Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20537 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thianti Sylviningrum
"Ketrampilan komunikasi merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter. Kemampuan mahasiswa mencapai ketrampilan komunikasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah karakteristik (usia, suku dan jenis kelamin) dan keaktifan pengalaman berorganisasi. Hasil penelitian dari faktor-faktor tersebut bervariasi berdasarkan situasi dan kondisi di tempat penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keaktifan pengalaman berorganisasi dengan ketrampilan komunikasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jendcral Soedinnan ( FK Unsoed). Penelitian dilakukan secara cross-sectional sejak Mei sampai Agustus 2007 di FK Unsoed.Ketrampilan komunikasi mahasiswa dinilai oleh dosen yang sudah mengikuti pelatihan dengan mengisi kuesioner modifikasi dari The Harvard Medical School Communication Skill Tool. Mahasiswa semester empat FK UNSOED menjadi subyek penelitian ini dan melengkapi kuesioner data-data karakteristik (usia,jenis kelamin, suku) dan keaktifan pengalaman berorganisasi.
Sejumlah 82 dari 91 mahasiswa semester IV FK Unsoed menjadi sampel penelitian ini.Sebagian besar mahasiswa berusia 19 tahun (42,68%) dan 20 tahun (43,90%}, jenis kelamin perempuan (67,07%), bersuku Jawa (70,73%) dan keaktifan pengalaman berorganisasi tinggi (54,88%). Prevalensi mahasiswa dengan ketrampilan komunikasi baik sebesar 78,05%.
Analisis statistik regresi eox menunjukkan mahasiswa dengan aktif pengalaman berorganisasi memiliki ketrampilan komunikasi lebih baik (Hazard Ratio=2.8l,95%CI=l.48~5.35, P=0.002) yang berarti dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki pengalaman berorganisasi pasif; mahasiswa dengan pengalaman berorganisasi aktif memiliki ketrampilan komunikasi hampir tiga kali lebih baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mahasiswa FK Unsoed dengan aktif pengalaman berorganisasi memiliki ketrampilan komunikasi lebih baik dari pada mahasiswa dengan pengalaman berorganisasi pasif.

Communication skills are part of doctor's competencies. Students communication skills are influenced by many factors, namely students characteristics and participation in organizational experiences. Another research on factors that influence communication skills results vary according to the situation and condition where the research took place.
The research was aimed to confirm the relationship between participation in organizational experiences with communication skills among medical faculty students. A cross sectional study has been conducted from May to August 2007 in Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Students communication skills were assessed by trained teachers through filled in a modification questionnaire based on The Harvard Medical School Communication Skill Tool. Fourth semester Unsoed medical faculty students were participated in the research and completed questionnaires about organizational participation and students? characteristics (age, gender, ethnicity).
From 91 students, 82 students involved in this study. Most of students were 20-year-old (43.9%), female (67.l%), Javanese (70.7%) and participated actively in organizational experience (53.7%). The prevalence of the students with good communication skills was 78.l%.
Cox regression statistical analysis showed active participation in organizational experiences had better communication skills (Hazard Ratio=2.8l, 95%Cl=I.48-5.35, P=0.002) which means that compared to students with passive participation in organizational experiences, students with active participation had almost three times better communication skills. Students with active organizational experience had better communication skills than students with passive participation in organizational experiences.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T33070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Budiarti
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan harga diri dengan keaktifan berorganisasi mahasiswa reguler Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan melibatkan 140 mahasiswa yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan 57,9% mahasiswa dengan harga diri positif memiliki tingkat keaktifan tinggi. Hasil uji Chi Square menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara harga diri dan keaktifan berorganisasi (p= 0.037, α= 0.05). Penelitian memberikan implikasi supaya hasil penelitian dapat dijadikan evidence base dalam menyusun rencana pendidikan kesehatan pada kelompok remaja yang memiliki masalah harga diri negatif.

