Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196985 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Enny Mainiarti
"Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator untuk melihat mum pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan tempat pelayanan kesehatan publik yang saat ini dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Rendahnya kcpuasan pasien menggambarkan kualitas pelayanan belum maksimal dan belum sesuai dengan standar, sehingga harus diperbaiki. Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya karakteristik pasien sendiri Serta biaya yang ada untuk mendapatkan pelayanan tersebut.
Penclitian ini dilakukan di enam Puskesmas DTP di Kabupaten Bekasi dan dua Puskesmas DTP di Kota Bckasi. Penelitian ini bertujuan untuk mclihat perbandingan tingkat kepuasan pasien Puskesmas DTP di Kabupatcn dan Kota Bekasi, melihat karakteristik pasien pengguna jasa pelayanan Puskesmas, serta mclihat faktonfaktor karakteristik mana yang berhubungan dengan tingkat kcpuasan pasien. Disain penelitian adalah cross sectional pada 480 responden. Dilakukan selarna 3 bulan dari Februari sampai April 2007.
Secara keseluruhan kamkteristik pasien di kedua tempat diatas adalah sama, perbedaannya ada pada tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan pasien. Tingkat kepuasan pasien di Kabupaten Bekasi (gratis) 2,14 kali lebih rendah dibandingkan tingkat kepuasan pasien di Kota Bekasi (bayar). Jumlah pasien yang puas di Kota Bekasi 64,2% sementara di Kabupaten Bekasi 45,5%. Tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor-faktor karakteristik pasien dengan tingkat kepuasan di kedua tempat diatas, serta tidak ada faktor-faktor karakteristik yang menjadi faktor konfonding.
Dari Importance and Pewrmance Anabvsis unsur yang harus diperhatikan di Kabupaten Bekasi adalah jadwal perikasa dokter tiap hari tepat waktu, obat diresepkan tersedia di Puskesmas, petugas segera memenuhi keinginan pasien serta dokter menjadi pendengar yang baik bagi pasien. Sementara itu di Kota Bekasi unsur-unsur yang hams diperhatikan adalah ruang rawat inap, sarana kamar mandi/WC, keberadaan petugas di mang rawat inap/jalan, ruang tunggu, suasana lingkungan, lantai dalam/luar ruangan, pelayanan oleh dokter, obat yang diresepkan tersedia di Puskesmas. -Iasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kcsehatan Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi dalam mengambil kebijakan serta Puskesmas DTP di Kabupatzh dan Kota Bekasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

The patient's satisfaction was one of the indicators to see the quality of the health service. The community health centre was the place of the health service of the public at this time used by all social stratums. The low level of the patients satisfaction depicted the quality of the service was not yet maximal and did not yet be in accordance with the standard, so as to have to be improved. The patient satisfaction could be affected by many factors, for example the characteristics of the patient personally as well as the available cost to get this service.
This research was carried out in six inpatient facility in the Bekasi Regency and two inpatient facilities in the Bekasi City. This research aimed at seeing the level comparison of patient satisfaction of the inpatient facility in the Regency and the Bekasi City, saw the characteristics of the user's patient in community health centre service, as well as saw what characteristics factor that was connected with the level of the patients satisfaction. 'Ihe design of the research was cross sectional to 480 respondents. Carried out for 3 months hom February to April 2007.
On the whole the characteristics of the patient in the two places above was same, its difference was in the level of education, the work kind and the income ofthe patient. The level of the patient?s satisfaction in the Bekasi Regency (ti-ee) 2.14 times was lower compared with the level ofthe patient?s satisfaction in the Bekasi City (paid). The number of patients who was satisfied in the Bekasi City 64, 2% now in the Bekasi Regency 45, 5%. There is no relation that was significant between characteristics factors ofthe patient and the level of satisfaction in the two places above, as well as did not have characteristics factors that became the factor confounding.
