Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205142 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indira Chanum
"ABSTRAK
Penelitian ini didasari kerangka berfikir bahwa
pendidikan dasar merupakan aspek penting yang fundamental
bagi' 5etiap individu. Melalui pendidikan dasar inilah
di1etakan kerangka landasan daya nalar, sikap, dan
ketrampilan subyek didik untuk mampu melanjutkan studi pada
tahap yang lebih tinggi ataupun terjun mengembangkan
ketrampilan di masyarakat. Demikian urgennya peranan
pendidikan dasar maka untuk menunjang keberhasilannya
diperlukan guru-guru pendidikan dasar yang berbobot dalam
arti mampu menyelenggarakan prose; belajar MEDQSJBF YBWQ
bermutu, sehingga mampu mengembangkan semua potensi yang
dimi1iki siswa.
Untuk mencetak guru pendidikan dasar yang bermutu maka
pemerintah membuka program D II PGSD sebagai peningkatan
dari SPE. Paningkatan kualifikasi guru-guru sekolah dasar
ini mutlak perlu sejalan dengan meningkatkan fungsi
pendidikan dasar yang bukan lagi sekedar pendidikan yang
terminal sesudah 6 tahun, melainkan merupakan bagian yang
teritegrasi dengan pendidikan dasar 9 tahun. Hal ini cukup
jelas dinyatakan dalam U.U. Pendidikan Nasional No: 2 Tahun
1989. Untuk merealisasikan tujuan itu maka IKIP ditugasi
mencetak tenaga guru Sekolah Dasar melalui PVDQVBW D I1
PGSD. Setelah program ini berlangsung sekitar 3 tahun
peneliti mencoba melihat bagaimana kualitas produk PGSD ini.
Penelitian ini dilakukan terhadap 135 mahasiawa PGSD
yang sudah menempuh praktek pangalaman lapangan (PPL)
sebagai puncak pambekalan teori dan praktek keguruan di
PGSD. Hasil panelitian yang ditemukan adalah sebagai
berlkut.
1.Peserta PESD memiliki Tingkat Asplrasi yang cukup tinggi
untak mangadi guru. Tingkat Aspirasi ini mamiliki
hubungan yang positif dengan Sikap gerhadap profesi guru
dan Panguasaan prestasi profesi keguruan.
2. Paaerta PGSD memiliki Sikap yang pmsitif tarhadap Profesi
guru, dan hal ini memiliki hubungan yang positif terhadap
Panguasaanvprestasi prnfesi keguruan.
3. Proses belajar mangajar yang dikembangkan di PGSD
mamiliki tingkat Kebarmaknaan yang ralatif tinggi.
Tingkat Habarmaknaan proses belajar mengajar di PGSD ini
memiliki hubungan yang positif dengan Penguasaan prestasi
prcfesi kaguruan. Kebermaknaan prose; belajar mengajar
ini merupakan prediktor yang paling tapat untuk
mempredikai varian Fenguasaan prestasi profesi keguruan.
Bardasarkan haeil temuan seperti tersabut di atas
makadapat diajukan saran-saran sebagai barikut. Partama,
walauaun sumbangannya kacil keberadaan tingkat aspirasi
merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam kepribadian
calon mahasiswa FGSD. Kadua, Ferlu diupayakan usaha yang
lebih sarius untuk dapat lebih meningkatkan kebermaknaan
proses belajar mengajar di PGSD.
