Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58368 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melyana
"Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah merekomendasikan program intervensi untuk mengubah persepsi masyarakat sekitar Lembaga Pemasyamkatan Kclas II B Brebes terhadap WBP yang menjalankan pidana di Lapas. Umumnya persepsi yang sekarang dimiliki adalah persepsi yang kurang menguntungkan bagi usaha pembinaan WBP. Selain itu tidak semua orang yang masuk Lapas adalah orang yang memang jahat. Persepsi yang merugikan ini timbul sebagai akibat kurangnya pengetahuan masyaralcat tentang Sistem Pemasyarakatan. Biasanya masyarakat melihat Lapas sebagai "bui? atau ?sekolah bagi penjahat yaitu tempat penampungan penjahat yang justru akan berkumpul bersama penjahat lain dan akan menjadi semakin ah1i. Akibat cap jelek (stigma) yang diberikan masyamkat itu, proses perbaikan perilaku dan sosialisasi para narapidana terhambat, bahkan menyebabkan eks narapidana kembali melakukan kejahatan. (Samosir C.D, 1996. Untuk mengurangi dampak negatif dari persepsi yang salah itu diperlukan upaya berupa program intervensi untuk mensosialisasikan Sistem Pemasyarakatan baik proses maupmm hasil pembinaannya, juga diharapkan rekomendasi ini dapat dipakai sebagai acuan dalam proses pembuatan kebijakan yang melibatkan masyarakat sehingga program pembinaan WBP dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Dalam menyusun Rancangan Inteivensi ini penulis merujuk pada beberapa hal yaitu:
a. Teori tentang persepsi sosial yang pada dasarya menyatakan bahwa,
- persepsi bersifat subyektif artinya, hal yang sama bisa dipersepsikan berbeda oleh orang yang berbeda
- persepsi dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu perseptor
- menambah informasi dan pengalaman baru pada perseptor dapat menghasilkan perubahan persepsi
- masyarakat yang semula mempunyai persepsi negatif dapat diberikan pengalaman yang dapat membuat persepsinya berubah
b. Tekhnik dan strategi intervensi yang diungkapkan oleh Zahman, Kotler dan Kaufman (1972) dalam Creating Social Change. Ada lima unsur pokok dalam pembahan sosial (disebut Five Cs) yaitu, Cause, Change Agency, Change Target,Channel and Change Strategy.
Tekhnik intervensi yang akan digunakan meliputi:
a. Pendekatan Kelompok
b. Pendekatan andragogi
c. Mendatangkan Tokoh model
Hakekat Pemasyamkatan yang intinya menggunakan istilah kepenjaraan sejak tanggal 27 April 1964 melalui amanat tertulis Presiden Soekano dibacakan pada Konfercnsi Dinas para Pejabat Kepenjaraan di Lembang Bandung. Sujatno. A, (2004) Konsepsi Pemasyalakatan ini, bukan semata-mata memmuskan tujuan dari pidana penjara, melainkan suatu sistem pembinaan, suatu methodologi dalam bidang ?treatment oienders". Sistem Pemasyarakatan bersifat multilateral onented, dengan pendekatan yang berpusat pada potensi-potensi yang ada, baik pada individu yang bersangkutan maupun yang ada di tengah-tengah masyarakat, sebagai suatu keseluruhan, Secara singkat sistem pemasyarakatan adalah konsekuensi adanya pidana penjara yang merupakan bagian dari pidana pokok dalam sistem pidana hilang kemerdekaan.
