Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102075 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita Zulkaida
"ABSTRAK
Perkembangan di berbagai bidang menyebabkan semakin besar
kemungkinan seseorang untuk bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang
dari berbagai kalangan, dengan latar belakang kultur dan gaya hidup yang
berbeda. Hal ini akan berpengaruh terhadap adanya perubahan budaya di
masyarakat, terutama dalam pola komunikasi atau hubungan interpersonal.
Dalam situasi seperti ini, hubungan interpersonal mulai lebih dihargai, karena
dinilai sebagai sumber utama dari kepuasan dan cara mencapai self worth di
dalam kehidupan. Banyak orang menyadari bahwa mereka kurang memiliki
keterampilan dan merasa tidak memiliki kehidupan yang cukup memuaskan,
karena merasakan adanya ktidak-adekuatan personal dalam berinteraksi
dengan orang lain. Ellis (dalam Lange & Jakubowski, 1976) melihat bahwa
cara untuk membantu individu untuk dapat mempertahankan dirinya dalam
dunia yang sulit namun dalam bentuk yang lebih rileks, lebih menyenangkan
dan lebih sehat adalah dengan tingkah laku asertif.
Lange dan Jakubowski (1976) mengatakan karena kebanyakan masalah
psikologi yang melibatkan assertion memiliki komponen kognitif afektif, dan
tingkah laku, maka kombinasi pendekatan kognitif, afektif dan tingkah laku
dalam pelatihan asertif dianggap tepat. Oleh karena itu, mereka kemudian
mengembangkan suatu bentuk pelatihan asertif dengan menggunakan
pendekatan kognitif - tingkah laku (cognitive-behavioral procedures).
Penelitian ini ingin melihat apakah program pelatihan asertif dengan
pendekatan kognitif-tingkah laku dapat menjadi sarana unmk meningkatkan
tingkah laku asertif pada mahasiswa.
Subjek penelitian mahasiswa Universitas Gunadarma tingkat 2 (dua), laki-
laki dan perempuan, berusia antara 18 - 20 tahun, memiliki skor tingkah laku
non asertif yang lebih dominan berdasarkan hasil Tes Skrining Subjek, bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian (mengikuti seluruh program pelatihan
selama 8 kali berturut-turut, mengisi kuesioner dan mengeljakan tugas-tugas
yang diminta - untuk kelompok eksperimen)
Jumlah subjek penelitian 12 orang pada kelompok eksperimen dan 12
orang pada kelompok kontrol. Rancangan yang digunakan di dalam penelitian
ini adalah true experimental design, dengan bentuk randomized matched
prestest-posttest control group design. Pelatihan asertif unluk kelompok
eksperimen diberikan selama 4 minggu dengan 8 kali pertemuan, sekitar 2,5 -
3 jam setiap pertemuan. Adapun untuk kelompok kontrol hanya diberikan
pretest dan posttest.
Untuk mengumpulkan data digunakan Tes Skrining Subjek untuk
menyeleksi individu yang akan diikutsertakan dalam pelatihan, Skala Tingkah
laku sertif yang cligunakan untuk pretest dan posttest (denan I0 aspek yaitu
melakukan percakapan, mencari informasi, mernberikan pendapat, mengajukan
permintaan, menolak permintaan, mengekspresikan perasaan, memberikan
pujian, memberikan kritikan, menerima pujian dan menerima kritikan) Serta
Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Asertif. Untuk analisis data digunakan
Wilcoxon Signed Rank Test, Mann Whitney U Test dan distribusi frekuensi.
Kesimpulan yang diperoleh adalah 1) Ada peningkatan tingkah laku
asertif secara sangat signifikan setelah mengikuti pelatihan. Peningkatan terj adi
dalarn semua aspek tingkah laku asertif 2) Ada perbedaan tingkah laku asertif
secara signifikan antara subjek yang mengikuti pelatihan dengan yang tidak
mengikuti pelatihan. Namun jika dilihat secara lebih khusus berdasarkan aspek-
aspeknya, perbedaan yang signifikan terjadi pada aspek kernampuan
melakukan percakapan dan memberikan kritik. Faktor yang mungkin
menyebabkan adalah karena mated yang diberikan untuk setiap sesi (dan tugas
rumah yang diberikan) cukup banyak sedangkan pertemuan dilakukan
seminggu 2 kali, sehingga selang waktu pertemuan yang hanya 2-3 hari
tampaknya menyebabkan peserta pelatihan rnerasa bebannya menjadi banyak
(karena bersamaan dengan pengerjaan tugas-tugas kuliah) dan menyebabkan
beberapa dari mereka menjadi belum sempat untuk menerapkan secara optimal
berbagai keterampilan yang telah mereka pelajari di pelatihan. Komponen
active experimentation, dimana subjek diminta untuk mempraktikkan berbagai
materi yang telah dilatihkan ke dalam situasi sosial keseharian (membuat
keputusan, menyelesaikan masalah), tampaknya kurang berjalan dengan
optimal.
