Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118891 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahenedra Arfan Azhara
"Gejala kepemimpinan Indonesia dianalogikan sebagai fenomena ?Sindroma Kepiting? karena saling jatuh menjatuhkan (Muluk, 2010). Konsep kepemimpinan yang tepat dianggap esensial dalam melakukan perubahan (Burke, 1994). Salah satu diantaranya adalah pembangunan kepemimpinan yang berfokus pada sifat pemimpin (Allport, 1961).
Dengan menggunakan mix method dan mengacu pada kerangka big five personalily, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan sifat pemimpin masa depan Indonesia. Perumusan sifat dilakukan melalui wawancara tokoh role model, studi Iiteratur dan studi biografi. Sifat yang ditemukan diujikan pada empat organisasi kepemudaan yang diasumsikan sebagai stok pemimpin masa depan yakni HMI, IMM, KAMMI, dan PMII.
Hasil penelitian menyimpulkan lima sifat yang pa!ing dominan: competence, ideas, values, trust, dan altruism. Meski verifikasi sifat pada organisasi kepemudaan menunjukkan lima sifat ini sudah ada pada diri para pemimpin organisasi, namun perlu ditingkatkan untuk mencapai kepimpinan masa depan yang transformasional. Kelima sifat tersebut disarankan menjadi rujukan tidak hanya dalam pengembangan kepemimpinan organisasi kepemudaan semata melainkan pemuda pada umumnya.

Indonesian leadership symptom is analog as a ?Crab Syndrome? because it has overthrowed each other (Muluk, 2010). The right leadership concept is considered esential in order to make a change (Burke, 1994). One of them is to build leadership by focus on the leader?s traits (Allport, 1961).
By using mix methods and refering to the frame of big five personality, this research purposes to formulate the traits of Indonesian future leader. The traits are formulated by deep interviews with the role model leaders, literature studies, and biography studies. The finding traits were tested on four youth organizations that assumed to be the future leaders stock, which is HMI, IMM, KAMMI, and PMII.
The research concludes five dominant trait: competence, ideas, values, trust, and altruism. Eventhough the traits verification in youth organization show that the leaders are already have them, but these trails need to be improved to reach the future transformational leadership. These five traits are suggested to be reference not only in youth organizational leadership development but also in youths development.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33235
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jamilullah
"Tesis ini membahas tentang pelatihan kepemimpinan dalam perspektif kepemimpinan profetik. Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis verbatim, menggunakan dua orang tim pakar sebagai penilai. Hasil dari penelitian ini berupa muatan kepemimpinan profetik, proses transfer materi pelatihan dan rekomendasi kurikulum pelatihan kepemimpinan profetik pada pelatihan kepemimpinan organisasi kepemudaan. Secara khusus, distribusi materi pada kurikulum pelatihan kepemimpinan di tiga organisasi kepemudaan yaitu IPNU (aspek kompetensi 65 %, aspek etika 35 %), KAMMI (aspek kompetensi 62%, aspek etika 38 %), dan HMI (aspek kompetensi 52 %, aspek etika 48 %).

This Thesis discusses leadership training in Prophetic Leadership perspective. Analysis in this study uses a qualitative method of analysis techniques verbatim, using a two-person team of experts as assessors. The results of this study in the form of charge prophetic leadership, the process of transfer of training materials and recommendations prophetic leadership training curriculum on youth leadership training organization. In particular, the distribution of matter in the leadership training curriculum in three youth organizations namely IPNU (65% competence aspects, ethical aspects 35%), KAMMI (62% competence aspects, ethical aspects 38%), and HMI (52% competence aspects, ethical aspects 48%)"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Agustina
"Tesis ini bertujuan untuk menganalisis proses kaderisasi kepemimpinan yang dilakukan oleh Karang Taruna di wilayah DKI Jakarta serta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara, kaji pustaka, dan penelusuran dokumen penelitian. Penelitian ini menjelaskan kaderisasi kepemimpinan yang dilakukan oleh Karang Taruna tingkat Kelurahan, Forum Pengurus Karang Taruna tingkat Kecamatan, tingkat Kota, sampai tingkat Provinsi di wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Analisis dilakukan menggunakan tahapan succession planning yang diutarakan oleh Matan (2010). Hasil penelitian menyarankan bahwa kaderisasi kepemimpinan di Karang Taruna harus terus dioptimalkan melalui konsolidasi yang baik di antara pengurus Karang Taruna. Terutama dengan lebih mengoptimalkan lagi proses rekrutmen, seleksi, serta pengembangan dan pelatihan kepemimpinan.