Berdasarkan tinjauan yuridis di atas maka disusunlah Rancangan Intervensi yang terdiri dari beberapa tahapan rancangan kegiatan yaitu :
a. Rancangan Kegiatan untuk mensosialisasikan kegiatan intervensi guna memperoleh dukungan dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan Rancangan kegiatan intervensi kepada seluruh pejabat Eselon IV di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Brebes Rancangan Kegiatan intervensi kepada masyarakat
- Kegitan intervensi berupa 2 Diskusi kelompok, tanya jawab, ceramah dan pemutaran film
- Sasaran intervensi adalah keluarga WBP yang bertempat tinggal sekitar Kecamatan Brebes (mengingat lokasi Lapas Brebes di Ibukota Kabupaten Brebes, Kecamatan Brebes, Kelurahan Brebes) Kecamatan Brebes terdiri dari 8 Kelurahan, tahap l dimulai dari keluarga WBP dari Kelurahan Brebes
- Jumlah peserta dalam tiap Tahap : 10 - 20 orang terbagi dalam 2 kelompok
- Kegiatan intervesi dilakukan di ruang pertemuan Lapas Brebes
- Waktu/pelaksanaan intervensi selama 2 hari yaitu :
- haari Jumat dari jam 08.00 -11,00 WIB
- hari sabtu dari jam 08.00 _ 12.00 WIB
- Materi program intcrvensi"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soeharijanto Ary Soekadi
"Masalah sampah di Indonesia timbul dari peningkatan jumlah penduduk yang mencapai 2 kali lipat dalam 25 tahun terakhir seiring dengan meningkatnya jumlah konsumsi mereka sehingga pada akhirnya juga akan meningkatkan jumlah buangan/limbah yang dihasilkan. Limbah tersebut dikenal dengan limbah domestik yang berupa sampah. Sampah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi. Hingga saat ini penanganan sampah tidak kunjung optimal, salah satunya adalah penanganan sampah di daerah pesisir. Hingga saat ini belum ditemukan teknologi yang dapat mengatasi masalah sampah yang dibuang ke laut. Cara yang paling mungkin dilakukan adalah dengan mencegah masyarakat membuang sampah ke laut.
Sikap dan perilaku masyarakat dalam membuang sampah tidak terlepas dari kurangnya pemahaman mereka terhadap sampah itu sendiri. Dampak negatif dari perilaku membuang sampah ke laut sebenarnya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat itu sendiri, karena itu dibutuhkan penanganan yang nyata dalam memberikan pemahaman mengenai sampah sekaligus mengubah perilaku mereka. Program intentervensi ini berlangsung di sebuah komunitas di dusun Payalaman, Kepulauan Matak. Penelitian awal dalam program intervensi ini dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan observasi dan FGD dengan para stakeholder. Dari penelitian awal diketahui bahwa masyarakat Payalaman memiliki pengetahuan yang sangat terbatas mengenai sampah dan dampaknya. Selain itu juga ditemukan bahwa mereka tidak mempunyai sistem pengelolaan sampah yang baik dan benar, terbukti dari tidak adanya tempat sampah umum dan TPA. Hal ini terlihat dari skor hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti (pre test).
Dari hasil metode pelaksanaan penelitian awal disimpulkan bahwa untuk mengubah perilaku mereka dalam membuang sampah dibutuhkan peningkatan pemahaman mereka akan sampah yang pada akhir ya juga akan berdampak pada kebiasaan mereka membuang sampah. Membangkitkan peran serta masyarakat menjadi kunci utama untuk mencapai tujuan akhir, yaitu perubahan perilaku. Masyarakat harus diberi pemahaman mengenai sampah dan segala dampak yang ditimbulkannya.
Kemudian mereka juga harus dilatih bertanggung jawab untuk berperan aktif dalam pengelolaan sampah yang dihasilkannya. Konsep partisipasi ini menempatkan masyarakat setempat (komunitas) sebagai stakeholder utama proses peningkatan pemahaman dan pengelolaan sampah yang ada di komunitas tersebut. Untuk itu, diperlukan sebuah program intervensi terhadap masyarakat sehingga mereka lebih memahami masalah sampah dan bisa mengubah perilaku mereka dalam mengelola sampah. Program intervensi dilakukan di RT 1, 2 dan 3 Dusun Payalaman dengan kaum ibu sebagai target intervensi. Intervensi dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu workshop, social organizing, sosialisasi, kesepakatan, pelaksanaan uji coba dan pemantauan serta evaluasi program.
Hasil intervensi menunjukkan bahwa adanya peningkatan pemahaman masyarakat desa Payalaman khususnya RT 1, 2 dan 3 mengenai masalah sampah sehingga hal ini juga berpengaruh dalam kebiasaan mereka dalam membuang sampah. Mereka sudah mampu memilah sampah dan mengetahui bagaimana cara menangani setiap jenis sampah. Mereka tidak lagi membuang sampah ke laut atau ke kolong rumah melainkan ke tempat pembuangan sampah. Pada saat ini juga telah ada tempat sampah disetiap rumah, telah tersedia tempat sampah umum dan TPA. Peningkatan pemahaman ini dapat dilihat dari meningkatnya skor hasil observasi yang dilakukan peneliti (post test).