Kiranya juga perlu dilakukan penelitian tahap lanjut
dangan memperluas jumlah sampel, manggunakan metoda
pengumpulan data dan analisis data yang labih canggih
saningga bisa diambil suatu generalisasi yang lebih bisa dipertanggung jawabkan. Hiranya juga perlu mamanfaatkan hasil penelitian sederhana ini sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu lulusan program DII PGSD"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwo Suwignjo
"ABSTRAK
Tindakan pemasangan NGT adalah suatu tindakan memasukan sebuah selang melalui hidung melewati nasofaring dan esofagus menuju ke dalam lambung. Tujuan pemasangan NGT adalah untuk dekompresi , feeding , kompresi , dan lavage. Metode yang digunakan untuk mengetahui ketepatan posisi NGT adalah : metode aspirasi, auskultasi, dan memasukkan ujung NGT ke dalam kom berisi air. Kesalahan posisi NGT dapat menimbulkan komplikasi dan tujuan pemasangan NGT tidak tercapai. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan ketepatan posisi NGT menggunakan metode aspirasi, auskultasi, dan merendam ujung NGT dengan konfirmasi rontgen di UGD RS Dr Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini menggunakan rancangan pre-experiment designs dengan pendekatan Postest Only Design. Jumlah sampel penelitian adalah 60 orang, yang dibagi menjadi 20 orang diobservasi dengan metode auskultasi, 20 orang dengan auskultasi, dan 20 orang dengan merendam ujung NGT. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Analisis statistik yang digunakan adalah Fisher’Exact Test dilanjutkan dengan uji Toucher. Hasil analisis menunjukan tidak berbeda bermakna antara metode aspirasi dengan konfirmasi rontgen (p = 0,073 dan p Toucher = 0.664), tidak berbeda bermakna antara metode auskultasi dengan konfirmasi rontgen (p = 0, 681 dan p Toucher = 0,307), dan tidak berbeda bermakna antara metode merendam ujung NGT (p = 404 dan p Toucher = 0,125). Simpulan penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang bermakna ketepatan posisi NGT dengan metode aspirasi, auskultasi, dan merendam ujung selang NGT ke dalam air dengan konfirmasi rontgen, hal ini berarti tidak ada metode yang paling tepat dalam menentukan ketepatan posisi NGT. Saran peneliti adalah dalam protap pemasangan NGT untuk mengetahui ketepatan posisi NGT digunakan ketiga metode ini, tes pH dan rontgen dilakukan bila perlu saja, untuk praktisi perlu dilakukan pelatihan dalam tindakan pemasangan NGT, perlu dilakukan penelitian selanjutnya, perlu dilakukan sosialisasi hasil peneitian ini untuk mendapatkan masukan dan perbaikan.

ABSTRACT
NGT insertion is an intervention by inserting a tube via nasal, passing through nasofaring and esophagus into the stomach. The purposes of NGT insertion are to decompress the stomach, feeding, compression, and lavage. Methods which are used to confirming NGT placement are aspiration method, auscultation method, and put distal end of NGT into a glass of water. Another sophisticated method to confirming NGT placement are pH test and radiology method. The aim of this study is to explain confirmation of NGT proper placement using aspiration method, auscultation method, and put distal end of NGT into water and then compared with radiology confirmation at emergency ward Dr Hasan Sadikin Hospital Bandung. Pre-experimental with post test only design or The one shot case study was used in this study. Total samples was 60 patients, selected by consecutive sampling technic. The subjects was divided into three groups : 20 patients were using aspiration method, 20 patients were using auscultation method, and 20 patients were using put distal end of NGT method. Statictic analysis used in this study was Fisher’s Exact Test, continued by Toucher test. The result showed that there were no significantly differences between aspiration method compared with radiology confirmation (p=0,073 and p Toucher=0,664), between auscultation method compared with radiology confirmation (p=0,681 and p Toucher=0,307), and between put distal end of NGT into water method compared with radiology confirmation (p=0,404 and p Toucher=0,125). The conclusion of this research is no significantly differences of NGT placement using aspiration, auscultation, and put distal end of NGT method compared with radiology confirmation. This meant that there was no method which is the best in corfirming NGT placement. Suggestions : proper NGT placement using this three methods are included in standard NGT insertion procedure, pH test and radiology confirmation are used only when needed, for practitioners it is important to make a training about intervention of NGT insertion, need more further research to be done, and make a publication of this research or to be socialized to motivate further research."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Nurul Hafifah, supervisor
"[ABSTRAK
