Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159259 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iftida Yasar
"ABSTRAK
Dalam berbagai kesempatan, baik melalui media
massa, seminar dan pembicaraan sehari-hari, selalu
dibicarakan mengenai masalah disiplin. Bagi orang tua
penerapan dan peningkatan disiplin pada anak adalah hal
yang teramat penting. Dalam dunia kerja, disiplin
diperlukan agar produktivitas meningkat, dan dalam dunia
olahraga disiplin mutlak diperlukan, karena tanpa
disiplin seorang atlet yang berbakat dan berprestasi akan
dikalahkan oleh mereka yang mempunyai disiplin tinggi.
Pembentukan disiplin memerlukan waktu yang lama
dan dilakukan secara terus menerus. Peranan orang tua,
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat
panting bagi perkembangan disiplin seseorang. Jika orang
tua berhasil mendisiplinkan anak, maka anak akan
mengembangkan peraturan sendiri bagi dirinya (self
regulation). Mereka akan punya kemampuan untuk mengontrol
tingkah laku yang sesuai dengan situasi tertentu (Macoby
dan Martin, dalam Hoffman Paris dan Hall, 1994).
Pembentukan disiplin dapat juga dilakukan
melalui peraturan yang ada disekolah, dan juga kegiatan
lain yang berupa kegiatan mengasah kemampuan intelektual,
meningkatkan ketrampilan atau kegiatan lainnya. Olah raga
juga dapat dijadikan sebagai sarana kegiatan pembentukan
disiplin, terutama pada remaja. Olah raga disamping dapat
menyehatkan badan, juga dapat memuaskan kesenangan
seseorang akan sesuatu.
Masa remaja dapat dikatakan sebagai masa yang
penuh gejolak dan dinamika. Mereka mengalami perkembangan
fisik, mental intelektual, emosi dan sosialnya. Remaja
adalah asset bangsa yang potensial, dalam rangka mencari
identitas diri, mereka perlu dibantu diarahkan dan
dibina.
Olah raga karate dapat dijadikan Salah satu
alternatif dalam rangka pembentukan disiplin remaja.
Banyak yang beranggapan olah raga karate adalah olah raga
keras, kasar dan hanya bertujuan membentuk fisik. Padahal
pembinaan olah raga karate juga menekankan pada masalah
pembinaan mental, fisik dan tehnik karate. Ada filosofi
karate yang terdapat dalam sumpah karate itu sendiri yang
berisi ajaran hagaimana pembentukan kepribadian seseorang
yang dilandasi dengan sifat kejujuran, mempertinggi
prestasi, menguasai diri, sopan santun yang bertujuan
membentuk disiplin diri. Karate merupakan kegiatan yang
tepat bagi remaja agar mereka dapat tumbuh disiplin.
Sehat baik mental maupun fisik.
Penelitian ini dikenakan pada para remaja yang
berlatih karate di Daerah Jakarta selatan. Masalah pokok
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh Persepsi terhadap pelatih, Tingkat sabuk, dan
Kebiasaan berlatih terhadap pembentukan Disiplin Diri
remaja yang berlatih karate. Sebagai generasi penerus
bangsa, remaja sangatlah panting peranannya. Untuk itu
mereka perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh
dalam pembinaan dan pembentukan disiplin dirinya.
Pembentukan disiplin diri memerlukan waktu yang lama dan
dilakukan secara terus henerus. Melalui olah raga karate
diantaranya diharapkan dapat membentuk disiplin diri.
Temuan penelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1."Tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi
terhadap pelatih dengan Disiplin diri", dengan kata
lain walaupun semakin tinggi persepsi terhadap
pelatih bukan berarti semakin tinggi disiplin diri
remaja yang berlatih karate.
2. "Tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
sabuk dengan disiplin diri", dengan perkataan lain
semakin tinggi tingkat sabuknya hukan berarti semakin
tinggi disiplin dirinya.
3. "Tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
berlatih dengan disiplin diri" remaja yang berlatih
karate. Ini berarti bahwa dengan makin baiknya
kebiasaan berlatih, tidak mengakibatkan semakin
meningkatnya disiplin diri.
4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi
terhadap pelatih, tingkat sabuk dan kebiasaan
berlatih dengan disiplin diri remaja yang berlatih
karate.