This study purposed to examine the relationship between self-esteem and organizational activities among Undergraduate Students of Nursing, University of Indonesia. This study used cross sectional design involved 140 students with purposive sampling technique. The result showed that 57,9% respondents who involved organizational students in faculty of nursing with positive self-esteem have high activities. Based on Chi Square test, there was a significant relationship between self-esteem and organizational activities (p= 0.037, α= 0.05). This study has implications for educational institutions to be used as evidence base in health education plan for adolescents who have problem with negative self-esteem."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43590
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Dwiani Tinovella Tubarad
"Latar Belakang : Pembelajaran keterampilan komunikasi pada tahap akademik seringkali tidak diterapkan di tahap klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses komunikasi mahasiswa dalam melakukan anamnesis di Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta PSKD FKK UMJ secara mendalam.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap mahasiswa yang sedang melakukan anamnesis dengan pasien di klinik penyakit dalam, dan focus group discussion FGD dengan mahasiswa di stase penyakit dalam. Triangulasi data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam dengan staf pengajar di stase penyakit dalam. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan The Calgary Cambridge Observation Guide. Hasil FGD dan wawancara dituliskan dalam bentuk transkrip verbatim lalu dilakukan analisis tematik dan koding. Selanjutnya dilakukan reduksi dan penyajian data.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kekurangan dalam mengumpulkan informasi, membangun struktur anamnesis, membangun hubungan, dan mengakhiri anamnesis, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan mahasiswa seperti pelatihan keterampilan komunikasi yang meliputi pelatihan pada tahap klinik dan tahap akademik, faktor pesonal, role model, faktor kepercayaan diri, faktor pengetahuan, faktor psikologis, faktor waktu, dan faktor yang berhubungan dengan pasien. Hal ini juga disebabkan karena belum adanya panduan khusus yang digunakan untuk melakukan keterampilan komunikasi.
Kesimpulan : Pembelajaran keterampilan komunikasi di PSKD FKK UMJ sudah diberikan sejak awal pendidikan sampai tahap klinik dan terintegrasi dalam keterampilan anamnesis, namun masih banyak mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak melakukan proses komunikasi dengan baik, yang dipengaruhi oleh faktor mahasiswa dan faktor pasien.

Background: Learning communication skill in undergraduate medical student are not applied into the clinical phase. This study is aimed to explore of clinical clerkship student rsquo s communication process during the medical interview at Faculty of Medicine Muhammadiyah University of Jakarta.
Method: This study used qualitative research methods with phenomenological approach. Data was collected through observation to student clinical clerkship during the medical interview with patient rsquo s polyclinic in internal medicine and focus group discussion with students in internal medicine. Triangulation data through in depth interview with faculty polyclinic in internal medicine. Observation used The Calgary Cambridge Observation Guide. The result of FGD and interview were transcribed verbatim, analysed thematically and coded, to reduce and present the data.
Result: The results obtained in this study indicate that the student has some weakness in gathering information, providing structure, building relationship, and closing the session which can be caused doctor related factors such as communication skill training in academic phase and clinical phase, personality, role model, self confidence, knowladge factors, psychological factors, time factors, and patient related factors. It can also be caused due to the absence of spescific guidelines that are used to perform communication skills.
Conclusion: Communication skill learning in PSKD FKK UMJ were conducted since in undergraduate and clinical phase by integrated in medical interview skills, but students rsquo performance during clerkship showed that their communication skill still need improvement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Alifta Nurul Rezky Chairany
"Stres yang dialami seorang mahasiswa dapat berasal dari stresor eksternal dan internal seperti tuntutan akademik, dan tidak tercapainya salah satu tugas perkembangan dengan baik. Stresor akan bertambah ketitka mahasiswa memutuskan untuk berpartisipasi dalam kegiatan organisasi di kampus, karena tanggung jawab dan tuntutan yang diemban oleh mahasiswa bertambah. Bertambahnya tuntutan dan tanggung jawab yang diemban dapat membuat peningkatan stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat stres yang terjadi pada mahasiswa FIK UI yang aktif berorganisasi. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional pada 163 mahasiswa FIK UI yang tergabung dalam organisasi BPM, BEM, dan FPPI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 53,4% mahasiswa memiliki tingkat keaktifan berorganisasi yang rendah dan 46,6% mahasiswa memiliki tingkat keaktifan berorganisasi yang tinggi. Selain itu ditemukan bahwa sebanyak 9,2% mahasiswa berada pada tingkat stres yang ringan, 83,4% mahasiswa berada pada tingkat stres sedang, dan 7,4% mahasiswa berada pada tingkat stres yang berat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menyusun strategi koping dalam mengelola stres yang dialami oleh mahasiswa yang aktif berorganisasi.