This study aims to analyze leadership regeneration process carried out by Karang Taruna in DKI Jakarta area as well as to determine its influence factors. The data in this study collected through interviews, literature review, and document research. This study describes the leadership regeneration carried out by Karang Taruna at Village level, Forum Pengurus Karang Taruna at District level, State level, to the Provincial level in the DKI Jakarta area. This study is a descriptive qualitative research design. Analyses were performed using succession planning steps expressed by Matan (2010). The result of this study suggests that the leadership regeneration carried out by Karang Taruna should be optimized through good consolidation among Karang Taruna members. Especially with further optimizing the recruitment process, the candidate selection, and also the development and training future leaders."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cnr Aly Nurmansyah
"Sebagai sebuah proses yang masih berlangsung hingga kini, di samping mendatangkan berbagai dampak positif globalisasi juga mendatangkan berbagai dampak negatif. Beberapa yang sangat dirasakan adalah arus keterbukaan informasi yang kuat dan masuknya budaya kosmopolitan. Kedua dampak negatif tersebut, tidak terkecuali juga menyasar pemuda di Indonesia dan membuat gerakan dan organisasi kepemudaan mengalami kemandekan. Melalui penelitian ini akan coba ditunjukkan bagaimana PMII, salah satu organisasi kepemudaan pertama di Indonesia, berupaya menghadapi dampak negatif globalisasi dalam kaitannya dengan ketahanan nasional bangsa ini. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, dilakukan wawancara mendalam terhadap lima orang unsur ketua PB PMII dari dua periode kepemimpinan yang berbeda 2011-2014 dan 2014-2017 sebagai pembanding.

As an ongoing process, besides all the positive impacts globalization also brings the negative impacts. Some of the most perceived is the strong current of information disclosure and the adoption of cosmopolitan culture. Both of these negative impacts are, not elast affect youth in Indonesia and making youth movements and organizations stagnate. This research attempts to show how PMII, as one of the first youth organizations in Indonesia, seeks to face the negative impact of globalization in relation to Indonesia 39 s national defense. In order to achieve these objectives, an in depth interview was conducted on five members of the PMII PB chairman from two different leadership periods 2011 2014 and 2014 2017 as a comparison"
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nasrullah
"Himpunan Mahasiswa Islam HMI merupakan organisasi Islam pertama di kalangan mahasiswa yang lahir dua tahun pasca kemerdekaan negara Republik Indonesia yang bertepatan pada tanggal 5 Februari 1947 Masehi. HMI selalu hadir memberikan solusi dalam setiap gejolak dan persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Kajian ini akan mendeskripsikan bagaimana kepemimpinan situasional pada organisasi kemasyarakatan pemuda dengan studi kasus kepemimpinan Akbar Tanjung selaku Ketua Umum PB HMI pada tahun 1972-1974. Metode penelitian adalah metode kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara mendalam, observasi dan studi kepustakaan. Hasil kajian menunjukkan kepemimpinan Akbar Tanjung memenuhi empat indikator kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard 1969 dalam Nurbaiti 1997 dan Rivai 2007 . Dalam perjalanan proses berorganisasi, Akbar Tanjung telah berhasil membawa HMI menjadi OKP yang dikenal dan disegani bahkan ditakuti oleh PKI pada masa itu. Sikap Akbar Tanjung yang peduli dan mengayomi kepada kader HMI, keberpihakannya kepada rakyat lemah pada setiap gejolak yang terjadi dalam sejarah perjuangan bangsa, berpartisipasi dalam setiap agenda pembaruan nasional, selalu mengirimkan kader-kader terbaiknya untuk terlibat dalam berbagai aktifitas pergerakan, serta selalu mempromosikan pemikiran HMI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui peran politiknya di negara Republik Indonesia, menjadikan Akbar Tanjung dan juga HMI menjadi tokoh pemuda dan tokoh politik legendaris yang sangat berpengaruh di Indonesia. Selain itu, Akbar Tanjung memiliki karakter yang toleransi, bijaksana, mudah bergaul, serta selalu amanah dan komitmen terhadap amanah organisasi yang telah dilimpahkan kepadanya serta kritis dan rasional terhadap kebijakan bangsa. Pembelajaran inilah yang dapat menjadi catatan bagi Ketua Umum HMI berikutya, sehingga HMI menjadi OKP yang terus disegani.