Kesmpulan 3) bentuk tingkah laku asertif yang sulit dilakukan subjek
adalah mengekspresikan orasaan dan menolak permintaan 4) materi yang
dianggap membantu meningkatkan tingkah laku asertif subjek adalah
percakapan sosial, memperkenalkan diri, memberikan pujian, seb’ statement,
imajinasi emosi dan memberikan kritikan S) teknik yang dianggap membanlu
meningkatkan tingkah laku asertif subjek adalah diskusi dalam kelompok besar (sharing masalah dan pengalaman)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Maria Ninawati
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program training komunikasi asertif untuk meningkatkan keterampilan kerjasama pada Pre Operational First Officer di PT. X. Tipe penelitian ini adalah action research dengan partisipan sebanyak 7 orang. Alat ukur perilaku asertif adalah adaptasi dari Rathus Assertiveness Schedule (Rathus,1973) dengan nilai koefisien alpha (α) sebesar 0,744. Sedangkan untuk mengukur keterampilan kerjasama, digunakan adaptasi dari Teamwork Skill Questionnaire (O?Neil 1996) dengan nilai koefisien alpha (α) sebesar 0,750.
Hasil uji korelasi Spearman-Rho menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku asertif dengan keterampilan kerjasama dengan korelasi sebesar 0,773 dan signifikansi 0,042 (p>0,05). Dengan demikian semakin tinggi perilaku asertif, maka semakin tinggi keterampilan kerjasama. Sementara hasil uji Wilcoxon Signed-Rank Test menunjukkan perbedaan skor sebelum dan sesudah intervensi pada perilaku asertif dengan nilai signifikansi 0,027 (p>0,05) dan pada skor keterampilan kerjasama dengan nilai signifikansi 0,042 (p>0,05).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa training komunikasi asertif dapat meningkatkan perilaku asertif dan keterampilan kerjasama pada responden. Dengan demikian perusahaan dapat menerapkan training komunikasi asertif untuk meningkatkan keterampilan kerjasama pada pre operational first officer.

The purpose of this thesis is to see the effectiveness of assertive communication training program to improve teamwork skills of pre operational first officer at X company. This research used action research method with 7 participants. The research that was used Rathus Assertiveness Schedule (Rathus, 1973) with alpha coefficient (α = 0,744), and Teamwork Skill Questionnaire (O?Neil 1996) with alpha coefficient (α = 0,750) to measure teamwork skill.
The result showed a significant relationship between assertive behavior and teamwork skill with a correlation value of 0.773 and significance of 0.042 (p <0.05). It showed that with increasing assertive behavior so teamwork skill will be increase too. In addition, there were significant differences score before and after intervention program of assertive behavior (p=0.027<0.05) and (p=0.042<0.05) of teamwork skill.
The analysis results showed that assertive communication training can enhance assertive behavior and teamwork skill of participant. Assertive Communication Training can be used by company to improve teamwork skill of pre operational first officer.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31849
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isdar Andre Marwan
"
ABSTRAK
Kebahagiaan adalah sesuatu yang didambakan manusia sejak zaman
dahulu kala. Banyak cabang ilmu yang mempelajari kebahagiaan, salah satunya
adalah psikologi. Para ahli psikologi lalu menggunakan konstruk kesejahteraan
subyektif (subjective well-being), karena istilah kebahagiaan memiliki makna
yang rancu.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara perilaku asertif, pengaruh perbedaan budaya,
penghasilan, dukungan sosial, tujuan pribadi, aktivitas, kepribadian, kognisi, dan
kejadian-kejadian yang dialami seorang dalam hidup dengan kesejahteraan
subyektif (Diener, 1996; Alberti & Emmons, 1995; Zika & Chamberlain, 1987).
