Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179896 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahrizal
"Tesis ini membahas tentang konsep tasawuf dan ajaran tarekat Ashhabul Yamin Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dan pengaruhnya di kehidupan Masyarakat Islam Jakarta pada era modern. Kajian ini menuturkan konsep tasawuf' Sayyid Abdullah Al-Haddad dan ajaran dan praktek wirid tarekat Ashhabul Yamin. Dalam penelitian ini menggunakan teori dalam perspektif tasawuf yang meliputi tasawuf sunni: Akhlaki dan amali, serta tasawuf falsafi, juga menggunakan perspektif tarekat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus, yaitu berusaha mendapatkan informasi dari praktek wirid yang terdapat dalam tarekat Ashhabul Yamin dan diamalkan oleh Masyarakat Islam Jakarta melalui individu, lembaga dan jama'ah. Berkaitan dengan konsep tasawuf dan ajaran tarekat Ashhabul Yamin, penulis akan mengutarakan konsep Tasawuf Sayyid Abdullah perpektifnya terhadap maqamat dan hal, serta asal muasal Tarekat Ashhabul Yamin, dan praktek wiridnya yang dikenal dengan al-Wirdu al-Latif dan Ratib al-Haddad, dimana terlihat di dalarn ajaran tersebut dapat diterima oleh Masyarakat Islam Jakarta. Dan hasilnya konsep tasawuf dan ajaran Tarekat Ashabul Yamin memberikan pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan Masyarakat Islam Jakarta.

This thesis analyses about Tasawuf Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad in Jakarta society. Habaib the alleged Jakarta people who are descendants of the Prophet Muhammad saw. They overcome and eliminate the Islamic sciences. Habaib position equivalent to Islamic scholars, interactions which occur between a Habaib and Islamic scholars in Jakarta is very harmonious in the concept of equality. The influence of the Habaib to Jakarta people is very strong for example is ratiban, one form of tariqa that are easy to do, because they do not need baiat, Murshid and other rules that bind. Ratib is a word from Arabic language it means repeatedly uttering sentences of praise to God. Ratib also significant collections of remembrance, blessing and prayer it prepared by one of Islamic scholars, it is like ratib al-Haddad, there is also thinking that ratib is a collection of remembrance is more compact than wirid. Honored the Habaib on Jakarta society is very usual and naturally, Therefore, the Jakarta people do ratib al-Haddad in every ceremony."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33329
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Ridho
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang Tarekat Alawiyah. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, survei, observasi, dan partisipasi. Sumber data yang penulis ambil dari buku-buku dan wawancara terkait dengan sejarah Ba rsquo;alawi, ajaran tarekat Alawiyah, perkembangan tarekat alawiyah, ratib dan wirid tarekat Alawiyah dalam lingkup wilayah Hadhramaut dan Indonesia. Hasil penelitian ini bertujuan untuk memberi pengetahuan tentang sejarah, ajaran, wirid beserta dzikirnya, dan perkembangan Tarekat Alawiyah di Hadhramaut dan di Indonesia yang mengedepankan akhlak dan dapat menjadi poros kemanusiaan dalam beragama.

ABSTRAK
This undergraduate thesis discusses Tariqa Alawiya. This research was conducted by qualitative methods, among them are survey, observation, and participation. Sources of data analysed in this research are obtained from books and interviews related to the history of Ba 39 alawi, the teachings of the Tariqa Alawiya, the development of Tariqa Alawiya, as well as ratib and wirid of Tariqa Alawiya within the scope of Hadhramaut and Indonesia. The results of this research aims to provide more information about the history, teachings, wirid and dhikr, and the development of Tariqa Alawiya in Hadhramaut and in Indonesia that uplift religious morals in order to serve as the model of humanity in religion."