From Importance and Performance Analysis the element that must be paid attention to in the Bekasi Regency was the doctor schedule right on time, prescription medicine was available in the community health centre, the ofiicial immediately filled the patients wish as well as the doctor to become listeners who were good for the patient. In the meantime in the Bekasi City elements that must be paid attention to were space inpatient facilities, bathroom means/the Toilet, the existence of the official in room, the waiting room, the atmosphere of the environment, the floor in/outside the room, the service by the doctor, prescription medicine was available in the community health centre. From this research, we recommended for District Health Service of Bekasi Regency and Bekasi City in taking the policy, inpatient facility in the Regency and the Bekasi City in increasing the quality ofthe service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jajang Prihata
"Tesis ini membahas tentang kepuasan pelanggan melalui lima dimensi kepuasan (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, emphaty) dan minat untuk memanfaatkan kembali pelayanan kesehatan di Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) Kabupaten Cirebon. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data diolah melalui analisis univariat, bivariat, multivariat, dan dengan menggunakan diagram kartesius.
Hasil penelitian menyarankan bahwa pihak Puskesmas harus lebih meningkatkan lagi kualitas pelayanan, khususnya pada dimensi tangibles terutama aspek kelengkapan dan kebersihan peralatan di Puskesmas, penataan dan kebersihan gedung Puskesmas, kebersihan dan kenyamanan ruang tunggu pasien dan ruang perawatan, serta kebersihan kamar mandi.

The study focussed into the costumer satisfaction on 5 aspects (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, emphaty) and willingness to re-function the public health services in Puskesmas (community health centre) equipped with care unit (DTP) in Cirebon district. This research used quatitative method with cross sectional approach. The data was processed with univariate, bivariate and multivariate analysis using Caretesius diagram.
The reasercher suggests that Puskesmas should improve the service quality, in particular the tangibles aspect, especially the aspects of medical equipment cleanness and availability, Puskesmas building management and cleanness, patient waiting room and care unit room cleanness and comfort, and also bathroom's cleanness.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T28441
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Gustini
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
S26686
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ellya Niken Prastiwi
"Selama tahun 2003 - 2005 jumlah kunjungan meningkat namun tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dan pada tahun 2006 jumlah kunjungan pasien bayar ke Puskesmas Wisma Jaya mengalami penurunan. Indikator keberhasilan fungsi puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama antara lain melalui cakupan pelayanan dan kepuasan pasien. Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dipengaruhi oleh faktor kebutuhan terhadap sarana pelayanan kesehatan yang bermutu. Kepuasan paéien bayar atas mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Wisma Jaya mempengaruhi pola perilaku pasien bayar selanjutnya untuk mengambil tindakan dengan berniat melakukan kunjungan ulang atau sebaliknya.
Penelitian ini bertujuan membuktikan adanya hubungan kepuasan pasien bayar tcrhadap mutu pelayanan dengan minat kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya Kota Bekasi Tahun 2007. Desain penelitian merupakan penelitian analilik dengan pcndekatan cross sectional, yang dilakukan di Puskesmas Wisma Jaya Kota Bekasi. Data dikmnpulkan dengan responden adalah pasien bayar (219 responden) yang berkunjung ke Puskesmas Wisma Jaya Kota Bekasi pada tahun 2007 dengan tehnik consequtive sampling quota. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan Kepuasan pasicn bayar mampu meningkatkan minat pasien bayar untuk mclakukan kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya. Perlunya Pcmcrintah Kota dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi mengunakan indikator bcrupa cakupan pelayanan dan kepuasan pasien untuk menilai keberhasilan kinexja puskesmas melalui fungsi puskcsrnas scbagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Serta rnemprioritas pcrnbangunan fisik, menjaga kebersihan dan penambahan sumber daya manusia khususnya Puskesmas Wisma Jaya sesuai urutan nilai terendah kepuasan perlu menjadi perhatian semua pihak yang terkait. uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang berminat melakukan kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya sebesar 93,2%, proporsi responden yang puas terhadap pelayanan kesehatan Puskesmas Wisma Jaya sebesar 53,0%, tersedianya tempat parkir merupakan faktor kepuasan pasien bayar yang memiliki nilai terendah. Ada hubungan yang bermakna antara kepuasan pasien bayar dengan minat kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya setelah mengendalikan variabel-variabel penganggu (variabelpendidikan dan variabel pengeluaran). Kepuasan pasien bayar mempunyai peluang 8,2 kali untuk berminat melakukan kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya sebesar.
Kepuasan pasien bayar mampu meningkatkan minat pasien bayar untuk mclakukan kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya. Perlunya Pcmcrintah Kota dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi mengunakan indikator bcrupa cakupan pelayanan dan kepuasan pasien untuk menilai keberhasilan kinexja puskesmas melalui fungsi puskcsrnas scbagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Serta rnemprioritas pcrnbangunan fisik, menjaga kebersihan dan penambahan sumber daya manusia khususnya Puskesmas Wisma Jaya sesuai urutan nilai terendah kepuasan perlu menjadi perhatian semua pihak yang terkait.