Pengaruh perbedaan budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
idiosentrisme, karena obyek penelitian ini adalah individu. Perilaku asertif
membuat seseorang mampu mengekspresikan diri sekaligus menghormati hak-hak
orang lain. Hal ini meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain,
meningkatkan self-esteem, mengurangi kecemasan dan mengurangi tingkat
depresi. Idiosentrisme berhubungan dengan kesejahteraan subyektif karena orang
yang idiosentris punya kebebasan untuk menetapkan tujuan dan tingkah lakunya
sendiri. Idiosentrisme juga berhubungan dengan self-esteem yang berkaitan erat
dengan kesejahteraan subyektif.
Penelitian-penelitian mengenai hubungan antara perilaku asertif dan
kesejahteraan subyektif masih sangat jarang dilakukan, demikian pula dengan
idiosentrisme. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara
perilaku asertif dan idiosentrisme dengan kesejahteraan subyektif. Apalagi
penelitian-penelitian yang selama ini dilakukan lebih banyak dilakukan dalam
budaya yang individualis, masih sangat jarang dilakukan di Indonesia yang
memiliki budaya yang kolektif dan kekhasan tersendiri.
Budaya Indonesia terlalu luas untuk dibicarakan, maka peneliti memilih
budaya Jawa dan budaya Batak sebagai kelompok budaya yang menjadi obyek
penelitian ini. Kedua kelompok budaya ini djpilih karena hasil penelitian Najelaa
(1996) menunjukkan budaya Batak dipersepsikan sebagai budaya yang paling
asertif sedangkan budaya Jawa sebagai budaya yang paling tidak asertif.

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
perilaku asertif dan idiosentrisme dengan kesejahteraan subyektif pada orang
Jawa dan orang Batak. Penelitian ini bertujuan pula untuk melihat sumbangan
perilaku asertif dan idiosentrisme terhadap kesejahteraan subyektif orang Jawa
dan orang Barak.
Berkaitan denga tujuan di atas, maka penelitian ini melibatkan 277
mahasiswa dari perguruan tinggi dan swasta yang ada di Jabotabek. Kepada
mereka diberikan beberapa alat ukur, yang masing-masing mengukur : kepuasan
hidup, afek menyenangkan dan afek tidak menyenangkan, perilaku asertif dan
idiosentrisme. Hubungan antara perilaku asertif dan idiosentrisme secara
bersama-sama terhadap kesejahteraan subyektif orang Jawa dan orang Batak
diukur dengan mengontrol variabel-variabel yang mungkin berpengaruh dengan
kontrol statistik. Sumbangan masing-masing faktor tersebut terhadap
kesejahteraan subyektif diperoleh dengan menggunakan analisis regresi majemuk.
Penelitian ini membuktikan adanya hubungan antara perilaku asertif dan
idiosentrisme secara bersama-sama terhadap kesejahteraan subyektif baik pada
orang Jawa maupun orang Batak. Perilaku asertif memiliki sumbangan positif
yang bermakna tarhadap kesejahteraan subyektif baik pada orang Jawa maupun
orang Batak. Variabel idiosentrisme memiliki sumbangan negatif yang bermakna
terhadap kesejahteraan subyektif orang Batak, sedangkan pada orang Jawa,
sumbangan variabel ini tidak bermakna. Variabel pengeluaran setiap bulan
memberikan sumbangan positif yang bermakna terhadap kesejahteraan subyektif
orang Batak. Temuan ini sejalan dengan sumbangan negatif yang bermakna dari
variabel jumlah saudara terhadap kesejahteraan subyektif orang Batak.
Hasil tambahan dari penelitian ini menunjukkan bahwa orang Batak lebih
asertif dibandingkan orang Jawa. Hasil lain adalah budaya Jawa lebih cenderung
mengarah ke arah kolektivisme vertikal dibanding budaya Batak. Didapati pula
hasil yang menunjukkan bahwa perilaku asertif dihambat oleh budaya yang
mengarah pada kolektivisme vertikal dan cenderung muncul dalam budaya yang
individualisme horizontal.
Penelitian Ianjutan kiranya dapat dilakukan dengan menggunakan alat
ukur yang lebih baik untuk masing-masing variabel penelitian ini. Topiknya dapat
diperluas dengan hal-hal Iain seperti dukungan sosial dan self-esteem, yang
diharapkan dapat lebih menjelaskan perbedaan budaya individualis dan budaya
kolektif. Sampelnya pun dapat diperluas, bukan hanya usia dewasa muda dan
bukan hanya mahasiswa yang tinggal di Jakarta. Dengan demikian dapat
diperoleh masukan yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan subyektif
masyarakat Indonesia.