The stress that students receive can come from external and internal stressors such as academic approval, and not achieving one of the development tasks properly. Stressors will increase when students are determined to be approved in organizational activities on campus, because their responsibilities and responsibilities are carried out by students. Increased responsibilities and responsibilities that can increase stress. The study was conducted with the aim to determine the description of stress levels that occur in students of the Faculty of Nursing, University of Indonesia who are active in organizations. The research design used was descriptive with a cross sectional study on 163 students in the Faculty of Nursing, University of Indonesia who are members of the BPM, BEM, and FPPI organizations. The results showed that as many as 53.4% ​​of students had a low level of organizational activity and 46.6% of students had a high level of organizational activity. Besides that it was found that 9.2% of students were at a mild stress level, 83.4% of students were at moderate stress levels, and 7.4% of students were at a severe stress level. The results of this study can be made as a reference in developing coping strategies in managing stress carried out by students who are actively organizing."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Fitri Marsyia
"Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan siswa, seperti siswa dari sisi negara dan aktivitas organisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas organisasi dengan kebiasaan makan siswa reguler dari sisi negara di Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang melibatkan 86 siswa dengan teknik purposive sampling. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p 0,05. Kesimpulannya adalah tidak ada hubungan aktivitas organisasi dengan kebiasaan makan siswa dari negara. Penelitian dapat digunakan sebagai bukti bagi siswa dengan kebiasaan makan yang buruk untuk meningkatkannya dan bagi fakultas untuk merancang program kebiasaan makan yang baik untuk siswa.

There are various factors that influence students eating habits, such as student from country side and organizational activity. The purpose of this study was to determine the relationship of organizational activity with regular students eating habits from country side in Nursing Faculty University of Indonesia. This research used cross sectional design involving 86 students with purposive sampling technique. The Results of Chi Square test obtained p value 0,05. The conclusion was no relation of organizational activity with eating habits of students from country side. Research can be used as evidences for students with poor eating habits to improve it and for faculty to design a good eating habits program to students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldeka Kamilia Mufidah
"Pendahuluan: Pendidikan dokter terdiri dari dua tahap pembelajaran, yaitu tahap akademik (preklinik) dan tahap klinik. Dosen yang ideal merupakan komponen terpenting dalam proses pembelajaran tersebut. Kedua tahap pembelajaran tersebut memiliki metode dan lingkungan pembelajaran yang berbeda sehingga diperkirakan terdapat perbedaan atribut dosen kedokteran yang ideal antara tahap akademik dengan klinik. Penelitian ini bertujuan membandingkan atribut dosen kedokteran yang ideal antara tahap akademik dengan klinik menurut persepsi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang (cross sectional) ini menggunakan data primer yang diperoleh dari pengisian mandiri kuesioner yang valid dan reliabel (Cronbachs alpha 0.950). Sampel diperoleh secara cluster random sampling dari populasi mahasiswa tingkat tiga dan lima Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebanyak 200 orang. Data yang diperoleh dianalisis bivariat.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa tahap akademik dengan klinik terhadap atribut dosen yang ideal yaitu atribut penuh persiapan (p 0.010), kompetensi klinis (p 0.028), bersikap tidak diskriminatif (p 0.001), pengajaran yang interaktif (p 0.035), non-judgmental (p 0.005), dan memberikan tugas yang jelas dan sesuai topik (p0.005). Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa berjenis kelamin perempuan dengan laki-laki terhadap atribut dosen yang ideal, yaitu atribut profesionalisme (p 0.014) dan empati (p 0.010), serta terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa dari Jabodetabek dengan luar Jabodetabek terhadap atribut dosen yang ideal, yaitu atribut role model (p 0.027). Hasil analisis peringkat menunjukkan atribut dosen kedokteran yang ideal pada tiga peringkat teratas pada tahap akademik ialah profesionalisme, pengetahuan, komitmen terhadap perkembangan peserta didik, kejelasan, bersikap jujur, respek, mampu membimbing mahasiswanya dalam proses pembelajaran, dan keterampilan komunikasi yang baik. Sedangkan pada tahap klinik ialah pengetahuan, kompetensi klinis, respek, profesionalisme, mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk pembelajaran, ketulusan hati, kejelasan, dan bersikap jujur.