2017
S69604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Gunawan
"Muhammad Yamin sebagai seorang pemikir, pada masa revolusi telah mengeluarkan pemikiran-pemikiran yang sangat unik. Terutama jika dikaitkan dengan kondisi pada waktu itu, dimana ikatan kebangsaan diantara elemen perjuangan harus disatukan untuk melawan penjajah. Untuk mewujudkan ide-ide persatuan Indonesia, Muhammad Yamin cenderung membangun mitos-mitos integratif, dengan menggunakan simbul-simbul tertentu. Diantaranya dia pernah mengatakan bahwa bendera merah putih telah digunakan oleh bangsa Indonesia sejak 6000 tahun yang lalu. Selain itu pernyataannya bahwa kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 merupakan imperium ketiga setelah kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Ketika menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Muhammad Yamin pernah membebaskan tahanan politik hampir 1000 orang suatu hal yang kontroversial pada waktu itu. Selain itu, is dianggap memalsukan isi dari pidatonya yang diucapkan pada tanggal 29 Mei 1945 dalam sidang BPUPKI, dimana dia tidak pernah mengucapkan pidato tersebut. Diluar kontroversi tindakannya tersebut, pemikiran Yamin sangat kental dengan ide-ide persatuan. Hal ini dapat dilihat dari pemikirannya di bidang budaya, sastra, dasar negara, sejarah dan pendidikan. Bahkan dalam pengembangan idc-idenya, terutama pelajaran sejarah yang berlaku sampai saat ini, masih merupakan kelanjutan dari ide-ide pengembangan sejarah yang dikembangkan oleh Yamin melalui perguruan tinggi yang didirikan, ketika menjabat sebagai Menteri Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan seperti PTPG Bandung, PTPG Padang dan PTPG Malang, yang kemudian dilanjutkan oleh rmurid-rnuridnya. Ide-ide Yamin ini, sampai sekarang masih terus bergulir dan selalu mendapat kritik dari para sejarawan, namun kritik yang dilontarkan masih bersifat provokatif belaka dan belum mampu mengubah pola pikir masyarakat Indonesia tentang sejarah Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T37256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yamin, compiler
"Buku ini berisi tentang lima uraian undang-undang dasar Republik Indonesia, yaitu: I. Suasana nasional dan internasional 1945 sekeliling penyusunan persediaan dan penetapan Undang-undang Dasar Republik Indonesia pada tahun 1945 ; II. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ; III. Kerangka dan isi Undang-undang Dasar 1945 Republik Indonesia ; IV. Pancasila, Dasar negara Republik Indonesia dan pelaksanaannya dalam Undang-undang Dasar Proklamasi ; V. Tafsiran Undang-undang Dasar Republik Indonesia."
Djakarta: Departemen Penerangan RI, 1960
K 342.959 8 MUH l
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2018
959.809 2 MUH
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yamin, compiler
"Buku ini berisi malam suci persumpahan, 28 Oktober 1928 ; Lahirnya tiga piranti persatuan ; Menuju Republik Indonesia ; Tiga harapan karena belum tercapai ; Tiga kali bersumpah ; Konstituante Bandung"
Bukittinggi - Djakarta - Medan: N.V. Nusantara,
K 320.540 959 8 MUH s
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Fadly Daniawan
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode participant observer, yakni sumber data primer diperoleh dari hasil studi lapangan dengan mengikuti prosesi pengamalan dzikir tarekat di Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta. Selain itu, penulis juga memperoleh data sekunder dari sumber pustaka yang berkaitan dengan Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan sejarah Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta, mengetahui peranan dari kyai pesantren terhadap perkembangan tarekat, dan menjabarkan pengamalan dzikir tarekat tersebut di Jakarta. Temuan dari penelitian ini adalah peranan dari Ustadz Suhaidi sangat signifikan dalam mengembangkan Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta; karakteristik dari ajaran tarekat ini adalah, penekanan terhadap ajaran syariat, kesederhanaan, fleksibilitas, dan teknik rabithah; terdapat empat prosesi pengamalan dzikir dalam tarekat ini, wazhifah al-rawatib, wirdu al-rabithah, wazhifah al-yaumiyyah, dan wazhifah al-usbu'iyyah.

ABSTRACT
This research focus on Tariqa Hizib Nahdlatul Wathan in Jakarta. This research uses a participant observer method, primary data source obtained from field research by participating the zikr procession of Tariqa Hizib Nahdlatul Wathan in Jakarta (Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta). Moreover, secondary data obtained by library reserach which related Tariqa Hizib Nahdlatul Wathan. The objective of this research is to explain history of Tariqa Nahdlatul Wathan in Jakarta, the role of kyai to develop the tariqa, and the zikr procession of tariqa. Results of this research are the significant role of Ustadz Suhaidi on developing Tariqa Hizib Nahdlatul Wathan in Jakarta; special characters of this tariqa are focusing on syari'ah thoughts, simplicity, flexibility, and rabithah technic; there are four zikr processions in this tariqa, wazhifah al-rawatib, wirdu al-rabithah, wazhifah al-yaumiyyah, and wazhifah al-usbu'iyyah. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S334
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Mustari
"ABSTRAK
Penulis dalam jurnal ini akan membahas salah satu pengajian bertarekat Amaliyah yang berada di Majelis zikir as-Samawat al-Maliki tepatnya di daerah Kembangan, Jakarta Barat. Pendiri Majelis as-Samawat al-Maliki adalah Syaikh KH. Sa rsquo;adih al-Batawy. Pada saat pendirian majelis zikir as-Samawat al-Maliki ini dianggap berbeda pada tarekat pada umumnya, tarekat Amaliyah tidak memiliki silsilah langsung yang terhubung ke Rasulullah. Hal-hal yang penulis ingin bahas dalam jurnal ini yaitu sejarah munculnya tarekat Amaliyah di majelis zikir as-Samawat, silsilah guru tarekat Amaliyah, cara persebaran tarekat Amaliyah, pendiri tarekat Amaliyah yang berada di majelis zikir as-Samawat al-Maliki di Kembangan, Jakarta Barat. Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk mendeskripsikan tarekat Amaliyah beserta amalan-amalannya yang berada di majelis zikir As-Samawat Kembangan Jakarta Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode penulisan kualitatif melalui wawancara dan studi kepustakaan. Kesimpulan dari penelitian dalam jurnal ini adalah Amaliyah merupakan tarekat baru, walaupun tarekat Amaliyah bersifat baru namun sudah banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal itu dikarnakan metode zikir dan program pengobatannya yang digunakan tarekat Amaliyah ini tidak terlalu ekstrim dan sangat membantu bagi masyarakat Indonesia.