During 2003 - 2005, number of customer visits increasing altough uneven with the population growth. Then in 2006, number of charged customer visits to Puskesmas Wisma Jaya had decreasing. Efficacy indicator of Puskesmas to its main function in providing public health services at the bottom level are scope of services type and customer satisfaction. Utilization of health service by society influenced by the need of qualified health service factor. Charged customer’s satisfaction to the quality of health services held by Puskesmas Wisma Jaya influencing their future behavior in having revisit or on the contrary.
This research aim to determine the relationship of charged customer’s satisfaction to the quality of health services and revisit interest at Puskesmas Wisma Jaya Bekasi, in year of 2007. Research designed as analytic description research with cross sectional approach. Research held at Puskesmas Wisma Jaya Bekasi. Data collected using consecutive sampling quota from 219 respondent who belong to charged customer whom visiting Puskesmas Wisma Jaya during 2007. Data analysis using univariat analysis, bivariat with chi-square test and multivariate analysis with multiple logistic regression test.
The result shows proportion of respondent who interest to revisit Puskesmas Wisma Jaya were 93,2 % in amount. The proportion of charged customer who satisfied with health services held by Puskesmas Wisma Jaya were 53,0 % in amount. The available of parking area become the charged customer’s satisfaction factor which has lowest score. There is significant relation between charged customer’s satisfaction with revisit interest after eliminating and controlling the dummy variable (respondent’s education and expenses). Satisiied charged customer have at 8,2 possibility to revisit Puskesmas Wisma Jaya in possibility value.
The satisfaction of charged customer has able to raise their interest in having revisit in the future. Local Government and Local Public Health Service need to use scope of service and customer satisfaction as indicator to asses the efficacy performance of each Puskesmas through their function in providing public health services at the bottom level. Also giving priority in physical development and addition of human resources especially Puskesmas Wisma Jaya on low scored satisfaction indicator.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenawaty Husin
"Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pelayanan kesehatan, dimana saat ini dunia telah memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, maka persaingan menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari. Pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satu indikator mengukur kualitas pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kepuasan pasien dan melihat bagaimana hubungan persepsi jarak ke Puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien dan hubungan kaiakteristik pasien terhadap tingkat kepuasan. Penelitian ini menggunakan responden berupa pasien yang berkunjung di 36 Puskesmas di Kota Palembang, selama 4 hari berturut-turut dan jumlah sampel sebanyak 384 orang. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional. Pengambilan sampel secara proporsional random sampling. Data primer didapat melalui pengisian kuesioner, penilaian kepuasan pasien dengan menggunakan kuesioner adalah salah satu Sara untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan pelayanan yang telah diberikan oleh Puskesmas, sehingga puskesmas dapat segera melakukan perbaikan yang diperlukan sesuai dengan harapan pasien.
Analisa statistik yang digunakan adalah analisa univariat untuk melihat gambaran deskriptif dari karakteristik Pasien BP umum Puskesmas di Kota Palembang, dan mengetahui hubungan persepsi jarak ke Puskesmas terhadap tingkat kepuasan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengunjung BP Umum Puskesmas di Kota Palembang lebih banyak perempuan dari pada pengunjung laki-laki, tingkat pendidikan pasien yang berkunjung lebih banyak yang berpendidikan tinggi, pasien yang bekerja lebih banyak dari pasien yang tidak bekerja. Secara keseluruhan tingkat kepuasan pasien masih rendah, sehingga perlu langkah-langkah perbaikan, guna memenuhi harapan pelanggan atau pasien. Dari 384 responden yang bertempat tinggal jauh dari Puskesmas cenderung untuk tidak puas (66,7 %) dibandingkan pasien yang bertempat tinggal dekat, terutama dalam hal persepsi jarak ke Puskesmas. Pemerintah diharapkan mendapat masukan agar membuat kebijakan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan; juga mendekatkan persepsi jarak ke Puskesmas dengan menggunakan sarana Puskesmas keliling dan membuka hotline 24 jam, pager. Dan untuk jangka panjang merubah sistem pelayanan Puskesmas, dengan merubah Puskesmas pembantu menjadi Puskesmas kelurahan sehingga setiap kelurahan ada Puskesmas; serta mengadakan survei mengenai tingkat kepuasan pasien secara berkala .Sehingga persepsi jarak ke Puskesmas menjadi mudah. Disamping itu, mengadakan penyegaran kepada petugas Puskesmas mengenai komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pelanggan.