Diskusi: Pada tahap akademik, pembelajaran cenderung lebih terstruktur dan dominan kuliah, dengan lingkungan belajar yang formal sehingga dosen yang penuh persiapan dipersepsi sebagai dosen yang ideal. Sementara di tahap klinik, pembelajaran lebih bersifat experiential, mahasiswa dominan memelajari keterampilan klinik dengan lingkungan belajar tidak formal berupa lingkungan pelayanan kesehatan, sehingga kompetensi klinik dan pengajaran yang interaktif menjadi atribut yang ideal. Baik mahasiswa tahap akademik maupun mahasiswa tahap klinik memandang atribut terpenting yang harus dimiliki seorang dosen ideal adalah penguasaan pengetahuan, profesionalisme, kejelasan dan kualitas personal seperti jujur dan respek.

Medical education consists of two stages of learning, preclinical and clinical. An ideal medical teacher needs attributes for supporting learning process. Both stages have different environments of learning and learning methods, so that the ideal medical teachers attributes in both stages are estimated to be different. This study aims to compare the attributes of ideal medical teacher between preclinical stage and clinical stage according to medical students view in faculty medicine of Universitas Indonesia.
Method: This cross-sectional study using primary data with questionnaire which is valid and reliable (Cronbachs alpha 0.950). The sample was obatained by cluster random sampling from two groups, medical students in third years and fifth years of Faculty Medicine of Universitas Indonesia. Total 200 data were analyzed by bivariate analysis.
Result: The results of bivariate analysis showed that there were differences in perceptions between preclinical and clinical students on the ideal attributes of medical teacher, such as well-prepared (p 0.010), clinical competence (p 0.028), non-discriminative (p 0.001), interactive teaching (p 0.035), non-judgmental (p 0.005), and provide clear and on-topic assignment (p 0.005). There are differences in perceptions between female and male students on the ideal attributes of medical teacher, such as professionalism (p 0.014) and emphaty (p 0.010) and there are differences in perceptions between students from Jabodetabek and outside Jabodetabek on the ideal attributes of medical teacher, such as role model (p 0.027).  The results shown that the ideal attributes of medical teacher based on top three in preclinic stage are professionalism, knowledge, commitment to the development of students, clarity, honest, respect, guiding students in the learning process, and good communicator skill. Meanwhile in clinical stages are knowledge, clinical competence, respect, professionalism, creating conducive atmosphere to learning, sincerity, clarity, and honest.
Discussion: In the preclinical stage, learning methods are more structured such as lectures with a formal learning environment, so that the well-prepared attribute is considered as ideal attributes for medical teacher. While in the clinical stage, learning methods are more experiential and students tend to be more in learning clinical skills with a non-formal learning environment, so that the clinical competent and interactive teaching attributes are considered as important attribute for medical teacher. Both students at the preclinical and clinical stages considered the attributes of knowledge, professionalism, clarity, and personal attributes such as honest and respect as the important attributes for ideal medical teacher.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Bunga Altamira
"Budaya organisasi dalam sebuah perusahaan/institusi/organisasi tak hanya berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas perusahaan/institusi/organisasi, tetapi juga sebagai pedoman dan nilai-nilai berperilaku para anggota perusahaan/institusi/organisasi dalam beraktivitas seharihari. Sebagai fakultas kedokteran nomor satu di Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) merumuskan I?Ve Care sebagai budaya organisasinya. Studi ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan pembentukan budaya organisasi I?Ve Care, faktor-faktor yang menghambatnya dan evaluasi yang dibutuhkan FKUI ke depannya. Metode penelitian dilakukan secara kualitatif, studi kasus melalui wawancara mendalam.
Hasil yang didapat dari penelitian ini, bahwa pembentukan budaya organisasi belum optimal dikarenakan adanya faktor-faktor: pengkisahan, komunikasi, penyelesaian masalah yang positif, pengkisahan mengenai pendiri dan pemimpin, kepemimpinan, contoh role model, norma-norma, pengharapan, nilai-nilai, sistem penghargaan, manajemen karier, rekrutmen dan penempatan staf, sosialisasi kepada staf baru, pelatihan dan pengembangan, kontak anggota organisasi, partisipasi dalam pengambilan keputusan, koordinasi antar grup, dan perubahan personal. Diperlukan evaluasi dan saran yang holistis dalam pembentukan budaya organisasi di FKUI.