Latar Belakang Masalah saluran napas yaitu pneumonia aspirasi merupakan masalah utama berkaitan dengan kualitas hidup morbiditas dan mortalitas pada anak palsi serebral PS Faktor yang berperan terhadap timbulnya pneumonia aspirasi antara lain adalah kelemahan otot napas gangguan koordinasi menelan refluks gastro esofagus status gizi dan imunitas yang kurang baik Namun hingga kini belum ada data seberapa besar insidens pneumonia aspirasi pada anak dengan PS di Indonesia dan faktor risiko yang berhubungan Tujuan Mengetahui insidens pneumonia aspirasi pada anak dengan PS dan hubungan faktor risiko dengan kejadian pneumonia aspirasi Metode Penelitian ini adalah studi kohort prospektif untuk menilai insidens pneumonia aspirasi dan studi potong lintang untuk menilai faktor risiko pneumonia aspirasi Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap dan Klinik Neurologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangukusumo Waktu rekrutmen penelitian 1 Maret 31 Maret 2015 Waktu pengamatan tanggal 1 April 30 September 2015 Terhadap subyek dilakukan anamnesis termasuk penilaian faktor risiko dengan Dysphagia Disorder Survey pemeriksaan fisis dan R ntgen toraks sebagai data awal selanjutnya subyek diamati selama 6 bulan untuk mengevaluasi adanya pneumonia aspirasi Hubungan bivariat antara kejadian aspirasi dan faktor risiko dilakukan dengan uji Fisher dan Mann Whitney sedangkan analisis multivariat dilakukan dengan regresi logistik Hasil Total subjek penelitian adalah 40 anak dengan PS Dua subjek mengalami drop out karena meninggal dunia dan dua subjek loss to follow up sehingga terdapat 36 pasien yang berhasil diamati hingga enam bulan Sebanyak 8 dari 36 22 2 pasien pada penelitian ini mengalami kejadian aspirasi baik silent aspiration 5 5 maupun pneumonia aspirasi secara klinis 19 4 Derajat beratnya PS berhubungan dengan pneumonia dan silent aspiration p 0 040 sedangkan pneumonia dan silent aspiration tidak berhubungan dengan gangguan koordinasi menelan p 0 2 dan status gizi p 0 107 Simpulan Insidens pneumonia aspirasi pada anak PS adalah 22 2 dengan derajat beratnya PS sebagai faktor risiko terjadinya PS ABSTRACT Background Respiratory problems such as aspiration pneumonia are major morbidities and mortalities in children with cerebral palsy and play major role in the quality of life of these children Several risk factors may contribute to these problems including respiratory muscle weakness dysphagia gastro esophageal reflux disease nutrition and immune problem Nevertheless there are still no data on the incidence and risk factors of aspiration pneumonia in children with cerebral palsy in Indonesia Aim To determine the incidence and risk factors of aspiration pneumonia in children with cerebral palsy Method Incidence of pneumonia was studied prospectively and the prevalence of the risk factors was studied as cross sectional Subjects were recruited from March 1st ndash 31st 2015 through Neurology Clinic and Pediatric Ward Cipto Mangukusumo Hospital At baseline we evaluate history physical examination risk factors using Dysphagia Disorder Survey and chest X ray to evaluate the incidence of silent aspiration Subjects were followed up for six months to determine the incidence of aspiration pneumonia Analysis of the risk factors contributing to aspiration pneumonia were tested using Fisher rsquo s exact test and Mann Whitney Multivariate analysis was tested using logistic regression Result A total of 40 children with cerebral palsy were recruited Two subjects died during follow up and two subjects were loss to follow up giving a total of 36 subjects who completed the study Eight out of 36 subjects 22 2 had one or more episodes of aspiration consisting of silent aspiration 5 5 and clinically diagnosed aspiration pneumonia 19 4 Gross motor function was statistically signifant as risk factor of aspiration pneumonia p 0 040 while dysphagia p 0 2 and nutritional status p 0 107 were not associated with pneumonia and silent aspiration Conclusion Incidence of aspiration pneumonia and silent aspiration in children with cerebral palsy is 22 2 with gross motor function as a risk factor ;Background Respiratory problems such as aspiration pneumonia are major morbidities and mortalities in children with cerebral palsy and play major role in the quality of life of these children Several risk factors may contribute to these problems including respiratory muscle weakness dysphagia gastro esophageal reflux disease nutrition and immune problem Nevertheless there are still no data on the incidence and risk factors of aspiration pneumonia in children with cerebral palsy in Indonesia Aim To determine the incidence and risk factors of aspiration pneumonia in children with cerebral palsy Method Incidence of pneumonia was studied prospectively and the prevalence of the risk factors was studied as cross sectional Subjects were recruited from March 1st ndash 31st 2015 through Neurology Clinic and Pediatric Ward Cipto Mangukusumo Hospital At baseline we evaluate history physical examination risk factors using Dysphagia Disorder Survey and chest X ray to evaluate the incidence of silent aspiration Subjects were followed up for six months to determine the incidence of aspiration pneumonia Analysis of the risk factors contributing to aspiration pneumonia were tested using Fisher rsquo s exact test and Mann Whitney Multivariate analysis was tested using logistic