Along with science and technology development especially in health service field, which the world entering to globalization and free trade, so the competition become a matter that cannot be avoid. Health service including Puskesmas (health center of sub-district region) is striving for increasing service quality. One of indicators to measure health service is patient (customer) satisfaction.
This research purpose to gain an illustration about patient satisfaction level and to see how distance relation perception to Puskesmas with its satisfaction and patient characteristic relation to satisfaction level. This research use respondent as patient who pay a visit to 36 Puskesmas in Palembang City, during 4 days in succession. This research has done by cross sectional approach. Take samples by proportional random sampling. Primary data get by questioners fulfilling as one way to know weakness and lack service has done by Puskesmas, so Puskesmas can improve it as same as patient' expectation immediately.
Statistical analysis used is univariat to see description of general BP patient characteristic at Palembang City, and to know distance perception effect to Puskesmas against patient satisfaction level. Research result shown that patient who pay a visit general BP Puskesmas at Palembang City amount of woman greater than men, most of educational background level patient is high, employment greater than unemployment.
As overall, patient satisfaction level is low, so that need to take improves it, to fulfill customer expectation (patient satisfaction)_ There 384 participant (respondent) who lived far from Puskesmas tend not satisfaction (66,7%) than patient who lived near Puskesmas. The government is expected to gain input critically to make customer satisfaction-oriented policies; also bring Puskesmas to close (distance perception) to Puskesmas, as by facilitate to Puskesmas-mobile that go around, customer care hotline 24 hours, and id caller. In the long term to make a change Puskesmas system, to turn assist-Puskesmas become Puskesmas (health center of lower sub-district area) so in future, each lower sub-district had a Puskesmas; to survey about patient satisfaction level gradually, finally, distance perception to Puskesmas is ease. Therefore, to make re-education and training program to Puskesmas' official, especially is interpersonal communication toward customer satisfaction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narila Mutia Nasir
"ABSTRAK
Salah sam usaha untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
melalui pemberian pelayanaa yang bezlcualitas. Pelayanan berkualitas dapat divcmjudkan
dengan adanya tenaga kesehatan yang kompeten, termasuk bidan. '
Penelitian ini dilakukan dengan disain cross sectional dengan pendekatan
kuantatif untuk mengetahui Pengamh Kompetensi terhadap Kinerja Bidan dalarn
Pelayanan Neonatal di Puskesmas Perawatan Kabupatcn Bekasi Tahun 2007. Analisis
data dilakukan secara dcskriptif dan analitik. Populasi penelitian ini adalah bidan di
Puskesmas Perawatan Kabupaten Bekasi yang berjumlah 41 orang. Sampel dalam
penelitian ini sama dengan total populasi
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (61%) bidan tidak kompeten.
Kompetensi merupakan faktor yang bermakna terhadap kinerja bidan dalam pelayanan
neonatal dengan Odd Ratio (OR) 6,75. Faktor umur, pendidikan, lama kezja, pelatihan
asfiksia, dan pclatihan Asuhan Pcrsalinan Nommal (APN) mcnunjukkan hubungan yang
tidak bcrrnaknu.
Kompelensi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kincrja bidan
Puskesmas Perawatan di Kabupaien Bekasi Tahun 2007 berdasarkan uji regrcsi logislik
dcngan OR = 9. Oleh karena im, kompetensi bidan perlu ditingkatkan salah salunya
melalui pelatihan berbasis kompetensi.

ABSTRACT
Descreasing Infant Mortality Rate (IMR) can be done by giving quality sen/ice.
The quality service could be created if he health professionals, including midwife, are
competence.
The design of this research is cross sectional with quantitative approach. And
using descriptive analysis. The Population of this research are 41 midwives in Public
Health Center with Caring in Bekasi District. The sample size is the same as population.
The result indicates more than half of midwives (61%) arc not competence.
Competency is related factor to midwife performance with Odd Ratio (OR) 6,75.