Organizational culture is a tool to increasing the qualities of the organization, and further as guidance and values for their daily activities as well. Faculty of Medicine, Universitas Indonesia (FKUI) as the leading medical faculty in Indonesia, is required to adapt with its external environment also. FKUI then formulate ?I?Ve Care? as its organizational culture. This study aim to analyze and describe the formation of I?Ve Care as the organizational culture, the factors that holded up, and the evaluation most needed. The research method is qualitative, by case study, through in depth interview.
The results obtained from this study, that the formation of organizational culture is not yet optimal embedded due to these factors: story telling, communication, positive problem solving, story telling about the founder and the leader, leadership, role models, norms, expectation, values, rewards system, career management, recruitment and staff placement, socialization to a new staff, training and workshop, organization contact number, participation in decision making, coordinating between groups, and personal transformation. However, FKUI needs a holistic evaluation regarding the formation of organizational culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44498
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Anandytha Putri
"ABSTRAK
Latar Belakang: Permenristek Dikti RI No. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) mengatur perhitungan satuan kredit semester (sks) sebagai acuan untuk perubahan kurikulum pada angkatan 2017. Revisi kurikulum yang digunakan angkatan 2017 menyebabkan jam tatap muka dan jumlah mata kuliah yang lebih padat dibandingkan angkatan 2016 walaupun memiliki beban sks yang sama. Banyaknya materi yang harus dipelajari, dapat menyebabkan tekanan pada mahasiswa sehingga berdampak kurangnya performa saat belajar dan berujung menjadi stres yang nantinya akan berpengaruh terhadap program studi yang sedang dijalaninya. Tujuan: Mengetahui distribusi stres dan menganalisis perbedaan tingkat stres pada mahasiswa angkatan 2016 dan 2017. Metode: Desain pada penelitian ini adalah potong lintang. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapat dari kuesioner Dental Environment Stress (DES) modifikasi yang berisi 4 domain dengan total 30 pertanyaan. Tingkatan stres didapat dari jumlah skor maksimum tiap domain dibagi menjadi 4 tingkatan stres. Total skor pada domain tempat tinggal sebanyak 16, domain faktor pribadi sebanyak 52, domain lingkungan pendidikan sebanyak 20, domain kegiatan akademik sebanyak 32, dan total skor keseluruhan 120. Pada domain faktor pribadi digunakan uji statistik Pearson Chi-Square dan pada domain tempat tinggal, domain lingkungan pendidikan, domain kegiatan akademik, dan total keseluruhan menggunakan uji statistik Pearson Chi-Square yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Distribusi frekuensi data tingkat stres pada angkatan 2016 dan 2017 didapatkan hasil tertinggi pada kategori sedikit stress dari domain tempat tinggal, faktor pribadi dan lingkungan pendidikan, sedangkan pada domain kegiatan akademik hasil tertinggi pada kategori cukup stres (p-value > 0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan tingkat stres pada mahasiswa FKG UI program studi kedokteran gigi angkatan 2016 dengan kurikulum 2012 dan angkatan 2017 dengan kurikulum 2017."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liu, Cindy Anastasia
"Mahasiswa kedokteran FKUI, terutama mahasiswa di tingkat klinik selayaknya mempunyai tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap yang baik terhadap GPPH. Oleh karena, mereka sudah mendapatkan edukasi mengenai GPPH pada saat mereka menjalani pendidikan mereka di tingkat klinik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH antara mahasiswa tingkat preklinik dan klinik di FKUI.
Penelitian ini merupakan studi potong lintang. Sampel dipilih dari 683 mahasiswa preklinik dan 469 mahasiswa klinik BEM IKM FKUI dengan menggunakan metode acak sederhana untuk mendapatkan 96 mahasiswa preklinik dan 96 mahasiswa klinik. Kuesioner dibagikan kepada subjek penelitian dalam bulan September hingga Desember 2013. Kuesioner telah diuji validitas (Pearson alpha > 0.25) dan reliabilitasnya (Cronbach’s alpha > 0.7). Data dianalisis menggunakan program SPSS versi 20 untuk Mac.
Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar mahasisawa preklinik dan mahasiswa klinik masih memiliki tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap yang sangat rendah dan rendah. Selain itu, dijumpai adanya perbedaan yang signifikan dalam domain sikap terhadap GPPH antara mahasiswa tingkat preklinik dan klinik (p=0.016). Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pada Modul Praktik Klinik Psikiatri dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa klinik untuk bertemu dengan anak dengan GPPH sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik.

Medical students in FMUI, especially those in clinical level, ought to have good level of knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD. It is because they have received education about ADHD during their study in clinical level. Thus, this research is aimed to identify the levels of knowledge/understanding, attitude, and perception toward ADHD of preclinical and clinical level students in FMUI.
The research was cross-sectional study. Sample was chosen from 683 preclinical students and 469 clinical students from BEM IKM FMUI by using simple random sampling to get 96 preclinical and 96 clinical students. Questionnaires were distributed to the research subjects from September until December 2013. Questionnaire had been tested for validity (Pearson alpha > 0.25) and reliability (Cronbach’s alpha > 0.7).
The result showed that majority of the respondents had very poor and poor level of knowledge/understanding, perception, and also attitude towards ADHD. Besides, there was significant different in the level of attitude towards ADHD between preclinical and clinical level student (p=0.016). Therefore, improvement to Psychiatry Clinical Practice Module is necessary to be done by giving chance for the clinical level students to meet real ADHD patients so that they could gain better knowledge about ADHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu Ahmad Gamal Arigi
"Latar Belakang: Pendidikan kedokteran dianggap sebagai salah satu pendidikan yang memiliki stressor tinggi. Banyaknya sumber stressor dari mahasiswa tersebut apabila tidak sejalan dengan strategi coping yang baik maka berdampak terhadap keinginan untuk menunda menyelesaikan tugas akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan dan perbandingan jenis penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa kedokteran tahap preklinik. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dilakukan pada 202 mahasiswa semester 2, 4, 6 Fakultas Kedokteran Universitas Mataram pada April 2023. Data didapatkan menggunakan instrument Brief Cope dan kuesioner Prokrastinasi akademik yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil: Terdapat hubungan antara penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik mahasiswa kedokteran Preklinik dengan nilai p=0.002 (<0.05). Terdapat perbedaan nilai penggunaan strategi coping dan Prokrastinasi akademik pada mahasiswa semester 2, 4 dan 6 dengan nilai uji P pada nilai penggunaan strategi coping 0,008 (p<0,05) dan nilai prokrastinasi akademik sebesar 0,010 (p<0,05). Problem focused coping pada aspek planning dan jenis prokrastinasi akademik pada aspek penundaan dalam memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3.20 dan 2.55. Kesimpulan: Prokrastinasi akademik pada mahasiswa merupakan masalah yang sering terjadi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu strategi coping. Sehingga diperlukan pengembangan dan penerapan strategi coping yang efektif guna mengurangi prokrastinasi akademik dan meningkatkan prestasi akademik serta kesejahteraan mereka.

Background: Medical education is an education that has a high stressor. The many sources of stress for these students, if not accompanied by effective coping strategies, will have an impact on starting and delaying completing academic assignments. This study explores the relationship and comparison of coping strategies and academic procrastination in medical students at the preclinical stage. Methods: This study used a cross-sectional study design and was conducted on 202 students in grades 2, 4, and 6 of the Faculty of Medicine, University of Mataram, in April 2023. Data were obtained using the Brief Cope instrument and an academic procrastination questionnaire, which had been tested for validity and reliability. Results: There was a relationship between the use of coping strategies and academic procrastination in preclinical medical students, with p = 0.002 (<0.05). There are differences in scores using coping strategies and academic procrastination for students in grades 2, 4, and 6, with a P value of 0.008 (p<0.05) for coping strategies and 0.010 (p<0.05) for academic procrastination. Problem-focused coping on planning aspects and types of academic procrastination on aspects of delays in starting or completing assignments have the highest average scores of 3.20 and 2.55. Conclusion: Academic procrastination among students is a problem that often occurs. One of the factors that can influence it is the coping strategy. It is necessary to develop and implement effective coping strategies to reduce academic procrastination and increase academic achievement and welfare."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>