Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48935 dokumen yang sesuai dengan query
cover
F. Nurseto Subekti
"Tugas ini membahas tentang salah satu bentuk latihan relaksasi untuk meredakan kecemasan yang dialami oleh para climber pemula pada saat akan melakukan rappeling (turun tebing) di bukit Lahu pulau Lahu Lampung selatan, ketinggian tebing :b 48 m dengan kemiringan antara 80° - 90° dan ada sebagian yang "over hang". Penelitian ini penting dilakukan karena: l. untuk menghindari terjadinya cedera yang diakibatkan oleh rasa cemas yang tinggi, 2. menghindari trouble, 3. meningkatkan percaya diri,dan 4. menambah gairah dikalangan pemuda .untuk menekuni olahraga panjat tebing. Banyak cara untuk dapat meredakan kecemasan Salah satunya adalah dengan relaksasi. Latihan relaksasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Progresive muscle relaxation (lampiran 4). Adapun latihan dilaksanakan selama satu minggu dengan dibimbing oleh fasilitator dari BIGES (klub petualangan dialam bebas), program terlampir (hal.30). Jumlah testi yang melakukan eksperimen adalah 20 orang putra mahasiswa UNILA (Universitas Lampung), dan mereka adalah calon anggota petualangan dialam bebas (BIGES) yang sedang mengikuti pendidjkan dasar. Pengetesan dilaksanakan sebanyak tiga kali yaitu saat istirahat, saat rnengalami kecemasan (0,5 meter saat akan turun tebing), dan setelah melakukan relaksasi (hal.29), kemudian data diolah untuk mencari jawaban sesuai dengan permasalahan yang penulis kemukakan (hal.25). Dari data yang diperoleh setelah diolah dengan menggunakan rumus statistik diperoleh bahwa ; denyut nadi saat istirahat rata-rata 72 kali per menit dan tekanan darah 115/91,25 mengalami peningkatan saat testi mengalami cemas (0,5 meter dibibir tebing) denyut nadi menjadi 134,5 per menit dan tekanan darah menjadi 134,75/105,5. Dengan t -hitung sebesar 26,15 dengan t - tabel 2,09 artinya bahwa kecemasan berpengaruh terhadap meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah. Selanjutnya data yang ketiga adalah setelah melakukan relaksasi diperoleh data sebagai berikut; denyut nadi rata-rata 83,5 dan tekanan darah 1l3,5/ 100, ini mengalami penurunan yang signifikan yaitu t - hitung sebesar 22,08 dan t - tabel 2,09 artinya bahwa relaksasi yang diberikan dapat menurunkan denyut nadi dan tekanan darah, dengan kata lain kecemasan dapat diredakan oleh latihan relaksasi. . Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau dipertabankan yaitu latihan relaksasi dengan metode Progressive muscle relaxation technique berpengaruh terhadap meredanya ketegangan/anxiety, dibuiktikan dengan meredanya denyut nadi dan tekanan darah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Nina Liche Seniati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S2317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Aulia Ainani
"Latar Belakang: Kecemasan dental merupakan suatu perasaan negatif yang tidak beralasan saat berkunjung ke dokter gigi untuk melakukan perawatan gigi. Kecemasan dental ini dapat menjadi hambatan bagi pasien anak maupun dewasa dalam melakukan perawatan gigi. Pengalaman buruk dental seperti rasa sakit saat perawatan, sikap tim dokter gigi yang kurang ramah, serta adanya rasa malu yang timbul akibat kondisi gigi geligi dapat menjadi faktor yang menimbulkan kecemasan dental. Pengalaman dental tersebut dapat terjadi pada masa anak-anak, remaja, dan dewasa. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan kecemasan dental dengan pengalaman dental sebelumnya, salah satunya telah dibuktikan bahwa tidak adanya hubungan antara kecemasan dental dan pengalaman dental.
Tujuan: Menganalisis hubungan kecemasan dental saat ini dan pengalaman dental pada anak yang pernah berkunjung ke dokter gigi.
Metode: Data diambil secara daring dengan studi potong lintang pada siswa/i Bimbingan Belajar Nurul Fikri di seluruh wilayah DKI Jakarta menggunakan alat ukur berupa kuesioner CFSS-DS (Children’s Fear Survey Schedule-Dental Subscale) yang telah dimodifikasi urutannya dengan total subjek berjumlah 82 orang. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan SPSS.