Melihat bahwa intervensi ini berlangsung dengan baik maka diusulkan program intervensi Lanjutan yang juga masih berhubungan dengan masalah lingkungan, yaitu "Desaku indah dan Hijau". Kondisi desa yang umumnya gersang dan belum tumbuhnya pemahaman mengenai perlunya keindahan lingkungan dan pemanfaatan lingkungan. Berdasarkan kondisi itu maka sebagai tindak lanjut dari program intervensi di bidang kebersihan yang sudah menunjukkan hasil, penulis memandang perlunya melakukan meningkatkan pemahaman masyarakat desa tentang pentingnya penghijauan, keindahan lingkungan dan pemanfaatan lingkungan sekitar tempat tinggal sehingga menjadi Lebih nyaman, lebih indah, dan lebih sehat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Winarni
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reita Amelia
"PT. ZZZ adalah perusahaan farmasi yang mengutamakan keunggulan kinerja di mana kunci sukses perusahaan terletak pada kualitas dan motivasi SDM. Dalam hari ini, karyawan PT. ZZZ tidak dapat bekerja sendiri namun harus bekerjasama sehingga keadaan interdependensi ini membuat kepercayaan antara bawahan dan atasan sangat penting dalam membentuk tim kerja yang kompak. Kepemimpinan transformasional memotivasi karyawan untuk berprestasi melampaui harapan sehingga karyawan merasa percaya kepada pemimpinnya dan termotivasi untuk mencapai kinerja superior. PT. ZZZ adalah salah satu perusahaan yang ingin menerapkan kepemimpinan transformasional.
Pelatihan adalah suatu usaha untuk meminimalkan kesenjangan antara kinerja yang dituntut dengan kinerja yang dimiliki oleh seorang karyawan. Agar kesenjangan tersebut dapat diminimalkan atau dihilangkan maka memberikan program pelatihan yang cocok dengan kebutuhan karyawan sangat penting dilakukan oleh Departemen SDM. Namun masalah yang terjadi di PT. ZZZ adalah turn over karyawan tinggi karena ketidakpuasan pada hubungan bawahan dan atasan atau tingkat kepercayaan bawahan terhadap atasan rendah. Karyawan yang mengundurkan diri berjumlah 10% dari 500 orang dan mereka memiliki kinerja yang outstanding sehingga merugikan bagi perusahaan karena terjadi peningkatan biaya perekrutan, biaya penyeleksian, biaya pelatihan dan pengembangan, biaya akibat atasan membangun system dari awal lagi, biaya membina hubungan dan komunikasi, dan lain-lain.
Untuk mengeliminasi hal ini dan untuk meningkatkan penerapan kepemimpinan transformasional maka Departemen SDM diminta untuk melakukan suatu desain pelatihan efektif yang diawali dengan melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan. Dari hasil analisis diketahui bahwa karyawan membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan kepercayaan bawahan terhadap atasan agar tercapai tim kerja yang kompak (team bonding). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara terhadap bawahan (Direktur, Manajer Senior, Manajer Yunior, Supervisor, dan Ketua Tim). Dari hasil pengumpulan data diperoleh bahwa masih terdapat kesenjangan antara kondisi ideal yang diharapkan bawahan terhadap atasan dengan kondisi aktual para atasan.
Oleh karena itu, penulis menyusun rekomendasi terhadap hasil yang diperoleh dan pengumpulan data. Pelatihan pembentukan tim yang kompak untuk meningkatkan kepercayaan bawahan terhadap atasan akan fokus kepada pengenalan beberapa materi yang berhubungan dengan kebutuhan yang ada ditambah tugas atau simulasi yang mengarah kepada penerapan materi. Sistem pelatihan yang dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, menyusun sasaran pelatihan, mendesain program pelatihan, mengimplementasi program pelatihan, serta mengevaluasi dan menindaklanjuti pelatihan diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam rangka penyelesaian masalah yang terjadi di PT. ZZZ."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Wulan
"Penelitian ini mengkaji hubungan antara iklim kelas belajar aktif dan gaya belajar dengan kreativitas. Iklim kelas belajar aktif adalah kondisi yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif baik intelektual, emosional, maupun fisik dalam belajar. Iklim kelas mencerminkan kondisi psikologis dari lingkungan kelas sebagai tempat pembelajaran, sebagaimana yang dipersepsikan oleh individu di dalamnya. Oleh karena itu, iklim kelas berkenaan dengan suasana belajar yang tercipta, yang banyak ditentukan oleh interaksi antara guru dan siswa.