"
1997
S2553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinarwiyata
"[ABSTRAK
Skizophrenia paranoid memperlihatkan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang berisiko cedera bagi klien dan lingkungan Tujuan Karya Ilmiah ini untuk mengetahui pengaruh terapi generalis latihan asertif psikoedukasi keluarga terhadap tanda dan gejala kemampuan klien keluarga Metode yang digunakan deskriptif analitik dengan memberikan terapi generalis latihan asertif pada 20 klien dan selanjutnya pada 7 klien diberikan psikoedukasi pada keluarga Pemberian terapi generalis latihan asertif pada 13 klien menunjukkan penurunan tanda gejala peningkatan kemampuan klien Pemberian terapi generalis latihan asertif psikoedukasi keluarga pada 7 klien dan keluarganya menunjukkan penurunan tanda dan gejala peningkatan kemampuan yang lebih besar daripada pemberian terapi generalis latihan asertif Direkomendasikan kombinasi terapi generalis latihan asertif psikoedukasi keluarga pada klien Risiko perilaku kekerasan ABSTRACT Skizophrenia paranoid shows signs symptoms of aggressive behavior are at risk of injury for the client the environment The purpose of this scientific masterpiece to know influence of generalist therapy assertiveness training family psychoeducation against the mark the symptoms the capabilities of the client family Analitic descriptive method used by providing a generalist therapy assertiveness training on 20 asertif the client and client 39 s given on 7 psikoeducation in the family Generalist therapy assertiveness training on 13 clients shows a decrease in signs and symptoms increased the ability of the client Generalist therapy assertiveness training family psychoeducation in 7 clients and family shows a decrease in signs symptoms and improved skills an increase greater than on the giving of generalist therapy assertiveness training family psychoeducation Recommended combination generalist therapy assertiveness training family psychoeducation on the client 39 s risk of aggressive behavior ;Skizophrenia paranoid shows signs symptoms of aggressive behavior are at risk of injury for the client the environment The purpose of this scientific masterpiece to know influence of generalist therapy assertiveness training family psychoeducation against the mark the symptoms the capabilities of the client family Analitic descriptive method used by providing a generalist therapy assertiveness training on 20 asertif the client and client 39 s given on 7 psikoeducation in the family Generalist therapy assertiveness training on 13 clients shows a decrease in signs and symptoms increased the ability of the client Generalist therapy assertiveness training family psychoeducation in 7 clients and family shows a decrease in signs symptoms and improved skills an increase greater than on the giving of generalist therapy assertiveness training family psychoeducation Recommended combination generalist therapy assertiveness training family psychoeducation on the client 39 s risk of aggressive behavior ;Skizophrenia paranoid shows signs symptoms of aggressive behavior are at risk of injury for the client the environment The purpose of this scientific masterpiece to know influence of generalist therapy assertiveness training family psychoeducation against the mark the symptoms the capabilities of the client family Analitic descriptive method used by providing a generalist therapy assertiveness training on 20 asertif the client and client 39 s given on 7 psikoeducation in the family Generalist therapy assertiveness training on 13 clients shows a decrease in signs and symptoms increased the ability of the client Generalist therapy assertiveness training family psychoeducation in 7 clients and family shows a decrease in signs symptoms and improved skills an increase greater than on the giving of generalist therapy assertiveness training family psychoeducation Recommended combination generalist therapy assertiveness training family psychoeducation on the client 39 s risk of aggressive behavior ;Skizophrenia paranoid shows signs symptoms of aggressive behavior are at risk of injury for the client the environment The purpose of this scientific masterpiece to know influence of generalist therapy assertiveness training family psychoeducation against the mark the symptoms the capabilities of the client family Analitic descriptive method used by providing a generalist therapy assertiveness training on 20 asertif the client and client 39 s given on 7 psikoeducation in the family Generalist therapy assertiveness training on 13 clients shows a decrease in signs and symptoms increased the ability of the client Generalist therapy assertiveness training family psychoeducation in 7 clients and family shows a decrease in signs symptoms and improved skills an increase greater than on the giving of generalist therapy assertiveness training family psychoeducation