HMI is the first Islamic organization in students rsquo community held in 5 February 1947, 2 years after Indonesia rsquo s Independent day. HMI provides consistently the solutions to solve the problem happened in our country. This research will try to describe how the situational leadership system in the youth organization through case study of Akbar Tanjung rsquo s leadership as the leader of PB HMI from 1972 to 1974. The method used in this research is qualitative descriptive using deepen interview method and literature study. Analysis research illustrates that the leadership of Akbar Tanjung could complete the four situational leadership parameter related to Hersey and Blanchard in 1969 inside Nurbaiti, 1997 and Rivai, 2007 . In the running process at this organization. Akbar Tanjung has succeeded to lead HMI as an honored organization that is afraid by PKI at that time. His caring attitude toward all his members, and his attention to the weak society in every single problem which happen in nation effort history, the participation in each reformation moment, take his best members out in various activities, and also promote the ideas owned by HMI throughout people rsquo s life through the political participation in Indonesia, encourage Akbar Tanjung and also HMI to be young figure and famous politic legend who has an influence in Indonesia. In the other side, Akbar Tanjung has a good character, wise, easy going, and always trusted , strong commitment in leading the organization and critical person and rational to every nation policy. This lesson is likely to be information for the following leader, therefore, HMI being regarded OKP.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Chairunnisa
"[ABSTRAK
Fenomena aktivisme digital atau aktivisme online menimbulkan banyak pertanyaan seputar partisipasi yang efektif dan bermakna. Hal ini juga memicu perdebatan mengenai apakah aktivisme online dapat membawa perubahan yang nyata di tengah masyarakat. Selain memetakan partisipasi anak muda dalam aktivisme online,
artikel ini meneliti bagaimana karakteristik organisasi anak muda kontemporer di Indonesia saat ini dan
bagaimana mereka menggunakan aktivisme online ini sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran dan mempromosikan isu seputar HKSR dan keberagaman. Dari hasil perbandingan dengan advokasi yang telah mereka lakukan secara offline, serta gambaran yang telah diperoleh dari wawancara dengan informan kunci dan kuesioner yang telah didistribusikan ke dua puluh mahasiswa, saya berpendapat bahwa peran aktivisme online dalam menyebarkan kesadaran dan menyebarluaskan informasi terbilang efektif. Namun, aktivisme online tidak dapat berdiri sebagai satu jenis aktivisme sendiri karena membangun hubungan dengan pembuat kebijakan dan tokoh-tokoh yang berpengaruh di pemerintahan adalah sama pentingnya.ABSTRACT The phenomena of online or digital activism poised many questions regarding effective and meaningful
participation. It also triggers an ongoing debate on whether or not online activism could bring about real change in the society. Besides mapping out Indonesian youth participation in online activism, this article examines how contemporary youth-led organizations in Indonesia are characterized and how they use this online activism as a way to raise awareness and promote issues on SRHR and diversity. By comparing it with their offline advocacy and by drawing upon interviews with key informants and questioners distributed to twenty college students, I would like to argue that online activism‟s role in spreading awareness and disseminate information is undeniably effective. However, online activism could not stand as a type of activism on its own because
establishing relations with policy makers and key individuals in the government is just as important., The phenomena of online or digital activism poised many questions regarding effective and meaningful
participation. It also triggers an ongoing debate on whether or not online activism could bring about real change
in the society. Besides mapping out Indonesian youth participation in online activism, this article examines how
contemporary youth-led organizations in Indonesia are characterized and how they use this online activism as a
way to raise awareness and promote issues on SRHR and diversity. By comparing it with their offline advocacy
and by drawing upon interviews with key informants and questioners distributed to twenty college students, I
would like to argue that online activism‟s role in spreading awareness and disseminate information is