Gaya belajar adalah kecenderungan siswa dalam mengadaptasi strategi tertentu dalam belajar, melalui proses internalisasi dan konsentrasi hingga menemukan pendekatan yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas atau sekolah, serta tuntutan mata pelajaran. Menurut DePorter dan Hemacki (1992), ada tiga macam gaya belajar, yaitu visual, auditori, dan kinestetik.
Kreativitas adalah kemampuan melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk aptitude maupun non-aptitude, baik karya baru maupun kombinasi hal-hal yang sudah ada, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas dalam penelitian ini diukur melalui Tes Kreativitas Figural (TKF) dengan hasil berupa skor CQ (Creativity Quotient).
Penelitian ini merupakan kajian lapangan dengan tipe non-eksperimental korelasional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive accidental sampling, dengan 34 siswa untuk pengujian item dan 55 siswa untuk pengujian hipotesis, yang berasal dari tiga kelas. Kriteria responden adalah siswa kelas III sekolah dasar dari sekolah dasar yang menerapkan belajar aktif dalam kegiatan pembelajarannya. Data yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif, yang diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh siswa, tes kreativitas, dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, iklim kelas belajar aktif memiliki korelasi yang cukup signifikan dengan kreativitas. Namun, gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik tidak memiliki korelasi dengan kreativitas. Demikian pula, iklim kelas belajar visual dan kinestetik tidak berkorelasi dengan kreativitas. Namun, iklim kelas belajar aktif dan gaya belajar auditori memiliki hubungan yang cukup signifikan dengan kreativitas ketika dilihat secara bersama-sama.
Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan mempertimbangkan heterogenitas tingkat inteligensi (IQ) siswa serta homogenitas sampel berdasarkan kemampuan akademik siswa melalui nilai rapor. Selain itu, disarankan menggunakan alat ukur gaya belajar yang dapat memberikan hasil identifikasi beserta skor kuantitatifnya, sehingga hasil identifikasi dapat dikonversikan ke dalam angka dengan standar baku. Penelitian selanjutnya juga sebaiknya menggunakan ilustrasi gambar yang lebih baik, memperluas usia subjek penelitian, serta melakukan analisis data variabel gaya berpikir untuk memperoleh hasil yang lebih mendalam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iklim kelas belajar aktif dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas III sekolah dasar. Oleh karena itu, disarankan kepada para pendidik, baik orang tua maupun guru, untuk menyajikan kegiatan pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan kreativitas anak, yaitu dengan menciptakan iklim kelas belajar aktif. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa siswa memiliki gaya belajar yang unik atau berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Oleh karenanya, dalam rangka meningkatkan kreativitasnya, siswa harus diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan kreatif yang sesuai dengan gaya belajarnya, sehingga kreativitas siswa akan berkembang secara optimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwan Lutfi
"Tingkat heterogenitas penduduk Indonesia adalah yang tertinggi di dunia. Keragaman ini menuntut kesadaran bersama untuk saling mengembangkan sikap toleran sesama warga negara. Pengembangan sikap toleran di lingkungan yang sangat beragam dapat ditempuh dengan penyelenggaraan pendidikan multi kultur. Yaitu usaha terstruktur untuk memahami, menerima dan membangun hubungan konsuuktif dengan orang atau kelompok yang berbeda budaya (Pusch, 2000). Pelatihan pendidikan multi kultur siswa SLTP adalah program intervensi yang bertujuan meningkatkan toleransi terhadap outgroup. Bentuk dan materi pelatihan ini didasarkan pada pelatihan yang dilakukan oleh Pusch dan kawan-kawan. Peningkatan toleransi dilakukan dengan usaha meningkatkan aspek toleransi yang terdiri dari accept, empati dan respect & appreciate. Ketiga aspek toleransi diwujudkan dalam bentuk materi pemepsi, culture say' awareness, value dan komunikasi. Hasil evaluasi pelatihan secara kuantitatif melalui uji perbedaan pre tes dan post tes menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan sikap toleran sebelum dan sesudah pelatihan. Tetapi evaluasi melalui observasi terhadap tingkah laku selama pelatihan menunjukkan adanya kecenderungan sikap yang lebih toleran."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok : PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center), 2006,