Recommended combination generalist therapy assertiveness training family psychoeducation on the client 39 s risk of aggressive behavior , Skizophrenia paranoid shows signs symptoms of aggressive behavior are at risk of injury for the client the environment The purpose of this scientific masterpiece to know influence of generalist therapy assertiveness training family psychoeducation against the mark the symptoms the capabilities of the client family Analitic descriptive method used by providing a generalist therapy assertiveness training on 20 asertif the client and client 39 s given on 7 psikoeducation in the family Generalist therapy assertiveness training on 13 clients shows a decrease in signs and symptoms increased the ability of the client Generalist therapy assertiveness training family psychoeducation in 7 clients and family shows a decrease in signs symptoms and improved skills an increase greater than on the giving of generalist therapy assertiveness training family psychoeducation Recommended combination generalist therapy assertiveness training family psychoeducation on the client 39 s risk of aggressive behavior ]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vira Andalusita Mulyaningrum
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh intervensi dengan pendekatan Acceptance and Commitment Therapy yang dikombinasikan dengan komunikasi asertif dan memaafkan untuk menurunkan kemarahan. Partisipan dalam penelitian ini adalah individu dewasa muda yang sedang dalam hubungan berpacaran dan telah berencana untuk menikah. Tingkat kemarahan yang tinggi dapat menimbulkan efek destruktif bagi hubungan pacaran, serta berpotensi menimbulkan permasalahan di kehidupan rumah tangga nantinya. Penelitian ini merupakan kuasi-eksperimental one group, pre-test/post-test design. Peneliti memberikan enam sesi intervensi individual secara daring kepada tiga partisipan perempuan dan satu partisipan laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian intervensi dengan pendekatan Acceptance and Commitment Therapy dapat menurunkan intensitas, frekuensi, dan ekspresi kemarahan dalam hubungan pacaran pada individu dewasa muda dalam penelitian ini. Secara kuantitatif, partisipan menunjukkan penurunan skor pada skala State Anger, Trait Anger, dan Anger Expression Index pada STAXI-2. Secara kualitatif, intervensi ini membantu partisipan untuk merespon emosi dan situasi pemicu marahnya dengan lebih baik.

ABSTRACT
This study was conducted to investigate the effect of an intervention with Acceptance and Commitment Therapy approach combined with assertive communication and forgiveness to reduce anger. Participants in this study were young adults who were in dating relationships and had planned to get married. A high level of anger can be destructive in courtship relationships and can lead to many problems in marriage life later on. This is a one-group, quasi-experimental study with a pre-test/post-test design. Six individual intervention sessions were given online to three female and one male participants. The findings revealed that the application of Acceptance and Commitment Therapy approach could reduce the intensity, frequency, and expression of anger in courtship relationships in young adults in this study. Participants showed a decrease in scores on the State Anger, Trait Anger, and Anger Expression Index scales on the STAXI-2. Qualitatively, this intervention taught participants how to respond more effectively to emotions and anger-provoking situations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinara Febrianti
"ABSTRAK
Survey di Depok menunjukan 31,8% siswa pernah mengalami bullying. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh latihan perilaku asertif pada anak usia
sekolah yang didampingi orangtua, guru dan anak usia sekolah yang didampingi
orangtua terhadap kondisi bullying dan kemampuan perilaku asertif. Desainnya
menggunakan Quasi experimental pre-post test with control group. Responden
sebanyak 133 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Semua anak usia sekolah
pada kelompok 1 dan 2 mendapatkan latihan perilaku asertif namun kelompok 1
didampingi oleh orangtua dan guru sedangkan kelompok 2 didampingi orangtua
sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan latihan perilaku asertif. Analisis
menggunakan Paired T Test dan Annova. Hasil penelitian menunjukkan
kemampuan perilaku asertif anak usia sekolah yang didampingi orangtua, guru
menunjukan nilai lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kelompok
yang hanya didampingi orangtua dan anak. Faktor yang berkontribusi terhadap
kondisi bullying: usia, pendidikan orangtua, pendidikan guru dan faktor yang
berkontribusi terhadap kemampuan perilaku asertif anak usia sekolah: jenis
kelamin. Terapi latihan perilaku asertif direkomendasikan diberikan pada anak
usia sekolah dengan melibatkan orangtua dan guru.