ABSTRACT
The author in this journal will discuss one of the Amaliyah inspired studies that are in the Assembly of dhikr as Samawat al Maliki precisely in Kembangan, West Jakarta. The founder of the Assembly as Samawat al Maliki is Shaykh KH. Sa 39 adih al Batawy. At the time of the establishment of the As Samawat al Maliki Assembly is considered different in the tariqa in general, the Amaliyah tariqa has no direct pedigree connected to the Messenger of Allah. Things that the author wants to discuss in this journal is the history of the emergence of the Amaliyah tarekat in the assembly of dhikr as Samawat, the lineage of the Amaliyah tariqa teacher, the way of the distribution of the Amaliyah congregation, the founder of the Amaliyah tariqa located in the assembly of dhikr as Samawat al Maliki in Kembangan, Jakarta West. The purpose of this journal is to describe the Amaliyah tarekat and its deeds in the assembly of dhikr As Samawat Kembangan West Jakarta. The method used by the authors in this study is the method of qualitative writing through interviews and literature study. The conclusion of the research in this journal is that Amaliyah is a new tarekat, although the Amaliyah tariqa is new but has been in great demand by the people of Indonesia. It was dikarnakan method of remembrance and treatment program used by Amaliyah tariqa is not too extreme and very helpful for the people of Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arseila Maulida
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas salah satu pengajian tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang berada di Perum Bogor Baru. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah ini didirikan oleh Syeikh Ahmad Khatib al-Sambasi yang pengamalan zikir tarekatnya mengambil dari teknik zikir Dorb pada tarekat Qadiriyah dan zikir Lathoif pada tarekat Naqasabandiyah. Pada saat ini tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah menjadi salah satu tarekat yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal-hal yang dibahas dalam jurnal ini yaitu sejarah awal mula pendirian tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, silsilah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, pendiri tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Perum Bogor Baru, serta tahapan-tahapan dan zikir-zikir yang diamalkan pada tarekat ini. Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk mendeskripsikan pengajian tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah beserta amalan-amalannya yang berada di Perum Bogor Baru. Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian kali ini adalah metode penulisan kualitatif melalui wawancara dan studi kepustakaan. Kesimpulan dari penelitian dalam jurnal ini adalah Qadiriyah wa Naqsabandiyah merupakan tarekat yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal itu disebabkan karena metode zikir yang dipakai tarekat ini tidak terlalu ekstrim dan sesuai dengan budaya Indonesia.