Hal ini berarti ketiga variabel tadi tidak memberikan
sumbangan yang bermakna terhadap pembentukan disiplin
diri remaja yang berlatih karate.
Dari hasil temuan tadi dapat dikatakan, bahwa
terbentuknya disiplin diri remaja yang berlatih karate
bukan dikarenakan persépsinya terhadap pelatih, tingkat
sabuk atau kebiasaannya herlatih. Bisa juga remaja yang
berlatih karate dikarenakan seleksi alam sudah mempunyai
disiplin diri, atau adanya faktor lain yang mempengaruhi
pembentukan disiplin dirinya, seperti pendidikan, usia,
orang tua ataua lingkungannya. Dengan demikian perlu
diperhitungkan faktor lain yang merupakan variabel lain
yang mempengaruhi pembentukan disiplin remaja.
Penelitian ini hendaknya juga dilanjutkan untuk
melihat faktor apakah dari karate yang dapat mempengaruhi
pembentukan disiplin diri remaja yang berlatih karate.
Mungkin ada faktor lain diluar ketiga faktor tadi yang
mempengaruhi pembentukan disiplin diri
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Maida Firmina Soraya
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi dukungan teman dan regulasi diri dalam belajar pada konteks belajar musik. Regulasi diri dalam belajar pada pembelajaran musik disebut dengan regulasi diri dalam berlatih karena dalam regulasi diri akan dilihat saat seseorang berlatih musik. Regulasi diri mempunyai peran pada setiap aspek dalam bermain musik. Persepsi dukungan teman dilihat sebagai salah satu strategi regulasi diri dalam belajar. Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner peer/friend academic support scale dan self-regulated practice behavior kepada 103 pelajar Sekolah Menengah Musik di Jabodetabek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi dukungan teman dan regulasi diri dalam berlatih (r= .440; p= .000; signifikan pada LoS 0.01). Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur strategi lain dalam regulasi diri yang paling berpengaruh pada pelajar musik serta melakukan pengukuran persepsi dukungan teman berdasarkan konteks belajar musik.

This study aims to find correlation between perceived peer support and self-regulated learning in music practice. Self-regulated learning in music practice is called self-regulated practice behavior because in this study an individual?s self regulation in music practicing will be conducted. Self-regulated practice behavior plays an important role at every aspect of music playing. Perceived peer support is seen as one of the strategy in self-regulated learning. Researcher collected the data using peer/friend academic support scale and self-regulated practice behavior questionnaire to 103 students at music vocational and pre-professional high school in Jabodetabek.
Result of this study showed that there is a significant positive relationship between perceived peer support and self-regulated practice behavior (rs= .440; p= .000, significant at L.o.S 0.01). Further research is expected to measure other strategy which have the most impact in self-regulated learning at music students and measure the perceived peer support in music practicing context.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2016
S62857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Fajriani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi dukungan otonomi guru dan regulasi diri dalam berlatih musik. Yang dimaksud dengan regulasi diri dalam berlatih musik adalah pikiran, perasaan, dan tindakan yang diinisiasi oleh pelajar musik untuk mencapai tujuan dalam sebuah latihan musik. Dukungan otonomi guru merupakan perilaku interpersonal guru yang ditunjukkan untuk memfasilitasi rasa kehendak seorang pelajar dengan cara pemenuhan tiga kebutuhan psikologis dasar manusia yakni kebutuhan otonomi, kompetensi, dan keterikatan. Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan skala self-regulated practice behavior (Ersozlu & Miksza, 2015) dan learning climate questionnaire (Williams & Deci, 1996). Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara persepsi dukungan otonomi guru dan regulasi diri dalam berlatih musik (r = 0,396). Implikasi dari penelitian menunjukkan pentingnya dukungan otonomi dari guru untuk memfasilitasi regulasi diri dalam berlatih musik.