ABSTRACT
Survey in Depok showed 31.8% of students had experienced bullying. The
purpose of this research to determine the effect of assertive behavior training in
school-aged children accompanied by parents, teachers and children are
accompanied by a parent to bullying conditions and the ability of assertive
behavior. The design research was quasi-experimental pre-post test with control
group. Involving 133 respondents who met the inclusion criteria. All school-age
children in group 1 and 2 get assertive behavior training but group 1 was
accompanied by parents and teachers, while group 2 was accompanied by a parent
and the control group did not receive assertive behavior training. Analysis using
Paired T Test and Annova. The results show the ability of assertive behavior
school-aged children accompanied by parents, teachers showed significantly
higher values compared to those who only accompanied by a parent and child.
Factors that contribute to bullying conditions: age, parental education, teacher
education and the factors that contribute to the ability of assertive behavior in
school-age children: sex. Assertive behavior recommended exercise therapy given
to school-age children by involving parents and teachers."
2013
T35396
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Kusnadi
"Pendahuluan : Gangguan jiwa merupakan kondisi yang dapat didiagnosis secara klinis yang memiliki pengaruh signifikan pada proses berpikir dan perilaku seseorang. Risiko perilaku kekerasan muncul karena adanya respon terhadap sesuatu yang dapat menyebabkan individu berbuat sesuatu pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan yang dapat mencederai orang lain secara verbal, fisik, dan psikologis. Tindakan keperawatan jiwa spesialis yang dapat diberikan untuk klien risiko perilaku kekerasan diantaranya adalah assertiveness Training dan terapi suportif Tujuan : Memberikan gambaran hasil penerapan assertiveness training dan terapi suportif pada klien risiko perilaku kekerasan menggunakan pendekatan teori pencapaian tujuan Imogen M. King. Hasil : Terdapat penurunan tanda gejala risiko perilaku kekerasandan peningkatan kemampuan klien risiko perilaku kekerasan setelah diberikan assertiveness training dan terapi suportif. Kesimpulan : assertiveness training dan terapi suportif dengan pendekatan teori pencapaian tujuan Imogen M. King. direkomendasikan untuk diberikan pada klien dengan risiko perilaku kekerasan yang menjalani perawatan di rumah sakit jiwa.

Introduction: Mental health is an integral component of health and well-being that Introduction: Mental disorders are conditions that can be diagnosed clinically that have a significant influence on a person's thought processes and behavior. The risk of violent behavior arises because of a response to something that can cause an individual to do something to themselves, others and the environment that can injure others verbally, physically and psychologically. Specialist psychiatric nursing actions that can be given to clients at risk of violent behavior include assertiveness training and supportive therapy. Objective: To provide an overview of the results of applying assertiveness training and supportive therapy to clients at risk of violent behavior using Imogen M. King's goal achievement theory approach. Results: There was a decrease in signs of risk of violent behavior and an increase in the ability of clients at risk of violent behavior after being given assertiveness training and supportive therapy. Conclusion: assertiveness training and supportive therapy using Imogen M. King's goal achievement theory approach. recommended to be given to clients at risk of violent behavior who are undergoing treatment in mental hospitals."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Aini
"Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran pengaruh assertive training therapy terhadap kemampuan asertif dan risiko kekerasan dalam rumah tangga suami. Desain penelitian "Quasi Experiment Pre-Post Test With Control Group". Sampel penelitian ini berjumlah 60 orang, 30 orang diberikan assertive training therapy dan 30 orang hanya diberikan terapi generalis.
Hasil penelitian didapatkan pengaruh terapi asertif training terhadap kemampuan asertif suami sebesar 67,4% dengan peningkatan yang bermakna p-value < 0,05. Sedangkan perilaku risiko kekerasan dalam rumah tangga mengalami penurunan sebesar 29,6 % dengan penurunan yang bermakna p-value < 0,05. Assertive training therapy direkomendasikan diberikan pada suami dengan risiko kekerasan dalam rumah tangga.

The objective of this study is to describe the influence of assertive training therapy to the ability of assertiveness and husbands with risk of domestic violence. Research design using "Quasi Experiment Pre-Post Test With Control Group". The respondents of this study consists 60 respondents, 30 respondents were given assertive training therapy, 30 respondents given only generalist therapy.