ABSTRACT
This journal discusses about one of the Qadiriyyah wa Naqhsbandiyyah Tariqa practice in Perum Bogor Baru. Qadiriyyah wa Naqhsbandiyyah Tariqa was founded by Shaykh Ahmad Khatib al Sambasi, and the practice of its dhikr took from the technique of dhikr Dorb on Qadiriyyah Tariqa and the Lathoif dhikr on Naqhsbandiyyah Tariqa. At this time, the Qadiriyyah wa Naqhsbandiyyah Tariqa becomes one of the most popular tariqas by the people of Indonesia. The matters discussed in this journal are the history of the form of the Qadiriyah wa Naqhsbandiyyah Tariqa, the silsilah chain of the Qadiriyyah wa Naqhsbandiyyah Tariqa, the founder Qadiriyah wa Naqhsbandiyyah Tariqa in Perum Bogor Baru, and also the steps and the practice of it rsquo s dhikr. The purpose of writing this journal is to describe Qadiriyyah and Naqhsbandiyyah Tariqa in Perum Bogor Baru. The method used by the authors in this study is the method of qualitative writing through interviews and literature study. The conclusion is Qadiriyyah wa Naqhsbandiyyah Tariqa is the most popular tariqa by the people of Indonesia. It is because the method of dhikr that used by this tariqa is not too extreme and in accordance with Indonesian culture."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Mario Excel Elfando
"Perempuan merupakan salah satu elemen penting dalam tasawuf. Tasawuf merupakan aspek esoteris Islam yang mengandung tradisi kearifan dan tradisi suci, termasuk yang berkaitan dengan perempuan. Tarekat Alawiyah, sebuah ordo sufi dari Hadramaut yang berpengaruh di Indonesia, sebagai bagian dari tasawuf juga memiliki tradisi tersebut. Salah satu tradisi perempuan yang khas dalam tarekat ini adalah memelihara sifat ḥayā’, suatu tradisi yang dalam sudut pandang feminisme modern kerap dianggap sebagai pemarginalan dan menyebabkan inferioritas perempuan. Padahal, di balik ketertutupannya, perempuan Alawiyah memiliki peran yang tidak dapat diabaikan. Penelitian ini membahas bagaimana transformasi dan kesinambungan tarekat Alawiyah di Hadramaut dan di Indonesia, ajaran tarekat Alawiyah terkait dengan kedudukan dan peran perempuan serta kontekstualisasinya pada masa kontemporer, dan pandangan para ulama tarekat Alawiyah tentang gagasan kesetaraan gender. Penelitian ini menggunakan metode etnografi serta teori ekofeminisme dan feminisme multikultural. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa keterbukaan praktik spiritual tarekat Alawiyah untuk kaum perempuan terus berkesinambungan. Perempuan dalam tarekat Alawiyah memiliki kedudukan yang setara dengan laki-laki dalam keilmuan dan spiritualitas. Di samping peran utamanya sebagai sumber inspirasi religius pertama bagi para sufi, perempuan Alawiyah juga memiliki peran sebagai otoritas keagamaan, sastrawan sufi, cultural broker, dan filantropis. Ditemukan pula tokoh-tokoh perempuan yang secara sadar memilih peran publik sebagai peran utamanya. Modernisasi mendorong peningkatan peran perempuan dalam memegang otoritas keagamaan dan kontekstualisasi prinsip ḥayā’. Meskipun demikian, di Kota Tarim, tempat asal tarekat ini, prinsip ḥayā’ dan peran gender masih direalisasikan secara tradisional sesuai dengan karakter dan kondisi spiritual penduduk kota tersebut. Sifat ḥayā’ dan pembagian peran gender dalam tarekat ini merupakan bagian dari femininitas positif yang memiliki signifikansi dalam perkembangan spiritual dan menjadi jalan menuju terwujudnya kesetaraan transendental antara laki-laki dan perempuan. Pemikiran ulama tarekat Alawiyah mengenai gender terklasifikasi menjadi dua kecenderungan, yaitu tradisionalisme dan neotradisionalisme.

Women are an important element in Sufism. Sufism is an esoteric aspect of Islam that contains sapiental and sacred tradition, including those relating to women. The Tariqa Alawiya, a Sufi order from Hadramaut which is influential in Indonesia, as part of Sufism also has these traditions. One of the unique traditions of women in this order is maintaining the nature of ḥayā’ (high modesty), a tradition which from the perspective of modern feminism is often seen as marginalising and causing women's inferiority. In fact, behind their concealment, Alawiya women have roles that cannot be ignored. This research discusses the continuity and change of the Alawiyah order in Hadramaut and in Indonesia, the teachings of the Alawiyah order related to the position and role of women and their contextualisation in contemporary times, and the views of the Alawiya order clerics regarding the idea of gender equality. This research uses ethnographic methods and the theories of ecofeminism and multicultural feminism. The findings of this research indicate that the openness of the spiritual practices of the Alawiya order to women continues to be sustainable. Women in the Alawiya order have an equal position with men in knowledge and spirituality. Apart from their main role as the first source of religious inspiration for Sufis, Alawiya women also have roles as religious authorities, sufi poets, cultural brokers, and philanthropists. It was also found that some female figures consciously chose a public role as their main role. Modernisation encourages an increase in the role of women in holding religious authority and the contextualisation of ḥayā’ principle. However, in Tarim City, the place of origin of this order, the principle of ḥayā’ and gender roles are still realised traditionally in accordance with the character and spiritual condition of the city's residents. The nature of ḥayā’ and the division of gender roles in this order are part of positive femininity which has significance in spiritual development and is a path towards realizing transcendental equality between men and women. The thoughts of Alawiya religious scholars regarding gender is classified into two tendencies, namely traditionalism and neotraditionalism."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>