regression Result A total of 40 children with cerebral palsy were recruited Two subjects died during follow up and two subjects were loss to follow up giving a total of 36 subjects who completed the study Eight out of 36 subjects 22 2 had one or more episodes of aspiration consisting of silent aspiration 5 5 and clinically diagnosed aspiration pneumonia 19 4 Gross motor function was statistically signifant as risk factor of aspiration pneumonia p 0 040 while dysphagia p 0 2 and nutritional status p 0 107 were not associated with pneumonia and silent aspiration Conclusion Incidence of aspiration pneumonia and silent aspiration in children with cerebral palsy is 22 2 with gross motor function as a risk factor ;Background Respiratory problems such as aspiration pneumonia are major morbidities and mortalities in children with cerebral palsy and play major role in the quality of life of these children Several risk factors may contribute to these problems including respiratory muscle weakness dysphagia gastro esophageal reflux disease nutrition and immune problem Nevertheless there are still no data on the incidence and risk factors of aspiration pneumonia in children with cerebral palsy in Indonesia Aim To determine the incidence and risk factors of aspiration pneumonia in children with cerebral palsy Method Incidence of pneumonia was studied prospectively and the prevalence of the risk factors was studied as cross sectional Subjects were recruited from March 1st ndash 31st 2015 through Neurology Clinic and Pediatric Ward Cipto Mangukusumo Hospital At baseline we evaluate history physical examination risk factors using Dysphagia Disorder Survey and chest X ray to evaluate the incidence of silent aspiration Subjects were followed up for six months to determine the incidence of aspiration pneumonia Analysis of the risk factors contributing to aspiration pneumonia were tested using Fisher rsquo s exact test and Mann Whitney Multivariate analysis was tested using logistic regression Result A total of 40 children with cerebral palsy were recruited Two subjects died during follow up and two subjects were loss to follow up giving a total of 36 subjects who completed the study Eight out of 36 subjects 22 2 had one or more episodes of aspiration consisting of silent aspiration 5 5 and clinically diagnosed aspiration pneumonia 19 4 Gross motor function was statistically signifant as risk factor of aspiration pneumonia p 0 040 while dysphagia p 0 2 and nutritional status p 0 107 were not associated with pneumonia and silent aspiration Conclusion Incidence of aspiration pneumonia and silent aspiration in children with cerebral palsy is 22 2 with gross motor function as a risk factor , Background Respiratory problems such as aspiration pneumonia are major morbidities and mortalities in children with cerebral palsy and play major role in the quality of life of these children Several risk factors may contribute to these problems including respiratory muscle weakness dysphagia gastro esophageal reflux disease nutrition and immune problem Nevertheless there are still no data on the incidence and risk factors of aspiration pneumonia in children with cerebral palsy in Indonesia Aim To determine the incidence and risk factors of aspiration pneumonia in children with cerebral palsy Method Incidence of pneumonia was studied prospectively and the prevalence of the risk factors was studied as cross sectional Subjects were recruited from March 1st ndash 31st 2015 through Neurology Clinic and Pediatric Ward Cipto Mangukusumo Hospital At baseline we evaluate history physical examination risk factors using Dysphagia Disorder Survey and chest X ray to evaluate the incidence of silent aspiration Subjects were followed up for six months to determine the incidence of aspiration pneumonia Analysis of the risk factors contributing to aspiration pneumonia were tested using Fisher rsquo s exact test and Mann Whitney Multivariate analysis was tested using logistic regression Result A total of 40 children with cerebral palsy were recruited Two subjects died during follow up and two subjects were loss to follow up giving a total of 36 subjects who completed the study Eight out of 36 subjects 22 2 had one or more episodes of aspiration consisting of silent aspiration 5 5 and clinically diagnosed aspiration pneumonia 19 4 Gross motor function was statistically signifant as risk factor of aspiration pneumonia p 0 040 while dysphagia p 0 2 and nutritional status p 0 107 were not associated with pneumonia and silent aspiration Conclusion Incidence of aspiration pneumonia and silent aspiration in children with cerebral palsy is 22 2 with gross motor function as a risk factor ]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"As the house of representative at the local level,the local legislative (Dewan Perwkilan Rakyat Daerah/DPRD) plays three key functions, they are lagislation,budgeting and controlling in then conducting those functions....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Weny Savitry Sembiring Pandia
"Perencanaan karier adalah salah satu tugas perkembangan masa remaja.
