari tahapan penerimaan identitas yang dikemukakan oleh Cass (dalam Bohan, I996), dan subyek mencapai tahapan keempat (ldentity Accepronoe) dan sisanya baru mencapai iahap ke dua (Identity Comparison). Subyek yang sudah mencapai tahap ldonmy Comparison, masih memililci inremahzed homophobic yang masih kuat terhadap lesbian Dua subyek Iainnya yang sudali pada tahap Idenriryrficceprance memiliki perbedaan dalam darajat pengungkapan diri yang mereka lakukan. Salah salu dari mereka hampir tidak mernbaiasi dirinya dalam mengimgkapkan identitas lesbiannya, some-mam yang Iainnya menggunakan passing sebagai heleroseksual kepada kalangan tertentu. Tidak semua subyek dapat memprayelsikan kelertarikan seksual mereka melalui lema dalam TAT.
Ada dua orang subyek yang memproyeksikan ketertarikan homoseksualnya dengan jelas dalam tema cerita, sememara yang lainnya cenderung untuk merepresi kebutuhan tersebut dan mernproyeksikannya dalam benrul: yang lain, yaitu mourning terhadap ideal loss. Hubungan inlerpersonal para subyek juga terkait dengan lingkalan penerirnaan idenituas mereka. Dua orang subyek dengan tahapan identity memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan ternan-teman rnereka yang berasal dari komunitas gay emu lesbian Namim salah seorang dari mereka yang masih membatasi pengungkapan dirinya, memproyeksikan bahwa orang-orang yang berada di lingkungannya tidak mudah memahaminya dan menanggapinya secara berbeda. Tetapi pada subyek dengan tahapan penerimaan identity Comparison masih memiliki perasaan inrerriolized homophobia.
Pada subyek dengan lahapan Identity Acceptance merasa bahwa lingkungan mereka cenderung mendukung mereka dan tidak pemah mengalami reaksi negatif terhadap ideniilas lesbian yang mereka sandang Namun salah seorang dari mereka yang masih membatasi pengungkapan idmtilm lesbiannya masih mengesankan bahwa Iingkungannya meagecewakan dan tidak memuaskan seperti apa yang ia harapkan. Pada subyek yang dengan derajal penerimaan dirinya yang lebih tinggi dapai andang lingkungannya cukup proporsional, dimana rentangnya dan menyenangkan hingga tidak menyenangkan. Sementara subyek yang masih mengalami internalized homophobia memandang lingkungannya dengan kesan yang negalif dimana lingkungannya tidak mendukung dirinya sehubungan dengan identitas lesbiannya. Tiap subyek memiliki kekhasan dalam menangani konllik. Pada subyek yang memiliki inremmlized homophobia cenderung tidak adelcual dalam menangani konfliknya dimana ia menggunakan penyelesaian melalui agresi yang ditujukan kepada dirinya Hruroyeksi) maupun orang lain. Pada subyek yang membzuasi pengungkapan identitas lesbian memiliki penyelesaian konflik yang represif dan denial. Sememara pada subyek dengan derajal penerimaan idmtitas yang Iebih tinggi tampaknya memiliki keeendenmgan unluk menggunakan mekanisrne perlahanan intelektual dan isolasi emosi.
Ketiga subyek terlihal masa Ideruigv Foreclosure yang cukup panjang, yaitu sekitar 10 hingga 15 tahun hingga akhimya tumbuh perasaan nyaman pada diri mereka Stagnasi ini sangat diwamai oleh mekanisme perlahanan denial, represi dan supresi. Pada maaa lemebut,1erlil:|aI adanya keeenderungan bunuh diri pada pada ketiga subyek. Temuan ini didulrung oleh hasil risa membuktikan bahwa individu homoseksual pada periode remaja atau dewasa muda cenderung untuk mengalami masalah psikologis, khususnya kasus pereobaan bunuh diri dan penyalahgunaan 221 (Gonsiorelg 1995). Derajal penerimaan subyelc lerlihai berkembang pesar ketika mereka menemukan dan bergabung dalam komunilas lesbian. Sepertinya merelra menerima dukungan sosial yang lebih bennakna dari komunitas. Komunitas ini berfungsi sebagai exrendadjizmify dan dukungan sosial yang diperoleh oleh lesbian berkaitan dengan penyeeuaian serta kebahagiaan yang lebih baik (Berger daiam Donelson,l999). Kemuclian lesbian dapal mempenahanlmn say'-esteem mereka melalui keterlibatan dalamkomunitas lebian (Crocker & Major dalam D’Augel|i 8: Gameis, 1995). Selain itu komak dengan komunitas berarli dapat mengadopsi idenlitas kelompok yang memberikan role model dan dapat mmghilangkan perasaan isolasi sosial serta keterasingan (Kurdek dalam D’AugelIi & Gamets, 1995).