This study aims to examine the relationship between perceived autonomy support from teacher and self-regulated practice behavior in music. Self-regulated practice behavior in music is self-generated thoughts, feelings, and actions for attaining goals in music practice. Teacher autonomy support is defined as interpersonal behavior provided by the teacher that involves and nurtures student?s sense of volition by supporting student?s basic psychological needs of autonomy, competence, and relatedness. Information was gathered with ?Self-Regulated Practice Behavior? scale (Ersozlu & Miksza, 2015) and ?Learning Climate Questionnaire? (Williams & Deci, 1996). Result shows that there is positive and significant relationship (r = 0.396) between perceived teacher autonomy support and self-regulated practice behavior in music. Implication of the study suggests the importance of autonomy support from teacher to facilitate self-regulated practice behavior in music learning.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2016
S65272
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Gede Yogananda Kesawa
"Pada penelitian ini kemampuan regulasi diri dalam berlatih musik dijelaskan melalui konsep regulasi diri dalam belajar. Regulasi diri dalam belajar adalah suatu usaha dari individu yang melibatkan aspek metakognisi, motivasi, dan perilaku, aktif dalam proses pembelajaran (Zimmerman, 1986). Kemudian, yang dimaksud dengan keterlibatan orang tua adalah suatu dedikasi yang diberikan oleh orang tua kepada anak dalam suatu domain tertentu (Grolnick & Slowiaczek, 1994).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan orang tua dan regulasi diri dalam berlatih musik. Responden penelitian ini berjumlah 103 orang pelajar SMK Musik dengan rentang usia 15-18 tahun. Pengambilan data dilakukan di dua sekolah yaitu SMK Musik X dan SMKN Y. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner yaitu Parent Involvement Measure (Zdzinski, 1996) dan Self-Regulated Practice Behavior Scale (Ersozlu & Miksza, 2014) yang sudah teruji valid dan reliabel dalam mengukur variabel tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan orang tua dan regulasi diri dalam berlatih musik (r = 0.279, p < 0,01). Analisis lebih mendalam menemukan bahwa dimensi behavior involvement (r = 0.342, p < 0,01) dari keterlibatan orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan regulasi diri dalam berlatih musik.

The ability of self-regulated practice in music was explained through self-regulated learning concept. Self-regulated learning is metacognitively, motivationally, and behaviorally active participants in their own learning process (Zimmerman, 1986). Then, parent involvement is the dedication of resources by the parent to the child within a given domain (Grolnick & Slowiaczek, 1994).
This research aimed to know the relationship between parent involvement and self-regulated in music practice. Total respondents that involved in this study consisted of 103 students of two music senior high school such as SMK Musik X and SMKN Y. Data were collected using questionnaire Parent Involvement Measure (Zdzinski, 1996) and Self-Regulated Practice Behavior Scale (Ersozlu & Miksza, 2014) which was valid and reliable in measuring those variables.
The result showed that there was significant relationship between parent involvement and self-regulated in music practice (r = 0.279, p < 0,01). Further, data analysis assumed that dimension of behavior involvement (r = 0,342, p < 0,01) from parent involvement had significant relationship with self-regulated in music practice.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2016
S65264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esteria Guretty
"Remaja merupakan transisi perkembangan dari anak-anak menuju ke fase dewasa. Ketidakmatangan remaja seringkali menjebak mereka dalam kasus-kasus yang merugikan dirinya seperti seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, kekerasan dan lain sebagainya. Kontrol diri merupakan kemampuan untuk menahan impuls untuk menghindari perilaku beresiko dan memperoleh kesenangan jangka panjang. Salah satu hal yang menentukan kontrol diri seseorang adalah keterlibatan ayah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara keterlibatan ayah dan kontrol diri pada remaja. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan menggunakan Nurturant Fathering Scale (NFS) untuk domain afektif dan Father Involvement Scale (FIS) untuk domain perilaku (Finley & Schwartz, 2004), sedangkan kontrol diri menggunakan Kontrol Diri Scale (SCS, Tangney, Baumeister, & Boone, 2004). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 170 orang remaja berusia 12-20 tahun di Jakarta, Depok, dan Bekasi. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan kontrol diri pada domain afektif, sedangkan pada domain perilaku tidak ditemukan hubungan yang signifikan.