Seharusnya karier direncanakan dengan baik karena menyangkut pemenuhan
tugas perkembangau di masa berikutnya, dan dengan perencanaan karier yang
baik seluruh potensi dapat berkembang dengan optimal. Pada remaja perempuan
banyak masalah yang ditemukan berkaitan dengan perkembangan kariernya. Ada
berbagai hambatan dari lingkungan yang kurang mendorong perkembangan karier
yang baik pada para perempuan dewasa, yang diduga berpengaruh terhadap
perkembangan karier remaja perempuan. Meskipun demikian, faktor intemal juga
memiliki pengaruh terhadap diri individu sehingga faktor ini diharapkan dapat
mengatasi berbagai hambatan yang datang dari lingkungan Identitas ego adalah
salah satu faktor yang diduga memiliki kaitan dengan perkembangan karier
remaja. Dengan penyelesaian krisis identitas di masa remaja, diharapkan
perencanaan karier dapat dilakukan dengan baik karena remaja tersebut telah
mengenal dirinya dengan baik sehingga dapat menyesuaikan pilihan kariemya dan
merencanakan karier sesuai dengan gambaran dirinya, dan dapat mengeksplorasi
berbagai hal di lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk perkemballgan
kariemya. Melalui penelitian ini penulis berupaya untuk mendapat gambaran
mengenai dua aspek dalam perkembangan karier yaitu orientasi karier dan
aspirasi karier, serta memproleh gambaran mengenai status identitas ego remaja
perempuan. Akan ditelaah pula hubungan antara status identitas ego dengan
orientasi karier dan aspirasi karier. Status identitas ego merupakan cara remaja
akhir memecahkan masalah pembentukan identitas, dan terdiri dari empat status
yang berbeda yaitu identity status, foredosure starus, moratorium status
dan achieved status. Keempat status ini berbeda dalam hal ada tidaknya perilaku
eksplorasi dan komitmen dalam berbagai aspek kehidupan yaitu pekerjaan,
ideologi politik, keyakinan agama, peran jenis kelamin dan peran kelompok.
Orientasi karier merupakan pilihan seseorang atas pekenjaan yang bersifat
feminin, maskulin atau netral, sedangkan aspirasi kader merupakan perencanaan
karier seseorang yang berupa keinginan untuk mencapai posisi pemimpin dalam
bidang pekerjaan yang telah ia pilih. Sebagai landasan teoretis digunakan teori
Erikson (1968), model perkembangan karier Lent, Brown dan Hackett ( l996),
teon perl-cembangan karier Krumboltz dan Lent (1996) serta teori perkembangan
karier Gottfredsou (1996)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Untari
"ABSTRAK
Pneumonia aspirasi sering terjadi pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran. Salah satu pencegahannya adalah dengan perawatan mulut. Pemilihan bahan perawatan mulut perlu mempertimbangkan efektifitas bahan dan keamanan. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain Pre dan Post test control group design. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas perawatan mulut dengan madu dan dengan Clorhexidine 0,2 terhadap risiko pneumonia aspirasi pada pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran. Pada desain ini 46 responden dibagi menjadi 23 responden kelompok yang mendapatkan perawatan mulut dengan madu dan 23 responden menjadi kelompok yang mendapatkan perawatan mulut dengan chlorhexidine 0,2 . Perawatan mulut dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari selama 30 menit dalam waktu 3 hari. Hasil : Risiko pneumonia aspirasi lebih rendah sebesar 2,522 dengan perawatan mulut menggunakan madu dibandingkan menggunakan Clorhexidine 0,2 . Simpulan: Perawatan mulut menggunakan madu efektif mencegah peningkatan risiko pneumonia aspirasi pada pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran. Saran: Perawatan mulut dengan madu dapat dijadikan bahan untuk perawatan mulut.