Penggunanan TAT terbukti mengimgkaplmn lebih dalam serta memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai penghayatan lesbian terhadap idenlitas yang mereka pilih. Peneliti tidak sekedar menangkap dorongan tidak sadar subyek namun juga memperoleh dinamika hubimgan aktual para subyek dengan orang-orang yang ada di lingkungannya serta bagaimana mereka hubungan interpersonal tersebut Misalnya pada kann 9 GF yang memiliki stimulus mine sibling rivalry dan hubungan antar perempuan, ternyata mampu merstimulasi subyek unluk mengungkapkan ketertarikan homoseksual mereka saai ini dan bagaimana merelca menangani perasaan tersebut. Penemuan ini konsisten dengan pcnjelasan Bellak (1993) bahwa keimggulau TAT lerletak pada kemampuannya dalam mencetuskan isi dan dinamika hubungan intapersonal serta pola-pola psikodinamik Hal ini juga dapai dijelaskan melalui asumsi utama dalam menginterpretasi TAT menurut Lindley (dalam Bellak, 1993) dimana dalam mencerilakan sesuatu melalui orang ketiga, subyek dapat mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh cerita Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan agar TAT dapat digunakan sebagai alat diagnostik dalam pemeriksaan psikologis amu proses konseling Psikolog dapat berperan dalam mendampingi klien lesbian dalam me-ngenali dan menerirna identitas lesbian mereka. Pendampingan ini secara. tidak langsimg akan berdampak dalam memaksimalkan fungsi imerpersonal Serta mengintegrasikan identitas rnereka dengn baik di tengah masayarakal yang didominasi heteroseksual, Peneliian ini dilakulmn pada jumlah subyek yang relarif Milan Oleh karena itu perlu diadalcan penelilan lmalilaiif lanjutan pada sampel yang Iebih besar dengan titik salurasi yang terpenuhi unluk keragaman basil.
Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat mendapalkan gambaran l»:epribadian subyek secara utuh serta bagairnana merelsa menangani penerimaan ideniitas lesbian yang melekal pada diri mereka. Penerimaan identitas bagi lesbian merupakacn sushi prosm yang hams dijalani rnereka seumur hidup. Untuk lerus mempertahankan integrasi identitas mereka secara posilif mereka disarankan unluk tidak lagi membamsi pengungkapan diri mereka dengan orang lain. Selain itu mereka juga terlibat dan terus aktif dalam komunilas lesbian agar dapat meningkalkan self esteem dan menghindari murka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika seseorang memasuki usia dewasa muda yaitu usia antara 20-30 tahun
(Santrock, 2002) maka ia akan menjalani tugas perkembangan tertentu. Misalnya seperti
memulai suatu karir, kemudian memilih pasangan hidup, belajar menyesuaikan diri dan
hidup harmonis dengan pasangan hidup, rnulai membentuk Suatu keluarga, mengasuh
dan membesarkan anak-anak dan sebagainya, Salah sam tugas terpenting adalah mencari
pasangan hidup. Salah satu caranya adalah dengan menjalin hubungan pacaran dengan
|awan jenis.
Yang dimaksud dengan hubungan pacaran aclalah proses pemilihan pasangan
hidup yang ditandai dengan adanya hubungan yang eksklusif dan perrnanen Bntara dua
orang yang berlalnan jenjs kelamin (Duvall&Miller, 1985). Ketidakpuasan dalam
menjalin hubunngan pacaran akan mengakibatkan munculnya konflik antar pasangan
yang akhimya tenj adi pemutusan hubungan.
Ketika suatu hubungan pacaran berakhir, biasanya diikuli dengan rasa sakit dan
penderitaan yang mendalam (Baumeister & Wotrnan, 1992). Ketika seseorang melakukan
hal yang menyakiti orang lain, hubungan diantara keduanya menjadi buruk. Salah satu
altematif cara untuk mencegah atau mengatasi hubungan yang buruk tersebut adalah
dengan forgiveness (memaafkan). Yang dimaksud dengan forgiveness aclalah suam
perubahan rnotivasional, menurunnya molivasi untuk balas clendam dan unruk
menghindari orang yang telah menyakili (Mc.Cullough, Worthington, & Rachal (1997).
Dengan memaafkan, diharapkan seseorang mampu merubah emosi negatifnya menjadi
lebih positif, sehingga ia mampu menyelesaikan rnasalahnya dengan cara yang lebih
konstruktif
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana garnbaran memaafkan
pada dewasa muda yang rnengalami pulus hubungan pacaran. Mengingat masalah
penelitian yang dibahas membutuhkan penghayatan individu dan tergolong sensitif; maka
peneliti menggunakan metode kualitatii Dalam penelitian ini, subyek yang digzmakan
sebanyak 4 orang dengan karekteristik usia antara 20-30 tahun.
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa tidak semua subyek mengalami
forgiveness, hal ini dikarenakan faktor penentu, seperti darnpak peristiwa yang
mernpengaruhi subyek, niat mantan pacar untuk meminta maaf dan empati yang
dirasakan oleh subyek pada pendenta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para dewasa muda yang
mengalami
hubungan pacaran, sehingga mampu mengembangkan forgiveness
untuk mengobati luka hatinya."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>