Besides, age, period of work, education, asphyxia training, and normal delivery training
have no relationship with midwife performance.
Competency has effect to midwife performance based on logistic regression with
OR=9. So that, the improvement of midwife?s competency should be done by
competency based training.

"
2007
T34527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Indriyanti
"Pelayanan kesehatan yang bermutu saat ini sudah menjadi tuntutan semua pihak, termasuk masyarakat sebagai pengguna jasa, dengan era globalisasi, bertambahnya golongan masyarakat yang mampu, berpendidikan, dan menguasai informasi, masalah mutu pelayanan menjadi tuntutan mutlak. Adapun faktor yang dominan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah sumber daya manusia, baik yang terlibat dalam manajemen maupun pelayanan. Keluhan (complain) dari pelanggan merupakan indikator dari kurangnya kualitas pelayanan akibat sistem manajemen yang kurang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik pelanggan dan upaya manajemen mutu fokus pada pelanggan dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas DTP Kabupaten Bogor tahun 2014. Metode penelitian adalah kuantitatif bersifat analitik deskriptif dengan desaincross sectional. Dengan populasi adalah seluruh pasien rawat inap dan unsur manajemen di Puskesmas DTP Kabupaten Bogorpada tahun 2014. Sampel pada penelitian ini adalah pasien rawat inap sebanyak 181 orang dan 50unsur manajemen di Puskesmas DTP dari 10 Puskesmas DTP.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik pasien dengan tingkat kepuasan pelanggan, ada hubungan yang bermakna antara upaya manajemen mutu fokus pada pelanggan dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas DTP Kabupaten Bogor tahun 2014, terdapat perbedaan yang bermakna terhadap skor rerata kepuasan diantara pasien di Puskesmas yang menerapkan upaya manajemen mutu fokus pada pelanggan dan yang tidak menerapkan upaya manajemen mutu fokus pada pelanggan.
Penulis menyarankan agar pihak manajemen Puskesmas meningkatkan dimensi fokus pada pelanggandan proses terkait pelanggan. Kedua dimensi tersebutbelum dilaksanakan secara maksimal dalam penerapanupaya manajemen mutu fokus pada pelanggan. Manajemen Puskesmasuntuk memperhatikan dimensi tangibledan responsivenesssebagai dimensi mutu pelayanan dengan tingkat kepuasan terendah.Melaksanakan survey kepuasan pelanggan secara berkala dengan tools yang sesuai dengan kekhususan Puskesmas agar mendapatkan gambaran kepuasan pelanggan terkini.

Quality health services is now becoming the demands of all parties, including the public as service users, with the era of globalization, increasing social groups capable, educated, and control of information, quality of service issues become an absolute requirement The dominant factor affecting the quality of health services at the health center are human resources, both of which are involved in the management and care. Complaints (complaints) from customers is an indicator of the lack of quality of service due to poor management system.
This study aims to determine the relationship between customer characteristics and quality management efforts focus on providing customers with the level of patient satisfaction in the Puskesmas DTPin Bogor District 2014. Quantitative research method is descriptive analytic cross-sectional design. With a population is the entire patient care and management elements in the Puskesmas DTPin Bogor District 2014. Samples in this study were inpatients as many as 181 people and 50 elements in the management of the Puskesmas DTPfrom 10 health centers With Nursing.
The results showed that there is no relationship between the characteristics of patients with levels of customer satisfaction, there is a significant association between quality management efforts focus on providing customers with the level of patient satisfaction in Bogor Regency DTP health centers in 2014, there is a significant difference in mean scores between patient satisfaction The Health Center is implementing a quality management efforts focus on the customer and are not implementing a quality management efforts focuson the customer and not implementing quality management efforts focus on the customer.