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Lelya Ambarsari
"Tugas akhir ini merupakan laporan kegiatan penulis dalam upaya mengatasi persoalan yang dihadapi PT. ABC, sebuah perusahaan invcestasi, untuk melakukan kajian awal tentang sikap pegawai terhadap perubahan sistem informasi serta rekomendasi untuk mengatasi hal tersebut. Awal permasalahannya dimulai ketika PT. ABC melakukan perubahan sistem informasi dalam rangka memajang strategi bisnisnya yaitu mengkonsolidasikan unit-unit usahanya. Sikap karyawan PT. ABC terhadap perubahan sistem informasi ini dapat berupa sikap yang efektif atau sifat yang tidak efektif (Uraian lenglkap mengenai permasalahan yang dihadapi dapat dilihat pada halaman 4). Menanggapi permasalah yang dihadapi PT. ABC tersebut, penulis mengajukan beberapa pemikiran :
a. Dalam menerapkan perubahan sistem informasi, perlu diperhatikan kegiatan-kegiatan yang melibatkan karyawan, agar komitmen karyawan dalam proses perubahan sistcm informasi dapat ditingkatkan. (Uraian mengenai teori sistem informasi manajemen dapat dilihat pada halaman 9).
b. Seorang karyawan akan menjalankan empat fase sikap, ketika sebuah perubahan terjadi. Dan penyebab penolakan atau penerimaan seorang karyawan terhadap sebuah perubahan dapat berupa pengetahuan, kemampuan dan kemauan (Uraian mengenai teori sikap karyawan terhadap pembahan dapat dilihat pada halaman 15).
c. Hal penting yang juga patut diperhatikan adalah tentang bagaimana memanajemeni perubahan, agar reaksi tidak efektif terhadap perubahan dapat dikurangi. (Uraian mengenai teori mengelola perubahan dapat dilihat pada halaman 21).
Berdasarkan survey yang dilakukan penulis di PT. ABC dan salah satu unitnya (PT. ABC) tentang sikap karyawan terhadap perubahan sistem informasi, dan penyebab penolakan atau penerimaan terhadap perubahan tersebut, disimpulkan bahwa masih terdapat karyawan yang bersikap menyangkal dan menolak perubahan sistem infonnasi- Penyebab penolakan atau penerimaan terhadap perubahan ini adalah faktor pengetahuan, kemampuan dan kemauan. (Rincian tentang data dan hasil analisis data dapat dilihat pada halaman 24).
Berdasarkan sikap dan penyebab penolakan atau penerimaan karyawan terhadap perubahan sistem infommasi di PT. ABC, penulis mengajukan program komunikasi, pelatihan dan team building yang ditujukan untuk merubah perilaku karyawan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Galpin (1996). (Uraian lebih rinci tentang rekomendasi mengatasi masalah yang dihadapi PT. ABC dapat dilihat pada halaman 45)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Brida
"Era globalisasi menuntut adanya kemampuan komunikasi yang dapat dipahami secara internasional, terutama kemampuan berbahasa Inggris. Akan tetapi dari laporan hasil pengawasan dan pemeriksaan pengajaran bahasa Inggris, secara nasional penguasaan bahasa Inggris siswa disimpulkan masih rendah. Dalam hal ini masalah kurikulum, PBM, sarana, mutu pengajar, jumlah siswa perkelas sering dianggap sebagai penyebabnya, sementara faktor karakteristik pembelajar kurang diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor psikologis.
Sebagaimana yang dipaparkan oleh Mackey (1979) banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa asing dan Mackey mengelompokkannya ke dalam tiga kelompok, yaitu faktor linguistlk, faktor sosial budaya dan faktor psikologis. Faktor psikologis yang menjadi fokus penelitian ini adalah faktor berpikir, yaitu berpikir kreatif dan berpikir komprehensi, karena biaanya orang dewasa lebih mengandalkan strategi kognitifnya dalam mempelajari sesuatu, temmasuk mempelajari bahasa asing.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar sebenarnya kontribusi kemampuan berpikir kreatif dan berpikir komprehensi terhadap penguasaan bahasa Inggis mahasiswa Administrasi. Bisnis Poiiteknik Negeri Jakarta Dengan demikian hail penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam upaya pengintegrasian aspek kreativitas dalam pengajaran bahasa Inggris.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
a. Terdapat kontribusi yang signilikan dan posiiif antara kemampuan berpikir kreatif dengan penguasaan bahasa Inggris (Hal).