Hasil:  Persentase terbesar tingkat kecemasan dental tinggi terdapat pada pencabutan gigi atau ekstraksi gigi sebesar 15,52% dan berdasarkan Uji Chi-square terlihat terdapat hubungan yang tidak bermakna (p > 0,05) antara kecemasan dental saat ini dan jenis perawatan dental yang pernah dilakukan.
Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna pada hubungan antara kecemasan dental saat ini dan pengalaman dental pada siswa/i Bimbingan Belajar Nurul Fikri di seluruh wilayah DKI Jakarta.

Background: Dental anxiety is an unreasonable negative feeling when visiting the dentist for dental treatment. Dental anxiety can be an obstacle for pediatric and adult patients in performing dental care. Bad dental experiences such as pain during treatment, the unfriendly attitude of the dental team, and the embarrassment that arises due to the condition of the teeth can be factors that cause dental anxiety. These dental experiences can occur in childhood, adolescence, and adulthood. Many studies have been conducted on the correlation between dental anxiety and previous dental experiences, one of which has proven that there is no correlation between dental anxiety and dental experience.
Objective: To analyze the correlation between current dental anxiety and dental experience in children who have visited the dentist.
Methods: Data were collected online by cross-sectional study on Nurul Fikri Tutoring students throughout DKI Jakarta using a measuring instrument in the form of a CFSS-DS (Children's Fear Survey Schedule – Dental Subscale) questionnaire which has been modified in order with a total of 82 subjects. Data analysis was performed by univariate and bivariate analysis using SPSS.
Results: The largest percentage of high dental anxiety levels was found in tooth extraction by 15.52% and based on Chi-square tests, it was seen that there was a non-significant correlation (p > 0.05) between current dental anxiety and types of dental treatment ever performed.
Conclusion: In this study, it was found that there was a non-significant correlation between current dental anxiety and dental experience in Nurul Fikri Tutoring students throughout DKI Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Trisnowati
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nawanto A. Prastowo
"Waktu latihan mempengaruhi peningkatan kadar antigen t-PA (ant t-PA). Waktu latihan sore meningkatkan kadar ant t-PA lebih tinggi dibanding waktu latihan pagi pada intensitas latihan yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh waktu latihan aerobik intensitas 60-70% laju jantung maksimal (LJM, 220-umur) selama 15 menit terhadap peningkatan kadar dnt t-PA. Subyek terdiri dari 16 laki-laki sehat, tidak terlatih berumur 25-35 tahun yang menjalani uji sepeda pagi (06.30-08.30 wib) dan sore (15.00-17.00) pada selang waktu 2 hari. Uji Wilcoxon sign ranked menunjukkan peningkatan kadar ant t-PA yang bermakna setelah latihan pagi dan sore sebesar 43,5% (P=0,03) dan 35% (P=0,03). Uji Wilcoxon U menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara peningkatan kadar ant t-PA setelah latihan pagi dan sore. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu latihan pagi atau sore tidak berpengaruh terhadap peningkatan kadar ant t-PA pada intensitas latihan sedang.

Increased t-PA antigen (t-PA ant) level during exercise is affected by diurnal variation. Exercise in the afternoon increases t-PA ant higher than exercise in the morning. Purpose of this study was to examine the effect of time of day aerobic exercise on t-PA ant level. Subjects were 16 sedentary, healthy untrained male, performed 2 session ergo cycle at 60-70 maximal heart rate (MHR, 220-age) both Morning (06.30-08.30) and afternoon (15.00-17.00) by 2 days separated. Wilcoxon sign ranked test show t-PA ant increased significantly after exercise in the morning (43.5%, P=0,03) and afternoon (38%, P=0,03) but not significant different between morning and afternoon (P=0,97). It was concluded that time of day exercise did not affect t-PA ant level in moderate aerobic exercise intensity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T55780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lontoh, Susy Olivia
"ABSTRAK
Latihan fisik intensif dan berkepanjangan menimbulkan adaptasi sistem kardiovaskuler
berupa hipertrofi ventrikel kiri (Left ventricle hypertrophy = LVH), yang
merupakan ciri khas respons adaptasi atau kompensasi jantung terhadap
peningkatan tekanan maupun volume berlebih pada ventrikel kiri. Hipertrofi
ventrikel kiri ini dikategorikan sebagai athlete’s heart dan dianggap sebagai
remodeling jantung yang fisiologis, tetapi beberapa penelitian menganggap
perubahan ini juga dikaitkan dengan konsep maladaptif hipertrofi jantung.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh latihan fisik anaerobik dan
detraining terhadap morfologi miokardium ventrikel kiri jantung tikus Wistar.