The author suggested that health centers improve the management dimensions of customer focus and customer-related processes. Both of these dimensions has not been fully implemented in the application of quality management efforts focus on the customer. Management Health Center to pay attention and responsiveness as a tangible dimension of service quality dimensions with the lowest satisfaction levels. Carry out customer satisfaction surveys on a regular basis with the appropriate tools to get an idea of the specificity of the health center in order to recent customer satisfaction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tinon Resphati
"Indonesia termasuk negara yang menunjukkan kecenderungan meningkatnya penyakit penyakit karies gigi dan penyakit periodontal. Dari laporan data kesakitan di Indonesia, pasien yang datang berkunjung ke Puskesmas, penyakit gigi dan mulut menduduki ranking 2atau 3 terbanyak selama Pelita. Jumlah Puskesmas di Indonesia yang telah melaksanakan kesehatan gigi dan mulut adalah 4.636 Puskesmas, dengan angka cakupan 5,64 % (Target Nasional adalah 4%), namun, belum dapat menggambarkan pencapaian nasional yang sebenarnya, karena pencapaian per propinsi belum merata per tahunnya. DKI Jakarta mengalami peningkatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan saat ini memiliki 242 BPG Puskesmas. Sementara apabila dibandingkan dengan angka cakupan, menurun sejak tahun 1995/1996 hingga tahun 1997/1998, 3,50%. Melihat menurunnya angka cakupan di DKI Jakarta apakah ini disebabkan karena menurunnya kualitas pelayanan yang tidak memuaskan bagi pemakai jasa pelayanan sedangkan kepuasan pasien adalah salah satu indikator mutu pelayanan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di BPG Puskesmas DKI Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di BPG Puskesmas Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik yang dilakakukan dengan pendekatan cross sectional secara kuantitatif. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan lembar pertanyaan kepada pasien dan lembar pengamatan terhadap pelayanan BPG Puskesmas. Variabel-variabel yang diteliti adalah faktor lingkungan, peralatan medis, sumber daya manusia sebagai tenaga pelayanan (umur dan masa kerja dokter gigi), cara pemeriksaan dan cara pengobatan, karakteristik pasien (jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan), tingkat kepuasan pasien terhadap cara pemeriksaan dan cara pengobatan serta hubungan dokter gigi-pasien. Analisis data terdiri dari analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 69,5 % pasien puas terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di BPG Puskesmas dan 30,5 % menyatakan tidak puas. Hubungan antara dua variabel, diperoleh bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepuasan pasien. Tidak ada hubungan antara faktor lingkungan, peralatan medik, umur dan masa kerja dokter gigi, cara pemeriksaan dan cara pengobatan serta karakteristik pasien (jenis kelamin dan umur).
Saran yang diusulkan, agar memasyarakatkan standar pelayanan dan diadakan penyempurnaan pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas, dengan menyusun standar pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang baku. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan pembangunan kesehatan selama lima Repelita, telah meningkatkan kesejahteraan dan pendidikan masyarakat sehingga orientasi nilai masyarakat telah berubah. Masyarakat semakin menginginkan pelayanan kesehatan yang lebih balk. Dengan adanya standar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas maka perlu diteliti lebih lanjut mutu pelayanan yang memuaskan pasien.

Indonesia is among the countries which indicate an increasing trend of carries and mouth diseases. From the morbidity data in Indonesia patients that visit the Puskesmas carries and mouth diseases rank second and third during the Fifth Year Plan. Number of Puskesmas in Indonesia that have provided carries and mouth diseases services is 4.636 units, with coverage 5.64% (National target is 4%). However, it does not represents the real national achievement, because it represent national target with unevenly distributed provincial target. The Special Region of the Capital City of Jakarta which has 242 units of BPG (Dental Health Clinic) experienced an increase in dental and mouth health services. Meanwhile, compared to the coverage figure, it decreased from 1995/1996 to 1997/1998 to 3.5%. The decreasing coverage in the Special Region of the Capital City of Jakarta probably due to the decreasing services quality which do not satisfy the users of the services, which the satisfaction of patients is one indicator of services quality.
Based on the above matters, .1 conducted a research to obtain information regarding the satisfaction of patients on the dental and mouth health in BPG of Puskesmas. This research was performed in BPG of Puskesmas in Central Jakarta and South Jakarta. This research is a descriptive and analytical one which was performed by using quantitative cross-sectional approach. Data collection was done by using questionnaire sheets filled in by patients and observation sheets of services of BPG Puskesmas. The variables observed are environmental factors, medical equipments, human resource as provider of services (age and tenure of dentists), examination and treatment method, characteristics of patients (sex, age and level of education), satisfaction level of patients on examination and treatment method and relationship of dentists and patients, The data analysis consists of univariate, bivariate and multivariate analysis.