undeniably effective. However, online activism could not stand as a type of activism on its own because
establishing relations with policy makers and key individuals in the government is just as important.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Gunawan
"Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga berperan dalam memfasilitasi organisasi kepemudaan dengan menyediakan fasilitas, anggaran, program, bantuan teknis serta konsultatif sehingga lembaga tersebut bisa mencapai kemandirian. Melalui Undang-undang tentang Kepemudaan pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga berusaha untuk menjalankan fungsi pembinaan, fasilitasi, dan penataan organisasi kepemudaan.Penelitian ini memiliki fokus utama pada bagaimana organisasi kepemudaan memberikan respon terhadap berlakunya undang-undang kepemudaan, upayanya melakukan judicial review dan upaya lainnya serta alasan organisasi kepemudaan memberikan respon. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dimana dalam meneliti kondisi suatu objek kajian ilmiah, peneliti berperan sebagai instrumen (alat ukur) kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), serta analisis data yang bersifat induktif. Dengan demikian analisa hasil penelitian adalah bentuk data verbal (kata, kalimat, skema, gambar) dan data-data tersebut merupakan pengukuran nilai mandiri tanpa membuat perbandingan ataupun menghubungkan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Informasi dan data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Undang-undang Kepemudaan yang segera diberlakukan tidak membuat organisasi kepemudaan melakukan penyesuaian secara responsif untuk menata organisasinya. Organisasi kepemudaan cenderung bersifat konservatif dan status quo menghadapi peraturan yang baru. Upaya untuk mengajukan judicial review masih belum dilakukan hanya masih sebatas isu. Upaya lain yang ditempuh oleh organisasi kepemudaan yaitu dengan melakukan kompromi terkait batasan usia pemuda. Organisasi kepemudaan merespon undang-undang kepemudaan karena minimnya partisipasi publik dalam proses pembuatan undang-undang.
The Government through the Ministry of Youth and Sports was instrumental in facilitating youth organizations by providing facilities, budget, program, technical and consultative assistance to institutions to achieve independence. Through the law on the government led by the Ministry of Youth and Sports attempted to perform the function of coaching, facilitation, and youth organizational management. This research has a main focus on how youth organizations to respond to the enactment of legislation youth, efforts to conduct a judicial review and other efforts and the reasons for youth organizations to respond. The method used in this study is a qualitative research method, which examines the condition of an object in a scientific study, researchers act as instruments (gauges) key. Data was collected by triangulation (combined), as well as data analysis is inductive. Thus the analysis of the research is a form of verbal data (words, sentences, schematics, drawings) and these data are self-measurement value without making a comparison or connection between one variable with another variable. Information and data obtained and analyzed using content analysis approach. The results showed that the laws that take effect immediately led youth organizations do not make responsive adjustments to restructure its organization. Youth organizations tend to be conservative and status quo face new regulations. Efforts to apply for judicial review was not done just yet limited issue. Other efforts taken by the youth organization that is a compromise associated with the age limit of youth responded. Youth organizations respond to youth laws because of the lack of public participation in the law making process."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inggar Saputra
"Tesis ini meneliti tentang konsep dan implementasi gaya kepemimpinan multikulturalisme dalam organisasi kepemudaan nasional dengan mengambil studi kasus pada Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia periode 2011-2014. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan design penelitian deskriptif-analitis.
Hasil penelitian ini adalah kepemimpinan multikulturalisme sudah cukup dijalankan dengan baik dalam organisasi KNPI. Hal itu dapat terlihat dengan terciptanya perasaan saling menghargai keberagaman suku, agama, budaya, latar belakang organisasi dan lainnya yang ada dalam kepengurusan. Selain itu para pemimpin organisasi ini sudah berusaha maksimal mempengaruhi dan mengajak anggota atau kader lain untuk menjalankan kepemimpinan multikultural.