ABSTRACT
Aspiration pneumonia can occur in unconciousness stroke patients. One way prevention aspiration pneumonia is oral care. Selection of materials for oral care need to consider the effectiveness of materials and security. This quantitative study using a quasi experimental design with pre and post test control group design. This research aims comparation between effectiveness of oral care using honey and clorhexidine 0,2 to the risk of aspiration pneumonia in unconsciousness stroke patients. In this design 46 respondents 23 respondents were divided into intervention group with oral treatments using honey and 23 respondents to a group who received oral treatment with chlorhexidine 0.2 . Oral care performed twice daily in the morning and afternoon for 30 minutes within 3 days. Result The risk of aspiration pneumonia was lower by 2,522 with oral treatments using honey instead of using Clorhexidine 0.2 . Conclusion Oral care using honey to effectively prevent the increased risk of aspiration pneumonia in stroke patients. Suggestion Oral care with honey can be used as material for oral care"
2017
T46861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Background: In many developing countries, like Indonesia, most patients with oral mass lesion, i.e. infection, inflammation, even cancer came to the hospital at late stage of the diseases. Some of them afraid of endure suffering a killer disease, either after a biopsy or even should undergo an operation. Fine needle aspiration (FNA) biopsy is a technique rarely used to diagnose oral and oropharyngeal lesion. This technique seems promise a convenience, painless, accurate, safe, and easy to use to help patients and surgeons, and have been demonstrated repeatedly. Objectives: This case report emphasized many advantages of FNA biopsy to examine oral mass lesions and its metastasis to lymph node. Materials and methods: Under a local anesthesia, incisional biopsy and FNA biopsy were done on four cases of oral mass lesions. All samples were prepared for microscopic examination with Hematoxylin-Eosin (HE) staning and with Diff-Quick or Papaniculaou staining. Results: Incisional biopsy showed features of malignancy asthe same as FNA biopsy. There were bigger cells with high ratio between cells and nucleus, hyperchromatic nucleoli, and mitotic cells that refers to Squamous cell carcinoma. FNA biopsy from the nearest lymph node showed clumps atypia cells, prominent nucleoli, nuclear hyperchromatic and pleomorphism. Conclusion: FNA biopsy could well diagnose on oral mass lesions and the adjacent lymph node. FNA biopsy has many advantages particularly its convenience, painless, ease to use, cost effectiveness, and accuracy."
Jakarta: Journal of Dentistry Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
McNabb, James W.
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2015
616.72 MCN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Masalah yang menjadi kajian dari penelitian ini adalah mengenai hasil belajar siswa yang kajiannya difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, meliputi kompetensi guru, komitmen mengajar, dan efektifitas proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, pokok masalah yang diungkap dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh kompetensi guru dan komitmen mengajar terhadap efektifitas proses pembelajaran serta implikasinya pada hasil belajar siswa baik secara parsial maupun secara bersama-sama. Metode penelitian yang digunakan adalah explanatory survey method dengan teknik pengumpulan data angket skala lima kategori likert terhadap 60 orang guru SMA di Kota Tasikmalaya. Teknik ini digunakan untuk mengetahui hubungan langsung dan tak langsung dari variabel eksogen terhadap variabel endogen. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa, efektifitas hasil pembelajaran, kompetensi guru dan komitmen mengajar guru SMA di Kota Tasikmalaya termasuk dalam kategori tinggi dan terdapat pengaruh kompetensi guru dan komitmen mengajar terhadap hasil belajar siswa melalui efektifitas proses pembelajaran."
JURPEND 14:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tita Noorindahyati Mukti
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>