Results of the research indicate that 69.5% of the patients are satisfied with the dental and mouth health services in BPG of Puskesmas and 30.5% stipulate that they are unsatisfied. Regarding the correlation between two variables, I obtained that there is a correlation between level of education and the satisfaction level of patients. There is no correlation between environmental factors, medical equipments, age and tenure of the dentists, method of examination and treatment and characteristics of patients (sex and age).
My suggestion is that improvement of guidance of services of dental and mouth health in Puskesmas by revising a standard of dental and mouth services. This is related to performance of health development during the Fifth Five Year Plan which has increased the welfare and education of people that their orientation have changed. The people want a better health services. With the standard of dental and mouth health services in Puskesmas, a further research on satisfaction level of patients is required."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irina Auruma
"Diantara tahun 2002 - 2005, terjadi konflik/unjuk rasa staf di 7 Puskesmas di wilayah Kabupaten Bekasi. Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis untuk membuktikan dugaan penyebab terjadinya konflik, ternyata tingkat kepuasan kerja Staf Puskesmas masih rendah, yaitu hanya 56,17%, serta adanya hubungan yang positif antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja Staf Puskesmas. Survei yang sejenis belum pernah dilakukan di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini bertujuan membuktikan adanya hubungan kepemimpinan transfomasional, transaksional dan laissez faire terhadap tingkat kepuasan kerja Staf Puskesmas di 34 Puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Bekasi.
Desain penelitian merupakan penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional, yang dilakukan di seluruh Puskesmas di Kabupaten Bekasi. Data dikumpulkan dari seluruh Staf Puskesmas yang berjumlah 681 orang dan 33 Kepala Puskesmas pada tahun 2006. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dan uji korelasi sedehana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan kerja Staf Puskesmas sebesar 2,9% (dengan cut-off point 80%) dan 49,6%(dengan cut-off point nilai tengah). Peralatan kerja Puskesmas merupakan faktor kepuasan kerja Staf yang mempunyai nilai terendah. Mayoritas Kepala Puskesmas menampilkan kepemimpinan transformasional yang dikombinasikan dengan kepemimpinan transaksional. Ada hubungan yang bermakna antara dimensi attributed charissmatik dari kepemimpinan transformsional dengan kepuasan kerja Staf Puskesmas. Staf Puskesmas yang mempersepsikan dimensi attributed charismatic Kepala Puskesmasnya "kuat" mempunyai peluang untuk merasa lebih puas dalam bekerja. Hubungan ini mungkin masih dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, latar belakang profesi Staf Puskesmas, serta besamya insentif dan tunjangan hari raya yang diterima.
Dimensi attributed charismatik dari kepemimpinan transformasional mampu meningkatkan kepuasan kerja Staf Puskesmas. Perlunya pengenalan tipe kepemimpinan ini kepada para Kepala Puskesmas. Hal ini dapat digunakan dalam seleksi calon Kepala Puskesmas dan pelatihan-pelatihan kepemimpinan bagi orang¬-orang yang akan dipromosikan menjadi pimpinan dalam organisasai kerjanya. Peralatan kerja Puskesmas yang mempunyai skor kepuasan terendah, perlu menjadi perhatian semua pihak yang terkait.

By the years of 2002 - 2005 there were conflicts/demonstrations in 7 Public Health Centers in Bekasi district. Based on preliminary survey conducted by the author to proved that the assumption of conflict caused, the level of job satisfaction among Public Health Center staffs was low, i.e. only 56,17%, and there was positive correlation between leadership and job satisfaction of Public Health Center staffs. A similar survey has not been conducted yet in Bekasi district. This survey attempts to prove the existence of the correlation between transformational, transactional and laissez faire leadership to the level of job satisfaction in 34 Public Health Centers in Bekasi district.
The Research design was a descriptive-analytic research with cross-sectional approach, which carried out to all Public Health Centers in Bekasi district. Data were collected from all 681 staffs and 33 Public Health Center heads in 2006. These were analyzed by using univariat and bivariat analyses with Chi Square and simple corelation test.
The study proved that respondents with job's satisfaction only 2,9% (with cut-off point 80%) and 49,6% (with mid-value cut-off point). The instrument of Public Health Center was a job-satisfaction factor with the lowest value. The majority of Public Health Center heads performed a transformational leadership combined with transactional one. There was an important correlation between attributted charismatic dimension of transformational leadership with employee job-satisfaction. Public Health Center staffs which have a perception about their Public Health Center head's attributed charismatic dimension as strong, have a chance to feel more satisfied in their job. This perhaps was influenced by the factors of age, sex, education and profession background of Public Health Center staff, and the amount of incentives and THR.