Dalam persoalan multikulturalisme yang berkaitan dengan pola komunikasi antar budaya, para pengurus berusaha mengelola dinamika yang terjadi dalam kepengurusan selama tiga tahun. Ada beberapa kekurangan yang harus dibenahi seperti masih adanya pandangan kepemimpinan dijalankan dengan sistem politik uang, belum adanya standar baku kepemimpinan setiap kepengurusan, masih adanya program yang belum berjalan, pola komunikasi yang harus lebih efektif lagi dan masih menguatnya maskulinitas dalam kepengurusan sehingga posisi perempuan atau pemudi belum mendapatkan porsi yang seimbang dalam kepengurusan.

This thesis examines the concept and implementation of leadership style multiculturalism in the national youth organization with a case study on the Central Executive Board of the National Committee of Indonesian Youth 2011-2014 period. This study is a qualitative study with descriptive-analytic study design.
Results of this study are leadership multiculturalism run well enough in the organization KNPI. It can be seen with the creation of mutual respect diversity of tribe, religion, culture, background organizations and other that exist in the management. Besides the leaders of this organization has been trying to maximum affect and invite members or other cadres to run a multicultural leadership.
In issues related to multiculturalism intercultural communication patterns, officials are trying to manage the dynamics that occur in the management for three years. There are some shortcomings that need to be addressed such as the persistence of the view of leadership is run by the political system of money, lack of leadership each management standards, there still exists a program that has not worked, communication patterns must be more effective and still the strengthening of masculinity in the management so that the position of women or girls not getting a balanced portion in the management."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sigit Premana
"Organisasi Kepemudaan (OKP) di Indonesia mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan bangsa. Sekitar kurang lebih 2 (dua) dari 10 (sepuluh) penduduk Indonesia ikut dalam OKP. Angka ini cukup signi:fikan apalagi jika pemuda-pemuda tersebut bisa lahir menjadi pemimpin dalam masyarakat, sehingga masyarakat akan lebih mudah diajak untuk mencapai tujuan bangsa menjadi negara maju.
Namun tantangannya adalah tidak semua pemuda tersebut benar-benar menjadi pemimpin masyarakat sehingga tercapainya tujuan bangsa semakin sulit. Tantangan lain berupa globaiisasi yang bercirikan perubahan dalam dimensi ruang dan waktu yang begitu cepat, sebagaimana yang dikatnkan Peter Drucker (2002) bahwa globalisasi sebagai zaman transformasi sosial. Globalisasi juga bisa memecah belah persatuan bangsa seperti dinyatakan oleh Cochrane dan Pain (i999) ketika menjelaskan para globalis pesimis yang menganggap bahwa globalisasi sebenarnya bentuk penjajahan barat, oleh karena itu OKP dituntut kesiapannya dalam menyesuaikan perubahan yang ada. Salah satu indikator kesiapan dalam menghadapi perubahan adalah change efficacy (Holt, 2007) yang bisa berupa kekompakan tim/anggota organisasi. Masalah lainnya adalah tiap OKP mempunyai dasar filosofi yang berbeda yang memungkinkan gaya kepemimpinan, komunikasi dalam organisasi, dan gaya menangani konflik dalam OKP tersebut akan berbeda pula antara satu dengan lainnya, sehingga akan berbeda pula kekompakan tim dari tiap organisasi.