Penelitian ini menggunakan tikus galur Wistar jantan (8 minggu), dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan latihan
fisik anaerobik dibagi menjadi kelompok perlakuan latihan fisik anaerobik 4
minggu, 12 minggu, 4 minggu latihan anaerobik detraining 4 minggu dan 12
minggu latihan anaerobik detraining 4 minggu. Latihan anaerobik dilakukan
selama 4 minggu dan 12 minggu dengan kecepatan kecepatan 35 m/mnt selama
15 menit dengan diberikan selang waktu istirahat selama 90 detik setiap 5 menit
berlari. Pada akhir perlakuan dilakukan pemeriksaan morfometrik dan struktur
histopatologi miokardium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan anaerobik
selama 4 maupun 12 minggu serta kelompok detraining menyebabkan perubahan
morfologi miokardium ventrikel kiri tikus Wistar .

ABSTRACT
Regular physical training induces cardiovascular adaptation such as left
ventricular hypertrophy (LVH), which is a characteristic adaptive response of the
heart towards pressure or volume overload. This left ventricular hypertrophy is
called “athlete’s heart” and also determines physiologic remodelling heart, but in
a few study findings myocardial hypertrophy was maladaptive forms of
hypertrophy. The purpose of this experiment is to study the morphologic changes
of the left ventricular myocardium in anaerobic physical training and detraining.
This experiment uses young adult Wistar rats (8 weeks old) and were divided into
2 groups: control group and anaerobic exercise group. Each anaerobic exercise
group was divided into 4 weeks exercise, 4 weeks exercise followed by 4 weeks
detraining, 12 weeks exercise and 12 weeks exercise followed by detraining
respectively. The anaerobic group was exercised on a treadmill with a speed of 35
m/minutes for 15 minutes, with a 90 seconds period of rest after 5 minutes
running. The morphometric and histopathologic myocardial structures were
examined, then conclusion anaerobic physical training during 4 and 12 weeks
exercise with detrain group have caused morphologic changes of the left
ventricular myocardium"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Nadira
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk mengukur penerimaan diri digunakan Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ) yang dikembangkan oleh Chamberlain dan Haaga (2001), sementara itu untuk kecemasan menghadapi masa depan digunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Zalenksi (1996) yaitu Future Attitude Scale (FAS). Partisipan dalam penelitian ini adalah 101 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Teknik analisis data menggunakan pearson correlation untuk menjawab masalah penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan (r = -0,419).

This research aim to find correlation between future anxiety and selfacceptance among Faculty of Psychology of Universitas Indonesia student. Unconditional Self-Acceptance Questionnaire developed by Chamberlain and Haaga (2001) was used to measure self-acceptance, while Future Attitude Scale developed by Zaleksi (1996) was used to measure future anxiety. Participants in this research were 101 students of Faculty of Psychology of Universitas Indonesia. Pearson correlation analysis technique was used to answer the research problem. The result showed that there was a negative significant correlation between self-acceptance and future anxiety (r = -0,419)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Putri Mardhika
"Sejak diluncurkannya Facebook, orang-orang di seluruh dunia dapat berinteraksi dengan orang lain, menjaga baik hubungan, berbagi pengalaman hidup, dan mengungkapkan pendapat mereka. Diperkirakan lebih dari 1 miliar orang menggunakan Facebook sebagai platform jejaring sosial mereka (Labrague, 2014). Studi menunjukkan, sebagian besar mahasiswa memanfaatkan Facebook untuk sehari-hari. Maka dari itu, orang yang bergabung dengan Facebook menggunakanya untuk banyak hal, termasuk untuk menghabiskan waktu, menyebarkan informasi, dan bertemu orang baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan Facebook, harga diri, kecemasan dan ketakutan kehilangan. Kami merekrut 852 peserta dari komunitas menggunakan penyebaran survei online dan diminta untuk mengisi survei selama kurang lebih 15 hingga 20 menit. Hasilnya menemukan bahwa harga diri berkorelasi positif dengan penggunaan Facebook. Namun, kecemasan ditemukan berkorelasi negatif dengan penggunaan Facebook. Sementara itu, rasa takut ketinggalan ditemukan tidak terkait secara signifikan dengan penggunaan Facebook. Oleh karena itu, individu dengan kesejahteraan psikologis yang positif cenderung lebih banyak menggunakan Facebook.