Adolescence development is the stage from children to adult. Adolescent immaturity often made them trapped in cases that adverse themselves, such as free sex, drug use, violence, and etc. Self-control is the ability to resist impulses of risky behaviors and gain long-term pleasure. One important thing that determines a person's self-control is father involvement. This study was conducted to examine the relationship between father involvement and self-control in adolescents. Measurements performed using Nurturant Fathering Scale (NFS) for the affective domain and the Father Involvement Scale (FIS) for the behavior domain (Finley & Schwartz, 2004). To measure self-control, this study used Self-Control Scale (SCS, Tangney, Baumeister, & Boone, 2004). The sample participated in this research were 170 adolescents aged 12-20 years old in Jakarta, Depok, and Bekasi. The results showed a significant correlation between father involvement and self-control in the affective domain, while the behavior domain had no significant relationship.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gautschi, Marcel
Semarang: Dahar Prize, 1986
796.342 GAU e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Kusumandari
"ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh kontrol-diri (K-D), persepsi ketersediaan
uang (PKU), jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi (SES), dan tingkat usia terhadap
perilaku pembelian impulsif (PPI) pada remaja. Responden adalah 243 laki-laki dan
perempuan, berusia 12-17 tahun, masih bersekolah, menerima uang saku dari
orangtua, tidak bekeija untuk mendapatkan uang, dan berasal dari tingkat sosial
ekonomi tinggi atau rendah. Alat pengumpul data berupa alat ukur kontrol-diri hasil
adaptasi dan modifikasi dari Self-Control Scale, alat ukur perilaku pembelian
impulsif dan alat ukur persepsi ketersediaan uang yang dibuat dalam rangka
penelitian ini. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa kontrol-diri,
persepsi ketersediaan uang, dan jenis kelamin secara bersama-sama berpengaruh
terhadap perilaku pembelian impulsif pada remaja. Hasil t-test menunjukkan: (1)
Remaja perempuan memiliki K-D yang secara signifikan lebih tinggi dari pada
remaja laki-laki. (2) Ada perbedaan PPI, K-D, dan PKU yang signifikan antara SES
yang berbeda, Remaja SES tinggi memiliki PPI dan PKU yang lebih tinggi dari pada
SES rendah, tetapi memiliki K-D yang lebih rendah. (3) Remaja awal memiliki PPI
dan PKU yang lebih rendah secara signifikan dari pada remaja pertengahan, tetapi
memiliki K-D yang lebih tinggi. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah metode
pengumpulan data dianjurkan untuk tidak hanya self-report, dan remaja akhir
disertakan sebagai responden sehingga bisa mewakili remaja secara keseluruhan.

ABSTRACT
This research test influence of self-control, perceived money availability,
sex, social economic status (SES), range of age to impulsive buying behavior on
adolescence. Respondent are 243, consisting of boys and girls, from 12 to 17 years
old, students, received pocket money from parent, didn’t work to salary, and came
from high or low social economic status. Self-Control Scale, perceived money
availability scale, impulsive buying behavior scale used to collect data. The result of
multiple regression statistical analysis shows that self-control, perceive money
availability, and sex have significant influence to impulsive buying behavior on
adolescence. T- test shows: (1) Adolescence girls have self-control higher than
adolescence boys, significantly. (2) Adolescence from high SES have impulsive
buying behavior and perceive money availability higher than adolescence from low
SES, significantly, but have lower self-control. (3) Early adolescence have impulsive
buying behavior and perceive money availability lower than middle adolescence,
significantly, but have higher self-control."
2008
T37651
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak - kanak ke dewasa yang ditandai
oleh perubahan biologis, intelektual, psikologis, dan ekonomi. Salah satu perkembangan seorang remaja adalah membina hubungan dengan lawan jenis. Cara yang digunakan oleh remaja untuk membina hubungan dengan lawan jenis adalah dengan berpacaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gaya berpacaran dengan persepsi remaja terhadap aborsi. Hipotesa penelitian berisikan tidak ada hubungan antara gaya berpacaran denagn persepsi remaja terhadap aborsi. Desain penelitian yang digunakan adalah Chi - Square. Penelitian ini dilakukan di SMA Budhi Warman I, Kramat Jati, Jakarta Timur dengan jumlah sampel sebanyak 43 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Hasil Penelitian dihitung dengan menggunakan uji Chi - Square menunjukkan bahwa Ho gagal ditolak artinya tidak ada hubungan antara gaya berpacaran dengan persepsi remaja terhadap aborsi. Peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian serupa dengan area yang lebih luas, jumlah responden yang lebih besar, pengujian validitas dan reliabilitas instrumen terlebih dahulu. Hasil penelitian dapat digunakan bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang sejenis dengan adanya variabel lain yang ditambahkan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5481
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>