Dengan tantangan dan masalah tersebut, timbul kekhawatiran yaitu apakah OKP tersebut bisa bertahan dalam tahap hidupnya sekarang ini, atau beralih ke tahap Vll Universitas Indonesia hidup berikutnya atau bahkan menuju kematian, sebagaimana Speakman (2002) mengatakan bahwa siklus hidup organisasi nonprofit bertahap mulai dari akar rumput, permulaan, remaja, dewasa, stagnasi dan pembaharuan, akhirnya kemunduran dan kematian; masing-masing tahap memliki rintangan dan peluang tersendiri serta kunci dalam melakukan transisi antara tahap yang satu dengan tahap selanjutnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gaya kepemimpinan, komunikasi organisasi, gaya mena.t1gani konflik dan kekompakan tim di OKP A, B, dan C. Setelah itu melihat kondisi dari OKP A, B, dan C jika ditinjau dari gaya kepemimpinan, komunikasi organisasi, gaya menangani konflik dan kekompakan tim mereka masing-masing serta dari kondisi pada tahapan kehidupan OKP tersebut dalam era globalisasi saat ini, bisa bertahan atau menuju kematian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik survei anggota OKP A, B, dan C dengan jurnlah sampel penelitian sebanyak 300 orang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk OKP A bisa memiliki kesiapan berubah dari tahap remaja menuju tahap dewasa dan bisa bertaha.;J. dalam menghadapi era globalisasi dikarenakan mempunyai gaya kepemimpian yang cukup serta kekompakan tim yang cukup, begitujuga OKP B yang sedang dalam tahap stagnasi, bisa mempunyai kesempatan untuk bertahan dan melakukan pembaruan dikarenakan memiliki gaya kepemimpinan yang tinggi dan kekompakan tim yang tinggi pula diantara 3 OKP lain. Dengan bertahamJ.ya OKP A dan B ini, maka akan membantu bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan bangsa menjadi negara maju. Akan tetapi untuk OKP C dikhawatirkan bisa mengalami kemunduran atau bahkan kematian, ini bisa terjadi dikarenakan semua variable termasuk gaya kepemimpinan dan kekompa.l<:an
Youth Organizations (OKP) in Indonesia have a critical role in achieving national goals. Approximately less than 2 (two) of 10 (ten) of Indonesian people participated in the OKP. This figure is quite significant especially when these young men could be born to be leaders in society, so society will be more willing to achieve the nation into advanced countries.
But the challenge is not every boy has really become the community leaders so that the nation achieves its goals more difficult. Another challenge of globalization, characteriz::d by changes in the di'llensions of space and time is so fast, as is said to Peter Drucker (2002) that globalization as an era of social transformation. Globalization can also divide the unity of the nation as expressed by Cochrane and Pain (1999) when explaining the globalist pessimist who thinks that globalization is actually the form of western colonialism, and therefore their capability to customize the OKP demanded changes. One indicator of readiness in the face of change is the change efficacy (Holt, 2007) which can be the cohesiveness of the team I organization members. Another problem is that each OKP has a basic philosophy that allows different leadership styles, communication within the organization, and style of handling conflict in OKP will be different from each other, so it will be different from each organization's staff team.
With the challenges and problems, concerns arise as to whether OKP can survive in this stage of her life now, or switch to the next stage of life or even to death, as Speakman (2002) says that the nonprofit organization's life cycle stages from grass roots, the beginning, adolescents, adults, stagnation and renewal, eventually decline and death; exists at each stage of its own obstacles and opportunities and IX Universitas Indonesia key in making the transition between stage one with the next stage. This study aimed to find out the difference of leadership styles, organizational co=unication, conflict handling styles and the excellent teamwork in OKP A, B, and C. After that check the condition of the OKP A, B, and C if viewed from the style of leadership, organizational co=unication, conflict handling style and compactness of their respective teams as weli as the conditions on the OKP life stages in the current era of globalization, can survive or to death .
This study uses a quantitative approach with survey techniques OKP members A, B, and C with the number of samples is 300 people. Based on this research shows that for OKP A could have a readiness to change from adolescent stage to adult stage and can survive in the era of globalization due to have a leadership style that quite well enough teamwork, so do OKP B which is in process of stagnation, may have the opportunity to survive and do the update because of having high leadership style and teamwork high also among the three other OKP. With the persistence of OKP A and B of this, it ·will assist the Indonesian nation to achieve national objectives to be developed countries. But for OKP C is feared could decline or even death, this could happen because of all the variables including leadership styles and team cohesiveness is not high enough to perform the update.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33530
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996
305.4 PER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>