Attributed charismatic dimension of transformational leadership tends to increase the employee's job-satisfaction. It is necessary to introduce this type of leadership to the head Public Health Centers. This can be applied in the selection of the Public Health Center head candidates, and leadership training for those that will be promoted to be a leader in their work organization. It is necessary for all related sides to pay attention to the instrument of Public Health Center that has the lowest value in job-satisfaction score.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masni Asbudin
"Puskesmas adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan dasar bagi seluruh anggota masyarakat, yang dewasa ini telah merata di seluruh pelosok tanah air. Dalam rangka untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka Puskesmas harus dapat memantapkan mutu pelayanan perlu mempertahankan jangkauan dan pemerataan pelayanan tersebut.
Puskesmas Marga Mulya merupakan salah satu Puskesmas di Kota,Bekasi yang mempunyai jumlah kunjungan cenderung mengalami penurunan pada tahun 2002 Wilayah kerja Puskesmas Marga Mulya terletak di tengah-tengah Kota Bekasi dan berdekatan dengan Rumah Sakit Umum Daerah, dengan latar belakang sebagian besar penduduknya berpendidikan SMA keatas (57%).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran demand terhadap pelayanan kesehatan dasar Puskesmas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Puskesmas Marga Mulya Kota Bekasi tahun 2002, dan penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitianrrya cross sectional (potong lintang).
Responded adalah sejumlah keluarga yang anggota keluarganya menderita sakit satu bulan terakhir dan memanfaatkan pelayanan kesehatan modem, dengan jumlah responden 270 orang yang di pilih secara acak dan rancang bertingkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, harga/ biaya, jarak, waktu tunggu berhubungan bermakna dengan demand terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas, jumlah anggota keluarga, jaminan pemeliharaan kesehatan/asuransi, dan kebutuhan tidak berhubungan bermakna dengan demand terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Dari hasil univariat menunjukkan bahwa tingkat demand terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas Marga Mulya Kota Bekasi tahun 2002 adalah 51,1%. Proporsi terbanyak alasan tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Marga Mulya adalah merasa pengobatan tidak cocok dan alasan lain yang menonjol adalah lokasi saran pelayanan kesehatan lain lebih dekat dengan tempat tinggal.
Pada analisa multivariat menunjukkan babwa variabel harga/biaya dan jarak berperan dalam demand terhadap pelayanan kesehatan, dan variabel independent yang paling dominan berhubungan dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah variabel jarak
Saran sehubungan dengan basil penelitian ini agar demand terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas marga Mulya Iebih baik dimasa yang akan datang, maka untuk menjaring masyarakat yang berada jauh dari Puskesmas perlu didirikan Puskesmas pembantu di RW IIl atau RW X dengan melengkapi sarana penunjang.
Kepustakaan 38 (1968-2001)

Demand For Marga Mulya Health Centre, Bekasi 2002.Puskesmas, one of the basic health service for community, have been widely Iocated in all areas. To improve health status of community, Puskesmas needs to maintain service quality and achieve its service coverage target
Puskesmas Marga Mulya is one of The Health Centre in Bekasi the level of patient visits tends to decline in 2001. The service area of Puskesmas Marga Mulya extends at centre of Bekasi and next to The District Public Hospital with the most background of people are up to senior high school (57 % ).
The goal of this research is to describe demand for Marga Mulya Health Centre and its determinants. The study is a cross sectional study using quantitative method.
Respondent is the head the family who got sick in the last one month and used the modern health service, total sample is 270 respondents selected using multistage random sampling
The result of research showed education, job, status of economy, price or cost, and waiting time were signifantly associated with the demand for Marga Mulya Health Centre while the numbers of the family members, insurance and need had not associated with the demand for health service at Puskesmas.
The result from univariat analysis showed 51,] % of respondents had gone to Marga Mulya Health Centre. The main reason was location.
Multivariat analysis showed that location and price or cost play important roles to demand. Location was the main factor influenced demand for Marga Mulya Health Centre.
The recommendations of the study are improving the service quality in order to screening community which Iived far away from community health centre, sub health centre should be build at RW 3 or RW 10 with completing support facilities.
References 38 (1968-2001)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T411
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>