Since the launch of Facebook, people around the world have been able to interact with other, maintain relationship, share experience, and express their opinions. It is estimated over 1 billion people use Facebook as their social-networking platform (Labrague, 2014). Furthermore, a study showed that most college students utilise Facebook. Thus, People join Facebook for a variety of reasons, including to pass the time, spread information, and meet people. This study aimed to investigate the relationship between Facebook use, self-esteem, anxiety and fear of missing out. We recruited 852 participants from the community using online survey dissemination and asked to fill the survey for approximately 15 to 20 minutes. The result found that self-esteem was positively correlated to Facebook use. However, anxiety was found to be negatively correlated to Facebook use. Meanwhile, the fear of missing out was found to be not significantly related to Facebook use. Therefore, individuals with positive psychological well-being tend to use Facebook more."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Petrus
"Penelitian ini membahas mengenai kesiagaan masyarakat menghadapi kejadiaan tindak kejahatan seksual terhadap anak ndash; anak yang dikenal dengan istilah Paedophilia. Yang saat ini sering terjadi dan sudah dikategorikan menjadi keadaan darurat dengan diundangkannya Perpu Nomor 1 tahun 2016 menjadi Perubahan kedua terhadap Undang ndash; undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan akibat kejadian ndash; kejadian tersebut mengakibatkan ketakutan dan rasa tidak aman ditengah ndash; tengah masyarakat yang dikenal dengan istilah Fear of Crime.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris dan hubungan antar variabel tentang Paedophilia dan Fear Of Crime terhadap Kesiagaan masyarakat di tinjau dari perspektif Ketahanan Wilayah di tempat yang tingkat terjadi kejahatanPaedophiliapaling tinggi di Provinsi DKI Jakarta yaitu di kota Jakarta Timur dengan melalui survei dan wawancara terstruktur.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang mengandalkan angka ndash; angka dalam bentuk skor dan hasil perhitungan statistik sebagai dasar untuk analisis. Untuk mendapatkan skor tersebut digunakan metode survei lapangan dengan wawancara terstruktur dengan cara menyebar angket kuisioner kepada responden yang diambil secara purposivedi Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel bebas yaitu Paedophilia dan fear of crimeberkorelasi kuat dan sedang terhadap variabel terikat yaitu Kesiagaan masyarakat, hal ini diketahui dari hasil analisis data yang menggunakan analisis korelasi, determinasi dan regresi baik secara tunggal maupun secara simultan. Dengan diketahuinya hasil analisis hubungan variabel yang kuat dan berpengaruh signifikan, maka hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya peningkatan Kesiagaan masyarakat khususnya terhadap kejahatan Paedophilia.

This research focuses on community preparedness to face the incidence of acts of sexual crimes against children known by the term pedophilia, which is currently often the case and is classified as a state of emergency with the enactment of Government Regulation No. 1 of 2016 became second change toLaw number 23 of 2002 on Protection of Children and the consequences of events events that lead to fear and insecurity in the middle of the community known as the fear of Crime.
This study aims to obtain empirical data and relationships between variables of pedophilia and Fear Of Crime against Preparedness society in the review from the perspective of durability Region in place of the crime pedophilia highest in Jakarta is in the city Jakarta through surveys and structured interviews.
This study used quantitative research approaches that rely numbers in the form of scores and statistical analysis as a basis for analysis. To gain score method is used with a structured interview survey by distributing questionnaires to the respondents to the survey taken by purposive in East Jakarta District Ciracas.
The results showed that the independent variables are pedophilia and fear of crime are strongly correlated to the dependent variable and the preparedness of society, it is known from the analysis of data using correlation analysis, and regression determination either singly or simultaneously. By knowing the analysis of the relationship between a strong and significant effect, the results of this study can be used as a reference in an effort to increase community preparedness, especially against crime pedophilia.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>