The results of this study shows the effect of assertive training therapy to husband's assertiveness ability of 67,4% with significant improvement (p-value < 0,05). While the risk of domestic violent decreased by 29,6% with significant reductions (p-value < 0,05). Assertive training therapy recommended for husbands with domestic violence risk.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Syafiyah
"Perilaku asertif menjadi salah satu keterampilan yang perlu diterapkan oleh mahasiswa. Social Skills Training (SST) adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia untuk meningkatkan perilaku asertif pada Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dalam Social Skills Training (SST) tersebut, terdapat pengenalan mengenai self-esteem dan penerimaan sosial mahasiswa sebagai upaya meningkatkan perilaku asertif. Sementara itu, berdasarkan teori, hubungan penerimaan sosial, perilaku asertif, dan self-esteem memiliki hubungan yang berjenjang di mana penerimaan sosial memengaruhi self-esteem kemudian self-esteem memengaruhi perilaku asertif. Dari hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerimaan sosial terhadap perilaku asertif mahasiswa dengan self-esteem sebagai variabel antara. Penelitian menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survei dan instrumen berupa kuesioner. Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2023 secara online melalui Google formulir. Responden dalam penelitian ini adalah 83 Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia angkatan 2019-2022 yang diambil dengan menggunakan teknik simple random probability sampling. Data penelitian dengan uji korelasi Kendall’s tau-b dan metode analisis jalur (path analysis) menunjukkan bahwa nilai hubungan penerimaan sosial dengan perilaku asertif tanpa adanya variabel antara lebih besar, yaitu sebesar 0,468 dibandingkan nilai hubungan dengan adanya self-esteem sebagai variabel antara, yaitu sebesar 0,078. Hasil tersebut berarti bahwa penerimaan sosial memiliki hubungan terhadap perilaku asertif secara langsung bagi mahasiswa Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia angkatan 2019-2022. Selain itu, didapat juga hasil yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self-esteem dengan perilaku asertif, yaitu sebesar 0,369. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Social Skills Training (SST) sudah tepat sasaran dan Social Skills Training (SST) penting untuk diikuti oleh mahasiswa.  

Assertive behavior is one of the skills that students need to apply. Social Skills Training (SST) is one of the efforts made by the Department of Social Welfare, Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia to increase assertive behavior in Social Welfare College Students. In the Social Skills Training (SST), there is an introduction to self-esteem and social acceptance of students as an effort to increase assertive behavior. Meanwhile, based on theory, the relationship between social acceptance, assertive behavior, and self-esteem has a tiered relationship where social acceptance influences self-esteem and then self-esteem influences assertive behavior. Therefore, this study aims to determine the relationship of social acceptance of assertive behavior of students with self-esteem as an intervening variable. The study uses a quantitative research approach with a survey research type and questionnaire as an instrument. This cross-sectional research study was conducted online from February to April 2023 via the Google form. Respondents in this study were 83 Social Welfare College Students, Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia class of 2019-2022 who were taken using the simple random probability sampling technique. The results of the study using the Kendall's tau-b correlation test and the path analysis method show that the value of the link between social acceptance and assertive behavior without an intervening variable was 0,468, while the value of the relationship with self-esteem as an intervening variable was 0,078. These results mean that social acceptance has a direct relationship to assertive behavior for students of the Social Welfare Study Program, Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia class of 2019-2022. In addition, the results also show that there is a relationship between self-esteem and assertive behavior, which is equal to 0,369. From these results, it can be concluded that the implementation of Social Skills Training (SST) is right on target and Social Skills Training (SST) is important for students to participate in."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuniek Setyo Wardani
"Peningkatan masalah dalam rumah tangga dengan kurangnya pemecahan masalah yang baik memicu terjadinya kekerasan
dalam rumah tangga, baik pada usia pernikahan muda maupun tua. Tujuan penelitian ini melihat pengaruh assertive training
therapy (ATT) terhadap kemampuan asertif dan persepsi istri terhadap risiko kekerasan dalam rumah tangga suami. Desain
penelitian Quasi Experimental Pre-Post Test With Control Group, dengan sampel 60 orang istri dengan resiko kekerasan dalam
rumah tangga. Hasil menunjukkan ATT berpengaruh meningkatkan kemampuan asertif istri sebesar 86,9% dan persepsi istri
terhadap risiko kekerasan menurun 71,3%. Istri yang diberi ATT mempunyai kemampuan asertif meningkat secara bermakna
dan persepsi istri terhadap risiko kekerasan dalam rumah tangga suami lebih rendah dibandingkan yang tidak diberikan ATT.
Assertive Training Therapy direkomendasikan untuk istri dengan resiko kekerasan dalam rumah tangga.
"
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>