b. Terdapat kontribusi yang signihkan dan positif antara kemampuan berpikir komprehensi dengan penguasaan bahasa Inggris (Ha2)
c. Terdapat kontdbusi yang signilikan dan positif antara kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan berpikir komprehensi terhadap penguasaan bahasa Inggris (Ha3).
d. Kedua prediktor secara simultan bergabung memberi kontribusi lebih besar terhadap penguasaan bahasa Inggris, dibanding ketika masing-masing prediktor berdiri secara terpisah (Ha4).
Untuk membuktikan hipotesis di atas, penclitian ini menggunakan meiode regresi multivariat untuk mengkaji akibat-akibat dan besarnya akibat dan dua variabel bebas terhadap satu variabel terikat Sampel dipilih berdasarkan strata dan dengan mempcrhatikan proporsinya berdasarkan banyaknya subjek dalam masing-masing strata. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mernperoleh data yang diperlukan adalah Tes Kreativitas Verbal (TKV) untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif, Cloze Test (CT) digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir komprehensi dan English Proficiency Test (EPT) digunakan untuk mengukur penguasaan bahasa inggris subjek penelilian Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian terleblh dahulu instrumen diujicoba dan dianalisis validilas dan reliabilitasnya dengan menggunakan Uji slaristik Cronbach Alpha dan Analisis Faktor. Data utama yang diperoleh dianalisis dengan teknik analisis regresi linear sederhana dan regresi linear ganda, dengan menggunakan bantuan komputer, yaitu program SPSS 7.5 dan tingkat signifikansi yang dipilih adalah 5% atau P 0.05. Dari hasil analisis tersebut ditemukan :
Terdapat kontribusi yang signifikan dan positif antara kemampuan berpikir kreatif dengan penguasaan bahasa lnggris mahasiswa Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Jakarta Besaran kontribusi adalah 3l,9% dengan tingkat probabilitas 0.000. Dengan demikian hipotesis kerja pertama (Hal) diterima. Terdapat kontribusi yang signifikan dan positif antara kemampuan berpikir komprehensi dengan penguasaan bahasa lnggris mahasiswa, dengan bsaran konuibusi yang tidak terlalu besar, yaitu hanya l0,8%, tetapi dengan tingkat probabilitas 0,002 (lebih kecil dari 0.05). Dengan demikian hipotesis kerja kedua (Hal) diterima. Terdapat kontribusi gabungan yang signifikan dan positif antara kemampuan berpikir kreatlf dan berpikir komprehensi terhadap penguasaan bahasa Inggris, yaitu sebesar 57,3% dengan tingkat probabilitas 0.000. Dengan demikian hipotesis kerja ketiga (l-la3) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan bahasa Inggris mahasiswa Administrasi Bisnis Politeknik Negexi Jakarta berkaitan dengan variahel lain yang tidak 'diteliti dengan besaran 42,7 %. Hasil kontribusi gabungan jauh lebih tinggi dari konttibusi variabel bebas secara sendiri-sendiri. Besaran kontribusi gabungan adalah 57,3 % > 3l,9% (TKV) > l0,8% (CT). Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan prediktor TKV lebih besar kontribusinya dari pada predilctor CT, tetapi prediktor gabungan (TKV dan CT) lebih besar kontribusinya dari pada prediktor terpisah. Dengan demikian secara terpisah kemampuan berpikir kreatif lebih besar kontribusinya terhadap penguasaanbahasa lnggris dibanding kemampuan berpikir kornprehemi, sementara gabungan antara kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan berpikir komprehensi memberi kontribusi yang lebih besar lagi. Dengan demikian hipotesis kerja keempat (Ha4) dapat diterima Dari hasil temuan di atas dapat disarankan agar teknik-teknik pengembangan berpikir kreatif diintegrasikan ke dalam pengajaran bahasa Inggris dan penelinan ini perlu dikembangkan dalam populasi yang lebih besar, dan dengan komposisi jenis kelamin yang lebih seimbang sehingga dapat diperoleh gambaran hasil yang lebih akurat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>